Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 126995 dokumen yang sesuai dengan query
cover
William Caesar Raja Mandala
"Pengemasan makanan penting dari produk makanan untuk melindungi kualitas makanan dan keamanan dari produk makanan. Material pembungkus makanan dengan ketahanan tarik, ketahanan panas, biodegradable, dan memiliki sifat antibakteri diperlukan untuk keamanan makanan dan memperpanjang waktu penyimpanan, terutama dari kontaminasi makanan akibat bakteri patogen makanan. Kini, plastik berbahan dasar minyak bumi digunakan dalam industri pengemasan makanan. Plastik ini sulit didegradasi sehingga menyebabkan masalah lingkungan yang serius. Oleh karena itu, plastik biodegradable dengan penambahan senyawa antibakteri dibutuhkan. PVA/pati crosslink sering digunakan sebagai material pengemasan makanan karena harganya murah, biodegradable, dan memiliki sifat mekanik yang baik. Daun kelor mudah dicari, harganya murah, dan memiliki sifat antibakteri yang baik. Inilah yang menyebabkan daun kelor sebagai kandidat yang baik sebagai senyawa antibakteri pada bioplastik. Oleh karena itu, pada penelitian ini dibuat bioplastik Poli(vinil alkohol) (PVA)/pati ter-crosslink dengan penambahan senyawa antibakteri dari ekstrak daun kelor. Bioplastik PVA/pati crosslink dibuat dengan terlebih dahulu daun kelor yang telah dicuci bersih dimaserasi, dikeringkan dan digerus hingga berukuran kecil dengan pelarut metanol, setelah itu ekstrak kemudian dipisahkan dengan pelarut etil asetat. Setelah dipisahkan, fasa organik dan fasa air dari ekstrak daun kelor diambil, lalu masing-masing diencerkan dengan air dengan konsentrasi 1:20 dan 2:20 (v/v), kemudian dibuat menjadi bioplastik dengan reaksi crosslink antara PVA dengan pati. Senyawa bioplastik yang terbentuk kemudian dikarakterisasi dengan instrumen FTIR, TGA, SEM, dan uji antibakteri terhadap bakteri Staphlyococcus aureus dan Escherichia coli. Bioplastik dengan ketahanan panas terbaik ialah bioplastik PVA/pati dengan ekstrak daun kelor pada fasa air dengan pengenceran 2:20, dengan ketahanan panas hingga suhu 190oC.

Food packaging is an essential part of food products to protect food quality and safety of food products. Food packaging materials with sufficient thermal stability, mechanical strength, and antibacterial properties is necessary for food safety and extending the shelf life of packaged foods, especially from food contamination by foodborne pathogens. Currently, petroleum-based plastics used to the food packaging industry. However, this kind of plastic is non-degradable and can cause a more serious environmental problem. Therefore, biodegradable plastic with the addition of antibacterial is needed. PVA/starch crosslinked bioplastic is commonly used as a food packaging material because its cheap, biodegradable and have excellent mechanical properties. Kelor (Moringa oleifera) leaf has an antibacterial ability due to its active compounds such as tannin and flavonoid. Kelor leaf is also cheap and easy to find in Indonesia, making it a right candidate for an antibacterial compound for food plastics. Hence, in this research, we made bioplastic PVA/starch crosslink with the addition of antibacterial compound from kelor leaf. Bioplastic PVA/starch crosslink made by maceration of kelor leaf with methanol solvent, then the product separated by extraction with a mixture of ethyl acetate concentrated and water solvent. After being separated, water and organic phase of each extract were diluted by distilled water with concentration 1:20 and 2:20 (v/v), and each concentration was made bioplastic by cross-linking poly(vinyl alcohol) and starch. Each plastic product was characterized by FTIR, SEM, and antibacterial test with S.aureus and E.coli. The best heat-resistant bioplastic was PVA/starch bioplastic with Kelor leaf extract in the water phase with a dilution of 2:20, which has heat resistance up to 190oC."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iif Pramesti Cahyani
"ABSTRAK
Angka resistensi bakteri Klebsiella pneumoniae terhadap beberapa antibiotik semakin meningkat setiap tahunnya. Salah satu alternatif untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan penggunaan tanaman obat Moringa oleifera Lamk.. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak daun Moringa oleifera Lamk. terhadap bakteri Klebsiella pneumoniae. Penelitian ini dilakukan melalui uji eksperimental dengan metode makrodilusi tabung. Terdapat lima konsentrasi berbeda ekstrak yang diteliti, yaitu 100 mg/mL, 200 mg/mL, 400 mg/mL, 800 mg/mL, dan 1600 mg/mL yang kemudian dibandingan dengan kontrol positif berupa media BHI dengan bakteri dan media BHI dengan bakteri dan DMSO, dan kontrol negatif berupa media BHI, media BHI dengan ekstrak, antibiotik gentamisin, dan antibiotik gentamisin dengan bakteri. Hasil uji dilaporkan dalam Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) dan Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM), kemudian dilanjutkan dengan perhitungan jumlah koloni menggunakan plate count agar yang kemudian dianalisis menggunakan SPSS 20 dengan uji statistik One-way ANOVA dan Post Hoc Bonferroni. Hasil KHM ekstrak daun Moringa oleifera terdapat pada konsentrasi 400 mg/mL dan KBM berada pada konsentrasi 800 mg/mL. Data analisis statistik jumlah koloni pada KHM diperoleh rerata dan standar deviasi 47,83 ± 14, 986. Hasil analisis One-Way ANOVA dan Post Hoc Bonferroni ditemui perbedaan bermakna (p<0,05) antara kelompok ekstrak dengan kelompok kontrol positif, sedangkan antarkelompok kontrol positif tidak terdapat perbedaan bermakna (p>0,05).

