Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 136032 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nur Septiadi
"Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan dan memberikan gambaran umum tentang sistem pertahanan benteng di Sumedang. Objek yang diteliti adalah benteng kolonial pada awal abad ke-20. Benteng di Sumedang menjadi objek penting sebagai sarana pertahanan dalam kaitannya dengan Jalan Pos, Bandung, dan pemerintah pusat Kabupaten Sumedang. Pertahanan tersebut dimotivasi oleh keberadaan Benteng Benteng Palasari, Benteng Koentji, Pintu Air Raga Diem, Bunker Pasir Raja, Bunker Pasir Kolecer, Bunker Darmaga, Bunker Darmaga, Bunker Baterai, dan Bunker Pasir Kiara.

This study aims to explain and provide a general description of the fort defense system in Sumedang. The object under study was the colonial fort at the beginning of the 20th century. The fort in= Sumedang became an important object as a means of defense in relation to Jalan Pos, Bandung, and the central government of Sumedang Regency. The defense was motivated by the presence of Benteng Palasari Fortress, Koentji Fortress, Diem Raga Gates, Sand Raja Bunkers, Kolecer Sand Bunkers, Darmaga Bunkers, Darmaga Bunkers, Battery Bunkers, and Kiara Sand Bunkers."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pranalendro Muliawan
"Media penyimpanan yang digunakan di bank memiliki beberapa variasi diantaranya lemari besi dan Safe deposit box. Penelitian ini mengambil koleksi lemari besi dan Safe deposit box di Museum Bank Mandiri. Koleksi Lemari besi dan Safe deposit box menjadi objek penelitian karena memiliki keunikan dalam pembuatan, penggunaan dan bahan materi media tersebut. Analisa penelitian menitikberatkan pada bentuk, ruang, dan waktu. Penelitian dilakukan dengan observasi, analisis, dan interpretasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis media penyimpanan pada masa kolonial dan untuk mengetahui fungsi dari media penyimpanan tersebut.

Storages which used in bank has several variations including the vault and safe deposit box. This study takes the collection of vault and safe deposit box at the Bank Mandiri Museum. The vault and the safe deposit box was the research object because it has uniqueness in making, using and the resource materials. The main research analysis focuses on form, space, and time. The research was done by observation, analysis, and interpretation. This study intended to find the types of storage media in the colonial period and to find the function of the media."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S53419
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ide Nada Imandiharja
"Benteng Toboali merupakan sebuah benteng pertahanan yang terletak di pesisir barat Bangka Selatan di Pulau Bangka, tepatnya di Toboali. Benteng Toboali dibangun oleh pemerintah kolonial Belanda pada abad ke-19. Penelitian ini dilakukan dengan menempatkan Benteng Toboali dalam konsep panoptikon yang dikemukakan oleh Michel Foucault (1995) selama masa pemerintahan kolonial Belanda di Toboali untuk merekonstruksi mekanisme kuasa yang ada antara pihak Belanda dengan pihak-pihak yang ada di sekitar Benteng Toboali. Penelitian ini menggunakan metode penelitian arkeologi yang dikemukakan oleh Collin Renfrew dan Paul G. Bahn (2016): formulasi, pengumpulan dan perekaman data, pemrosesan dan analisis, dan publikasi. Pengumpulan dan perekaman data dilakukan dengan metode survei di Benteng Toboali pada bulan Januari 2020. Analisis jangkauan dilakukan untuk mengidentifikasi wilayah jangkauan pengawasan, dan analisis jaringan dilakukan untuk menjelaskan relasi antara pihak Belanda dengan fitur-fitur yang ada di wilayah pengawasannya. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa Benteng Toboali sebagai representasi kuasa pemerintah kolonial Belanda di Toboali difungsikan sebagai bangunan pengawasan terhadap kelompok pribumi, kelompok etnis Cina, perusahaan-perusahaan Belanda (Bankatinwinning dan Bataafsche Petroleum Maatschappij), dan kelompok lain yang masih berada dalam wilayah jangkauan Benteng Toboali melalui mekanisme panoptikon.

