Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 216551 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dewi Kurniawaty
"Tesis ini membahas tentang profil pajanan debu silika terhadap kejadian silikosis dan gangguan fungsi paru pada pekerja di perusahaan tambang granit di Tanjung Balai Karimun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil kesehatan pekerja serta prevalens kejadian silikosis dan gangguan fungsi paru. Penelitian ini menggunakan desain potong lintang. Hasil penelitian adalah prevalens silikosis sebanyak 1 (1,0%) orang pekerja dan prevalens gangguan fungsi paru sebanyak 7 (7,2%) orang pekerja. Tidak ada hubungan yang bermakna antara kejadian silikosis dengan faktor-faktor risiko. Pada gangguan fungsi paru terdapat hubungan yang bermakna dengan faktor usia. Namun, perlu dipertimbangkan faktor-faktor risiko lain yang ikut berperan menimbulkan gangguan fungsi paru. Semua hasil pengukuran debu total di lingkungan kerja melebihi Nilai Ambang Batas (NAB).

The thesis researched about the profile of silica dust exposure in the occurrence of silicosis and pulmonary function disorders among granite mining workers in Tanjung Balai Karimun. This study aimed to determine the health profile of workers and the prevalence of silicosis and pulmonary function disorders. This study used a cross-sectional design. The results of the study were the prevalence of silicosis was 1 (1,0%) worker and the prevalence of pulmonary function disorders were 7 (7,2%) workers. There was no significant relationship between the occurrence of silicosis and risk factors. Otherwise, there was a significant relationship between pulmonary function disorders and age. However, other risk factors were  needed to be considered in causing pulmonary function disorders. All measurements results of total dust exceeded the Threshold Limit Value (TLV)."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Saputra Agus
"Pajanan debu PM2.5 di tempat kerja pada umumnya akan menyebabkan obstruksi pada saluran pernapasan yang ditunjukkan dengan penurunan fungsi paru. Pekerja industri batu kapur mempunyai risiko yang sangat besar untuk penimbunan debu terhirup pada saluran pernapasan. Absorbsi dari partikel-partikel pajanan debu terjadi melalui mekanisme pernapasan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan pajanan debu PM2.5 dengan gangguan fungsi paru pada pekerja industri pengolahan batu kapur di Nagari Tanjung Gadang Kecamatan Lareh Sago Halaban KabupatenLima Puluh Kota. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain cross sectional dengan total sampel sebanyak 60 orang. Analisis data untuk mengetahui hubungan pajanan debu PM2.5 dengan fungsi paru pekerja berupa faktor-faktor risiko yang mempengaruhi yaitu jenis kelamin, umur, masa kerja, kebiasaan merokok, kebiasaan olahraga, status gizi, penggunaan APD dan lama pajanan, menggunakan uji chi square dan stratifikasi. Analisis multivariat dengan uji regresi logistik metode backward stepwise. Hasil dari penelitian menemukan pajanan debu PM2.5 mempunyai hubungan yang kuat dengan terjadinya gangguan fungsi paru (nilai p = 0,02 dan OR = 5,833 serta probabilitas terjadinya gangguan fungsi paru bagi pekerja yang bekerja di tempat kerja dengan konsentrasi debu di atas adalah 68,6 %.Kedepannya penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pemerintah atau instansi terkait pada umumnya dan dinas kesehatan sebagai acuan pelaksanaan program yang berkaitan dengan efek merugikan dari pekerjaan terhadap kesehatan pekerja dan monitoring lingkungan kerja serta surveilans kesehatan kerja. Agar program tersebut berjalan secara optimal perlu dilakukan promosi perilaku kesehatan kerja di tempat kerja.

