Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 120458 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Difa Putri Utami
"ABSTRAK
Latar Belakang: Material bone graft sintetis, salah satunya adalah kalsium karbonat/kalsit (CaCO3), yang dapat dibuat dengan menggunakan transformasi fasa melalui reaksi disolusi presipitasi. Metode ini sama dengan pembuatan CO3Ap. Penelitian yang dilakukan sebelumnya untuk membuat oleh Ishikawa, K., dkk (2017) dapat menghasillkan blok CaCO3 dalam waktu 14 hari melalui perendaman dalam Na2CO3 pada suhu 80ºC. Sementara penelitian Nomura, S., Dkk(2016) untuk menghasilkan CO3Ap dengan menggunakan suhu 100ºC, CaSO4 sudah dapat bertransformasi fasa dalam 1 hari menjadi CO3Ap. Pada proses transformasi fasa, bentuk prekursor dapat menentukan kecepatan reaksi disolusi presipitasi. Dimana semakin luas permukaan prekursor semakin cepat reaksi presipitasi terbentuk. Penggunaan prekursor CaSO4 sudah pernah digunakan sebelumnya, namun dalam bentuk blok. Untuk menghasilkan CaSO4 dapat digunakan metode seperti pada penelitian Arsista, D., dkk(2017), yaitu melalui pembakaran blok CaSO4.2H2O pada suhu 700ºC. Blok yang dihasilkan kemudian dijadikan granul, dan direndam dalam larutan Na2CO3. Dengan bentuk perkursor yang lebih kecil dan suhu yang digunakan 100ºC, transformasi fasa CaSO4 menjadi fasa CaCO3 yang terjadi dapat dipengaruhi oleh lama perendaman hingga 14 hari melalui reaksi disolusi presipitasi. Tujuan : Fabrikasi dan karakterisasi granul CaCO3 dengan merendam granul CaSO4 ke dalam larutan Na2CO3 sampai dengan 14 hari. Metode: Fabrikasi granul CaSO4 melalui pembakaran blok CaSO4.2H2O (T = 700ºC) menghasilkan blok CaSO4, kemudian dihancurkan menjadi granul berukuran 300-500µm. Fabrikasi Granul CaCO3 melalui perendaman CaSO4 direndam dalam larutan Na2CO3 0,5mol/L selama 1, 2, 3, 7 dan 14 hari (T = 100ºC). Karakterisasi prekursor CaSO4 dan hasil CaCO3 dengan analisis X-Ray Diffraction (XRD), Fourier transform infrared spectroscopy (FTIR) dan Scanning Electron Microscope (SEM) dan mengetahui jumlah unsur yang terdapat pada masing-masing sampel dengan menggunakan EDS. Hasil: Prekursor CaSO4 yang dihasilkan teridentifikasi memiliki fasa CaSO4 dan CaSO4.2H2O. Granul CaCO3 yang dihasilkan tidak murni, dari hasil XRD dan FTIR menunjukkan adanya impuritas CaSO4. Dimana intensitas fasa CaSO4 yang menjadi impuritas pada CaCO3 yang dihasilkan relatif sama dari 1 hingga 14 hari. Kesimpulan: Granul CaCO3 yang terbentuk tidak dipengaruhi oleh lama perendaman granul CaSO4 di dalam larutan Na2CO3 selama 1 hingga 14 hari. Prekursor CaSO4 yang dihasilkan memiliki impuritas CaSO4.2H2O, karena CaSO4 sensitif terhadap kelembaban. Reaksi disolusi presipitasi untuk menghasilkan CaCO3 dengan menggunakan suhu 100ºC belum dapat menghasilkan CaCO3 murni.

