Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 18773 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Shabirah Rahmah
"ABSTRAK
Orang Jepang dikenal sebagai bangsa yang menghargai dan mencintai alam. Salah satu bentuk penghargaan orang Jepang terhadap alam adalah dengan adanya tradisi dan kebiasaan yang berkaitan dengan alam, salah satunya ialah kebiasaan menikmati mekarnya bunga sakura atau yang dikenal dengan hanami yang dilakukan setiap musim semi. Dalam kebiasaan ini bunga sakura dijadikan sebagai objek karena memiliki arti yang khusus bagi orang Jepang yang didukung dengan adanya sakura zensen atau ramalan mengenai mekarnya sakura di seluruh negeri. Oleh karena itu, tugas akhir ini membahas mengenai kebiasaan hanami yang merupakan wujud dari naturalisme Jepang. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis dengan tinjauan pustaka dari berbagai sumber. Dalam penelitian ini digunakan teori naturalisme oleh Nakamura Hajime untuk dapat menganalisis sumber-sumber yang digunakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang Jepang sangat memperhatikan secara detil segala sesuatu yang berhubungan dengan alam, salah satunya adalah dengan adanya sakura zensen yang secara tidak langsung sebagai daya tarik bagi masyarakat untuk melakukan hanami.

ABSTRACT
Japanese people are known as their respects and loves towards nature. One form of Japanese peoples appreciation for nature is the existence of tradition and custom related to nature, one of which is the custom of enjoying the blooming of cherry blossoms or known as hanami, which is done every spring. In this custom, cherry blossoms is used as an objects because they have special meanings for Japanese people who are supported by the presence of sakura zensen or known as predictions about the blooming of cherry blossoms throughout the country. Therefore, this paper discusses the hanami custom which is a form of Japanese naturalism. This paper uses descriptive analytical methods with literature reviews from various sources. In this paper Nakamura Hajimes naturalism theory was used to analyze the sources used. The results of the study showed that Japanese people were very concerned about everything related to nature, one of which was the presence of sakura zensen which indirectly served as an attraction for the people to do hanami."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dhiyah Ratna Putri
"Skripsi ini membahas tata saji hanami bentou yang merupakan bagian dari budaya kuliner Jepang. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain eksposisi.Penelitian ini bertujuan untuk memberikan informasi dan menjelaskan mengenai tata saji hanami bentou pada kegiatan hanami di Jepang. Hanami Bentou merupakan jenis obentou yang disajikan pada kegiatan hanami di Jepang. Tata saji hanami bentou sangat memperhatikan mengenai tampilannya yang berwarnawarni disesuaikan dengan suasana musim semi. Warna yang dominan terlihat pada hanami bentou merupakan warna yang melambangkan kegiatan hanami.

The focus of this study is the food arrangement of hanami bentou which is a part of Japanese culinary culture. This research is qualitative interpretive exposition. The purpose of this study is to provide information and to explain the food arrangement of hanami bentou during hanami in Japan. Hanami Bentou is a kind of obentou served at the hanami in Japan. The colorful appearance plays an important role in the food arrangement of hanami bentou. The colors of the food represent the atmosphere of hanami in Japan.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2011
S262
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Pujiasrini Eliza Puteri
"Fokus dari tulisan ini adalah membahas komponen-komponen pembentuk tata ruang chashitsu bergaya sōan berdasarkan konsep wabi-sabi. Tujuan dari skripsi ini adalah untuk menunjukan chashitsu bergaya sōan merefleksikan nilai estetika wabi dan sabi. Wabi dan sabi merepresentasikan pandangan tradisional Jepang akan keindahan yang fokus pada penerimaan atas ketidaksempurnaan. Wabi merepresentasikan keindahan dalam kemelaratan, kesedihan, kemiskinan, kekecewaan, ketidak sempurnaan, kesederhanaan, dan apresiasi dari proses penuaan. Sedangkan sabi merepresentasikan keindahan dalam seauatu yang pudar, dingin, sepi, terlantar, dan berkarat. Sōan chashitsu adalah ruang minum teh yang dibangun terpisah dari rumah utama. Karena sōan chashitsu mengandung nilai estetika wabi dan sabi, walau hanya berupa bangunan yang kecil, namun mengandung keindahan yang luar biasa.

