Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 58733 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Viena Ulya
"Tulisan ini membahas pemakna jujur dalam korpus bahasa Jawa berdasarkan penggunaannya dalam korpus
bahasa Jawa. Data yang digunakan adalah kata jujur dalam web korpus www.korpus.ui.ac.id. Sumber data
korpus tersebut dikumpulkan dari beberapa karya tulis, sastra, majalah, maupun buku ajar sekolah yang terbit
mulai tahun 1950 sampai 2016. Selanjutnya data dikelompokkan berdasarkan kata di sebelah kanan yaitu mulai
dari R3 sampai R1 dan kata di sebelah kiri yaitu mulai L1 sampai L3 berdasarkan frekuensi MI Score.
Pengelompokkan tersebut berdasarkan pada UCREL Semantic Analysis System (USAS) untuk mengetahui
kategori tiap-tiap kata yang berkolokasi dengan kata jujur. Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah
metode gabungan, yaitu menggabungkan antara metode kuantitatif dan kualitatif. Teori yang digunakan dalam
penulisan ini adalah teori semantic preference, yaitu merupakan item leksikal yang sering muncul bersamaan
dengan kata inti dan membangun suatu makna tertentu. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kata jujur
berkolokasi dengan kata-kata yang cukup banyak dan tidak hanya terdapat dalam kategori tindakan, tetapi juga
menunjukan penggunaan kata jujur dalam beberapa bidang seperti pekerjaan dan pendidikan serta muncul
kategori waktu yang menunjukkan bahwa keadaan atau kondisi tertentu dapat mempengaruhi seseorang dalam
berlaku jujur.


This paper discusses meanings of honesty in the Javanese language based on their use in the corpus of the
Javanese language. The data used is an jujur honest word in the corpus web www.korpus.ui.ac.id. The source
of the corpus data was collected from several papers, literature, magazines, and school textbooks that were
published from 1950 to 2016. Furthermore, the data are grouped according to the words on the right side,
starting from R3 to R1 and the words on the left side, from L1 to L3 based on the frequency of MI Score. The
grouping is based on the UCREL Semantic Analysis System (USAS) to find out the categories of each word that
is confused with jujur words. The method used in this writing is a combined method of quantitative and
qualitative methods. The theory used in this paper is the semantic preference theory, which is a lexical item that
often appears together with the core words and constructs a certain meaning. The results of this study show that
jujur words collocate with quite a lot of words and not only in the category of action, but also to show the use of
the word jujur in several fields such as work and education and the time category shows that certain conditions
can affect someone in being honest.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Kusumaning Rahayu
"Penelitian ini membahas mengenai kata bermakna takut dalam korpus bahasa Jawa dan penggunaannya. Data yang digunakan adalah kata bermakna takut dalam bahasa Jawa yang bersumber dari kumpulan korpus bahasa Jawa Prodi Sastra Jawa UI. Korpus ini dikumpulkan dari beberapa literatur dan tulisan fiksi berbahasa Jawa. Selain itu, digunakan pula tiga buku antologi cerita cekak dengan cerkak terbitan tahun 1959-2020. Data yang ditemukan selanjutnya dikelompokkan berdasarkan kata di sebelah kiri, mulai dari L1 hingga L3 dan kemudian kata di sebelah kanan juga dikelompokkan mulai dari R1 hingga R3 berdasarkan frekuensi MI Score menggunakan piranti lunak Antconc. Berikutnya, kolokasi yang ditemukan dikelompokkan berdasarkan kategori pada Indonesian USAS (UCREL Semantic System) Semantic Tagset untuk mengetahui kategori setiap kata yang berkolokasi dengan kata bermakna TAKUT. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah semantic preference, yaitu unit leksikal yang sering muncul bersamaan dengan kata inti dalam membangun makna kalimat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kata takut berkolokasi dengan kata-kata yang beragam, seperti kategori tindakan emosional, tindakan sosial, tata bahasa, dan lainnya. Selain itu, kata takut jika berdampingan dengan kata tertentu akan memberikan makna lain, yakni derajat ketakutan. Derajat ketakutan ini muncul karena kata lain yang berkolokasi dengan takut.

