Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 176876 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anisyah Rahmadini
"Pariwisata tidak hanya sekedar objek dan daya tarik wisata tetapi juga tentang perpindahan wisatawan dari tempat tinggal menuju tempat wisata. Wisata minat khusus merupakan kegiatan wisata yang memiliki fokus kegiatan yang lebih spesifik. Di Kabupaten Sukabumi sendiri terdapat dua sungai yang sudah terkenal untuk dijadikan destinasi wisata minat khusus arung jeram yaitu Sungai Cicatih dan Sungai Citarik. Penelitian ini mengkaji pola keruangan pergerakan wisatawan dan factor apa yang mempengaruhi pergerakan wisatawan dengan analisis keruangan dan analisis korelasi chi-square.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola keruangan terbentuk karena perbedaan dimensi ruang yang dimiliki kedua sungai. Tipe pergerakan wisatawan single pattern tidak bergerak ke berbagai arah dan pergerakannya paling terbatas dibandingkan dengan wisatawan multiple pattern dan complex. Tipe pergerakan wisatawan ini terbentuk karena dipengaruhi oleh factor pengaruh. Dari nilai yang dihasilkan atraksi objek wisata, motivasi wisatawan serta lamanya kunjungan wisatawan di suatu atraksi memiliki pengaruh yang cukup besar dalam pergerakan wisatawan, sedangkan daerah asal dan jumlah teman seperjalanan tidak mempengaruhi pergerakan wisatawan di Sungai Citarik dan Cicatih.

Tourism is not just a tourist attraction and attraction but also about the movement of tourists from places of residence to tourist attractions. One category that is quite popular with tourists today is rafting. In Sukabumi Regency, there are two rivers that are well-known for being a special tourist destination for white water rafting, namely Cicatih River and Citarik River. This study examines the pattern of tourist movements and how factors influence tourist movements by spatial analysis and chi-square correlation analysis.
The results showed that the spatial pattern are formed due to differences in the dimensions of the space owned by the rivers. Type of single pattern travelers did not move in various directions and the movement was the most limited compared to tourists multiple pattern and complex. This type of tourist movement is formed because it is influenced by influence factors. From the value of tourist attraction attractions, tourist motivation and the length of tourist visits at an attraction have a considerable influence on the movement of tourists, while the area of ​​origin and number of traveling companions does not affect the movement of tourists in the Citarik and Cicatih Rivers.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hutapea, Poppy Marlina Monica
"Pariwisata tidak hanya sekedar objek dan daya tarik wisata tetapi juga tentang perpindahan wisatawan dari tempat tinggal menuju tempat wisata. Ketidakmerataan pergerakan wisatawan disebabkan oleh faktor karakteristik objek wisata yang dikunjungi dan faktor wisatawan itu sendiri. Penelitian ini mengkaji pola keruangan pergerakan wisatawan dan faktor yang mempengaruhi pergerakan wisatawan dengan analisis keruangan dan analisis korelasi chi-square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola keruangan wisatawan single pattern tidak bergerak ke berbagai arah dan pergerakannya paling terbatas dibandingkan dengan wisatawan multiple pattern. Sedangkan pola keruangan wisatawan multiple pattern tidak hanya mampu bergerak ke berbagai arah objek wisata alam dengan jarak fisik yang bervariasi tetapi juga berbagai jenis objek wisata alam. Wisatawan dengan sub-tipe stopover paling luas bergerak dibandingkan chaining loop dan base site dengan menjangkau hampir seluruh objek wisata alam pada jarak yang dekat hingga jauh. Sedangkan wisatawan dengan sub-tipe base site memiliki luas ruang gerak yang paling terbatas dibandingkan stopover dan chaining loop dengan bergerak pada jarak yang dekat. Faktor yang mempengaruhi pergerakan wisatawan di Kabupaten Malang adalah aksesibilitas, atraksi objek wisata, daerah asal wisatawan, lama kunjungan di objek wisata, pilihan moda transportasi, motivasi wisatawan dan pengalaman berkunjung. Sedangkan faktor jumlah teman seperjalanan tidak mempengaruhi pergerakan wisatawan di Kabupaten Malang.

