Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 175019 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Zulfikar Ilham Mirza
"Social Loafing merupakan fenomena yang dikenal saat individu dalam kelompok mengeluarkan kinerja yang lebih kurang jika di banding saat individu bekerja sendiri. Partisipan terdiri dari 39 Mahasiswa yang telah meluangkan waktunya untuk penelitian ini. Mereka ditetapkan secara acak kepada dua kondisi: Collective (kelompok) dan Coactive (individual) dan dua kondisi tekanan: Tekanan Tinggi dan Tekanan Rendah.  Partisipan ditugaskan untuk menyelesaikan teka-teki kata dalam dua kondisi berikut.
Hasil menunjukan bahwa kedua kondisi tekanan tidak menunjukan perbedaan signifikan dalam performa, dan kedua kondisi kerja pun tidak menunjukan hasil signifikan dalam performa, t(34) = .97, p = .346. Implikasi penelitian ini menyatakan bahwa kondisi tekanan tidak mempengaruhi social loafing.
Social loafing is a widely known phenomenon described as when an individual in a group produces less effort compared to when the same individual is working coactively.  This study looks at the effects of pressure-more specifically-time pressure on social loafing. Participants consisting of 39 University Students took part in this study. They were randomly assigned into two work conditions: Collective or Coactive conditions and two pressure conditions: High Pressure or Low-Pressure conditions.  Participants were to complete a word-search puzzle in these conditions.
Results show that neither work conditions show significant differences in performance nor do the two pressure conditions exhibit any significant differences in task performance, t(34) = .97, p = .346.  This implies that pressure conditions does not effect social loafing."
2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Birgitta Alindi Prathitakanya
"ABSTRAK
Tekanan waktu dapat mempengaruhi pembentukan social loafing. Jurnal ini mempunyai tujuan
untuk menginvestigasi pembentukan social loafing antar partisipant dalam kondisi dimana mereka
diberi tekanan waktu. Riset ini menggunalan 36 murid dari The University of Queensland kampus
St. Lucia dengan 2x2 between group design yang dimana participant akan diminta untuk
mengerjakan tugas secara individu (koaktif) atau berkelompok (kolektif) dalam kondisi dibawah
tekanan atau tidak dibawah tekanan. Hasil dari riset ini akan menhitung jumlah jawaban yang sama
untuk menginvestigasi pembentukan social loafing. Hasil Independent t-test menyatakan bahwa
tidak ada perbedaaan significant antar kelompok coactive dan collective , t (1,34) = -1.77, p = .086.
Ditambah lagi hasil menunjukan bahwa tidak ada hasil significant antar kelompok yang diberi
tekanan waktu dan kelompok yang tidak diberi tekanan waktu , t (1,34) = 0.97 p = .350. Hal ini
bisa terjadi dikarenakan tugas yang diberikan kepada participant terlalu menarik. Ini menunjukan
bahwa tekanan waktu tidak selalu mempengaruhi fenomena social loafing terutama jika tugas yang
diberikan menarik. Riset dengan tugas yang lebih kurang menarik sangat disarankan untuk
dilakukan.

ABSTRACT
Time pressure might affect the occurrence of social loafing. Therefore, this study has an aim to
investigate whether social loafing occur in condition where participants had time pressure. This
study conducted among 36 students from The University of Queensland St Lucia campus with 2x2
between group design where the participants were asked to do the task individually (coactive) or
collectively in either under time pressure or non-time pressure. The study would measure whether
the participants engage in social loafing by looking how many similar words found in the result.
An independent t-test result revealed that there was no significant difference between collective
and coactive work, t (1,34) = -1.77, p = .086. Moreover, non-significant result also found between
collective participants under non-time pressure with collective participant under time-pressure, t
(1,34) = 0.97 p = .350, this was possible because the task given to the participant was too
interesting. This indicate that time pressure did not always affect social loafing, especially when
the task is interesting. Further research about time pressure and social loafing experiment with task
that was not too interesting for the participants is highly recommended.
"
2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Anidya Ghaisani
"Banyak orang menghindari bekerja dalam kelompok karena mereka tidak mau menghadapi ‘free-riders’ atau ‘social-loafers’. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti efek dari verbal encouragement terhadap fenomena social loafing. Dengan menggunakan 2 x 2 independent-groups design, 40 mahasiswa mengikuti penelitian ini dan diminta untuk memikirkan sebanyak-banyaknya kegunaan sebuah sendok. Partisipan penelitian dibagi ke dalam kelompok collective (di mana partisipan bekerja sama) atau coactive (di mana partisipan bekerja sendiri), dan ke dalam encouragement present (partisipan mendapatkan kata penyemangat) atau encouragement absent (partisipan tidak mendapat kata penyemangat). Independent – groups t-tests menunjukkan bahwa peserta di kelompok collective menghasilkan lebih sedikit kegunaan sendok daripada peserta di kondisi coactive, menyiratkan bahwa social loafing terjadi. Tidak ada perbedaan antara kelompok collective-encouragement present dan collective-encouragement absent. Hasil ini menunjukkan bahwa verbal encouragement mungkin tidak mengurangi fenomena social loafing. Penelitian selanjutnya disarankan untuk mempertimbangkan motivasi internal dan eksternal awal serta tingkat kesulitan tugas yang dirasakan peserta penelitian.