This study discusses the word meaning takut ‘fear’ in the Javanese corpus and its use. The data used is a word that means takut ‘fear’ in Javanese, which comes from the collection of the Javanese language corpus of the UI Javanese Literature Study Program. This corpus is collected from several literatures and fiction writings in the Javanese language. In addition, three anthologies of short stories with short stories were used, published from 1959-2020. The data that were found were grouped based on the words on the left, starting from L1 to L3, and then the words on the right are also grouped from R1 to R3 based on the MI Score using Antconc software. Next, the collocations found are grouped by category in the Indonesian USAS (UCREL Semantic System) Semantic Tag Set to find the category of each word that collocates with the word meaning TAKUT. The theory used in this study is a semantic preference, a lexical unit that often appears together with the main word in constructing the meaning of a sentence. The results of this study indicate that the word fear collocates with various words, such as categories of emotional action, social action, grammar, and others. In addition, the word takut ‘fear’, when side by side with certain words, will give another meaning, namely the degree of takut. This degree of takut arises because of another word that collocates with takut."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Shabrina Salsabila
"Jurnal ini membahas tema kolokasi leksikal dalam bahasa Jepang. Penelitian dilakukan dengan menganalisis kolokasi kata sakura pada 16 lirik lagu populer Jepang bertema sakura secara sintaktis dan semantis. Lagu yang dipilih sebagai objek penelitian merupakan lagu-lagu yang masuk ke dalam 10 besar ranking tahunan lagu-lagu bertema sakura versi Oricon Chart sejak tahun 2006 hingga tahun 2013.
Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan penganalisisan secara sintaktis dan semantis terhadap kolokasi kata sakura pada lirik lagu-lagu populer Jepang bertema sakura yang telah dipilih sebagai objek penelitian.
Hasil analisis menunjukkan bahwa kolokasi kata sakura yang terdapat dalam 16 lirik lagu populer Jepang tersebut terdiri dari 2 tipe kolokasi leksikal, yaitu [nomina1 + (of) + nomina2] yang berbentuk frasa nominal dan kolokasi [nomina + verba] yang berbentuk klausa verbal.

This journal discusses lexical collocations in Japanese. The study was conducted by analyzing syntactically and semantically the collocation of word sakura on 16 Japanese popular song lyrics themed sakura. The song that choosen as the object of research goes into the annual ranking of the top 10 songs sakura-themed by Oricon Chart from 2006 to 2013.
This study aims to describe the syntactically and semantically analysis of the collocation of word sakura on Japanese popular song lyrics themed sakura that have been the object of research.
The analysis showed that the collocation of word sakura contained in those 16 Japanese popular songs consists of two types of lexical collocation, i.e. [noun1 + of + noun2] in the form of a noun phrase and collocation [noun + verb] in the form of a verbal clause.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Nadhira Shafa Fatiha
"Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan kolokasi kata asease dalam media sosial Twitter, atau yang sekarang disebut X. Penelitian ini menggunakan teori kolokasi oleh Benson, Benson, & Ilson (2010) untuk mengklasifikasi tipe kolokasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat dua kategori kolokasi yang terdapat dalam kata asease berdasarkan data dari Twitter, yaitu kolokasi dengan kata, kolokasi dengan tanda nonverbal. Keduanya memiliki kecenderungan letak kolokat yang berada sebelum kata asease. Kolokasi kata yang ditemukan pada asease adalah tipe adverbia + adjektiva dan verba +adverbia. Kolokasi asease dengan tanda nonverbal yang ditemukan adalah kolokasi dengan kaomoji dan emoji. Tanda nonverbal yang berkolokasi dengan kata asease memiliki makna yang sesuai dengan kata asease itu sendiri, yaitu perasaan gelisah, terburu-buru, tidak nyaman, dan perjuangan. Selain itu, penggunaan tanda nonverbal yang berkolokasi dengan asease berfungsi sebagai penegasan terhadap situasi atau perasaan penutur.