Tourism is not just objects and tourist attraction but also tourist movement from their homes to tourist attractions. Inequality tourist movements caused by characteristic of tourist attraction and tourist itself. This study examines the spatial pattern of tourist movement and the factors that affect the movement of tourist with spatial analysis and statistical correlation analysis. The results showed that the spatial pattern of single type is not moving in different directions and the most limited movement than the multiple pattern. While the spatial pattern of multiple type is not only able to move into different directions with varying physical distances but also various types of natural attractions. Sub-type of the multiple: stopover, tourist with sub-type stopover not only has the most widely move than chaining loop and base site but also reach almost all the natural attractions in near and far distance. While tourist with sub-type base site has the most limited space than stopover and chaining loop also moving in near distance. Tourist movement in Malang influenced by accessibility of natural destination, attraction of natural destination, origin of tourists, duration of visits in natural attractions, modes of transportation, tourist motivation and experience of visited. Meanwhile the number of tourist companion is a factor that not affect a tourist movement in Malang.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
S60763
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rhisky Anastasya
"Pariwisata tidak hanya sebatas tentang objek dan daya tarik wisata, namun juga tentang perpindahan wisatawan dari daerah asal menuju daerah tujuan wisata. Perpindahan wisatawan menunjukkan adanya pergerakan dari satu objek wisata menuju objek wisata lainnya yang dapat mengindikasikan adanya interaksi antar objek wisata. Ketidakmerataan pergerakan wisatawan disebabkan oleh faktor dari wisatawan dan faktor dari karakteristik objek wisata. Wisatawan yang mengunjungi objek wisata memiliki karakteristik berbeda-beda. Tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui pola pergerakan wisatawan dan hubungannya dengan karakteristik wisatawan di Kabupaten Boyolali. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan kuantitatif dengan analisis korelasi crosstab. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari pergerakan wisatawan, daerah asal wisatawan, dan karakteristik wisatawan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa wisatawan di Kabupaten Boyolali didominasi oleh wisatawan yang berasal dari Kabupaten Boyolali dengan rentang usia 17 – 25 tahun dan berstatus sebagai mahasiswa. Wisatawan umumnya sudah pernah mengunjungi Kabupaten Boyolali sebelumnya (repeaters), menggunakan motor sebagai moda transportasi, dan memiliki motivasi fisik dalam melakukan perjalanan wisata. Pola pergerakan yang mendominasi wisatawan di Kabupaten Boyolali adalah tipe single pattern. Objek wisata alam umumnya dikunjungi oleh wisatawan dengan tipe pergerakan single point dan base site. Objek wisata minat khusus umumnya dikunjungi oleh wisatawan dengan tipe pergerakan stop over dan chaining loop. Sementara itu, tidak terdapat tipe pergerakan wisatawan yang dominan pada objek wisata budaya karena minimnya kunjungan wisatawan pada objek wisata budaya di Kabupaten Boyolali. Terdapat hubungan antara daerah asal wisatawan dan pemilihan moda transportasi dengan tipe pergerakan wisatawan di Kabupaten Boyolali. Wisatawan yang berasal dari Kabupaten Boyolali cenderung memiliki tipe pergerakan single pattern dan wisatawan yang berasal dari luar Kabupaten Boyolali cenderung memiliki tipe pergerakan multiple pattern. Wisatawan dengan pilihan moda transportasi motor cenderung memiliki tipe pergerakan single pattern dan wisatawan dengan pilihan moda transportasi mobil dan bus sewaan cenderung memiliki tipe pergerakan multiple pattern. Sementara itu, tidak terdapat hubungan antara motivasi wisatawan dan pengalaman berkunjung dengan tipe pergerakan wisatawan di Kabupaten Boyolali.