ABSTRACT
Background: Calcium carbonate/calcite (CaCO3) is one of synthethic bone graft materials, which can be made using phase transformation through precipitation dissolution reactions. This method is similar to the method to make CO3Ap. Previous research by Ishikawa, K., et al. (2017) was able to produce CaCO3 blocks within 14 days through immersion in Na2CO3 at 80ºC. While the research of Nomura, S., et al (2016) was able to produce CO3Ap at 100ºC, CaSO4 has been able to phase transform in 1 day to CO3Ap. In the process of transforming the precursor phase, the form of precursor can determine how long precipitation dissolution reaction will be done, by the precursor surface area. The use of CaSO4 precursors has been done before, but in the form of blocks. Methods to produce CaSO4 can be used as in the Arsista, D., et al (2017), which is through burning CaSO4.2H2O blocks at 700ºC. The CaSO4 block is then crushed into granules, and soaked in a Na2CO3 solution. With smaller form of precursor and higher temperature at 100ºC, phase transformations from CaSO4 to CaCO3 that occur THROcan be affected by the immersion time up to 14 days in the can affect the CaSO4 granule precursor into a new compound, CaCO3. Objective: Fabrication and characterization of granules CaCO3 by immersing CaSO4 granules into Na2CO3 solution for up to 14 days. Methods: Fabrication of CaSO4 granules through burning CaSO4.2H2O block (T = 700ºC) to produced CaSO4 block, then crushed into 300-500µm granules. Fabrication of CaCO3 granules through immersion of CaSO4 in 0.5mol/L Na2CO3 solution for 1, 2, 3, 7 and 14 days (T = 100ºC). Characterization of CaSO4 precursors and CaCO3 results by X-Ray Diffraction (XRD) analysis, Fourier transform infrared spectroscopy (FTIR) and Scanning Electron Microscope (SEM) and find out the number of elements in each sample using EDS. Results: The CaSO4 precursors were identified to have CaSO4 and CaSO4.2H2O phases. The CaCO3 granule have impurities, from the results of XRD and FTIR indicating the presence of CaSO4 as impurity. Where the intensity of CaSO4 phase which becomes impurity in the resulting CaCO3 is relatively the same from 1 to 14 days. Conclusion: The CaCO3 granule formed is not influenced by the immersion time of CaSO4 granules in Na2CO3 solution for 1 to 14 days. The CaSO4 precursor has impurity of CaSO4.2H2O, because CaSO4 is sensitive to moisture. The precipitation dissolution reaction to produce CaCO3 at 100ºC has not been able to produce pure CaCO3."
2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Kartikasari
"ABSTRAK
Pengukuran dosis radiasi lingkungan perlu dilakukan untuk memastikan bahwa paparan radiasi yang diterima masyarakat masih di bawah nilai batas dosis yang ditentukan oleh Badan Tenaga Nuklir Nasional (BAPETEN). Salah satu caranya dengan menggunakan Thermoluminescence Dosimeter (TLD) kalsium sulfat CaSO4 yang memanfaatkan sifat luminesensi sebagai detektor radiasi. Kemampuan luminesensi dosimeter dapat ditingkatkan dengan memberikan penambahan dopan. Diantara dopan yang memungkinkan untuk TLD CaSO4 yaitu dysprosium (Dy) dan thulium (Tm). Salah satu metode penambahan dopan adalah dengan metode kopresipitasi. Penambahan Tm sebagai dopan menggunakan metode kopresipitasi dalam sintesis TLD CaSO4 belum pernah dilakukan sebelumnya. Oleh karena itu tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan dopan Dy dan Tm dalam sintesis TLD CaSO4 menggunakan metode kopresipitasi serta untuk mengetahui pengaruh penambahan PTFE dalam pembentukan pelet TLD CaSO4:Dy maupun CaSO4:Tm. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penambahan dopan Dy maupun Tm dapat meningkatkan sensitivitas CaSO4. TLD hasil sintesis memiliki respon yang linier terhadap dosis radiasi dengan penyinaran menggunakan Sr-90 dan Cs-137. Penambahan PTFE menurunkan intensitas TLD CaSO4:Dy maupun CaSO4:Tm

ABSTRACT
