Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 140570 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Syarifuddin
"ABSTRAK
Mortar adalah campuran antara semen dengan pasir, mortar. Mortar digunakan sebagai bahan untuk pemasangan dinding, plesteran dan pondasi batukali atau pondasi lainnya. Semen sebagai perekat banyak type/jenis semen namun yang dijual (dipasarkan) adalagi semen yang disebut semen OPC (Ordinary Portland Cement) dalam kemasannya disebut type I, semen PCC ( Portland Composite Cement), semen PPC (Portland Puzzoland cement). Pembuatannya adalah membuat benda uji kubus mortar berukuran 5 cm x 5 cm x 5 cm dibuat 20 benda uji dari masing-masing type/jenis semen tersebut dengan perbandingan 1 banding 3 dan f.a.s 0,6 tetap. Pelaksanaan pengujian di laboratorium teknik sipil Politeknik Negeri Medan. Benda Uji tersebut di cetak sesuai dengan prosedur menggunakan acuan SNI 03 6825 2002 pelaksanaan di laboratorium teknik sipil, Setelah benda uji cukup umur 28 hari, di lakukan uji kuat tekan mortar masing masing uji dengan menggunakan alat test kuat tekan beton. Hasilnya diolah, rata rata dari masing masing variasi dicari standard deviasinya untuk menghitung kuat tekan karakteristik mutu mortarnya. Hasil dari pengujian kuat tekan karakteristik untuk semen type I 17 6,03 kg/cm2. Dari hasil pengujian dapat diambil kesimpulan yaitu untuk type semen PCC lebih baik kuat tekan karakteristik dibandingkan dari semen type OPC I, dan semen PPC."
Medan: Polimedia Negeri Medan, 2018
338 PLMD 21:1 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Liany Kartika
"Semakin berkembangnya dunia pembangunan, maka kebutuhan infrastruktur akan semakin meningkat. Perkembangan ini mempengaruhi secara langsung terhadap perkembangan semen di Indonesia. Semakin meningkatnya kualitas semen akhir-akhir ini dilatarbelakangi meningkatnya dalam hal perkonstruksian yaitu dalam pelaksanaan kecepatan pelaksanaan, jaminan mutu, kebutuhan standarisasi, mengurangi kemungkinan terjadinya penyimpangan konstruksi, mengurangi kemungkinan adanya bahan terbuang sehingga secara tidak langsung menunjang program kelestarian lingkungan, serta alasan ekonomi dan teknik lainnya. Berkaitan dengan hal tersebut maka diadakan penelitian yang berhubungan dengan semen yang sekarang ini beredar di pasaran yaitu PCC (Portland Composite Cement). Penelitian diawali dengan menentukan kekuatan beton yang akan dipakai yakni fc = 30 MPa. Kemudian dilanjutkan dengan menguji agregat yang akan digunakan (pasir dan split). Dilakukan Trial Mix dan uji pada umur tertentu saja (7, 14, dan 21 hari) kemudian dikoreksi dengan faktor konversi, sehingga kekuatan beton mencapai 30 MPa. Jika sudah memenuhi target strength maka dilakukan pembuatan 265 benda uji silinder dalam beberapa tahap untuk umur beton dari 1 hari sampai 56 hari. Penelitian dengan metode uji tekan dan uji belah dengan waktu umur beton yang berbeda selama 56 hari. Hasil yang didapat dari penelitian ini adalah dapat menentukan perkembangan kuat tekan berupa umur konversi sampai beton umur 56 hari. Serta menentukan korelasi dari kekuatan tekan beton ke kekuatan tarik beton yang nilainya berkisar 9% - 15% dari kekuatan tekannya. Analisis dilakukan dengan metode statistik (Chi-Square dan Uji T). Kedua uji ini memiliki nilai batas atas dan nilai batas bawah yang dipakai untuk umur 3, 7, 14, 21, 28, dan 56 hari. Sisa hari lainnya dipilih sesuai dengan nilai yang mendekati garis trendline yang sudah dibatasi. Dengan pemilihan nilai-nilai ini dapat dibuat persamaan logaritmik yang dapat memenuhi faktor konversi beton untuk umur tertentu. Dapat mententukan faktor konversi kekuatan beton untuk umur tertentu dan mengetahui korelasi antara kuat tekan dan kuat tarik beton."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S35165
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pretysesar Nurul Hikmah