Many people avoid working in groups because they do not want to encounter ‘free-riders’ or ‘social-loafers’. The current study aimed to investigate the effects of verbal encouragement on social loafing. Using a 2x2 independent-groups design, 40 university students participated in the study and were asked to generate as many ideas as possible about the different uses of a spoon. Participants were sorted to either collective (i.e., participants are working together) or coactive (i.e., participants are working individually) group, and to either an encouragement present (i.e., participants were given encouraging words) or an encouragement absent group (i.e., participants were not given encouraging words). Independent-group t-tests revealed that participants in collective condition generated fewer ideas than those in coactive condition, suggesting that social loafing has occurred. There is no difference between collective-encouragement present and collective-encouragement absent conditions. This suggests that verbal encouragement might not serve to moderate social loafing. Future research should take participants’ initial intrinsic and extrinsic motivations and their perceived task difficulty into consideration."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Alifa Handriane
"Riset terdahulu telah meneliti bahwa pengetahuan awal tentang social loafing atau kemalasan sosial tidak mempengaruhi terjadinya kemalasan sosial ketika diuji dengan tes fisik dikarenakan banyaknya variabel lain yang mempengaruhi dalam pengujian di area tes fisik olahraga sepeda. Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah pengetahuan awal terhadap konsep kemalasan sosial memiliki dampak pada terjadinya kemalasan sosial ketika dioperasionalkan melalui tes kognitif (mengurutkan fungsi dari sebuah papan kayu sebanyak mungkin dalam 3 menit). Penelitian menggunakan desain independent-groups dengan 3 tingkat dan melibatkan 45 partisipan yang direkrut untuk bekerja secara koaktif (grup kontrol) atau secara kolektif dalam kelompok beranggotakan 5 individu (grup eksperimen). Untuk kelompok kolektif, partisipan diberikan antara pengarahan yang sesuai mengenai konsep kemalasan sosial (kolektif-sadar) atau pengarahan yang tidak sesuai (kolektif-tidak sadar). Hasil dari independent-groups t-test menemukan bahwa kelompok koaktif menghasilkan lebih banyak ide dibandingkan kelompok kolektif, yang mengindikasikan bahwa kemalasan sosial lebih sedikit terjadi di kelompok koaktif. Selain itu, kelompok kolektif-tidak sadar memiliki performa yang lebih baik dibandingkan kelompok kolektifsadar. Limitasi dari penelitian ini dibahas pada bagian Diskusi. Saran penelitian mencakup penggunaan konsep yang berbeda untuk pengarahan dummy dan menambah tingkat kompleksitas dari tes.

Early research has studied that prior knowledge upon social loafing did not affect the occurrence of social loafing when tested with physical task due to the many confounding variables it possessed. The current study aimed to test whether prior knowledge of social loafing may have an impact on the occurrence of social loafing when operationalised through cognitive task (listing as many uses of a plank of wood in three minutes). Using 3 level independent-groups design, 45 participants were recruited to work coactively (control) or in groups of five (collectively). In collective conditions, participants were given either proper briefing regarding the concept of social loafing (collective-aware) or dummy briefing (collective-not aware). Independent-groups t-test revealed that coactive condition generated more ideas than collective condition, indicating less social loafing in coactive condition. Additionally, collective-not aware performed better than collective-aware. Limitations of the study have been identified. Suggestions include using different concept for dummy briefing and increase complexity of the task."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Giovanno Rachmat
"ABSTRAK
Penelitian ini meneliti pengaruh jarak sosial terhadap perilaku berdonasi, yaitu salah satu bentuk dari perilaku menyumbang, dengan identity fusion berperan sebagai moderator. Jarak sosial dimanipulasi dengan menyamakan atau membedakan identitas agama partisipan dan lembaga amal untuk menciptakan jarak sosial yang kecil atau besar . Eksperimen dilakukan pada 110 mahasiswa dengan kriteria mahasiswa aktif S1 Universitas Indonesia dan beragama Islam M=19,87, SD=1,10 . Hasil analisis linear regression menunjukkan bahwa 15,30 varians perilaku berdonasi dapat dijelaskan oleh jarak sosial, F 5,104 = 3.756, p= 0.04 , meski jarak sosial tidak memiliki significant unique effect terhadap perilaku berdonasi. Namun, terdapat pengaruh interaksi yang signifikan antara jarak sosial dan identity fusion b= 0,456, SE= 0,187, 95 CI [0,086, 0,826], t= 2,443, p= 0,016 . Secara spesifik, jarak sosial mempengaruhi perilaku berdonasi ketika tingkat identity fusion rendah b= -0,704, SE= 0,268, 95 CI [-1,235, -0,173], t= -2,631, p= 0,010 tetapi tidak ketika tingkat identity fusion tinggi.