Klebsiella pneumoniae bacterial resistance rates against several antibiotics are
increasing every year. One alternative to overcome this problem is through the use of
medical plant Moringa oleifera Lamk..The purpose of this study is to determine
antibacterial activity of Moringa oleifera Lamk. leaf extract againts Klebsiella
pneumoniae bacteria. This research was conducted through experimental study using
macrodilution tube’s method. There are five different concentrations of extract used,
consisting of 100 mg/mL, 200 mg/mL, 400 mg/mL, 800 mg/mL, and 1600 mg/mL that
will eventually be compared with positive control in the form of BHI media with
bacteria, BHI media with bacteria and DMSO, and negative control in the form of BHI
media, BHI media with extracts, gentamicin antibiotics, and gentamicin antibiotics with
bacteria. The test results are reported in Minimum Inhibitory Concentration (MIC) and
Minimum Bactericidal Concentration (MBC), then proceed with the calculation of the
number of colonies using plate count agar then analyzed using SPSS 20 with One-way
ANOVA and Post Hoc Bonferroni statistical test. The MIC of Moringa oleifera Lamk.
leaf extract is found at concentration of 400 mg/mL and MBC is at a concentration 800
mg/mL. Statistical analysis on the number of colonies in the MIC was obtained by
the mean and standard deviation of 47,83 ± 14, 986. One-way ANOVA and Post
Hoc Bonferroni analysis results show a significant differences (p<0,05) between
extract groups and the positive control groups, while there was no significant
difference (p>005) in between positive control groups.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dinda Annisa Ramadhani
"ABSTRACT
Penyakit ikan merupakan salah satu masalah serius dalam budidaya ikan. Penyakit ikan dapat disebabkan oleh faktor infeksi (yaitu bakteri) dan faktor non infeksi (yaitu kondisi lingkungan). Karena itu, perlu diberikan senyawa antioksidan dan antibakteri untuk ikan. Eleocharis dulcis atau dikenal sebagai purun tikus/chinese water chesnut adalah tanaman air dari Asia Tenggara yang biasa ditemukan di rawa-rawa. Dalam penelitian sebelumnya, ekstrak metanol daun Eleocharis dulcis menunjukkan aktivitas antioksidan dan ekstrak etanol Eleocharis dulcis peel dilaporkan memiliki aktivitas antibakteri. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi aktivitas antioksidan dan antibakteri terhadap Aeromonas hydrophila, Flavobacterium columnare, Edwardsiella ictaluri dan untuk menentukan kandungan fenolik total dari ekstrak etanol 70% daun Eleocharis dulcis yang diperoleh dari dua metode ekstraksi yaitu maserasi dan UEA. Uji aktivitas antioksidan ditentukan dengan menggunakan metode DPPH dan FRAP. Uji aktivitas antibakteri diukur menggunakan metode difusi cakram dan mikrodilusi. Total konten fenolik ditentukan secara spektrofotometri menurut metode Folin-Ciocalteu. Nilai IC50 dari metode DPPH adalah 46,91 dan 41,00 ppm untuk ekstrak dari maserasi dan metode UEA, masing-masing. Nilai FeEAC dari metode FRAP adalah 223,11 dan 317,95 μmol/g untuk ekstrak dari maserasi dan metode UEA, masing-masing. Dalam metode difusi, zona hambat untuk ekstrak dari maserasi dan metode UEA adalah 7 mm dan 8,8 mm terhadap Aeromonas hydrophila kemudian 6,4 mm dan 7 mm terhadap Flavobacterium columnare. Dalam metode mikrodilusi, nilai MIC adalah 1,56 mg/mL terhadap Aeromonas hydrophila untuk kedua metode ekstraksi. Selain itu, terhadap Flavobacterium columnare dan Edwardsiella ictaluri menunjukkan nilai MIC yang sama, yaitu 6,25 mg/mL untuk ekstrak maserasi dan 3,12 mg/mL untuk ekstrak UEA. Total konten fenol adalah 79,08 mg GAE/gram dan 85,02 mg GAE/gram masing-masing untuk metode maserasi dan UEA. Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa metode ekstraksi UEA dapat memperoleh ekstrak daun Eleocharis dulcis dengan aktivitas yang lebih baik, yaitu aktivitas antioksidan yang kuat meskipun aktivitas antibakteri yang lemah terhadap Aeromonas hydrophila, Flavobacterium columnare dan Edwardsiella ictaluri.