Tourism is not only about objects and tourist attractions, but also about tourist movement from their areas of origin to tourist destinations. The tourist movement shows a movement from one tourist attraction to another which can indicate an interaction between tourist attractions. The uneven movement of tourists is caused by factors from tourists and factors from tourist attractions’ characteristic. Tourists who visit tourist attractions have different characteristics. The purpose of this study is to determine the pattern of tourist movement and its relationship with the tourist characteristics in Boyolali Regency. This study used quantitative approach with crosstab correlation analysis. The variables in this study consisted of tourist movements, area of origin of the tourists, and tourism characteristics. The results showed that tourists in Boyolali Regency were dominated by tourists from Boyolali Regency with an age range of 17-25 years and status as a student. Tourists generally have visited Boyolali Regency before (repeaters), use motorbikes as a mode of transportation, and have physical motivation to travel. The movement pattern that dominates tourists in Boyolali Regency is the single pattern type. Natural tourism objects are generally visited by tourists with single point and base site movement types. Special interest attractions are generally visited by tourists with stop over and chaining loop types of movement. Meanwhile, there is no dominant type of tourist movement in cultural tourism objects because of the lack of tourist visits to cultural tourism objects in Boyolali Regency. There is a relationship between the area of origin of tourists and the choice of transportation mode with the type of tourist movement in Boyolali Regency. Tourists from Boyolali Regency tend to have a single pattern movement type and tourists from outside Boyolali Regency tend to have multiple pattern movement types. Tourists with a choice of motorized transportation modes tend to have a single-pattern type of movement and tourists with a choice of rental car and bus transportation modes tend to have multiple-pattern movement types. Meanwhile, there is no relationship between tourist motivation and visiting experience with the type of tourist movement in Boyolali Regency."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahun Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tiffa Yuki Dewanti
"Kabupaten Bandung Barat memiliki daya tarik untuk pengembangan wilayah agrowisata karena merupakan salah satu produsen hortikultura terbesar di Indonesia dengan produksi buah sebesar 583.539 dan sayuran 677.480 Kw/tahun. Letaknya yang tidak jauh dari Kota Bandung memberikan keuntungan karena sering dikunjungi wisatawan saat mengunjungi kawasan Bandung. Tujuan dari penelitian ini adalah memperoleh gambaran spasial mengenai pola wilayah yang memiliki potensi untuk pengembangan wilayah agrowisata serta menguji hubungan signifikansi antar indikator maupun variabel. Analisis yang digunakan adalah analisis spasial dengan mengevaluasi unsur fisiogeografis dan sosiogeografis dan analisis statistik dengan bantuan alat SPSS. Hasil menunjukan bahwa pola spasial pengembangan wilayah agrowisata di wilayah penelitian yakni di Kecamatan Lembang, Kecamatan Cisarua, dan Kecamatan Cikalong Wetan memiliki 8 tipologi. Wilayah yang paling berpotensi dengan tipologi fisiogeografis dan sosiogeografis tinggi adalah Desa Mandalamukti Kecamatan Cikalong Wetan seluas 6,049 Km2. Sedangkan, wilayah yang tidak berpotensi dengan tipologi fisiogeografis dan sosiogeografis rendah adalah Desa Ganjarsari dan Desa Puteran Kecamatan Cikalong Wetan masing-masing seluas 14,086 dan 10,325 Km2, Desa Pasirlangu Kecamatan Cisarua seluas 12,209 Km2, di Kecamatan Lembang terdapat Desa Cibogo seluas 3,12 Km2 , Desa Cikahuripan seluas 7,31 Km2, Desa Pagerwangi seluas 4,65 Km2, Desa Suntenjaya seluas 16,03 Km2, Desa Wangunharja seluas 7,85 Km2, Desa Wangunsari seluas 3,61 Km2. Analisis statistik menunjukkan terdapat hubungan signifikan antara indikator aksesibilitas (sosiogeografis) dengan unsur fisiogeografis, maka akan lebih mudah untk mengembangkan wilayah agrowisata pada lokasi yang memiliki kriteria tersebut.