Environmental radiation dosage measurements need to be done to ensure that the radiation exposure received by the community is still below the dose limit value determined by Nuclear Energy Regulatory Agency (BAPETEN). One way is by using Thermoluminescence Dosimeter (TLD) Calcium Sulphate (CaSO4). The increase in luminescence power of the dosimeter can be accomplished by the addition of dopant. Dysprosium Dy and Thulium Tm are effective dopants for TLD CaSO4. One method of adding dopant is by coprecipitation method. The addition of Tm as dopant using coprecipitation method in TLD synthesis never done before. Therefore, the purpose of this research is to know the effect of dopant addition of Dy and Tm in the synthesis of TLD CaSO4 using coprecipitation method and to know the effect of addition of PTFE in formation of TLD pellet CaSO4:Dy and CaSO4:Tm. Based on the results of the study it can be concluded that the addition of Dy or Tm can increase the sensitivity of TLD CaSO4. Synthetic TLD has a linear response to radiation dose by irradiation using Sr-90 and Cs-137. Addition of PTFE decreases luminescence power because the percentage of PTFE given is greater than CaSO4:Dy and CaSO4:Tm"
2017
T48380
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Stella Sandra Aurelia
"Hidroksiapatit merupakan salah satu material yang dapat digunakan sebagai bahan bone graft. Adanya pori pada hidroksiapatit dapat membantu mempercepat pertumbuhan tulang. Pembuatan hidroksiapatit berpori yang dilakukan dengan cara sintering menghasilkan derajat kristalinitas yang tinggi. Untuk menghasilkan hidroksiapatit dengan derajat kristalinitas yang rendah dapat menggunakan metode disolusi presipitasi. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan hidroksiapatit berpori dengan menggunakan kalsium sulfat hemihidrat sebagai prekursor dan PMMA sebagai porogen yang direndam ke dalam 0,5 mol/L larutan Na3PO4 selama 48 jam pada suhu 600C, 800C, dan 1000C. Spesimen dibuat dengan mencampurkan kalsium sulfat hemihidrat dengan bubuk polymethylmethacrylate (rasio berat kalsium sulfat hemihidrat : PMMA adalah 2 : 1). Setelah itu, bubuk dimasukan ke dalam air (rasio w/p 0,5)
dan diaduk hingga rata lalu dimasukkan ke dalam mold dengan tinggi 3 mm dan diameter 6 mm. Setelah itu, spesimen dibakar pada suhu 8000C selama 4 jam untuk menghilangkan porogen. Spesimen yang sudah dibakar direndam ke dalam 0,5 mol/L larutan Na3PO4 pada
suhu 600C, 800C, dan 1000C selama 48 jam masing-masing kelompok 11 spesimen. Uji pola difraksi sinar-X menggunakan PANalytical Xpert PRO (Malvern, UK) dilakukan pada 1 spesimen setiap kelompok dan uji kekuatan tarik diametral menggunakan Universal Testing Machine AGS-X (Shimadzu, Japan) pada 10 spesimen setiap kelompok. Hasil karakterisasi pola difraksi sinar-X pada setiap kelompok perlakuan menunjukkan fasa CaSO4 masih dominan dan fasa hidroksiapatit yang terbentuk masih sedikit. Setiap kelompok perlakuan menghasilkan persentase fasa yang berbeda-beda. Pada kelompok perendaman 1000C ditemukan fasa Ca(OH)2. Nilai kekuatan tarik diametral diuji statistik menggunakan One-Way ANOVA dan post-hoc Bonferonni. Dari hasil uji statistik, tidak ditemukan adanya perbedaan bermakna sebelum perendaman dan setelah perendaman. Pada kelompok perendaman 600C dan 1000C terdapat perbedaan bermakna. Hidroksiapatit berpori tidak sepenuhnya terbentuk pada perendaman kalsium sulfat anhidrat berpori dalam larutan 0,5 mol/L Na3PO4 pada suhu 600C, 800C, ataupun 1000C selama 48 jam."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
URANIA 19:1 (2013) (1)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Aryagoeng CD
"Air secara alamiah mengandung ion-ion logam terlarut di dalamnya, salah satunya adalah ion Ca2+ yang dapat berpresipitasi dengan ion CO32- sehingga membentuk kerak. Anti-scale Magnetic Treatment (AMT) merupakan suatu metode yang dapat mengurangi pembentukan kerak tanpa mengubah sifat kimia dari air. Hingga saat ini, penelitian mengenai AMT dengan fluida dinamik masih terus dikembangkan. Data yang dihasilkan cukup lengkap, oleh karena itu diperlukan suatu pengembangan model matematis dari data-data yang dihasilkan dari penelitian sebelumnya, sehingga dapat diperkirakan hasil yang diperoleh pada suatu kondisi operasi tertentu. Data yang dihasilkan dari pengembangan model mempunyai harga yang mendekati hasil percobaan. Pengembangan model ini didapat waktu efektif magnetisasi dan variabel yang mempunyai pengaruh dominan terhadap presipitasi CaCO3, yaitu kecepatan alir dan konsentrasi larutan.