This study aims to explain the collocation of the word asease on the social media Twitter, or now called as X. This study uses collocation theory by Benson, Benson, & Ilson (2010) to classify collocation types. The results show that there are two categories of collocation found in the word asease based on data from Twitter, those are collocation with words and collocation with nonverbal signs. Both have a tendency to be located before the word asease. The type of word collocations found in asease are adverb + adjective and verb +adverb. Collocations of asease with nonverbal signs found are collocations with kaomoji and emoji. The nonverbal signs that collocate with the word asease correspond to the meaning of the word asease itself, which are feelings of anxiety, hurry, discomfort, and struggle. In addition, the use of nonverbal signs that collocate with asease functions as an emphasis of the situation or feelings of the speaker."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Maharisa Audria
"Penelitian ini menjelaskan mengenai kata sapaan jeng dalam bahasa Jawa. Pada kamus bahasa Jawa, Poerwadarminta (1939) hanya menjelaskan sedikit mengenai kata sapaan jeng dan terdapat perbedaan jika dibandingkan dengan kamus bahasa Jawa oleh Robson (2002). Hal tersebut menjadi pemicu dalam topik penelitian ini untuk menjawab pertanyaan penelitian bagaimana perkembangan kata sapaan jeng dari segi bentuk dan penggunaannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan bentuk dan penggunaan kata sapaan jeng di tahun yang berbeda-beda (1960-an—2020-an). Sumber data berupa novel dan cerita pendek dari tahun yang berbeda-beda merupakan kebaruan dari penelitian ini. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan cara penyajian informal yaitu menjelaskan dengan kata-kata tanpa adanya lambang-lambang khusus. Hasil analisis menunjukkan bahwa kata sapaan jeng memiliki bentuk lain yang lebih utuh dengan arti dan makna yang sama. Pada penggunaannya terdapat konteks di luar bahasa yang dapat menambah penjelasan untuk kata sapaan jeng. Kesimpulan dari penelitian ini adalah kata sapaan jeng dengan makna yang merujuk pada perempuan muda sudah digunakan pada tahun 1930-an, tetapi hanya untuk perempuan dari golongan bangsawan Jawa. Kemudian, penggunaan kata sapaan jeng memasuki tahun 1970-an mengalami perluasan pada latar sosial mitra tutur yaitu dapat berasal dari kalangan orang biasa.

This paper explains the addressing word of jeng in Javanese. In the Javanese dictionary, Poerwadarminta (1939) only explains a little about the addressing word of jeng and there are differences when compared to the Javanese dictionary by Robson (2002). This is the trigger in the topic of this research to answer the research question of how the development of the addressing jeng in terms of its form and usage. This paper aims to determine the development of the form and usage of addressing jeng in Javanese literature such as novels and short stories. The selection of novels and short stories from different years (1960s—2020s) as sources of research data is a novelty in this paper. This research uses qualitative methods and informal presentation methods, namely explaining in words without any special symbols. The results of the analysis show that the addressing word of jeng has another, more complete form with the same meaning. In the usage section, there is a non-linguistic context that can add an explanation for the addressing jeng. The conclusion of this study is that the addressing jeng with a meaning referring to young women was used in the 1930s, but only for women from the Javanese nobility. Then, the use of the jeng addressing entering the 1970s experienced an expansion in the social background of the interlocutor who did not have to be of noble descent."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Hannah Sekarwati
"ABSTRAK
Tesis ini mengkaji perilaku kolokasi mata dalam bahasa Indonesia. Setiap bahasa mempunyai kebiasaan masing-masing untuk mengombinasikan sebuah kata dengan kata tertentu secara teratur yang disebut sebagai kolokasi, seperti air mata, pelupuk mata, mata angin, dan mata kuliah. Sumber data dalam penelitian ini adalah korpus Indonesian Web as Corpus IndonesianWac yang terdapat pada aplikasi Sketch Engine. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah gabungan dari metode kualitatif dan kuantitatif dengan pendekatan linguistik korpus. Kata mata sebagai fokus penelitian ini karena kata tersebut merupakan kata yang bersifat universal dan frekuensi kemunculannya paling tinggi di antara kata yang mengacu pada pancaindra lainnya. Hasil penelitian ini menemukan bahwa kata mata sebagai poros kolokasi dengan kolokat-kolokatnya dapat membentuk 27 pola kolokasional. Pola kolokasional tersebut dapat berjenis pola leksikal dan gramatikal. Selain itu, penelitian ini juga menemukan bahwa kolokat-kolokat yang bersanding dengan kata mata berada di antara 12 ranah semantis dari pengelompokan 19 ranah semantis dalam Tesaurus Tematis Bahasa Indonesia. Dalam komposisionalitas, kata mata bersanding dengan kolokat kiri pada umumnya menunjukkan tingkat kolokasi komposisional, sedangkan dengan kolokat kanan pada umumnya menunjukkan tingkat kolokasi komposisional terbatas.