ABSTRACT
Toboali is a fortress located in the west coast of South Bangka in Bangka Island, precisely in Toboali. Fort Toboali was built by the Dutch colonial government in 19th century. This research was conducted by placing The Fort Toboali in the Panopticon concept by Michel Foucault (1995) during the Dutch colonial government in Toboali to reconstruct the mechanism of power that exixted between the Dutch and evertything around the Fort Toboali. The research used archaeological research method stated by Collin Renfrew and Paul G. Bahn (2016): formulation, collecting and recording evidence, processing and analysis, and publication. Collecting and recording the evidence was held by survei method in Fort Toboali on January 2020. Buffer analysis was used to identify the surveillance area, and networking analysis was used to explain the relation between the Dutch and the features on the surveillance area. The result of the research is that the Fort Toboali as a representation of the power of the Dutch colonial government in Toboali was functioned as a surveillance building to the indigenous group, Chinese ethic group, the Dutch companies (Bankatinwinng and Bataafsche Petroleum Maatschappij), and another group within the reach of Fort Toboali through the panopticon mechanism.

"
2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Wins Senor
"Tesis ini membahas proses penataan administrasi pemerintah Hindia Belanda di Mamasa dan mengulas perubahan sebagai akibat pengaruh dari penerapan sistem administrasi kolonial yang berawal dari ekspansi militer pada 1906 sampai pada berakhirnya kekuasaan kolonial Belanda pada 1942. Perubahan yang terjadi di Mamasa pada masa kolonial tidak dapat disederhanakan ke dalam pandangan dimana pemerintah kolonial sebagai penggerak yang menggiring masyarakat Mamasa yang pasif. Namun Sebaliknya, melalui ikatan kekerabatan yang telah terbentuk sebelumnya, elite-elite lokal yang tersingkirkan dari wilayah kekuasaan mereka pasca reorganisasi administratif mampu untuk bereaksi melalui perlawanan dan mampu mengantisipasi tekanan pemerintah kolonial Belanda. Gerakan perlawanan itu tidak hanya berdampak pada kondisi keamanan di Mamasa tetapi juga memaksa pemerintah Belanda untuk mengatur ulang keputusan resmi mengenai penataan yang telah ditetapkan sebelumnya sekaligus melakukan penataan ulang cabang pemerintahan di afdeling Mandar, terutama Mamasa. Hadirnya pemerintah Belanda di Mamasa yang membawa pengaruh zending memicu transformasi sosial masyarakat yang sebelumnya menganut kepercayaan lokal kemudian ikut ke dalam pengaruh zending. 

This thesis discusses the process of structuring the administration of the Dutch East Indies government in Mamasa and reviews changes as a result of the influence of the application of the colonial administrative system that began with military expansion in 1906 until the end of Dutch colonial rule in 1942. The changes in Mamasa in the colonial period cannot be simplified to in the view that the colonial government was the driving force that led the passive Mamasa community. However, on the contrary, through the previously formed kinship ties, local elites who were removed from their territories after administrative reorganization were able to react through resistance and were able to anticipate the pressure of the Dutch colonial government. The resistance movement not only had an impact on the security conditions in Mamasa but also forced the Dutch government to rearrange the official decision on the arrangements that had been set beforehand while at the same time reorganizing the branches of government in Mandar, especially Mamasa. The presence of the Dutch government in Mamasa which brought zending influences triggered a social transformation of the community which previously adhered to local beliefs and then joined the influence of zending."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irfal Mujaffar
"Tesis ini membahas peran masyarakat pribumi dalam kegiatan pariwisata di Garut pada masa kolonial. Selaku komunitas tuan rumah, masyarakat pribumi merupakan unsur penting dalam praktik pariwisata di Hindia Belanda. Akan tetapi kehadiran mereka cenderung terabaikan. Studi-studi yang sudah ada sejauh ini masih memosisikan masyarakat pribumi sebatas objek amatan para wisatawan, alih-alih menjadikannya subjek yang juga turut berkontribusi dalam membentuk proses pariwisata. Penelitian ini menelusuri keterlibatan masyarakat pribumi dalam kegiatan pariwisata pada masa kolonial dengan studi kasus masyarakat pribumi di Garut, Keresidenan Priangan dari tahun 1891 hingga 1942. Studi ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode sejarah. Sumber-sumber yang digunakan bertumpu pada arsip-arsip kolonial, buku panduan wisata, majalah, surat kabar, foto-foto, dan catatan perjalanan sezaman. Secara kronologis perkembangan pariwisata di Garut terbagi dalam dua pembabakan waktu. Periode pertama (1891–1907) disebut sebagai era pariwisata domestik. Dicirikan dengan mengarusnya kunjungan turis-turis domestik yang didominasi oleh para pemukim Eropa dari kota-kota besar di Hindia yang hendak berekreasi dan tetirah. Sedangkan periode kedua (1908–1942) disebut sebagai era pariwisata internasional. Pada periode ini Garut mulai dipromosikan kepada wisatawan asing dan menjadi bagian dalam rencana perjalanan pariwisata internasional. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa masyarakat pribumi tampil menjadi elemen penting yang turut menggerakan pariwisata di Garut pada masa kolonial. Mereka terlibat aktif dalam melayani dan mengatur perjalanan para wisatawan, serta bernegosiasi dalam masalah pengembangan objek wisata. Kontribusi masyarakat pribumi dalam kegiatan pariwisata mula-mula digerakkan oleh sikap kepatuhan terhadap golongan (bupati) yang menjadi pemimpin mereka. Dorongan tersebut lalu bergeser seiring dengan manfaat ekonomi yang mereka peroleh. Kegiatan pariwisata hadir menawarkan alternatif pekerjaan baru ketika sebagian penduduk pribumi di Garut tidak bisa lagi hanya mengandalkan sektor pertanian sebagai sumber penghidupan.