Naturally water contains of ionics metal which dissolved within, one of the ionic metal is calcium ion (Ca2+) which could precipitate with CO32- forming scale. Anti-scale Magnetic Treatment (AMT) is an alternative method that could reduce the forming scale without changing it's chemical properties. Now a days, experiment about AMT with dynamic fluid is still being developed. The datas from the experiment that have been conducted are sufficient, because of that, the needs of mathematics modelling from the data from previous reseach is important to forecast the result that will be obtained from certain operation conditions. The modelling data obtained from modelling development were closed enough with the experiment data. From this modelling development the most influenced precipitation CaCO3 which were the liquid flow and the cocentration of the solution."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S52213
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rina Dwi Susanti
"Antiscale magnetic treatment (AMT) merupakan salah satu metode yang berpotensi dikembangkan untuk mencegah terbentuknya kerak. Untuk itu, perlu adanya adanya pengembangan dengan mengaplikasikan kedalam suatu model kinetika empiris. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan model kinetika empiris dan parameter kinetikanya yaitu energi aktivasi (Ea) dan konstanta laju reaksi (k) yang berpengaruh terhadap penekanan laju presipitasi CaCO3. Model persamaan kinetika yang digunakan adalah persamaan sigmoidal. Beberapa variasi kondisi operasi meliputi yaitu kuat medan magnet, waktu magnetisasi, laju alir sirkulasi, suhu, konsentrasi larutan dan panjang magnet. Pengukuran dilakukan pada sampel termagnetisasi dan non-magnetisasi selama 120 menit. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dalam fluida statik, nilai energi aktivasi untuk sampel termagnetisasi lebih besar dibandingkan dengan sampel nonmagnetisasi, sedangkan fluida dinamik nilai energi aktivasi untuk sample termagnetisasi lebih kecil dibandingkan dengan sampel non-magnetisasi. Sampel termagnetisasi memiliki harga k lebih rendah dibanding sampel non-magnetisasi yang menunjukkan bahwa medan magnet menekan laju presipitasi CaCO3. Nilai koefisien korelasi (R2) diperoleh mendekati satu sehingga model persamaan sigmoidal dapat dikatakan cukup baik dalam mengolah data tersebut untuk memperoleh parameter kinetika.

One of method which is potential to be developed to prevent the formation of scale is Antiscale magnetic treatment (AMT). So this need application an empirical kinetics model to developed. The aim of this study is to obtain kinetic empirical method for determination of precipitated CaCO3 formation. Activation energy and rate of reaction constant have the effects to inhibit the formation of CaCO3. The model is sigmoidal equation. This research used the strength of magnetic field, time of magnetised, circulation flow, temperature, solution concentration and magnet length as the variables condition. It showed that the value of activation energy static fluid for magnetized sample was bigger than nonmagnetized sample and dinamic fluid showed the opposite that non-magnetized is bigger than magnetized. The value of k magnetized sample is lower than nonmagnetized sample and the result was magnetic field is inhibition the rate of CaCO3 precipitation. Coefficient correlation value produce approximately one, so this sigmoidal equation has capability to cultivate that data for obtaining kinetics model."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S52212
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Saraswati Andani Satyawardhani
"ABSTRAK
Pada pembuatan gemuk bio ini digunakan Kalsium karbonat atau CaCO3 berukuran submikro-mikro sebagai aditif padat untuk meningkatkan sifat antiwear dari gemuk bio yang dihasilkan dengan NLGI #2. Penelitian ini diawali dengan pengepoksidasian minyak sawit pada suhu 65 ˚C; sintesis gemuk bio yang meliputi proses pengadukan, pemanasan, dan saponifikasi pada suhu maksimum 165 ˚C; homogenisasi pada suhu 70 ˚C; serta pengujian karakteristik dan performa gemuk bio yang meliputi uji konsistensi, uji dropping point, serta four ball test untuk menguji sifat antiwear gemuk bio dengan kecepatan putaran sebesar 1150 rpm. Adapun variabel yang terdapat pada penelitian ini yaitu waktu dan suhu selama proses sebagai variabel control; komposisi aditif CaCO3 sebagai variabel bebas; ukuran partikel CaCO3, komposisi base oil, thickener agent, dan BHT serta hasil uji karakteristik sebagai variabel terikat. Hasil yang didapat yaitu gemuk bio NLGI #2 dengan dropping point pada suhu 301 ˚- 317 ˚C. Untuk hasil pengujian antiwear terbaik didapat pada gemuk bio dengan penambahan 3,5% CaCO3 submikro-mikro dengan pengurangan massa ball bearing sebesar 0,7 mg, sementara pada gemuk bio dengan 0% CaCO3 pengurangan tersebut sebesar 250 mg.