ABSTRACT
This thesis evaluated the behaviors of mata eye collocations in Indonesian. Every language has its own patterns to combine a word with other word regularly that is called collocation, e.g. air mata, pelupuk mata, mata angin and mata kuliah. Data resources in this thesis is Indonesian Web as Corpus IndonesianWac which available at Sketch Engine application. The method in this study is combination of qualitative and quantitative method by corpus linguistic approach. This research focuses on the word mata because it is a universal word that has higher frequency of appearance compared to the other words related to the five senses. This study found out that mata as a node of collocation with collocates could form 27 patterns. The collocation patterns can be lexical or grammatical. This study also found that mata collocates consisted of 12 domains among 19 semantic domains in Tesaurus Tematis Bahasa Indonesia The Thematic Thesaurus in Indonesian . In terms of compositionality, the word mata in pair with the left collocates usually indicate the level of compositional collocations while with the right collocates usually indicate the limited level of compositional collocations."
2018
T50163
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sigit Yulianto
"Dalam Kamus Bahasa Jawa Bausastra Jawa Edisi ke 2 (KBJ (BJ) 2) yang terbit tahun 2011, ditemukan 19 kata bermakna ‘minum’. Kesembilan belas kata bermakna ‘minum’ ini memiliki definisi kata yang sederhana dan bersifat kurang mendetail. Komponen-komponen makna yang digunakan sebagai unsur dalam pendefinisian kata juga belum dijelaskan secara lengkap. Hal demikian dapat memicu terjadinya ketidaktepatan penggunaan kata minum. Oleh sebab itu, penelitian ini membahas mengenai analisis komponen makna kata minum dalam bahasa Jawa dengan menggunakan kamus KBJ (BJ) 2 sebagai sumber data. Tujuan dari penelitian ini untuk mendeskripsikan komponen makna kata minum dalam bahasa Jawa yang ada di dalam KBJ (BJ) 2. Metode penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan semantik leksikal. Dengan menggunakan teori Nida (1975), hasil penelitian menunjukkan adanya 1 komponen makna utama, 4 komponen makna pembeda, dan 28 komponen makna pelengkap. Komponen-komponen makna tersebut dapat ditambahkan dan disusun untuk melengkapi pendefinisian kata minum di dalam kamus monolingual bahasa Jawa berikutnya setelah KBJ (BJ) 2. Pendefinisian kata minum dalam KBJ (BJ) 2 belum menjelaskan mengenai komponen makna terkait pelaku tindakan minum, objek yang diminum, posisi mulut maupun bibir saat minum, peranti yang digunakan, dan cara melakukannya.