The focus of this research is to examine the role of indigenous peoples in tourism activities in Garut during the colonial period. As the host community, the indigenous people were an important element in the practice of tourism in the Dutch East Indies. However, their contribution is often overlooked. So far, existing studies have often positioned indigenous peoples as tourism objects, rather than making them as subjects who also contribute to shaping the tourism process. This study traces the involvement of indigenous peoples in tourism activities during the colonial period with the case of indigenous peoples in Garut, Priangan Residency from 1891 to 1942. This research is a qualitative study using historical methods. The sources used rely on colonial archives, tourist guide books, magazines, newspapers, photographs, as well as travelogues from that time. The development of tourism in Garut during the colonial period is chronologically divided into two time periods. The first period (1891-1907) is referred to as the era of domestic tourism. This period was characterized by domestic tourist visits which were dominated by Europeans who came from big cities in the Dutch East Indies to rest and recover their health. While the second period (1908-1942) is referred to as the era of international tourism.  In this period Garut began to be promoted to foreign tourists and existed as part of the international tourism itinerary. The results of this study indicate that indigenous peoples were an important element that contributed to advancing tourism activities in Garut during the colonial period. They are actively involved in serving and organizing the trips of tourists, as well as negotiating in tourism attraction development issues. The contribution of the indigenous people in tourism activities was initially carried out to show their obedience to the regent (menak) as their leader. Their motivation to contribute then changes along with the economic benefits they get. Tourism activities is an alternative sector that provides new jobs for some indigenous people in Garut, when they can no longer depend solely on the agricultural sector for income."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Frial Ramadhan Supratman
"Kota Cirebon pada awal abad ke-20 menghadapi berbagai problema. Salah satu problema yang dihadapi oleh Kota Cirebon adalah masalah kesehatan. Masalah ini sebenarnya bukanlah masalah baru bagi Kota Cirebon. Pada masa sebelumnya Kota Cirebon pernah mengalami gangguan kesehatan seperti munculnya wabah penyakit malaria pada tahun 1805. Permasalahan itu berlanjut ketika Kota Cirebon ditetapkan sebagai Gemeente pada tahun 1906. Permasalahan itu ditimbulkan oleh ekologi alami, kebijakan pemerintah hingga kebiasaan masyarakat. Hal itu memunculkan bebrbagai penyakit. Dua penyakit yang muncul pada awal abad ke-20 di Kota Cirebon adalah malaria dan pes. Untuk membrantas penyakit-penyakit yang ada maka pemerintah dan masyarakat bekerjasama untuk menanggulanginya. Penanggulangan itu berupa pembentukan DVG, pembentukan rumah sakit dan poliklinik, pengobatan, perbaikan kampung dan infrastruktur hingga memperjuangkan kesehatan dalam Dewan Kota.;