Bandung Barat District has an attraction for the development of agro-tourism areas because it is one of the largest horticulture producers in Indonesia, with fruit production is 583,539 Kw /year and vegetables is 677,480 Kw /year. This location not far from the Bandung city and provides benefits because it is often visited by tourists when visiting to around of Bandung area. The purpose of this study is to obtain a spatial picture of regional patterns that have the potential for developing agrotourism areas and evaluating significance relationships between indicators and variables each other. The analysis used is spatial analysis by evaluating physiogeographic and sociogeographic elements and used statistical analysis by SPSS tools. The results showed that the spatial pattern of the development of agrotourism areas in the study area, that is Lembang Subdistrict, Cisarua Sub- District, and Cikalong Wetan Sub-District had 8 typologies. The most potential area with a high physiogeographic and sociogeographic typology is Mandalamukti Village, Cikalong Wetan Sub-District with an area of 6.049 Km2. Whereas, the locations which have no potential area with low physiogeographic and sociogeographic typologies are Ganjarsari and Puteran Villages, Cikalong Wetan Sub-District, covering an area of 14,086 Km2 and 10,325 Km2, Pasirlangu Village, Cisarua District covering an area of 12,209 Km2, in Lembang Subdistrict, Cibogo Village covering an area of 3.12 Km2. Cikahuripan village covering an area of 7.31 Km2, Pagerwangi Village covering an area of 4.65 Km2, Suntenjaya Village with covering an area of 16.03 Km2, Wangunharja Village with covering an area of 7.85 Km2, Wangunsari Village with covering an area of 3.61 Km2. Statistical analysis shows that there is a significant relationship between accessibility indicators (sociogeographic) and physiogeographic elements, so it will be good to develop agrotourism areas in that locations which have these criteria."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
T53749
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kevin Alif Abhinaya
"Kabupaten Pangandaran merupakan satu dari 88 Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) yang terletak di Provinsi Jawa Barat. Potensi terbesar pariwisata yang dimiliki Kabupaten Pangandaran adalah wisata alam baik objek wisata pantai maupun sungai. Objek wisata di Kabupaten Pangandaran yang bervariasi memicu terbentuknya pola pergerakan wisatawan. Namun, dari banyaknya objek wisata yang ada di Kabupaten Pangandaran, kunjungan wisatawan hanya terkonsentrasi di beberapa wisata saja. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pola pergerakan wisatawan dan hubungannya dengan faktor pengaruhnya yaitu motivasi wisatawan, pengalaman berkunjung, aksesibilitas, dan daya tarik wisata. Analisis yang digunakan adalah analisis keruangan dan analisis statistik menggunakan metode crosstab. Hasil didapatkan bahwa di Kabupaten Pangandaran terbentuk empat jenis pola pergerakan wisatawan yaitu single point, base site, stopover, dan chaining loop. Pola pergerakan chaining loop merupakan yang paling banyak terbentuk sedangkan pola pergerakan single point yang paling sedikit. Dari hasil pengolahan dan analisis data, motivasi wisatawan, pengalaman berkunjung, aksesibilitas, dan daya tarik wisata memiliki hubungan dengan pola pergerakan wisatawan yang terbentuk di Kabupaten Pangandaran.