ABSTRACT
This research investigates the affect of social distance towards donating behavior, with identity fusion acting as a moderator. Social distance is manipulated by matching or unmatching the religious identity of both the participants and the charity organization, to create a socially near or socially distant condition. The experiment was conducted among 110 Muslim undergraduate students of Universitas Indonesia M 19.87, SD 1.10 . The linear regression analysis shows that 15.30 of variance can be explained by social distance, F 5,104 3.756, p 0.04 , though no significant unique effect of social distance towards donating behavior was found. However, a significant interaction effect between social distance and identity fusion was found b 0.456, SE 0.187, 95 CI 0.086, 0.826 , t 2.443, p 0.016 . Specifically, social distance affect donating behavior when the identity fusion is low b 0,704, SE 0,268, 95 CI 1,235, 0,173 , t 2,631, p 0,010 but not when the identity fusion is high."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Baumeister, Roy F.
Belmont, CA.: Wardsworth Cengage Learning, 2011
302 BAU s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Baumeister, Roy F.
Boston, Massachusetts: Cengage Learning, 2017
302 BAU s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Kharamaria Aninditya Adinatha
"Budaya ditemukan sebagai moderator social loafing, dimana social loafing berkurang atau bahkan hilang di antara orang-orang dengan budaya kolektivisme tetapi tidak untuk orang-orang dari budaya individualistis. Penelitian ini dilakukan untuk melihat efek social loafing saat partisipan dengan budaya kolektivisme berkerjasama dengan partisipan dengan budaya individualistis dalam kelompok melalui tugas kognitif sederhana (membuat daftar nama negara dengan enam huruf atau lebih dalam dua menit). Penelitian ini menggunakan design three-level independent groups dimana 36 mahasiswa (baik orang Indonesia atau orang Australia) ditentukan secara acak untuk bekerja secara individual (coactive) atau dalam kelompok (collective) baik terdiri dari tiga orang Indonesia (collective-Indonesian) atau satu orang Indonesia dan dua orang Australia (collective-mixed). Social loafing adalah variable dependen dalam penelitian ini. Hasil dari penelitian menemukan bahwa partisipan dalam kondisi coactive secara signifikan membuat daftar nama negara yang lebih panjang dibanding partisipan-partisipan di dua kondisi collective. Penelitian ini juga menemukan bahwa tidak ada perbedaan signifikan antara hasil partisipan di kondisi collective-Indonesian dengan partisipan di kondisi collective-mixed. Ini menunjukkan bahwa nilai-nilai budaya tidak mempengaruhi social loafing. Keterbatasan dan saran juga dibahas dalam penelitian ini.

Culture has been found to be a moderator of social loafing in which social loafing is reduced or even eliminated among people of collectivistic cultures but not for those of individualistic cultures. This study aimed to examine the effects of social loafing when collectivistic participants work together in a group with participants who are individualistic through a simple cognitive task (listing names of countries with six or more letters in two minutes). A three-level independent-groups design was used where 36 university students (either Indonesian or Australian in ethnicity) were randomly assigned to work individually (coactively) or in groups of three (collectively) either consisting of three Indonesians (collective-Indonesian) or one Indonesian and two Australians (collective-mixed). Social loafing was the dependent variable in the study. Independent-groups t-tests revealed that participants working coactively significantly listed more countries than those working in the two collective conditions. It also revealed that there was no significance difference in the performance of participants in the collective-Indonesian condition compared to those in the collective-mixed condition, suggesting that cultural values do not influence social loafing. Improvements regarding methodological issues have been recommended as well as suggestions for future research."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Arfianto
"Kenaikan konsumsi dari barang-barang Veblen untuk semua gender memiliki beberapa limitasi dalam segi penelitian. Studi ini akan mengisi pertanyaan dibalik kenaikan trend tersebut dengan fokus pada rasa iri dalam masyarakat terhadap status sebagai pengaruh utamanya. Dan juga, sebagaimana konsumsi tersebut berlawanan antara budaya Belanda dan Indonesia. Pengumpulan data telah diambil dari peninjauan melalui kuesioner online kepada responden-responden muda. Meskipun hubungan positif dari rasa iri terhadap barang-brang Veblen dapat ditemukan, studi ini menunjukan bahwa status dan budaya tidak membentuk perbedaan antara konsumsi barang-barang Veblen dari bagian dunia barat ke timur.

The upsurge of unisex Veblen Goods consumption has some limitations in the research area. This study aims to fill the questions behind this incrementing trend by focusing on envy towards status in society inasmuch as the influencer. Also, whether this consumption contradicts across the Dutch and Indonesian cultures. The data collection used an online survey questionnaire for young respondents. Notwithstanding of positive relationships result in envy towards the purchase of Veblen goods, this study shows how both status and cultures do not much construct the diversity of Veblen goods consumption from the Western to the Eastern part of the world."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>