Cirebon city in early tweentieth century had several problems. The one of problems in Cirebon city was the health problem. Its was not a new problem for city. In previous time, Cirebon city had a health problem such as the emergence of malaria pleague in 1805. Its problem continued when Cirebon city appointed as Gemeente in 1906. The problem caused by natural ecology, government policy and society custom. These made several diseases. The two diseases in Cirebon city at the early tweentith century is malaria and pes. To extirpate diseases government and society worked together to tackled it such as the emergence of DVG, the formation of hospital and polyclinic, development of kampung and infrastructure, and fighted for health at city assembly."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S46069
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Argi Arafat
"Benteng Karang Bolong merupakan bangunan militer peninggalan Belanda yang aktif dari periode abad ke 19 akhir hingga abad ke 20 yang belum diteliti mengenai kajian sistem pertahanan benteng Benteng Karang Bolong memiliki ruang ruang yang berada di bawah permukaan tanah sebagai sarana sistem pertahanan benteng pesisir yang keadaan lingkungannya berbukit dan terjal. Penelitian ini diawali dengan pendeskripsian yang kemudian dilanjutkan analisis khusus terhadap ruang ruang yang berada di benteng serta menjelaskan para pasukan Belanda dan persenjataannya. Penelitian ini menghasilkan penafsiran bahwa sistem pertahanan benteng Karang Bolong mengalami perubahan seiring perkembangan zaman Benteng Karang Bolong dahulu sebagai kontrol wilayah Nusakambangan dan melindungi pelabuhan Cilacap dari ancaman musuh yang hendak menguasai.

Fort Karang Bolong is an Dutch military building haritage that operate in last 19th century until 20th century that haven 39 t been studied in case of defensive system of the fort Fort Karang Bolong has several rooms that located in under the ground as a means of coastal fort defensive system that have hilly and steep conditions. This research begin with description and followed by a particular analysis of the fort karang Bolong rooms and also explaining Dutch troops and their weapons and this research will produce an explanation of fort Karang Bolong defending system that had changing by the time goes by and fort Karang Bolong is applied as controlling state of Nusakambangan and also protecting the port Cilacap from enemy threats."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S61238
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sandi Satria
"Teknologi yang berkembang sampai dengan saat ini dirasa begitu sangat cepat yang membuat semuanya menjadi sangat mudah, namun hal tersebut juga telah menimbulkan dampak negatif yang cukup banyak bagi kehidupan manusia itu sendiri. Dampak negatif yang terjadi adalah munculnya ancaman cyber bagi semua kalangan khususnya yang menggunakan teknologi internet. Salah satunya adalah deface yang bisa terjadi pada siapa saja bahkan pihak Pemerintah. Sudah banyak contoh kasus deface yang terjadi di Indonesia.
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif, prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati dari fenomena yang terjadi. Teknik pengumpulan data utama adalah in depth interview lalu dilengkapi dengan documentation study dan participant observation. Analisis data dilakukan secara terus menerus sejak pengumpulan data hingga penulisan, semua hal tersebut sebagai bagian dari proses triangulasi.
Dari penelitian ini akan diperoleh gambaran bagaimana kondisi sistem keamanan Siber di Kementerian Pertahanan saat ini, lalu sistem keamanan Siber pada saat Website Kementerian Pertahanan terkena serangan deface pada tahun 2011, dan sistem keamanan cyber di Kementerian Pertahanan di masa mendatang dalam mencegah serangan cyber dalam mewujudkan Pertahanan Siber.