ABSTRACT
Fish disease is one of the serious problems in fish farming. Fish disease can be caused by infectious factors (ie bacteria) and non-infectious factors (ie environmental conditions). Therefore, it is necessary to provide antioxidant and antibacterial compounds for fish. Eleocharis dulcis or known as purun rat/chinese water chesnut is an aquatic plant from Southeast Asia commonly found in swamps. In a previous study, Eleocharis dulcis leaf methanol extract showed antioxidant activity and ethanol extract of Eleocharis dulcis peel was reported to have antibacterial activity. The purpose of this study was to evaluate the antioxidant and antibacterial activity against Aeromonas hydrophila, Flavobacterium columnare, Edwardsiella ictaluri and to determine the total phenolic content of 70% ethanol extract of Eleocharis dulcis leaves obtained from two extraction methods namely maceration and UAE. The antioxidant activity test was determined using the DPPH and FRAP methods. Antibacterial activity test was measured using the disk diffusion and microdilution methods. The total phenolic content was determined spectrophotometrically according to the Folin-Ciocalteu method. IC50 values ​​from the DPPH method were 46.91 and 41.00 ppm for extracts from maceration and the UAE method, respectively. The FeEAC values ​​from the FRAP method were 223.11 and 317.95 μmol/g for extracts from maceration and the UAE method, respectively. In the diffusion method, the inhibitory zone for extracts from maceration and the UAE method are 7 mm and 8.8 mm against Aeromonas hydrophila then 6.4 mm and 7 mm against Flavobacterium columnare. In the microdilution method, the MIC value is 1.56 mg/mL against Aeromonas hydrophila for both extraction methods. In addition, the Flavobacterium columnare and Edwardsiella ictaluri showed the same MIC value, ie 6.25 mg/mL for maceration extract and 3.12 mg/mL for UAE extract. The total phenol content was 79.08 mg GAE/gram and 85.02 mg GAE/gram respectively for maceration and UAE methods. Based on the results of this study, it can be concluded that the UAE extraction method can obtain Eleocharis dulcis leaf extract with better activity, namely strong antioxidant activity despite weak antibacterial activity against Aeromonas hydrophila, Flavobacterium columnare and Edwardsiella ictaluri.
"
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Stivan Junan Navidad
"Latar Belakang. Daun kelor (M. oleifera) memiliki kandungan kimia yang berguna sebagai antibakteri pada bakteri Gram positif maupun Gram negatif. Kandungan ini dapat merusak DNA dan membran sel yang nantinya senyawa pada daun kelor akan menembus dinding sel bakteri sehingga zat metabolisme bakteri terbuang hingga mengalami kematian. Bakteri yang digunakan pada penelitian ini adalah Cutibacterium acnes, bakteri anaerobic aerotolerant, bersifat Gram positif. Penelitian ini dilakukan untuk menguji aktivitas ekstrak etanol daun kelor (Moringa oleifera) sebagai antiseptik terhadap C. acnes. Metode: Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah Uji Percentage Kill ekstrak daun kelor dengan etanol sebagai pelarut terhadap bakteri C. acnes. Pada kontrol dimasukkan akuades steril dengan bakteri terstandar Mc Farland 0,5 sedangkan pada perlakuan mengandung ekstrak M. oleifera dengan bakteri yang sama. Kontrol dan perlakuan dilakukan dalam waktu bersamaan dengan waktu kontak selama 1, 2, dan 5 menit. Selanjutnya diinokulasi pada medium agar darah. Setelah diinkubasi secara anaerob, pertumbuhan koloni bakteri dihitung dan persentase kematian dibandingkan antara kontrol dan perlakuan. Hasil Uji Percentage Kill dikatakan memenuhi kriteria apabila hasil yang didapatkan dalam setiap waktu kontak sebesar ≥90%. Hasil: Hasil Uji Percentage Kill dalam waktu kontak 1, 2, dan 5 menit pada bakteri C. acnes masing-masing adalah 59,7%, 72%, dan 91,8%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada menit ke-5 ekstrak daun kelor mampu mengeradikasi bakteri C. acnes secara efektif. Kesimpulan: Eksperimen ini menunjukkan hasil Uji Percentage Kill belum efektif pada menit pertama dan kedua namun efektif pada menit kelima.