PM2.5 dust exposure in the workplace will generally cause obstruction of the respiratory tract which is indicated by decreased lung function. Limestone industry workers are at great risk for the accumulation of inhaled dust in the respiratory tract. The absorption of dust exposed particles occurs through the respiratory mechanism. The purpose of this study was to determine the relationship between PM2.5 dust exposure and impaired lung function in limestone processing industry workers in Nagari Tanjung Gadang, Lareh Sago Halaban District, Lima Puluh Kota Regency. This research is an observational study with a cross sectional design with a total sample of 60 people. Data analysis to determine the relationship of PM2.5 dust exposure with workers' lung function in the form of risk factors that influence, namely gender, age, years of service, smoking habits, exercise habits, nutritional status, use of PPE and length of exposure, using the chi square test and stratification. Multivariate analysis with logistic regression test backward stepwise method. The results of the study found that PM2.5 dust exposure had a strong relationship with the occurrence of pulmonary function disorders (p value = 0.02 and OR = 5.833 and the probability of pulmonary function disorders for workers working in workplaces with dust concentrations above was 68, 6%. In the future, this research is expected to be a material consideration for the government or related agencies in general and the health office as a reference for implementing programs related to the detrimental effects of work on workers' health and monitoring the work environment and surveillance of occupational health. So that the program runs optimally. it is necessary to promote occupational health behavior in the workplace."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anton Sunaryo
"ABSTRAK
Latar Belakang. Gangguan Fungsi paru dapat disebabkan oleh beberapa penyakit atau benda ndash;benda asing yang masuk ke dalam saluran napas, diantaranya debu. Penelitian ini bertujuan mengetahui perbedaan proporsi gangguan fungsi paru dan gejala klinis akibat pajanan debu hyget poliester di dalam dan di luar ruangan serta faktor-faktor risiko yang berhubungan pada pengrajin kasur lantai.Metode. Penelitian ini menggunakan Desain Comparative Cross Sectional untuk melihat proporsi penurunan fungsi paru para pengrajin yang terpajan debu hyget poliester di dalam dan di luar ruangan. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner, pengamatan langsung, pemeriksaan fisik, pemeriksaan spirometri menggunakan alat spirometri dan pengukuran kadar debu total dengan menggunakan Low Volume Dust Sampler LVS di lapangan. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan SPSS 20. Terhadap semua variabel dilakukan uji bivariat, kemudian variabel yang mempunyai nilai p < 0.25 dilakukan uji multivariat. Hasil. Karakteristik pengrajin kasur lantai di wilayah desa X Kabupaten Purbalingga didominasi oleh pengrajin dengan usia <44,4 tahun (52%), IMT tidak normal (51%), berpendidikan sekolah dasar (96%), masa kerja >11 tahun (56%), lama kerja <7,8 jam (73%), menggunakan APD (69%), kebiasaan berolah raga yang tidak baik (82%), tidak memiliki gangguan fungsi paru (81%), memilik tekanan darah tidak normal (71%) serta mayoritas tidak memiliki riwayat sesak napas dan bronkitis kronik (99%). Berdasarkan uji kesetaraan didapatkan hasil bahwa IMT (ρ=0,065), umur (ρ=0.689). Kadar debu di dalam dan di luar ruangan dibawah nilai ambang batas 10 mg/m3.. Sedangkan untuk umur, masa kerja, lama kerja, penggunaan APD dan gangguan fungsi paru, tidak ada hubungannya dengan tempat kerja baik di dalam maupun di luar ruangan. Faktor yang paling dominan yang memiliki hubungan dengan gangguan fungsi paru obstruksi adalah pendidikan, sedangkan faktor lain (umur, IMT, penggunaan APD, masa kerja, lama kerja, kebiasaan berolahraga) tidak memiliki hubungan dengan gangguan fungsi paru baik di dalam maupun di luar ruangan.
Kesimpulan. Proporsi gangguan fungsi paru 18 (18%) orang. Restriksi 16 orang; 6 orang pengrajin di dalam ruangan (restriksi ringan), 10 orang pengrajin di luar ruangan ( 7 orang restriksi ringan dan 3 orang restriksi sedang). Gangguan fungsi paru obstruksi 1 orang di luar ruangan. Serta campuran (restriksi ringan dan obstruksi ringan) berjumlah 1 orang yang bekerja di dalam ruangan. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pajanan debu hyget di dalam dan di luar dengan faktor risiko sosiodemografi (umur, IMT dan pendidikan) dan faktor risiko okupasi (masa, lama kerja dan APD). Faktor yang paling dominan yang memiliki hubungan dengan obstruksi saluran napas adalah pendidikan.