"Menurut survey Badan Pusat Statistik di Indonesia diketahui telah terjadi pertumbuhan nilai konstruksi di Kalimantan Timur (lokasi baru Ibu Kota Negara) sebesar 6,60% dari tahun 2019-2020. Semakin tinggi nilai konstruksi maka semakin tinggi pula permintaan bahan bangunan, contohnya seperti mortar semen portland. Akan tetapi, terdapat dampak buruk dalam pemakaian semen portland yang secara terus-menerus yaitu terjadinya pemanasan global karena adanya emisi gas CO yang tinggi. Untuk mengurangi dampak buruk tersebut diperlukanlah bahan pengganti semen yang lebih ramah lingkungan seperti material geopolimer. Dalam pembentukan mortar geopolimer dibutuhkan bahan utama yang mengandung kadar Si dan Al yang tinggi seperti ASP dan zeolit, serta perlu adanya alkali aktivator seperti NaOH dan NaSiO yang berperan sebagai larutan pengikat unsur Si dan Al dalam reaksi geopolimerisasi. Ada perlakuan khusus pada studi ini untuk menjaga kualitas mortar geopolimer ASP-Zeolit yang terbentuk yaitu metode dengan oven di suhu 60°C selama 24 jam. Pada studi ini dilakukan pembentukan mortar geopolimer dengan lima variasi komposisi penyusun mortar geopolimer antara lain 100%ASP; 90%ASP-10%Zeolit; 70%ASP-30%Zeolit; 50%ASP-50%Zeolit; dan 100%Zeolit, untuk mengetahui pengaruh kadar prekursor terhadap nilai kuat tekan mortar tersebut serta membandingkan nilai kuat tekan mortar geopolimer dengan kuat tekan mortar semen portland. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya kandungan Si yang tinggi dalam bahan penyusun mortar geopolimer akan meningkatkan nilai kuat tekannya seperti mortar geopolimer 100%ASP, tetapi nilai kuat tekan mortar geopolimer ASP-Zeolit masih dibawah nilai kuat tekan mortar semen portland.

According to a survey conducted by Indonesia's Central Statistics Agency, East Kalimantan (the new location for the State Capital of Indonesia) saw a 6,60% increase in construction value between 2019 and 2020. The higher the construction value, the higher the demand for building materials, such as portland cement mortar. However, there are negative impacts in the continuous use of portland cement which causes a global warming effect due to high CO2 gas emissions. To reduce these negative impacts, a more environmentally friendly cement substitute material, such as geopolymer material, is needed. In the formation of geopolymer mortar, the main ingredients that contain high levels of Si and Al are needed, such as RHA and zeolite, as well as the need for alkaline activators such as NaOH and Na2SiO3 which act as a binding solution for Si and Al elements in the geopolymerization reaction. There is special treatment in this study to maintain the quality of RHA-Zeolite geopolymer mortar that is formed namely curing oven at 60°C for 24 hours. In this study, geopolymer mortar was formed with five variations of geopolymer mortar composition, including 100% RHA; 90% RHA-10% Zeolite; 70% RHA-30% Zeolite; 50% RHA-50% Zeolite; and 100% Zeolite, to determine the effect of precursor content on the compressive strength of the mortar and to compare the compressive strength of this geopolymer mortar with the compressive strength of portland cement mortar. The results of this study indicate that a high Si content in the RHA-Zeolite geopolymer mortar will increase its compressive strength like 100% RHA geopolymer mortar, but the compressive strength of RHA-Zeolite geopolymer mortar is still below the compressive strength of portland cement mortar."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Banu Adjie Nugroho
"Skripsi ini membahas tentang hubungan kuat tekan dan modulus elastisitas dengan faktor air semen beton yang dibuat dengan menggunakan semen portland putih/White Cement (WC) serta membandingkannya dengan beton yang dibuat dengan menggunakan semen abu-abu/Portland Composite Cement (PCC). Penelitian ini dilakukan melalui percobaan laboratorium dengan membuat benda uji silinder beton diameter 150 mm dan tinggi 300 mm sebanyak 68 buah.
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa beton dengan semen putih/WC memiliki kuat tekan dan modulus elastisitas yang lebih besar dari pada beton dengan semen abuabu/PCC. Juga didapatkan hubungan bahwa semakin besar kuat tekan, semakin besar nilai modulus elastisitas yang dihasilkan. Semakin kecil FAS (antara 0,4-0,55), semakin besar nilai kuat tekan yang dihasilkan (hingga 118,34%). Dan semakin besar FAS, semakin kecil nilai modulus elastisitas yang dihasilkan (hingga 65,45%).