Pangandaran Regency is one of the 88 National Strategic Tourism Areas (KSPN) located in West Java Province. The greatest tourism potential of Pangandaran Regency lies in it’s natural attractions, including both beach and river tourism destinations. The diverse range of tourist attractions in Pangandaran Regency has led to the formation of various tourist movement patterns. However, despite the numerous tourist attractions available in Pangandaran Regency, tourist visits are only concentrated in a few specific destinations. This research aims to examine the patterns of tourist movement and their relationship with influencing factors, namely tourist motivation, visiting experience, accessibility, and tourist attractions. The analysis employed spatial analysis and statistical analysis using the crosstab method. The results revealed that four types of tourist movement patterns were formed in Pangandaran Regency: single point, base site, stopover, and chaining loop. The chaining loop movement pattern was the most commonly observed, while the single point pattern was the least frequent. From the data processing and analysis, it was found that tourist motivation, visiting experience, accessibility, and tourist attractions are related to the formation of tourist movement patterns in Pangandaran Regency."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Naila Amalia
"Aceh merupakan salah satu provinsi dengan tingkat rawan bencana yang sangat tinggi. Bencana tsunami 2004 silam telah menyebabkan hilangnya hutan pantai dan hutan mangrove di Provinsi Aceh. Hilangnya sumber daya ini memiliki dampak langsung terhadap kelangsungan hidup dari para korban tsunami yang selamat serta dampak lanjutannya. dibutuhkan suatu program konservasi yang bersifat kontinu dan edukatif melalui ranah pendidikan, dalam hal ini penerapan pendidikan kearifan lokal berbasis mangrove. Penelitian ini dilakukan di Kota Lhokseumawe, Pantai Timur Aceh. Sebaran hutan mangrove dan sebaran sekolah yang membentuk pola spasial yang berbeda-beda dan tersebar di wilayah administrasi Kota Lhokseumawe menjadi acuan dalam penerapan pendidikan kearifan lokal berbasis mangrove. Metode pengolahan data menggunakan deskriptif kuantitatif dengan metode statistik pearson product moment. Dari jumlah keseluruhan sekolah tingkat menengah pertama di Kota Lhokseumawe yaitu sebanyak 41 Sekolah Negeri, Swasta dan Sekolah Agama, terdapat 31 sekolah yang diprioritaskan untuk dilaksanakan pendidikan kearifan lokal berbasis mangrove. Prioritas I sebanyak 18 sekolah, prioritas II sebanyak 10 sekolah dan prioritas III sebanyak 3 sekolah dengan standar kompetensi pembelajaran yang berbeda satu sama lain.

Aceh is one of the provinces with high level of hazard. Tsunami disaster in 2004 has caused the loss of coastal forests and mangroves in the Aceh province. The loss of these resources has a direct impact on the survival victims of the tsunami and subsequent impact. it takes a conservation program that is continuous and educative through the education, in this case the application of local wisdom education of mangrove. This research was conducted in Lhokseumawe city, Aceh East Coast. The distribution of mangrove forests and the spread of schools forming spatial patterns vary and spread in the administrative area of Lhokseumawe become a reference in the application of local wisdom education of mangrove. Data processing method performed by descriptive and quantitative method by pearson product moment statistic method. Of the total number of junior high schools in the city of Lhokseumawe as many as 41 Public Schools, Private and Religious School, there are 31 schools with priority for local wisdom education implemented mangrove. Priority I as many as 18 schools, 10 schools priority II and 3 school for priority with learning competency standards that differ from each other.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2016
T45914
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bayu Kurniawan
"Pulau Untung Jawa adalah pulau dengan peruntukan fungsi pulau sebagai pulau pemukiman dalam gugusan Kepulauan Seribu. Namun diluar itu, terdapat aset pariwisata yang telah dikembangkan oleh masyarakat sekitar berupa pantai yang menjadi atraksi utama. Adanya jumlah fasilitas primer yang berjumlah lebih dari satu memungkinkan penggunaan tanah untuk pembangunan fasilitas penunjang pariwisata ada yng mengelompok dan tidak mengelompok. Penelitian ini bersifat deskriftif dengan pendekatan fungsi fasilitas. Dari hasil dan embahasan didapatkan fakta bahwa pola ruang wisata pantai di Pulau Untung Jawa mempunyai bentuk yang serupa dengan pola yang digambarkan oleh Lavery dan Barret dan dicirikan dengan adanya tiga zona penggunaan tanah yang berbeda karakteristik dari jenis fasilitas yang ada.