ABSTRACT
Background. Pulmonary function disorder may be caused by several diseases or foreign materials entering the respiratory tract, including dust. This study is aimed at identifying the difference in proportion of pulmonary function disorder and clinical symptoms caused by exposure to hyget polyester dust between craftswomen working indoors and outdoors, as well as risk factors associated with floor mattress workers.Method. This study uses Comparative Cross Sectional design to see the proportion of decrease in pulmonary function disorders in craftswomen exposed to hyget polyester dust working indoors and outdoors. Data collection was conducted using questionnaires, direct observations, physical examinations, spirometry tests, and measuring total dust levels using Low Volume Dust Sampler LVS in the field. The collected data was then analyzed using SPSS version 20. All variables were tested for bivariat analysis, and those with p value<0.25 were tested for multivariate analysis.
Result. The characteristics of floor matress craftswomen in X village of Purbalingga distric are dominated by craftswomen of age <44,4 years (52%), abnormal IMT (51%), education level of primary school (96%), employment length >11 years (56%), work duration <7,8 hours (73%), using Personal Protective Equipment (PPE) (69%), non-optimal exercise habits (82%), no pre- existing pulmonary function disorders (81%), abnormal blood pressure (71%), and no history of breathing difficulties and chronic bronkitis (99%). Based on homogenity test, age ( p = 0.689) and BMI (p=0.065) in found to be homogenous. Indoor and outdoor dust level is above recommended limit ( < 10 mg/m3). However for age, education, employment length, work duration, PPE usage and pulmonary function disorder , there were no associations with working place both indoors and outdoors. The most dominant factor which had an association with pulmonary function disorder was education, while other factors (age, IMT, PPE usage, employment length, work duration, exercise habits) did not show associations with pulmonary function disorders for craftswomen both indoors and outdoors.
Conclusion. Proportion of pulmonary function disorder was discovered in 18 people (18%). Restriction of 16 craftswomen; 6 craftswomen working indoors (mild restrictions), 10 craftswomen working outdoors (7 mild restrictions and 3 medium restrictions). Impaired lung function obstruction 1 craftswomen working outdoors. As well as the mixture (mild restriction and mild obstruction) amounted to 1 craftswomen working indoors. There was no significant association between hyget®polyester dust exposure (both indoors and outdoors) with the sociodemographic risk factors (age, BMI, and education) as well as occupational risk factors (work duration, employment length, PPE). The most dominant factor which had an association with airway obstruction was education.
"
2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ariningsih
"ABSTRAK
Latar Belakang: Silikosis adalah pneumokoniosis yang disebabkan inhalasi silika kristal. Risiko relatif pada silikosis masih menjadi perdebatan.Tujuan dari laporan kasus berbasis bukti ini untuk mengetahui risiko kanker pada silikosis.
Metode: Pencarian literature menggunakan data base PubMed dan Scopus. Kriteria inklusi penelitian ini adalah meta-analisis, and studi kohort, kasus kontrol, dewasa dengan silikosis, risiko kanker paru. Kriteria eksklusi adalah artikel yang tidak relevan, tidak dapat diakses, studi kohort dan kasus kontrol yang termasuk dalam meta-analisis. Artikel telah dilakukan penilaian kritis menggunakan kriteria Oxford Center for Evidence-Based Medicine.
Hasil: Sebagai hasil, kami memilih 29 studi. 2 artikel meta analisis dilakukan penilaian kritis setelah melalui kriteria eksklusi. Berdasarkan penilaian kritis 2 artikel meta analisis tersebut valid. Meta-analisis oleh Kurihara N, dkk (2004) menjelaskan risiko relative kanker paru adalah 2.37 (95% CI, 1.98-2.84) pada silikosis dan 0.96 (95% CI, 0.81-1.15) untuk non-silikosis. Pada pasien silicosis dan merokok (RR, 4.47; 95% CI, 3.17-6.30). Artikel yang lain adalah meta-analisis oleh Erren T.C, dkk (2011) yang memasukkan 38 studi. Artikel ini menjelaskan risiko kanker paru pada silikosis adalah RR=2.1 (95% CI, 2.0-2.3), dan pada non silikosis adalah RR=1 (95% CI, 0,8-1,3).
Kesimpulan dan Rekomendasi: Silikosis merupakan faktor risiko kanker paru. Merokok sangat meningkatkan risiko kanker paru pada silikosis. Pasien silikosis harus dilakukan pemantauan secara berkala. Pada studi mendatang agar melakukan investigasi silicosis dan pajanan silika sebagai risiko kanker paru di Indonesia.