The focus of this study is about the relation between compression strength and modulus of elasticity with water cement ratio the concrete made by using White Cement (WC) and also compare it with the concrete made by using Portland Composite Cement (PCC). This Research through attempt in laboratory by making samples concrete cylinder with diametre of 150 mm and 300 mm high as many as 68 samples.
From the research got that concrete with White Cement (WC) had the strength and modulus of elasticity larger than concrete with Portland Composite Cement (PCC). Was also got the relation that more big of strength, more biger produce modulus of elasticity. The smaller water cement ratio (between 0,4-0,55), the bigest strength (up to 118,34%). And the bigest water cement ratio, smaller assessed produce the modulus of elasticity (up to 65,45%).
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S50500
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mochammad Zainudin
"Batu kapur digunakan sebagai bahan aditif untuk membuat Semen Portlan Komposit, pembuatan dilakukan dengan menggunakan cara penggilingan batukapur yang terpisah dengan penggilingan semen portlan biasa yang digiling bersama sama dengan gypsum. Batu kapur digiling dengan beberapa variasi kehalusan blaine (4000, 6000, 8000 dan 10000 cm2/gr) dan beberapa komposisi batukapur (5%, 10%, 15% dan 20%), untuk kemudian dilihat pengaruh kehalusan batukapur pada berbagai komposisi terhadap kuat tekan semen. Dari hasil yang didapat tampak bahwa penggunaan batukapur ini akan meningkatkan kuat tekan dengan meningkatkan kehalusan blainenya, hal ini lebih disebabkan limestone berfungsi sebagai bahan pengisi pori pada adukan semen.

Limestone used as additive material for portland composite cement, limestone milled separate with Portland cement and gypsum. Limestone milled in different fineness (4000, 6000, 8000, and 10000 cm2/gr) with different composition (5%, 10%, 15% and 20%), and investigate effect of limestone fineness as additive material in different composition on cement compressive strength. Limestone fineness contribute in composite cement compressive strength, there are fill in porous cement."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
T21496
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Bastian Okto Bangkit Sentosa
"Semen Portland Pozzolan (SPP) adalah suatu bahan perekat hidrolis yang dibuat dengan menggiling halus klinker semen Portland dengan pozzolan, atau suatu campuran yang merata antara bubuk semen Portland dan bubuk pozzolan selama penggilingan atau pencampuran. SPP untuk mencapai kekuatannya membutuhkan waktu relatif lebih lambat dibandingkan dengan semen Portland lainnya meskipun ultimate strenght yang dicapai SPP mungkin sama atau lebih besar dari yang terbuat dari semen Portland. Dalam penelitian ini, faktor air semen (FAS) yang digunakan bervariasi diantara 0,3; 0,35; 0,45; 0,55; 0,65; 0,75; dan 0,8 serta diamati pengaruhnya terhadap kuat tekan, kuat tarik belah dan kuat lentur pada beton menggunakan SPP. Pengujian kuat tekan, kuat tarik belah, dan kuat lentur dilakukan pada umur 7, 14 dan 28 hari.
Hasil pengujian diolah dengan dua metode yaitu metode rata-rata dan chi-square untuk membandingkan metode mana yang paling akurat. Kuat tekan, kuat tarik belah dan kuat lentur bertambah seiring dengan pertambahan umur beton pada semua FAS. Namun kenaikan FAS berbanding terbalik dengan kuat tekan, kuat tarik belah dan kuat lentur beton. Kenaikan kuat tekan akan diikuti dengan kenaikan kuat tarik belah dan kuat lenturnya sehingga kenaikan kuat tarik belah akan mengikuti kenaikan kuat lentur dan sebaliknya.

Pozzolan Portland Cement (PPC) is an hydraulic adhesive which made by grinding Portland cement clinker with Pozzolan, or an equal mixture of Portland cement powder and powder Pozzolan during milling or mixing. PPC to achieve the strength it took relatively more slowly than other portland cement, although the ultimate PPC strenght achieved equal or perhaps greater than that made from portland cement. In this research, water cement ratio which is used variation from 0,30 0,3; 0,35; 0,45; 0,55; 0,65; 0,75; and 0,8 also observed the influent of compressive strength, splitting tensile strength, and flexural strength concrete using SPP. Compressive strength, splitting tensile strength and flexural strength test is done on 7, 14, and 28 days.