The technology that developed until now is felt so very fast that makes everything very easy, but it also has a lot of negative impacts on human life itself. The negative impact that occurs is the emergence of cyber threats for all people, especially those using internet technology. One of them is deface that can happen to anyone even the Government. There have been many examples of defensive cases that have occurred in Indonesia.
This research is a descriptive study with a qualitative approach, a research procedure that produces descriptive data in the form of written or oral words from people and observed behavior from the phenomenon that occurs. The main data collection techniques are in depth interviews and then equipped with the documentation study and participant observation. Data analysis is carried out continuously from data collection to writing, all of these as part of the triangulation process.
From this research we will get an overview of how the current Cyber security system in the Ministry of Defense, then the Siber security system when the Ministry of Defense Website was hit by a deface attack in 2011, and cyber security systems in the Ministry of Defense in the future to prevent cyber attacks in creating Cyber ​​Security.
"
Jakarta: Sekolah Kajian Strategik dan Global Universitas Indonesia, 2019
T53583
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Euis Puspita Dewi
"ABSTRAK
Disertasi ini mengungkap akar permasalahan dari bersih dan kotor pada kanal di Batavia dengan menggunakan pendekatan sejarah secara sinkronis-diakronis. Transformasi morfologi dan wacana poskolonial pada kanal juga diungkap untuk menunjukkan keterkaitan antara arsitektural kanal dengan muatan ideologis dalam perencanaan kota. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kekuasaan telah masuk di dalam proses transformasi kanal di Batavia pada masa kolonial melalui wacana bersih dan kotor yang diciptakan. Kanal telah berperan membentuk sebuah oposisi biner sekaligus penanda ambiguitas dari pembentukan oposisi tersebut. Oposisi biner pada Babak Kejayaan Kanal dibangun melalui sebuah sistem segregasi kanal yang memisahkan masyarakat Eropa dan non-Eropa, dan antara dalam dan luar kota. Namun, pada kenyataannya, sebuah segregasi tidak dapat secara murni terbentuk. Kanal menjadi sebuah representasi dari sebuah kehidupan yang saling ketergantungan, antara masyarakat Eropa dan non-Eropa. Kanal bagian dalam kota terbukti tidak dapat berdiri sendiri tanpa keberadaan kanal luar tembok sebagai penyangga. Pada Babak Kerusakan Kanal, oposisi biner antara ruang bersih dan kotor terbentuk melalui kontur dan jarak. Babak ini menghasilkan sebuah pemisahan antara daerah kota bawah Batavia Lama yang kotor dan daerah kota atas Weltevreden yang bersih. Namun, pada kenyataannya justru kanal telah pulalah yang berperan menyatukan di antara keduanya. Pada Babak Peralihan Fungsi Kanal, kanal menjadi penanda oposisi biner ruang bersih dan kotor antara masyarakat Eropa dan pribumi. Oposisi terbentuk dari perbedaan penggunaan ruang bersih dan kotor. Kanal digunakan sebagai ruang aktivitas sosial dan kebersihan bagi masyarakat non-Eropa pribumi dan menjadi area yang ditinggalkan oleh masyarakat Eropa sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari. Masyarakat Eropa telah beralih menggunakan kamar mandi dengan teknologi sanitasinya, sebagai area kebersihan dan menggunakan halaman rumah sebagai tempat berinteraksi sosial. Namun, di balik pemisahan tersebut, kanal telah menyatukan dua kehidupan tersebut melalui sebuah ruang binatu, sebagai ruang membersihkan pakaian Eropa oleh para petugas pribumiRealita di atas menunjukkan bahwa sebuah oposisi biner yang dibentuk melalui kanal pada masa kolonial tidak pernah seutuhnya terjadi. Di balik upaya pembentukan oposisi, tersimpan ketidakberdayaan untuk menciptakan batas-batas tersebut. Di antara batas-batas tersebut tercipta sebuah ambiguitas yang membentuk the liminal space between cultures.

ABSTRACT
This dissertation reveals the root problems of the clean and dirty on the canals in Batavia by using a synchronous diachronic historical approach. The morphological transformation and postcolonial discourse on the canal are also revealed to show the linkage between the canal architecture and the ideological charge in urban planning.The results of this study indicate that power has entered into the process of canal transformation in Batavia during the colonial period through a clean and dirty discourse created. The canals have been instrumental in forming a binary opposition as well as a marker of ambiguity from the formation of the opposition. The binary opposition in the Glory of Canals Period was built through a system of channel segregation that separates European and non European societies, and between within and outside the city. However, in reality, a segregation cannot be purely formed. The canal becomes a representation of a life of interdependence, between European and non European societies. The inner city canal proved unable to stand on its own without the outside canal as a buffer. In the Damage of Canals Period, the binary opposition between clean and dirty spaces is formed through contours and distances. This round resulted in a separation between the dirty downtown area Batavia Lama and the clean upper town area Weltevreden . However, in fact, it is also the channel that has also played a role together between the two. In the Switching Function of Canals Period, the canals became a marker of the binary opposition of clean and dirty spaces between European and indigenous communities. The opposition was made up of differences in the use of clean and dirty spaces. The canal was used as a social and hygiene activity space for indigenous communities and became an area left behind by European society as a part of everyday life. The European community has switched to using bathrooms with sanitary technology, as the cleanliness area and using the home page as a place of social interaction. However, behind this separation, the canal has united the two lives through a laundry room, as a space for cleaning European clothing by native officersThe above realities show that a binary opposition formed through the canals during the colonial period never fully occurred. Behind the efforts of the formation of the opposition, stored powerlessness to create these limits. Among the boundaries was created an ambiguity that forms the liminal space between cultures. "
2017
D2420
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>