Introduction. Moringa leaves (M. oleifera) contain chemicals beneficial as antibacterials for Gram-positive and Gram-negative bacteria. This content can damage DNA and cell membranes so that the compounds in Moringa leaves will penetrate the bacterial cell walls, and the bacteria's metabolic substances are wasted until they die. The bacteria used in this study were Cutibacterium acnes, an aerotolerant, anaerobic, Gram-positive bacteria. This research was conducted to test the activity of Moringa oleifera leaf extract as an antiseptic against C. acnes. Method: The method employed in this research is the Percentage Kill test of moringa leaf extract with ethanol as the solvent against C. acnes bacteria. In the control group, sterile distilled water with McFarland 0.5 standardized bacteria is used, while the treatment group contains M. oleifera extract with the same bacteria. Both control and treatment are conducted simultaneously with contact times of 1, 2, and 5 minutes. Subsequently, they are inoculated on a blood agar medium. After anaerobic incubation, bacterial colony growth is counted, and the percentage of death is compared between the control and treatment. The Percentage Kill test results meet the criteria if the obtained results at each contact time are ≥90%. Results: The Percentage Kill test results at 1, 2, and 5 minutes of contact with C. acnes bacteria are 59.7%, 72%, and 91.8%, respectively. These results indicate that at the 5th minute, moringa leaf extract can eradicate C. acnes bacteria effectively. Conclusion: This experiment demonstrates that the Percentage Kill test was ineffective in the first and second minutes but became effective in the fifth minute."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Venessa Chai
"Penyakit jantung, terutama infark miokard, merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia. Mekanisme yang mendasarinya adalah ketidakseimbangan produksi ROS dengan antioksidan. Suplemen antioksidan tidak dapat mengurangi risiko terjadinya penyakit kardiovaskular karena harus bekerja secara kombinasi dengan komponen bioaktif lainnya, sehingga mendorong penelitian terapi dari bahan herbal. Moringa oleifera mengandung berbagai senyawa aktif dan tinggi oksidan sehingga memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi. Penelitian ini ingin membuktikan efek kardioprotektif dari ekstrak air daun Moringa oleifera terhadap parameter stres oksidatif, yaitu MDA dan SOD, pada infark miokard tikus yang diinduksi isoproterenol. Penelitian ini memakai bahan biologi tersimpan berupa kelompok kontrol negatif, kelompok ISO dengan pemberian isoproterenol 85mg/kgBB, dan kelompok ISO+MO dengan pemberian ekstrak air daun Moringa oleifera 200mg/kgBB dan isoproterenol 85mg/kgBB. Kadar protein sampel dihitung dengan uji Bradford, kadar SOD dengan EZ-SOD assay kit, dan kadar MDA dengan TBARS. Pemberian ekstrak air daun Moringa oleifera tidak menunjukkan perbedaan signifikan dari kadar MDA di antara ketiga kelompok (p=0,630). Pada pemeriksaan kadar SOD, didapatkan penurunan kadar SOD yang tidak signifikan pada kelompok ISO+MO dibandingkan dengan kelompok ISO (p=0,548). Penelitian ini tidak dapat membuktikan efek kardioprotektif dari ekstrak air daun Moringa oleifera terhadap kadar MDA dan SOD pada jaringan jantung tikus yang diinduksi isoproterenol.