ABSTRACT
Background: Silicosis is a pneumoconiosis caused by the inhalation of crystalline silica. The higher relative risks among those with silicosis stimulated continued debate.The purpose of this evidence based case report was to know probability silicosis as risk of lung cancer.
Method: The literature search was performed to answer clinical question via electronic databases: PubMed and Scopus. The inclusion criteria of this searching strategy were systematic reviews, and cohort study, adult with silicosis, risk of lung cancer. The exclusion criteria of this article were not relevance, inaccessible articles, cohort or case control that have been used in recent systematic review. Article was critically appraised using criteria Oxford Center for Evidence-based Medicine.
Result: As a result, we chose 29 study. 2 meta analysis articles was critically appraised after exclusion criteria. Critical appraisal of meta analysis that 2 articles was valid. Meta-analysis by Kurihara N, et al (2004) states the relative risks of lung cancer were 2.37 (95% CI, 1.98-2.84) for those with silicosis and 0.96 (95% CI, 0.81-1.15) for non-silicosis. Cigarette smoking strongly increased the lung cancer risk in silicosis patients (relative risk, 4.47; 95% CI, 3.17-6.30). The other article is a meta-analysis by Erren T.C, et al (2011) which included 38 studies. It stated that silicosis lung cancer risks were found to be doubled RR=2.1 (95% CI, 2.0-2.3), and in non silicosis were found RR=1 (95% CI, 0,8-1,3).
Conclusion and recommendation: Silicosis is a risk factor of lung cancer. Smoking strongly increased the lung cancer risk in patients with silicosis. Silicotic patients who have a risk of lung cancer should be continuously followed-up. Future study should investigate silicosis and silica exposure being as a risk of lung cancer among patients in Indonesia."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T59149
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zulfahtun Ni`mah
"Debu batu kapur dihasilkan oleh kegiatan penambangan batu kapur, salah satunya adalah PM2,5. Paparan PM2,5 dapat menyebabkan penurunan fungsi paru-paru. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan hubungan keterkaitan PM2,5 dengan penurunan fungsi paru pada pekerja. Penelitian ini menggunakan studi cross-sectional dengan teknik total sampling 30 pekerja. Instrumen dalam penelitian ini menggunakan kuesioner untuk wawancara, Dusttrak II TSI untuk mengukur konsentrasi PM2.5 dan spirometri untuk mengukur fungsi paru-paru. Berdasarkan hasil penelitian, nilai konsentrasi PM2.5 tertinggi adalah 987 μg / m3 dan terendah 14 μg / m3. Hasil analisis menggunakan Chi-square diperoleh korelasi antara penggunaan alat pelindung diri dengan gangguan fungsi paru-paru (p = 0,000). Selanjutnya, hasil menggunakan uji eksak Fisher, ada korelasi antara konsentrasi PM2,5 dan penurunan fungsi paru (p = 0,002) dan tahun kerja dengan penurunan fungsi paru (p = 0,000). Diperlukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan analisis risiko kesehatan lingkungan untuk memperkirakan berdasarkan asupan.

Limestone dust is produced by limestone mining activities, one of which is PM2,5. Exposure to PM2,5 can cause a decrease in lung function. The purpose of this study was to determine the relationship of PM2.5 linkages with decreased lung function in workers. This study uses a cross-sectional study with a total sampling technique of 30 workers. The instruments in this study used questionnaires for interviews, Dusttrak II TSI to measure PM2.5 concentrations and spirometry to measure lung function. Based on the results of the study, the highest PM2.5 concentration values ​​were 987 μg / m3 and the lowest was 14 μg / m3. The results of the analysis using Chi-square obtained a correlation between the use of personal protective equipment with impaired lung function (p = 0,000). Furthermore, the results using Fisher's exact test, there is a correlation between PM2.5 concentration and decreased lung function (p = 0.002) and years of work with decreased lung function (p = 0,000). Further research is needed by using environmental health risk analysis to estimate based on intake."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marpaung, Yosi Marin
"Penelitian ini bertujuan melihat hubungan PM2.5 terhadap gangguan fungsi paru pada pedagang tetap di Terminal Terpadu Kota Depok. Hasil penelitian menunjukkan konsentrasi PM2.5 ambien mencapai 230μg/m3. Didapatkan gangguan fungsi paru sebesar 77,4% dari 71 sampel (tipe restriktif 74,6%; obstruktif 2,8%). Ditemukan hubungan signifikan antara gangguan fungsi paru dengan intake PM2.5 (p=0,004) dan rokok (kebiasaan merokok(p=0,019); jumlah rokok(p=0,001); dosis inhalasi PM2.5 (p=0,001)). Tidak ditemukan hubungan signifikan antara gangguan fungsi paru dengan umur, jenis kelamin, status gizi, riwayat penyakit, lama kerja, dan masa kerja. Uji multivariat menunjukkan intake PM2.5 memililki pengaruh terbesar terhadap gangguan fungsi paru (p=0,007; OR=6,5). Selanjutnya diperlukan perbaikan lingkungan terminal, perubahan perilaku merokok, dan manajemen risiko melalui ARKL.