ABSTRACT
In the making of this bio grease, calcium carbonate or CaCO3 in submicro-micro size is used as a solid additive to increase its antiwear properties. To start the research, the epoxidation of palm oil in 65 ˚C is done first; and then synthesizing of bio grease which consists of mixing, heating, and saponification with maximum temperature at 165 ˚C; homogenization in 70 ˚C; and characterization tests that includes the concistency test, dropping point test, and four ball test. The variable contained in this research are time and temperature as control variable; composition of CaCO3 as independent variable; CaCO3 particle size, composition of base oil, thickener agent, BHT, and the result of characterization test as dependent variable. To start the research, the epoxidation of palm oil is done first, and then synthesizing of bio grease, and characterization testing that includes the elasticity test, concistency test, dropping point test, and four ball test in 1150 rpm. The results of this research are, the bio grease has NLGI #2 with 301 ˚- 317 ˚C in dropping point test. For the antiwear test, the best result is possessed by bio grease with 3.5% of CaCO3 addition with reduction of mass ball bearing as much as 0.7 mg, meanwhile in bio grease with 0% of CaCO3 gave 250 mg reduction of mass ball bearing."
2015
S59168
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Intaniar Wahyu Trivany
"Kalsium karbonat nanopartikel disitesis menggunakan metode presipitasi dengan mereaksikan larutan CaCl2 dan larutan Na2CO3 yang ditambahkan capping agent untuk mencegah aglomerasi. Tahapan sintesis CaCO3 nanopartike, yaitu preparasi larutan CaCl2 dan Na2CO3 (0,15 M), preparasi larutan capping agent, dan tahap sintesis CaCO3 dengan kecepatan pengadukan sebesar 700 rpm. Pada penelitian ini, variasi yang dilakukan adalah variasi laju pencampuran reaktan 1,683 mL/menit; 0,842 mL/menit; 0,561 mL/menit dan jenis capping agent (asam malat dan PEG 400) dengan variasi konsentrasi 0,5-1%. Partikel CaCO3 dikarakterisasi dengan bebrapa instrument, yaitu SEM, XRD, dan FTIR. Dengan atau tidak adanya capping agent gugus fungsi O-H, C-H, C-C, Ca-O, dan -CO3 teridentifikasi dari hasil FTIR. Pada sampel tanpa capping agent, pencampuran CaCl2 dan Na2CO3 dalam larutan air menyebabkan pembentukan kristal vaterit berbentuk spherical dengan ukuran partikel 0,2-7µm. Konsentrasi 0,5% dan 1% capping agent membentuk 2 fasa kristal, yaitu vaterit dan kalsit berbentuk spherical dan kubus dengan ukuran partikel 207 – 926 nm pada asam malat dan 276 nm – 3 µm pada PEG 400. Sehingga partikel yang dihasilkan masih tergolong partikel sub-mikro. CaCO3 yang diperoleh dengan menambahkan capping agent menghasilkan ukuran partikel berukuran lebih kecil dibandingkan dengan tanpa agent. Ditemukan juga bahwaemakin besar laju penambahan reaktan maka ukuran anopartikel yang diasilkan semakin kecil, demikian semakin besar konsentrasi capping agent yang digunakan maka semakin besar pula ukuran nanopartikel yang terbentuk. Saat ini CaCO3 nanopartikel berpotensi untuk diaplikasikan di berbagai bidang seperti sebagai bahan aditif pelumas gemuk, material filler, biomedis, industri makanan, industri pertanian, dan lingkungan. Khususnya digunakan sebagai bahan aditif pembuatan pelumas gemuk, CaCO3 yang dihasilkan dapat menuutup asperities yang berukuran 4,5 µm.