Heart disease, including myocardial infarction, is the leading cause of death worldwide. One of the mechanisms underlying myocardial infarction is oxidative stress. Antioxidant supplements cannot reduce the risk of cardiovascular disease because they work in combination with other bioactive components, thus encouraging the search for herbal therapy. Moringa oleifera contain various active compounds and high amounts of antioxidants so that it has high antioxidant activity. This study aims to determine the effect of aqueous extract of Moringa oleifera leaves on MDA and SOD levels in isoproterenol-induced myocardial infarction rat. This study used negative control group, ISO group that received 85mg/kgBW isoproterenol, and ISO+MO group that received 200mg/kgBW Moringa oleifera leaf water extract and isoproterenol. Protein level was determined using Bradford test, MDA level was determined using TBARS, and SOD level was determined using EZ-SOD assay kit. MDA levels did not differ significantly between the three groups after administration of Moringa oleifera leaf water extract (p=0.630). In SOD levels, there was no significant decreased in ISO+MO groups compare with ISO group (p=0.548). This study was unable to prove the cardioprotective effect of Moringa oleifera leaf water extract against MDA and SOD levels in isoproterenol-induced myocardial infarction of rat tissue."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hikmah Afani
"Kontaminasi makanan terhadap mikroorganisme, terutama bakteri merupakan penyebab terbesar terjadinya keracunan makanan. Agen antibakteri dengan kandungan senyawa alami menarik perhatian, salah satunya mikroalga. Namun, informasi mengenai potensi antibakteri dari mikroalga masih terpaku pada beberapa spesies. Oleh karena itu, skrining aktivitas antibakteri dilakukan untuk menemukan potensi dari spesies baru. Ekstraksi metabolit mikroalga secara bertingkat menggunakan n-heksan, etil asetat, dan etanol. Kemudian, pengujian dilakukan dengan metode resazurin reduction (RR)assay untuk menentukan aktivitas antibakteri dan Gas Chromatography Mass Spectrophotometry (GCMS) Shimadzu GCMS-QP 2010 Ultra dengan fase diam Rtx-5MS untuk analisis senyawa aktif. Hasil menunjukkan isolat Chlorella vulgaris InaCC M205 dapat menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli InaCC B5 dan Staphylococcus aureus InaCC B4, isolat Tetraselmis subcordiformis InaCC M206 dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus InaCC B4 dan Bacillus cereus InaCC B9, serta isolat Nannochloropsis oceanica InaCC M207 juga dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus InaCC B4 dan Bacillus cereus InaCC B9. Kandungan senyawa aktif yang ditemukan berupa methyl palmitate, methyl linoleate, methyl cis-7,10,13,16,19-docosapentaenoate, dan methyl cis-11,14,17-Icosatrienoate.

Food contamination of microorganisms, especially bacteria is the biggest cause of food poisoning. Antibacterial agents with the content of natural compounds attract attention, one of which is microalgae. However, information regarding the antibacterial potential of microalgae is still fixated on some species. Therefore, screening of antibacterial activity is carried out in order to discover the potential of new species. Extraction of microalgae metabolites in a serial using n-hexane, ethyl acetate, and ethanol. Then, testing was carried out using resazurin reduction (RR) assay method to determine antibacterial activity and Gas Chromatography Mass Spectrophotometry (GCMS) Shimadzu GCMS-QP 2010 Ultra with a stationary phase of Rtx-5MS for active compound analysis. The results showed that Chlorella vulgaris InaCC M205 inhibit the growth of Escherichia coli InaCC B5 and Staphylococcus aureus InaCC B4, Tetraselmis subcordiformis InaCC M206 inhibit the growth of Staphylococcus aureus InaCC B4 and Bacillus cereus InaCC B9, as well as Nannochloropsis oceanica InaCC M207 also inhibits the growth of Staphylococcus aureus InaCC B4 and Bacillus cereus InaCC B9. The active compounds found are methyl palmitate, methyl linoleate, methyl cis-7,10,13,16,19-docosapentaenoate, and methyl cis-11,14,17-Icosatrienoate."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Christine Lieana
"Latar Belakang: Methicillin resistant Staphylococcus aureus (MRSA) merupakan bakteri Staphylococcus aureus yang telah resisten terhadap antibiotik methicillin. Saat ini, MRSA masih merupakan ancaman di seluruh dunia. Infeksi MRSA dapat menimbulkan berbagai komplikasi. Oleh karena itu, diperlukan pengobatan yang mampu menangani MRSA di masa mendatang. Daun kelor atau Moringa oleifera dikenal memiliki banyak khasiat, salah satunya adalah sebagai antibakteri. Maka dari itu, peneliti mengusulkan untuk melakukan penelitian terkait potensi ekstrak etanol daun kelor (Moringa oleifera) sebagai antibakteri terhadap MRSA. Metode: Penelitian dilakukan dengan uji eksperimental melalui metode makrodilusi. Makrodilusi dilakukan baik pada ekstrak etanol daun kelor maupun vankomisin. Makrodilusi pada ekstrak etanol daun kelor dilakukan untuk mengetahui efek antibakteri ekstrak tersebut terhadap bakteri MRSA. Sedangkan makrodilusi pada vankomisin dilakukan sebagai pembanding. Hasil: Pada penelitian ini tidak ditemukan efek antibakteri ekstrak etanol daun kelor (Moringa oleifera) terhadap bakteri MRSA. Hal tersebut terbukti dengan tidak ditemukannya konsentrasi hambat minimun (KHM) maupun konsentrasi bunuh minimum (KBM) pada percobaan ini. Pembahasan: Hasil pada penelitian ini berbeda dengan beberapa penelitian yang sudah pernah dilakukan. Perbedaan tersebut dapat terjadi akibat beberapa faktor. Peran ekstrak etanol daun kelor (Moringa oleifera) sebagai antibakteri terhadap MRSA dapat diteliti lebih lanjut dengan metode yang berbeda ataupun konsentrasi yang lebih tinggi.