The focus of this study is in researching the layout components of sōan chashitsu based on the concept of wabi-sabi. The aims of this paper is to show that sōan chasitsu truly reflects the aesthetic of wabi and sabi. Wabi and sabi represents a view of Japanese aesthetic centered on the acceptance of imperfection. Wabi represents beauty through poverty, imperfection, asperity, simplicity, austerity, modesty, and appreciation of natural aging process. Whereas sabi represents beauty through the dull, cold, withered, and rust. Sōan chashitsu is a tea house which built separate from the main house. Because it contains the Japanese aesthetic of beauty of wabi and sabi, even though sōan chashitsu is a tiny building, it contains tremendous amount of beauty."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S42332
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Djohan Rady
"Tesis ini adalah sebuah upaya eksplorasi potensi teori evolusi Darwin sebagai basis penjelasan kausal bagi fenomena sosial dan budaya. Upaya tersebut dicapai melalui analisa terhadap ontologi ilmu ekonomi. Ilmu ekonomi dipilih karena sampai saat ini ilmu ekonomi adalah satu-satunya cabang ilmu sosial yang dianggap memiliki derajat eksplanasi setingkat ilmu-ilmu eksak. Dari analisa tersebut, penulis berpendapat bahwa dua dimensi ilmu ekonomi, yakni asumsi homo economicus dan mekanisme pasar, memiliki kompatibilitas yang tinggi dengan prinsip teori evolusi Darwin mengenai keberlangsungan hidup (survivability) dan adaptasi. Jadi, penulis beranggapan bahwa tingginya derajat eksplanasi yang dihasilkan ilmu ekonomi semata-mata disebabkan adanya kesesuaian antara ontologi ilmu ekonomi dengan ontologi evolusi Darwinian. Sebagai kesimpulan, penulis beranggapan bahwa ilmu-ilmu sosial akan dapat memberikan eksplanasi yang lebih baik jika mengadopsi prinsip-prinsip teori evolusi Darwin sebagai paradigma utamanya.

This graduate thesis is an attempt to explore the potentiality of Darwin's theory of evolution as the basic explanation of social and cultural phenomena. That main objective is realized through the means of analysis upon the ontology of economics, since economics is the only social science deemed equal to those of natural sciences. Upon analysis, it is apparent that the 'exactness' of economics explanations very much indebted to its ontological similarities with the ontology of Darwin's theory of evolution. The two main economics ontological assumptions, homo economicus and market mechanism, are very much alike with Darwin's two main ontological assumptions of evolution, survivability and adaptation. Consequentially, we can think of economics 'exactness' as a result of its ontological compatibility with Darwin's theory of evolution. As a conclusion, this thesis staunch to the hypothesis that humanities and social sciences can gain methodological status equivalent to economics only if they accept Darwin's theory of evolution as its very basic ontological assumption. "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
T42258
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Rizky Aurelia Putri Dehars
"Skripsi ini membahas tentang berbagai bentuk ketidaksetaraan gender di Jepang dengan fokus utama adalah matahara atau maternity harassment yang terjadi di lingkungan kerja Jepang. Penulis menggunakan teori feminisme radikal untuk menganalisa bagaimana budaya masyarakat Jepang terkait dengan matahara. Analisis menunjukkan bahwa sistem patriarki dalam masyarakat Jepang bukan menjadi pemicu utama terjadinya matahara, tetapi faktor ekonomi lah yang menjadi faktor utama terjadinya matahara di perusahaan Jepang. Matahara dan ekonomi saling berhubungan karena matahara menyebabkan penurunan populasi dan menurunnya populasi menyebabkan ekonomi Jepang dalam kondisi stagnan.