Calcium carbonate nanoparticles were synthesized using the precipitation method by reacting a CaCl2 solution and a Na2CO3 solution with a capping agent added to prevent agglomeration. The steps of the synthesis of CaCO3 nanoparticles were the preparation of CaCl2 and Na2CO3 solutions (0,15 M), the preparation of a capping agent solution, and the CaCO3 synthesis stage with a stirring speed of 700 rpm. In this research, the variations carried out were variations in the mixing rate of the reactants 1,683 mL/min; 0,842 mL/min; 0,561 mL/min and the type of capping agent (malic acid and PEG 400) with a concentration variation of 0,5-1%. CaCO3 particles were characterized by several instruments, namely SEM, XRD, and FTIR. With or without a capping agent the functional groups O-H, C-H, C-C, Ca-O, and -CO3 were identified from the FTIR results. In samples without a capping agent, mixing CaCl2 and Na2CO3 in aqueous solution causes the formation of spherical vaterite crystals with a particle size of 0,2-7µm. Concentrations of 0.5% and 1% of capping agents formed two crystalline phases, namely spherical and cubic vaterite and calcite with particle sizes of 207 – 926 nm in malic acid and 276 nm – 3 m in PEG 400. So that the resulting particles are still classified as sub-micron particles. CaCO3 obtained by adding a capping agent produces a smaller particle size than without the agent, this is because the capping agent can inhibit the formation reaction time in the agglomeration process. Also found that the greater the rate of addition of reactants, the smaller the size of the nanoparticles produced, thus the greater the concentration of the capping agent used, the greater the size of the nanoparticles formed. Currently, CaCO3 nanoparticles have the potential to be applied in various fields such as lubricants, grease additives, filler materials, biomedicine, the food industry, the agricultural industry, and the environment. Primarily used as an additive for the manufacture of grease lubricants, the CaCO3 produced can cover asperities measuring 4,5 µm."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salma Azhari Khairunnisa
"Banyak kesamaan dalam desain dan teknik dapat dilihat pada hubungan antara arsitektur dan fashion. Baik arsitektur dan mode berbagi prinsip yang sama dalam struktur, bentuk, dan bahan untuk melindungi penggunanya. Pengenalan material dan teknologi baru meningkatkan interaksi antara mode dan arsitektur. Garis batasan yang mulai kabur antara mode dan arsitektur telah mendorong terciptanya praktik hibrid yang menggabungkan karakteristik kedua disiplin ilmu tersebut, seperti munculnya produk arsitektur yang dapat dikenakan. Karena produk arsitektur yang dapat dikenakan ini berada diantara industri arsitektur dan industri fashion, maka penulis tertarik untuk memaparkan proses produksi produk hybrid tersebut sebagai tujuan dari skripsi ini.
Analisis teoretis tentang konvergensi industri arsitektur dan mode disebutkan dalam studi literatur. Investigasi penulis tentang bagaimana siswa di kelas digital fabrikasi menjalani proses berpikir dan merancang akan disebutkan dalam studi kasus. Penulis menyelidiki bagaimana keahlian dan pengetahuan dalam material dan manufaktur memengaruhi pendekatan desain merek

Many commonalities in design and engineering may be seen in the link between architecture and fashion. Both architecture and fashion share the same principles in structure, form, and materials to protect and shelter their users. The introduction of new materials and technology is increasing the interplay between fashion and architecture. The blurring barriers between fashion and architecture have driven the creation of hybrid practices that combine characteristics of both disciplines, such as the growth of wearable architecture. Since this wearable architecture stands in a class between the architectural industry and the fashion industry, the author is interested in exposing the production process of this hybrid product as the purpose of this thesis.
Theoretical analysis of the convergence of the architectural and fashion industries are mentioned in literature studies. Authors investigation on how students in a class go through the process of thinking and designing are mentioned in case study. The author investigates at how material and manufacturing expertise affects their design approach.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Riastuti Iryaningrum
"ABSTRAK
Latar belakang : Penggunaan konsentrasi kalsium dialisat ([Ca-D]) masih kontroversi. Di Indonesia masih digunakan [Ca-D] yang berbeda-beda antara 1,25 mmol/L ? 1,85 mmol/L. Studi DOPPS mendapatkan kegagalan dalam pencapaian kadar kalsium (Ca), fosfat (PO4), produk CaxP dan hormon paratiroid (HPT) sesuai yang ditargetkan K/DOQI dan semua penyebab risiko mortalitas secara signifikan berhubungan dengan tingginya [Ca]-D

Tujuan : Mengetahui perbedaan kadar Ca darah, PO4, HPT dan kalsifikasi vaskular pada penggunaan [Ca]-D tinggi dan rendah.
Metode : Penelitian adalah studi potong lintang analitik dilakukan di Unit Hemodialisis Divisi Ginjal-Hipertensi RS Cipto Mangunkusumo, Jumlah subyek 46 orang. Dua puluh tiga pasien menggunakan [Ca]-D rendah (1,25 mmol/L) dan 23 pasien menggunakan [Ca]-D tinggi (1,85 mmol/L). Penelitian dilakukan Oktober 2013 ? Mei 2014. Analisis statistik dengan uji Mann Whitney dan uji Chi square. Menggunakan SPSS 20.0.