Background: Methicillin resistant Staphylococcus aureus (MRSA) is a group of bacteria (Staphylococcus aureus) which are found to be resistant against antibiotics called methicillin. Nowadays, MRSA is still becoming a threat across the globe. Infections caused by MRSA may cause various complications. Due to this fact, proper-management is needed to deal with MRSA in the future. Moringa oleifera has been popularly known for its benefits, one of which is the antibacterial effect. Therefore, the author proposed to do a research on the potential of Moringa oleifera ethanol extract as an antibacterial agent against MRSA. Method: The research done is an experimental test using macrodilution method. Macrodilution was done on both the ethanol extract and vancomycin. Macrodilution on the extract was done to discover its antibacterial effect against MRSA, while macrodilution on vancomycin was done as a comparison. Results: In this research, there is no antibacterial effect found from Moringa oleifera extract against MRSA. This result is supported by the absence of minimum inhibitory concentration (MIC) and minimum bactericidal concentration (MBC) in this experiment. Discussion: The result in this research was different from some previous research findings. The difference might be caused by several factors. The role of Moringa oleifera extract as antibacterial agent against should be further studied using different methods or higher concentration."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faiqoh Zaqladi
"Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang mempengaruhi penduduk di negara maju maupun berkembang. Penyebab tertinggi anemia adalah kekurangan zat besi. Anemia Defisiensi Besi (ADB) dapat menyebabkan gangguan perkembangan perilaku, kognitif, dan keterampilan psikomotori anak. Daun kelor dapat menjadi alternatif potensial dalam memenuhi kebutuhan zat besi karena memiliki kandungan zat besi 9 kali lebih banyak daripada bayam. Suplementasi bubuk daun kelor terbukti dapat menurunkan prevalensi anemia sedang dan berat berturut-turut sebesar 68,2% dan 77,9% pada anak-anak berusia di bawah 2 tahun. Pemanfaatan daun kelor sebagai tanaman obat yang memiliki berbagai manfaat bagi kesehatan umumnya masih secara tradisional. Rasa pahit pada kelor menyebabkan anak-anak tidak menyukai daun kelor. Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan formula sediaan sirup ekstrak daun kelor yang memiliki stabilitas fisik dan kimia yang baik. Ekstrak daun kelor diperoleh dengan Microwave Assisted Extraction (MAE). Formula sirup dibuat dengan 3 konsentrasi propilen glikol sebagai kosolven dan pengawet. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa formula 1 memiliki stabilitas fisik yang baik, dan stabilitas kimia yang paling baik dengan kandungan zat besi yang paling tinggi yaitu 2,83 mg / 30 gram ekstrak / 100 ml sediaan. Kadar zat besi yang disarankan untuk anak adalah 8-10 mg/hari sehingga ekstrak yang dibutuhkan yaitu 84,80-106,00 gram ekstrak / hari dan dosis sediaan sirup yang dibutuhkan yaitu 283-353 ml/hari.

Anemia is one of the health problems that affect people in both developed and developing countries. The highest cause of anemia is iron deficiency. Iron Deficiency Anemia (IDA) can cause impaired development in behaviour, cognition, and psychomotor skills of children. Moringa leaves can be a potential alternative in meeting iron needs because they contain 9 times more iron content than spinach. Moringa oleifera Lam. leaf powder supplementation can reduce the prevalence of moderate and severe anemia in the by 68.2% and 77.9% in children below two years. The use of Moringa oleifera Lam. leaves as a medicinal plant with health benefits is still generally traditional. The bitter taste of Moringa oleifera Lam. leaves causes children to dislike Moringa oleifera Lam leaves. The purpose of this work was to obtain syrup formula for antianemia using Moringa leave’s extract that has physical and chemical stability. Moringa leave’s extract was obtained with Microwave-Assisted Extraction (MAE). Syrup formula was made in 3 concentration of propylene glycol as a cosolvent and preservatives. Result of this study showed that formula 1 has good physical stability, and the best chemical stability with the highest iron content, 2.83 mg/30 gram extract/100 ml. The recommended iron level for children is 8-10 mg / day, so the required extract is 84.80-106.00 grams of extract / day and the required dosage of syrup is 283-353 ml/day"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bianca Priscilia
"Penyakit ikan mengkhawatirkan para pembudidaya karena dapat menurunkan kualitas ikan dan ikan meningkatkan kematian ikan. Penyakit pada ikan bisa disebabkan oleh infeksi bakteri dan stres oksidatif yang disebabkan oleh kontaminan di lingkungan. Senyawa dari tumbuhan seperti polifenol yang memiliki aktivitas antioksidan sekaligus antibakteri Patogen ikan sangat diminati sebagai pilihan alternatif untuk mengobati kedua penyakit tersebut.