Untung Jawa Island is a part of Kepulauan Seribu which is fuctioning as a setelment of civil society. Biside that, the place is a tourism asset that had develop by Untung Jawa civil as the most attractive object. With the number of primary faciliy that more than one are possible to build a tourism stuff, that could be a cluster or not. The research can prove that the spatial pattern of Untung Jawa Beach tourism have a similar form with Lavery?s and Barret?s pattern and has three zones landuse which is different characteristic."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
GEO.027/08 Kur p
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Alisha Safira
"ABSTRAK
Indonesia memiliki sentra batik yang tersebar di berbagai wilayah, salah satunya adalah Kabupaten Cirebon. Kawasan Batik Trusmi di Kabupaten Cirebon dikenal sebagai salah satu sentra batik dan tujuan wisata belanja di Provinsi Jawa Barat. Di kawasan ini terdapat banyak toko yang menjual produk batik dan memberikan pilihan bagi wisatawan belanja yang berkunjung ke kawasan ini. Penelitian ini menganalisis pola keruangan dari wisatawan belanja dengan beberapa variabel seperti daerah asal dan jumlah wisatawan belanja, jarak terhadap gerbang masuk, kelas jalan, luas bangunan, lahan parkir, variasi produk, dan daerah asal produk, serta mengetahui faktor-faktor yang berkorelasi dengan wisatawan belanja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola keruangan dari wisatawan belanja di Kawasan Batik Trusmi tidak selalu mengunjugi toko batik yang berjarak dekat dengan gerbang masuk Kawasan Batik Trusmi. Wisatawan belanja cenderung mengunjungi toko batik yang memiliki jarak berdekatan dengan toko batik lainnya dan didominasi oleh wisatawan belanja yang berasal dari Provinsi Jawa Barat, khususnya Kota Bandung. Faktor yang berkorelasi dengan wisatawan belanja adalah luas bangunan variasi produk, dimana toko dengan luas bangunan sedang hingga besar dan variasi produk sedang hingga banyak cenderung memiliki jumlah wisatawan belanja yang tinggi.

ABSTRACT
Indonesia has some batik center spread in various areas, one of them is in Cirebon Regency. Trusmi Batik Area in Cirebon Regency is known as one of batik centers and shopping destination in West Java Province. In this area there are many shops that sell batik products and provide options for shopping tourists who visit this area. This study analyzes the spatial pattern of shopping tourist with several variables such as the origin and numbers of shopping tourist, distance to the entrance gate, road class, building size, parking lot, variety of product, and the origin of product. The results showed that the spatial pattern of shopping tourists in Batik Trusmi Area does not always visit batik shop which is located close to the entrance gate of Batik Trusmi area. Shopping tourists tend to visit batik shops that have a distance close to other batik shops and dominated by shopping tourists who come from West Java Province, especially the city of Bandung. Factors that correlate with shopping travelers are the area of product variation building, where stores with medium to large building areas and moderate to large product variations tend to have high number of shopping tourists"
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmadea Ghafari
"Kota Bogor merupakan kota yang pariwisatanya sedang dikembangkan pada saat ini. Dalam upaya pengembangan pariwisata di Kota Bogor, diperlukan penelitian yang mengkaji tentang pola pergerakan wisatawan di Kota Bogor, dan faktor-faktor yang mempengaruhi karakteristik wisatawan. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif keruangan untuk mengetahui pola pergerakan, analisis statistik untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi karakteristik wisatawan, dan analisis cross tabulation untuk mengetahui hubungan antara pola pergerakan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi karakteristik wisatawan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa wisatawan yang mengunjungi objek wisata di Kota Bogor bergerak dengan 4 jenis pergerakan, yaitu pola single point, base Site, stop over, dan chaining loop, dengan mayoritas wisatawan yang bergerak dengan jenis pergerakan single pattern. Dari faktor-faktor yang mempengaruhi karakteristik wisatawan, mayoritas wisatawan yang berwisata ke Kota Bogor berusia 18-25 tahun, berasal dari wilayah Jabodetabek, berjenis kelamin perempuan, merupakan repeater atau wisatawan yang sebelumnya telah mengunjungi Kota Bogor, memiliki motivasi restorasi, dan berwisata bersama keluarga. Untuk faktor-faktor yang mempengaruhi karakteristik wisatawan sendiri seperti faktor geografis, demografis, dan perilaku, didapatkan bahwa, walaupun seluruh wisatawan yang dikaji pada penelitian ini mewakili seluruh kategori yang tercantum pada semua faktor yang mempengaruhi pola pergerakan, tetapi tetapi hampir keseluruhan dari mereka tetap bergerak dengan pola single point  dan Base Site.