This study aimed to determine the relationship between PM2.5 and the impaired lung function. PM2.5 ambient concentration reached 230μg/m3. Pulmonary dysfunction was found 77.4% of 71 respondents (74.6% restrictive; 2.8% obstructive). There were significant associations between lung function and PM2.5 intake (p=0.004), smoking (smoking habits (p=0.019); number of cigarettes/day (p=0.001); and PM2.5 inhaled dose from cigarettes (p=0.001)). There were no significant relationships with age, sex, nutritional status, history of illnesses, work-hours, and work-years. Multivariate test revealed PM2.5 intake as a main contributor on lung function impairment (p=0.007; OR=6.5). Further improvements on enviromnent, changes in smoking behavior, and risk management through ERHA study are necessary."
Depok: Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nelmi Silvia, auhtor
"Latar Belakang : Industri pemotongan batu memiliki potensi bahaya berupa debu batu yang dihasilkan dari proses pemotongan batu. Debu batu berpotensi besar masuk dan mengendap di saluran napas pekerja yang terpajan debu batu tersebut. Dalam penelitian ini ingin diketahui hubungan pajanan debu batu dan faktor lainnya dengan gangguan fungsi paru.
Metode Penelitian : Desain penelitian cross sectional dengan analisis regresi logistik. Subjek penelitian diambil secara cluster sampling. Tingkat pajanan debu batu ditentukan dengan metode semikuantitatif dan faktor-faktor lainnya dengan kuesioner. Pemeriksaan fungsi paru dilakukan dengan menggunakan alat spirometer.
Hasil : Subjek penelitian adalah 70 pekerja laki-laki industri pemotongan batu informal dengan masa kerja lebih dari 5 tahun. Sebanyak 21,4% subjek mengalami gangguan fungsi paru, dengan gangguan fungsi paru restriksi sebanyak 14,3% dan gangguan fungsi paru obstruksi sebanyak 7,1%. Faktor risiko yang berhubungan bermakna dengan gangguan fungsi paru adalah tingkat pajanan debu batu. Faktor umur, pendidikan, status gizi, kebiasaan olahraga, kebiasaan merokok, masa kerja, kebiasaan menggunakan alat pelindung diri (APD) dan penyediaan APD tidak memperlihatkan hubungan bermakna dengan gangguan fungsi paru. Subjek dengan tingkat pajanan debu batu tinggi mempunyai risiko 5,889 kali mengalami gangguan fungsi paru dibandingkan subjek dengan tingkat pajanan debu batu rendah [ odds rasio suaian (ORa) = 5,889; interval kepercayaan (CI) 95% = 1,436-24,153)].
Kesimpulan : Didapatkan hubungan bermakna antara tingkat pajanan debu batu dengan gangguan fungsi paru. Perlu dilakukan pengendalian terhadap pajanan debu batu untuk mencegah risiko gangguan fungsi paru pada pekerja industri pemotongan batu.

Background : Stone cutting industry have a potential hazard in stone dust resulted from stone cutting process. Stone dust has a significant potential to enter and settle inside exposed worker’s respiratory tract. This study aims to identify the relationship between stone dust exposure and other factors with lung function disorder.
Method : This study was a cross-sectional study with logistic regression analysis. Study’s subjects were taken with cluster sampling method. Level of stone dust exposure was determined by semi-quantitative method and the other factors were identified by a questionnaire. Lung function was tested with a spirometer.