Berdasarkan penelitian sebelumnya, ekstrak metanol daun Kjellbergiodendron celebicum (Coord.) Merr. terbukti mengandung senyawa polifenol. Penelitian ini bertujuan untuk menguji aktivitas antioksidan dan antibakteri ekstrak etanol daun 70% Kjellbergiodendron celebicum (Coord.) Merr. yang diekstraksi menggunakan 2 metode berbeda yaitu maserasi dan UAE untuk membandingkan hasil tes, sekaligus mengerjakan penentuan kandungan fenolik total. Uji aktivitas antioksidan dilakukan dengan menggunakan metode tersebut DPPH dan FRAP, serta dilakukan uji antibakteri terhadap 3 bakteri patogen pada ikan, yaitu Aeromonas hydrophila, Edwardsiella ictaluri, dan Flavobacterium columnare menggunakan metode difusi cakram kertas dan mikrodilusi. Penentuan kandungan fenolik total dilakukan dengan menggunakan metode Folin-Ciocalteu dan kadar fenol yang diekspresikan dalam EAG
(Setara Asam Galat). Uji aktivitas antioksidan metode DPPH menunjukkan IC50 ekstrak dari metode maserasi 11,48 μg / mL dan 9,82 μg / mL dari UAE. Metode Nilai FRAP FeEAC ekstrak hasil maserasi 1,581,6 μmol / g dan ekstrak dari UAE sebesar 1.661,3 μmol / gr. Dalam metode difusi cakram kertas, diameter area hambat Ekstrak dari metode maserasi adalah 14 mm pada Aeromonas hydrophila, 9,7 mm pada Edwardsiella ictaluri, dan 13,3 mm di Flavobacterium columnare, sedangkan pada Metode UAE 17,3 mm di Aeromonas hydrophila, di Edwardsiella ictaluri dari 10,7 mm dan 13,8 mm di kolom Flavobacterium. Dalam metode mikrodilusi, ekstrak menunjukkan penghambatan pertumbuhan bakteri pada ketiga bakteri tersebut patogen dengan MIC sebesar 781,25 µg / mL untuk diekstrak dari metode maserasi dan 390,6 μg / mL untuk ekstrak dari UAE. Dalam menentukan kandungan fenolik total dari ekstrak yang dimaserasi mengandung ekstrak 224,84 mgEAG / gr sedangkan ekstrak UEA mengandung 319,36 Ekstrak mgEAG / gr. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol daun 70% Kjellbergiodendron celebicum (Coord.) Merr. memiliki aktivitas antioksidan dan antibakteri, dan ekstrak dari metode UAE memberikan aktivitas yang lebih baik dibandingkan dengan metode maserasi.

Fish disease worries farmers because it can reduce fish quality and fish increases fish mortality. Diseases in fish can be caused by bacterial infections and oxidative stress caused by contaminants in the environment. Compounds from plants such as polyphenols which have antioxidant and antibacterial activity. Fish pathogens are in great demand as an alternative option for treating both diseases.
Based on previous research, the methanol extract of the leaves of Kjellbergiodendron celebicum (Coord.) Merr. proven to contain polyphenol compounds. This study aims to test the antioxidant and antibacterial activity of the ethanol extract of leaves 70% Kjellbergiodendron celebicum (Coord.) Merr. which was extracted using 2 methods different namely maceration and UAE to compare test results, as well as to determine the total phenolic content. Antioxidant activity tests were carried out using the DPPH and FRAP methods, and antibacterial tests were carried out against 3 pathogenic bacteria in fish, namely Aeromonas hydrophila, Edwardsiella ictaluri, and Flavobacterium columnare using paper disc diffusion and microdilution methods. Determination of the total phenolic content was carried out using the Folin-Ciocalteu method and the phenol content expressed in EAG (Gallic Acid Equivalent). The DPPH antioxidant activity test showed that the IC50 extract from the maceration method was 11.48 μg / mL and 9.82 μg / mL from the UAE. Methods The value of the FRAP FeEAC extract from maceration results was 1.581.6 μmol / g and the extract from the UAE was 1.661.3 μmol / g. In the paper disc diffusion method, the diameter of the inhibitory area of ​​the extract from the maceration method was 14 mm in Aeromonas hydrophila, 9.7 mm in Edwardsiella ictaluri, and 13.3 mm in Flavobacterium columnare, whereas in the UAE method it was 17.3 mm in Aeromonas hydrophila, in Edwardsiella ictaluri from 10.7 mm and 13.8 mm in the Flavobacterium column. In the microdilution method, the extract showed inhibition of bacterial growth in the three pathogenic bacteria with an MIC of 781.25 µg / mL for extracting from the maceration method and 390.6 µg / mL for the extract from the UAE. In determining the total phenolic content of the macerated extract contained 224.84 mgEAG / gr extract while UEA extract contained 319.36 mgEAG / gr extract. From the research results, it can be concluded that the ethanol extract of the leaves of 70% Kjellbergiodendron celebicum (Coord.) Merr. has antioxidant and antibacterial activity, and the extract from the UAE method provides better activity compared to the maceration method.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Ni’amatul Muallifah