Bogor City is a city whose tourism is currently being developed. In an effort to develop tourism in the City of Bogor, research is needed that examines the patterns of tourist movements in the City of Bogor, and the factors that influence tourist characteristics. This study uses descriptive spatial analysis to determine movement patterns, statistical analysis to determine the factors that influence tourist characteristics, and cross tabulation analysis to determine the relationship between movement patterns and the factors that influence the factors that influence tourist characteristics. The results of this study indicate that tourists visiting tourist attractions in Bogor City move with 4 types of movement, namely single point, base site, stop over, and chaining loop patterns, with the majority of tourists moving with a single pattern type of movement. From the factors that influence the characteristics of the tourists, the majority of tourists visiting Bogor City are aged 18-25 years, come from the Greater Jakarta area, are female, are repeaters or tourists who have previously visited Bogor City, have restoration motivation, and are traveling with family. For the factors that influence the tourist characteristic such as geographic, demographic, and behavioral factors, it was found that, although all tourists studied in this study represent all categories listed on all factors that influence movement patterns, almost all of them still move with single point pattern and base site."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ikhsan Maulana Mulya
"Kabupaten Bandung Barat selain memiliki keindahan wisata alam yang terkenal, tetapi juga memiliki wisata lain yang terkenal yaitu wisata kuliner. Lokasi-lokasi wisata kuliner di Kabupaten Bandung Barat sudah berkembang pesat dan memiliki ciri khas yang berbeda-beda. Pemilihan berbagai lokasi wisata kuliner tidak terlepas dari karakteristik lokasi dan juga karakteristik wisatawan yang berada di setiap lokasi wisata kuliner. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimanakah karakteristik lokasi dan wisatawan di setiap lokasi wisata kuliner di Kabupaten Bandung Barat serta menganalisis hubungan antara karakteristik lokasi dengan karakteristik wisatawan di lokasi wisata kuliner. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah karakteristik lokasi dan karakteristik wisatawan yang terdiri dari indikator jarak dari lokasi wisata alam atau buatan, jaringan jalan, penggunaan tanah, jenis makanan, asal wisatawan dan teman perjalanan. Metode yang digunakan adalah analisis komparasi keruangan dan analisis statistik chi-square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik lokasi wisata kuliner dengan jenis makanan tradisional dan memiliki lokasi strategis menjadi yang paling banyak dikunjungi oleh wisatawan, dan karakteristik wisatawan asal Jawa Barat bersama keluarga menjadi yang paling banyak mengunjungi lokasi wisata kuliner. Hasil uji statistik chi-square menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara karakteristik lokasi wisata kuliner dengan karakteristik wisatawan di lokasi wisata kuliner Kabupaten Bandung Barat.

West Bandung Regency, besides having the beauty of famous natural attractions, but also has another renowned tourism such as culinary tourism. Culinary tourism in West Bandung Regency has developed rapidly. Many new culinary tourism locations have emerged with different characteristics from other regions. The selection of various culinary tourism locations inseparable from the characteristics of the location and the characteristics of tourists who come in each culinary tourist location. This research aims to determine how the characteristics of locations and tourists in each culinary tourism location in West Bandung Regency and analyze the relationship between the location characteristics with the characteristics of tourists in culinary tourism locations. In this research, the variables used are characteristic of tourists location and characteristics, consisting of indicators of distance from natural or artificial tourist sites, road networks, land use, types of food, the origin of tourists, and travel companions. The methods used are spatial comparison analysis and chi-square statistical analysis. The results showed that the characteristics of culinary tourism with a traditional food type and has the strategic location were mostly visited by tourists and the characteristics of tourists from West Java, with their families being the most visited culinary tourism locations. Chi-square statistical test results show that there is a significant relationship between the characteristics of culinary tourism locations with the characteristics of tourists in culinary tourism locations in West Bandung Regency."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>