This undergraduate thesis examines about forms of gender inequality in Japan and focusing on matahara or maternity harassment that happens on Japanese work environment. The writer uses radical feminism theories to analyze how Japanese culture relates with maternity harassment. The analysis shows that patriarchy in Japanese society is not the main cause of maternity harassment. It is economic factor which becomes the main factor of maternity harassment in Japanese companies. Maternity harassment and economy corresponds to each other because maternity harassment causes the declining of youth population and this declining population causes Japan economy stuck in a stagnant condition.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2016
S62956
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Andrissa
"Putri Andrissa. Abstrak skrpsi sbb. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran tentang kecintaan masyarakat Jepang terhadap alam yang diimplementasikan kedalam aspek seni, terutama dalam chashitsu dan taman Roji. Untuk mendapatkan tujuan penelitian tersebut, penulis melakukan analisis dengan menggunakan teori naturalisme yang dikemukakan oleh Nakamura Hajime. Selain itu dengan teori konsep keindahan wabi dan sabi yang dikemukakan oleh Terao Ichimu, lalu menurunkannya ke dalam konsep wabicha."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2008
S13800
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dimitry Ratulangie Ichwan
"Penerjemahan home secara fenomenologi cenderung berkonotasi romantik, di mana home menjadi sumber keamanan, kenyamanan, dan keselamatan. Kesimpulan mengenai home ini bermasalah, mengingat bila ketiga aspek tersebut sudah tidak ada di tempat yang kita nobatkan sebagai sumber privasi maksimal, home akan menghilang. Penelitian yang dilakukan dengan menggunakan metode interpretasi peleburan cakrawala ini melihat bagaimana home dapat dicermati melalui pemahaman fenomenologi dan naturalisme, sebuah pendekatan baru yang mempertimbangkan hukum alam dalam penghayatan manusia terhadap ruangwaktu tertentu. Melalui pendekatan ini, home terbentuk melalui hubungan positif antara seorang subjek dengan sebuah tempat di ruangwaktu tertentu. Memori dan pengalaman subjek terhadap tempat memperboleh gelembung home yang selalu dibawa oleh manusia melebur dengan gelembung yang ada di lingkungan. Semakin banyaknya peleburan gelembung yang terjadi, subjek akan memiliki akses ke waktu yang lebih variatif. Dengan itu, melalui perspektif fenomeno-naturalis ini, home dilihat sebagai sebuah gelembung yang bersifat dinamis, transformatif, serta memiliki kemampuan untuk merumahkan keberadaan fisik maupun metafisik.

A phenomenological interpretation of home is usually done in a romantic manner, in which home is thought to be a source of safety, comfort, and security. This conclusion of home is problematic, considering that if all of these components do not exist in a certain place, home will dissipate. This research, which was conducted by using fusion of horizon method, aims to see if the concept of home can be understood through a new approach which weighs in natural law in human perception towards a certain spacetime. Through this method, home is formed via positive connection between a subject with a certain place in a certain space time. The memories and experience of a subject towards a place allows their home bubble that is always carried by them to merge with the bubbles present in the environment. The more frequent this merger happens, the subject will have access to more time. Hence, through this phenomeno-naturalistic perspective, home is defined as a bubble that is dynamic, transformative, and has the ability to house physical and metaphysical entities."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ericolas Chandra
"ABSTRAK
Kurangnya pertanggungjawaban etis pada aksi robot disebabkan oleh ketidakseimbangan antara perkembangan otonomi robot dengan kemampuannya dalam membuat putusan moral. Menanggapi isu ini, skripsi ini berupaya menyediakan justifikasi pada posibilitas Agen Moral Artifisial melalui diskursus filsafat akal budi dan metaetika. Posibilitas ini tersusun atas teori komputasional sebagai pandangan ontologis, naturalisme kognitif sebagai pandangan metaetis dan Moral Turing Test sebagai pandangan epistemologis terhadap akal budi lain. Skripsi ini mengusulkan bahwa posibilitas Agen Moral Artifisial dapat tercapai bukan melalui regulasi tingkah laku, melainkan melalui radikalisasi otonomi."
2016
S67944
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ericolas Chandra
"Kurangnya pertanggungjawaban etis pada aksi robot disebabkan oleh ketidakseimbangan antara perkembangan otonomi robot dengan kemampuannya dalam membuat putusan moral. Menanggapi isu ini, skripsi ini berupaya menyediakan justifikasi pada posibilitas Agen Moral Artifisial melalui diskursus filsafat akal budi dan metaetika. Posibilitas ini tersusun atas teori komputasional sebagai pandangan ontologis, naturalisme kognitif sebagai pandangan metaetis dan Moral Turing Test sebagai pandangan epistemologis terhadap akal budi lain. Skripsi ini mengusulkan bahwa posibilitas Agen Moral Artifisial dapat tercapai bukan melalui regulasi tingkah laku, melainkan melalui radikalisasi otonomi.

Lackness of ethical responsibility upon robot’s action was caused by unbalanced developments between robot’s autonomy and its ability to generate moral judgement. Concerning to this issue, this thesis would provide a justification of the posibility of Artificial Moral Agents through the discourse of philosophy of mind and metaethics. This possibility is constituted by computational theory of mind as ontological view, cognitive naturalism as metaethical view and Moral Turing Test as epistemological view of other minds. This thesis suggests that the possibility of Artificial Moral Agents would not occur by behavioral regulation, yet by radicalization of its autonomy."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>