The test result is processed by two methods which are average method and chi square method for comparing the best accuracy method. Compressive strength, splitting tensile strength, and flexural strength increase following concrete age on all water cement ratio. However, increasing water cement ratio is inversely with compressive strength, splitting tensile strength, and flexural strength. Increasing compressive strength will be followed by splitting tensile strength and flexural strength so that increasing splitting tensile strength will follow increasing flexural strength."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S50594
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Widyaningsih Bungin Sura
"ABSTRACT
Penelitian ini terkait salah satu Supplementary Cementing Materials SCMs yaitu metakaolin Al2Si2O2 . Metakaolin merupakan hasil kasinasi kaolin pada suhu 600-800oC dan memiliki kemurnian alumina dan silika yang tinggi. Salah aplikasi dari metakaolin adalah sebagai aditif dalam semen Portland. Penambahan metakaolin kedalam semen Portland dapat meningkatkan kekuatan semen melalui pengikatan dengan kalsium hidroksida Ca OH menghasilkan kalsium silikat hidrat CSH . Metakaolin yang digunakan dalam penelitian ini adalah metakaolin yang berasal dari Pulau Bangka, Indonesia yang dibandingkan dengan metakaolin komersial yaitu Metakaolin Metastar. Pasta semen Portland dibuat dengan komposisi penambahan metakaolin sebanyak 5 , 10 , 15 , dan 20 dengan rasio air/semen 0.35, 0.40, dan 0.50. Pasta semen kemudian dicuring selama 7, 14, dan 28 hari. Kekuatan mekanik dari pasta semen diuji dengan pengujian kekuatan tekan, sedangkan komposisi kimia dan mikrostruktur diuji dengan pengujian SEM-EDS dan XRD, dan laju hidrasi diuji dengan pengujian TAM. Hasilnya menunjukkan bahwa kekuatan tekan semen meningkat dengan penambahan metakaolin sebagai aditif, baik metakaolin metastar maupun metakaolin Bangka. Kekuatan tekan tertinggi diperoleh pada penambahan 20 pada metakaolin metastar dan penambahan 5 pada metakaolin Bangka. Laju hidrasi menunjukkan hasil bahwa reaksi yang terjadi adalah reaksi eksotermik.

ABSTRACT
This paper presents the results of the investigation on the use of Metakaolin Al2Si2O2 as a Supplementary Cementing Materials SCMs to improve the performance of cement. The Metakaolin was produced by thermal treatment calcination from Kaolin at 600 800 Celcius and has highest alumina and silicate purity. By added Metakaolin in Portland Cement type I OPC , the amount of Calcium Silicate Hydrate CSH will increase through binding with Calcium Hydroxide CaOH . There were two kinds of Metakaolin used in this investigation, commercial metakaolin named Metakaolin MetaStar compared with Metakaolin Bangka which derived from Indonesia local resources, Bangka Island. Four Metakaolin replacement levels were employed in this investigation 5 , 0 , 15 , and 20 with water per cement ratio 0.35, 0.40, and 0.50 both of Metakaolin MetaStar and Metakaolin Bangka. The cement pastes cured at room temperature for 7, 14, and 28 days. The mechanical strength examined by compressive strength test, the microstructure and the chemical composition of the main mineral composition were examined by SEM EDS and XRD. The results of the study revealed both Metakaolin Metastar and Metakaolin Bangka enhanced the compressive strength of OPC. The most appropriate strength was obtained for a replacement of 20 metakaolin metastar and 5 metakaolin Bangka. The hydration rate was examined by Thermal Analysis Monitor. The results indicated that the reaction of OPC and MK was exothermic reaction."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Iqbal
"Penelitian ini bertujuan untuk membuat mortar menggunakan sampah kertas perkantoran yang telah dicacah menggunakan mesin penghacur kertas, untuk mendapatkan mortar yang ramah lingkungan, memenuhi standard dan diharapkan memiliki sifat mekanis yang lebih baik dibandingkan mortar yang menggunakan agregat alam. Benda uji penelitian dibuat dengan persentase cacahan sampah kertas hasil mesin penghancur kertas adalah 10%, 15%, 20% dan 25% terhadap berat semen yang digunakan. Pengujian kuat tekan dan kuat lentur dilakukan pada hari ke-7,14, 21 dan 28 sedangkan pengujian susut dilakukan hingga hari ke-28. Pengujian density pun dilakukan setelah umur mortar mencapai 28 hari. Dari hasil pengujian, didapatkan bahwa mortar dengan campuran 10% dan 15% memiliki mutu sebesar 6.57 MPa dan 6.52 Mpa digolongkan kedalam tipe N yaitu jenis adukan dengan kuat tekan sedang, dipakai untuk aduk pasangan terbuka diatas tanah. Sedangkan campuran 15% memiliki mutu sebesar 4.62 MPa dan 25% sebesar 2.49 MPa digolongkan kedalam tipe O yaitu jenis adukan dengan kekuatan tekan yang agak rendah, dipakai untuk konstruksi tembok yang tidak menahan beban tekan tidak lebih dari 7 kg/cm2 dan gangguan cuaca tidak berat.