Hasil : Sebanyak 46 pasien, terdiri dari 25 laki-laki dan 21 perempuan, dengan rerata usia 50,87 + 12,74 tahun. Lama HD 45,50 (6-168 bulan). Subyek penelitian yang mencapai target kontrol metabolisme sesuai panduan K/DOQI 2002 pada [Ca]-D rendah : Ca terkoreksi, PO4, produk Ca xPO4, dan HPT yang mencapai target sebanyak 8(34,8%), 10(43,5%), 15(65,2%) dan 2(8,7%) pasien. Pada [Ca]-D tinggi didapatkan 10(43,5%), 8(34,8%), 15(65,2%), 8(34,8%) pasien. Penelitian kami mendapatkan dengan [Ca]-D tinggi hasil lebih baik, hal ini tidak sama dengan hasil penelitian DOPPS. Berbeda dengan PO4 yang hasilnya lebih baik dengan [Ca]-D rendah, namun hasil kami juga lebih baik dari penelitian DOPPS. Hasil pada HPT lebih buruk pada [Ca]-D rendah dibandingkan DOPPS, hal ini mungkin disebabkan kami tidak menggunakan vitamin D untuk mengatasi hiperparatiroid sekundernya. Kalsifikasi vaskular dengan metode KAA pada [Ca]-D tinggi sebanyak 13(48,1%) sedangakan pada [Ca]-D rendah sebanyak 14(51,9%). Dengan metode KAAb pada [Ca]-D tinggi didapatkan kalsifikasi sebanyak 16(47,1%) dan pada [Ca]-D rendah didapatkan 18(52,9%) kalsifikasi.
Simpulan : Terdapat perbedaan kadar Ca, PO4, produk Ca x PO4, HPT dan kalsifikasi vaskular, pada penggunaan [Ca]-D tinggi dan rendah, tetapi yang berbeda bermakna hanya Ca dan HPT.


ABSTRACT
Background : The use of calcium dialysate is still controversial. In Indonesia, the dose for [Ca-D] still varies between 1,25 mmol/L ? 1,85 mmol/L. DOPPS study shows failure in achieving optimal calcium, phosphate as well as parathyroid hormone level in the blood as targetted by K/DOQI and is related to significantly increased mortality and is closely related with increased [Ca]-D.
Aim : Evaluate the difference in Serum Ca, PO4, PTH levels and vascular calcification in concentrations of [Ca]-D high and low.
Methods : This is a cross sectional study done in Hemodialysis unit in Nephrology Division of Cipto Mangunkusumo hospital. Total subject recruited was 46 patients, 23 patient using low concentration [Ca]-D (1.25 mmol/L) and 23 patients using high concentration [Ca]-D (1.85mmol/L). Research was conducted in October 2013 until May 2014. Analysis was performed using Mann Whitney test and Chi Square, statistical analysis was done using SPSS 20.0.
Result : A total of 46 patients consisting of 25 men and 21 women, with mean age of 50,87 + 12,74 years. Mean length of Dialysis was 45,50 months (6-168 months). Subjects using low concentration [Ca]-D who reached target concentration according to K/DOQI consisted of : corrected Ca in 8 (34,8%) patients while in high concentration [Ca]-D consisted of 10(43,5%) patients, better than DOPPS study. In terms of phosphate levels, low concentration [Ca]-D achieved target PO4 level in 10(43,5%) patients while high concentration [Ca]-D achieved target in 8(34,8%) patients. Corrected Ca x PO4 target levels were obtained equally in both groups which was 15(65,2%) patients. Target PTH level was achieved in low concentrated [Ca]-D up to 2(8,7%) patients, very low may be caused we did not use vitamin D and 8(34,8%) patients in high concentrated [Ca]-D. Vascular calcification using KAA method showed incidence of 13(48,1%) in high concentrated [Ca]-D and 14(51,9%) in low concentrated [Ca]-D group. On the other hand, KAAb methods revealed calcification of 16(47,1%) in high concentrated [Ca]-D and 18(52,9%) calcification in low concentrated [Ca]-D.
Conclusion : There is a difference in Ca, PO4, Ca X PO4 product serum level and vascular calcification in high and low [Ca]-D in both group however, statistically significant difference was found only in serum Ca and PTH levels."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>