Results : Study’s subject was 70 male informal stone cutting industry workers with more than 5 years of service. In this study, it was found that lung function disorders was 21.4%, which restrictive lung function disorder was 14.3% and the obstructive lung function disorder was 7.1%. Risk factor significantly related to lung function disorder was stone dust level of exposure. Age, education, nutritional status, exercise habit, smoking habit, length of employment, habit of using personal protective equipment (PPE) and provision of PPE showed no significant relationship with lung function disorder. Subjects with high level of stone dust exposure had 5.889 times the risk of lung function disorder compared to subjects with low level of stone dust exposure [adjusted odds ratio(ORa) = 5.889; 95% confidence interval (CI) = 1.436 - 24.153)].
Conclusion : The level of stone dust exposure significantly related to lung function disorder. Control measures are needed for stone dust exposure to prevent the risk of lung function disorder in stone cutting industry workers.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mona Lestari
"Salah satu penyebab terjadinya gangguan fungsi paru yaitu pajanan debu batubara. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan hubungan pajanan debu batubara dan gangguan fungsi paru pada pekerja. Metode yang digunakan desain Cross Sectional dengan sampel 72 pekerja. Gangguan fungsi paru diperoleh dari data kesehatan perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gangguan fungsi paru restriksi 8,3%, obstruksi 2,8%, dan kombinasi 2,8%. Analisis bivariat menunjukkan gangguan fungsi paru berhubungan dengan masa kerja (p = 0,46). Namun pajanan debu batubara, umur, dan penggunaan alat pelindung pernapasan, ada kecenderungan untuk menjadi faktor risiko terjadinya gangguan fungsi paru.

One of the causes of lung function disorder in health problems is coal dust exposure. This study aims to describe the relationship of coal dust exposure and lung function disorder in workers. The method used cross-sectional design with a sample of 72 workers. Lung function disorder data is obtained from the company health data. The results of this research showed that the restriction of pulmonary function disorder 8.3%, obstruction 2,8%, and a combination of restriction and obstruction 2.8%. Bivariate analysis showed lung function disorder associated with year of work experience (p=0,46). However, coal dust exposure, age, and the using of respiratory protective equipment showed there is a tendency to get risk for lung fungtion disorders.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizki Sri Haryanti
"Sebagian besar industri otomotif masih menggunakan thinner yang mengandung VOC (terdiri dari benzene, toluene, xylene dan lain-lain). Efek kesehatan dari VOC diantaranya adalah iritasi pada hidung dan tenggorokan dan serta kerusakan paru-paru (Ismail, 2011). Pajanan thinner kepada pekerja secara terus menerus dapat mengakibatkan iritasi saluran napas dan gangguan fungsi paru pada pekerja. Penelitian ini adalah penelitian cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pajanan thinner dengan gangguan fungsi paru-paru setelah dikontrol variabel confounding pada pekerja bagian painting di industri otomotif. Setelah dikontrol dengan penggunaan APD, perilaku merokok dan terpajan sedikit thinner dan zat kimia lain diketahui bahwa risiko pekerja yang terpajan sebagian thinner untuk mengalami gangguan fungsi paru adalah 1,87 (95% CI = 0,74-4,71). Pada pekerja yang terpajan thinner penuh memiliki resiko untuk mengalami gangguan fungsi paru sebesar 3,23 (95% CI = 1,36-7,59). Semakin besar pajanan terhadap thinner maka semakin tinggi resiko untuk terkena gangguan fungsi paru. Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka disarankan agar perusahaan melakukan upaya promosi kesehatan untuk meminimalkan risiko terjadinya gangguan fungsi paru pada pekerja pengecatan mobil.