This research object is make mortar using office block waste paper with shred paper pretreatment to get green mortar, standardized, and has a better mechanical quality than mortar using natural aggregate. The shredding paper ratio in mixture are 10%, 15%, 20% and 25% to cement mass. Compressive strength and flexural test did at day 7th, 14th, 21st, 28th whereas shrinkage test did at day 28th. Density test also did after mortar at the age of 28 days. As aresult from test, providable that the mixed 10% and 15% of mortar has compressive strength 6.57 MPa and 6.52 MPa. This kind of product be classified to N type that is mixed with medium compressive strength, used for open paired stir up on ground. The mixture of 20% mortar has compressive strength 4.62 MPa and the mixture of 25% of mortar has compressive strength 2.49 MPa, it can be classified to O type that is kind of mixed with low compressive strength, use for wall construction with compressive strength less than 7 kg/cm2 and medium disturbance of weather."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S44780
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Taufik Rahmadi
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk membuat mortar menggunakan sampah kertas yang telah diproses, untuk mendapatkan mortar yang ramah lingkungan, memenuhi standar dan diharapkan memiliki sifat mekanis yang lebih baik dibandingkan mortar yang menggunakan agregat alam dan tergolong beton ringan.Benda uji penelitian dibuat dengan persentase serbuk sampah kertas hasil pengolahan kertas bekas adalah10%, 15%, 20% dan 25% terhadap berat semen yang digunakan. Pengujian kuat tekan dan kuat lentur dilakukan pada hari ke-7,14, 21, 28,dan 56 sedangkan pengujian susut dilakukan hingga hari ke-28. Pengujian density pun dilakukan setelah umur mortar mencapai 28 hari.Dari hasil pengujian, didapatkan bahwa mortar dengan campuran 10% memiliki kuat tekanmutu sebesar 6.57 MPa dan 6.52 Mpa digolongkan kedalam tipe N yaitu jenis adukan dengan kuat tekan sedang, dipakai untuk aduk pasangan terbuka diatas tanah. Sedangkan campuran 15%memiliki mutu sebesar 4.62 MPa dan 25% sebesar 2.49 MPa digolongkan kedalam tipe O yaitu jenis adukan dengan kekuatan tekan yang agak rendah, dipakai untuk konstruksi tembok yang tidak menahan beban tekan tidak lebih dari 7 kg/cm² dan gangguan cuaca tidak berat.

ABSTRACT
This research object is make mortar using office block waste paper with shred paper pretreatment to get green mortar, standardized, and has a better mechanical quality than mortar using natural aggregate. The shredding paper ratio in mixture are 10%, 15%, 20% and 25% to cement mass. Compressive strength and flexural test did at day 7th, 14th, 21st, 28th whereas shrinkage test did at day 28th. Density test also did after mortar at the age of 28 days.As aresult from test, providable that the mixed 10% and 15% of mortar has compressive strength 6.57 MPa and 6.52 MPa. This kind of product be classified to N type that is mixed with medium compressive strength, used for open paired stir up on ground. The mixture of 20% mortar has compressive strength 4.62 MPa and the mixture of 25% of mortar has compressive strength 2.49 MPa, it can be classified to O type that is kind of mixed with low compressive strength, use for wall construction with compressive strength less than 7 kg/cm2 and medium disturbance of weather"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S57000
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>