"Infeksiloleh bakteri Aeromonas hydrophila diketahui merupakanlpenyebab kematian massal yang tinggi pada sebagian besar spesies ikan air tawar. Ketidaksehatan ikan juga dapat dipengaruhi oleh stres oksidatif yang utamanya diinduksi oleh paparan polusi air. Kandungan senyawa metabolit sekunder pada tanaman seperti senyawa fenolat telah diketahui secara signifikan berkontribusi pada kapasitas antioksidan dan terdapat hubungan dengan aktivitas antibakteri. Pada penelitian sebelumnya telah diketahui bahwa ekstrak Pothos tener Wall. memiliki aktivitas antioksidan yang sedang dan mengandung senyawa polifenol. Penelitian ini bertujuan untuk menguji fraksi dari ekstrak etanol herba Pothos tener Wall. yang difraksinasi dengan metode fraksinasi cair-cair menggunakan pelarut n-heksana, etil asetat, dan metanol terkait aktivitas antioksidan dan antibakteri, serta mengidentifikasi golongan senyawa metabolit sekunder pada fraksi teraktifnya dan melakukan penetapan kadar fenol dan flavonoid total. Pengujian aktivitas antioksidan dilakukan dengan metode DPPH dan FRAP. Pengujian antibakteri dilakukan terhadap bakteri patogen ikan Aeromonas hydrophila menggunakan metode difusi cakram. Fraksi teraktif diidentifikasi kandungan metabolit sekundernya dengan KLT menggunakan pereaksi semprot. Penetapan kadar fenol total dilakukan dengan metode Folin-Ciocalteu dan penetapan kadar flavonoid total dengan metode kolorimetri dengan AlCl3. Hasil uji aktivitas antioksidan menunjukkan bahwa fraksi etil asetat merupakan fraksi teraktif namun tergolong lemah denganlnilai IC50 sebesar 175,0104 μg/mL dan nilai FeEAC didapat sebesar 40,4823 μmol/g. Pengujian aktivitas antibakteri menunjukkan semua fraksi tidak memiliki penghambatan terhadap bakteri patogen ikan Aeromonas hydrophila. Hasil penapisan fitokimia secara KLT dengan penyemprotan, fraksi teraktif (etil asetat) mengandung senyawa golongan fenol, flavonoid dan terpenoid dengan kadar fenol total sebesar 64,7461 mgEAG/g dan kadar flavonoid total sebesar 34,7265 mgEK/g.

Infection by Aeromonas hydrophila known to be the cause of high mass mortality in most freshwater fish species. Fish unhealthy can also affected by oxidative stress which is mainly induced by air pollution exposure. Secondary metabolites in plants such as phenolic compounds has been known having significant effect in antioxidant capacity and has a relationship with antibacterial activity. Previous studies revealed that Pothos tener Wall. extract has moderate antioxidant activity and contains polyphenolic compounds. This study aimed to examine the fractions from the Pothos tener Wall. herbs ethanolic extract which fractionated by liquid-liquid fractionation method using n-hexane, ethyl acetate, and methanol related to antioxidant and antibacterial activity, identifying the secondary metabolite compounds in the most active fraction and determining the total phenol and flavonoid content. Antioxidant activity was tested using DPPH and FRAP methods. Antibacterial testing was carried out on the fish pathogenic bacteria Aeromonas hydrophila using disc diffusion method. The most active fraction was identified its phytochemical content by TLC using spraying reagent. Determination of total phenol content was carried out by the Folin-Ciocalteu method and determination of total flavonoid content by colorimetric method with AlCl3. The antioxidant activity test results showed that the ethyl acetate fraction was the most active fraction but have weak antioxidant activity with an IC50 value of 175.0104 g/mL and FeEAC value of 40.4823 mol/g. Antibacterial test showed that all fractions had no inhibition against the Aeromonas hydrophila bacterium. The results of phytochemical screening by TLC with spraying reagent, the most active fraction (ethyl acetate) contains phenolic compounds, flavonoids and terpenoids with a total phenol content of 64.7461 mgGAE/g and a total flavonoid content of 34.7265 mgQE/g."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>