Most of the auto industry still use paint thinner containing VOCs (consisting of benzene, toluene, xylene, etc.). Health effects of VOCs include irritation of the nose and throat and impaired lung function (Ismail, 2011). Exposure paint thinner to workers continuously can cause respiratory irritation and lung function impairment in workers. This study is a cross-sectional study aimed to determine the relationship between exposure of thinner with impaired lung function after controlled confounding variable on painting workers in the automotive industry. After controlled by using mask variable, smoking behavior and exposure to a little thinner plus other chemicals, known that the risk for the paired exposed of thinner to suffer lung problems was 1.87 (95% CI = 0.74 to 4.71). In workers exposed to thinner at risk for developing impaired lung function of 3.23 (95% CI = 1.36 to 7.59). Greater and greater exposure to paint thinner, the risk for developing lung problems is higher. Based on the findings, it is recommended that companies conduct health promotion efforts to minimize the risk of impaired lung function in painting workers."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T34863
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rachmania Diandini
"Latar Belakang: Pajanan debu silika telah diketahui sebagai salah satu faktor risiko infeksi TB paru. Diketahuinya besar risiko pajanan debu silika terhadap timbulnya TB paru dapat menjadi suatu aset dalam upaya advokasi program pemberantasan TB baik di pusat pelayanan kesehatan, maupun di tempat kerja, terutama tcrhadap sektor industri yang terkait pajanan debu silika seperti keramik, gelas, konstruksi, etc.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain kasus kontrol dengan kasus 129 orang, dan kontrol 129 orang yang dipadankan menurut usia dan jenis kelamin. Wawancara riwayai pajanan debu silika dilalcukan dengan kuesioner yang telah diujicoba sebelumnya. Diagnosis TB paru diambil dari data sekunder hasil pemeriksaan basil tahan asam (BTA) sputum 3x dan foto toraks di awal diagnosis. Pengaruh pajanan debu silika terhadap TB pam dianalisis regresi logistik, disesuaikan terhadap sejumlah faktor risiko lainnya.
Hasil: Dari analisis bivariat ditemukan bahwa faktor pajanan debu silika sedang-tinggi memiliki OR kasar = ll.05 (95% Cl = l.39~87-69, p = 0_023). Namm; analisis multivariat tidak menunjukkan kemaknaannya terhadap TB pam. Faktor risiko yang bermakna adalah pendidikan tamat SMP (OR suaian = 2.26, 95% CI = 0.97-5.27), tamat SD hingga tidak sekolah (OR suaian 2.16, 95% Cl = 0.95-4.92), penghasilan rendah (OR suaian = 2.64, 95% CI = 1.21-5.84), Indeks massa tubuh (IMT) kurang (OR suaian = 15.76, CI = 6.95-3546), riwayat minum alkohol sedang-berat (OR suaian = 6.77, 95% CI = 2.27-1 9.78).
Simpulan dan saran: Tidak terdapat perbedaan dalam zisiko TB paru antara riwayat pekeljaan terkait pajanan debu silika dengan pekerjaan lainnya_ Keterbatasan popuiasi penelitian di puskesmas tempat penelitian diperkirakan mempunyai andil terhadap hasil yang diamati_ Penelitian selanjutnya perlu dilakukan pada populasi yang lebih spcsifik yaitu pada pekerja industri dengan pajanan debu silika.

Silica dust exposure has long been known as risk factor for tuberculosis. Therefore, the risk on silica dust exposure can be an asset for health promotion to eradicate tuberculosis in the industrial setting, especially in silica-related industries such as ceramic, pottery, glass, construction, etc.
Methods: The study design is case-control with cases (129 persons) and control (129 persons) selected and matched by age with 5-year interval, and gender. History of occupation with silica dust exposure was taken by interview using questionnaire which had been tested its validity and reliability. Diagnosis of tuberculosis which are acid-fast bacilli.sputum.smear and.thorax.photo interpretation were taken. secondary available. The relationship between pulmonary TB and silica dust exposure was evaluated by logistic regression analysis adjusted for other confounding factors.
Result: Bivariate analysis shows that moderate to high silica dust exposure has crude OR=ll.05 (95% CI = 1.39-87.69, p=0.023). Meanwhile, multivariate analysis does not show its effect towards pulmonary TB. Factors that increases risk are junior high-school graduates (adjusted OR = 2.26, 95% CI = 0.97-5.27), illiterate up to elementary graduate (adjusted OR = 2.16, 95% CI = 0.95-4.92), low income (adjusted OR = 2.64, 95% CI = 1.21-5.s4), new body mass index (BMI) (adjusted OR = 15.76, 95% CI = 6.95-3546), and moderate-heavy drinking (adjusted OR = 6.77, 95% CI = 2.27-l9_78).
Conclusion and Recommendation: Effect of occupation with silica dust exposure on pulmonary 'l`B is not shown in this study. Limitation of the study population was assumed as the cause. Further research is needed to be done in more specific population such as community of worker in industry with silica dust.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2008
T29185
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>