In Javanese Dictionary Bausastra Javanese 2nd Edition (KBJ (BJ) 2) published in 2011, found 19 words meaning 'drink'. The nineteen words meaning 'drink' have simple word definitions and are less detailed. The meaning components used as elements in defining words have not been fully explained. This can lead to the occurrence of inaccuracies in the use of words drink. Therefore, this study discusses the analysis of word meaning components drink in Javanese using a dictionary KBJ (BJ) 2 as a data source. The purpose of this research is to describe the components of word meaning drink in the Java language that is inside KBJ (BJ) 2. This research method is a qualitative descriptive method with a lexical semantic approach. By using Nida's theory (1975), the results of the research show that there is 1 main meaning component, 4 differentiating meaning components, and 28 complementary meaning components. These meaning components can be added and arranged to complete the word definition drink in the next Javanese monolingual dictionary after KBJ (BJ) 2. Word definitions drink in KBJ (BJ) 2 has not yet explained about the related meaning components the perpetrator of the act of drinking, the object that is drunk, the position of the mouth and lips when drinking, the device used, and how to do it."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Eni Maghfiroh
"Penelitian ini menjelaskan proses pembentukan kata majemuk dalam bahasa Jawa. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kata majemuk berdasarkan komponen pembentuknya. Kata majemuk adalah kata mandiri yang terdiri atas dua buah unsur atau lebih yang bentuknya berbeda. Oleh sebab itu, terdapat frasa dan kata majemuk yang sulit dibedakan. Sumber data yang digunakan pada penelitian ini adalah novel Pinatri Ing Teleng Ati karya Tiwiek SA (2015). Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Kata majemuk diklasifikasikan atas tujuh kelompok (Sudaryanto, 1991). Penelitian ini berfokus pada penghadiran makna baru yang berambu-rambukan makna bentuk dasar. Data berupa kata majemuk yang berambu-rambukan makna bentuk dasar lebih banyak ditemukan di dalam novel dibandingkan kata majemuk lainnya. Data kata majemuk kemudian dikategorikan berdasarkan komponen pembentuknya menurut Poedjosoedarmo (1984). Setelah terbagi dalam subkelas kata, kata majemuk dianalisis berdasarkan hubungan komponen pembentuk kata majemuk dengan frasa maupun klausa. Selanjutnya, kata majemuk dianalisis perbedaan urutan kelas kata komponen pembentuk dan makna leksikalnya dengan frasa maupun klausa menurut Wedhawati (2006). Temuan dari penelitian ini adalah kata majemuk memiliki makna baru, dan makna baru tersebut masih memperlihatkan pertalian dengan makna komponen pembentuknya. Berbeda halnya dengan frasa dan klausa, hasil pembentukannya berdasarkan makna leksikal komponen pembentuknya. Selain itu, ditemukan pola verba-nomina pada kata majemuk yang polanya berbeda dengan frasa maupun klausa. Pada frasa dan klausa umumnya membentuk pola nomina-verba. Terakhir, ditemukan kata majemuk dengan pola adjektiva-verba yang berbeda dengan aturan frasa maupun klausa bahasa Jawa. Perbedaan tersebut menjadikan kata majemuk memiliki ciri khas yang berbeda dari frasa dan klausa.

This study describes the process of forming compound words in Javanese. This study aims to analyze compound words based on their constituent components. Compound words are independent words that consist of two or more elements that have different forms. Therefore, there are phrases and compound words that are difficult to distinguish. The data source used in this study is the novel Pinatri Ing Teleng Ati by Tiwiek SA (2015). This study used the descriptive qualitative method. Compound words are classified into seven groups (Sudaryanto, 1991). This research focuses on presenting a new meaning that is mixed with the meaning of the basic form. Data in the form of compound words that have mixed meanings in the basic form are found more commonly in the novel than in other compound words. Compound word data is then categorized based on its constituent components according to Poedjosoedarmo (1984). After dividing into word subclasses, compound words are analyzed based on the relationship between the components forming compound words with phrases and clauses. Furthermore, compound words are analyzed for differences in the word class order of the forming components and their lexical meanings with phrases and clauses according to Wedhawati (2006). The findings from this study are that compound words have new meanings, and these new meanings still show a connection with the meanings of their constituent components. Unlike the case with phrases and clauses, their formation results are based on the lexical meaning of the constituent components. In addition, verb-noun patterns were found in compound words that differed from phrases and clauses. Phrases and clauses generally form noun-verb patterns. Finally, compound words with adjective-verb patterns differ from the rules of Javanese phrases and clauses. These differences make compound words have different characteristics from phrases and clauses."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Saskia Ayu Khairunnisa Marseno
"Kontranim merupakan fenomena kebahasaan yang terjadi pada unsur bahasa yang memiliki makna lebih dari satu dan di antara makna tersebut terdapat makna yang saling berkebalikan. Fenomena bahasa ini tidak banyak diketahui oleh masyarakat sehingga timbul berbagai diskusi atau keheranan masyarakat mengenai kata-kata yang mungkin menjadi kontranim dalam bahasa Indonesia. Penelitian mengenai kontranim, terutama dalam bahasa Indonesia, juga tidak banyak dilakukan. Akan tetapi, terdapat beberapa penelitian berbasis korpus dalam bahasa asing yang menunjukkan jenis-jenis kontranim dan penggunaan kontranim dalam kalimat. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini berfokus pada penggunaan kata kontranim bahasa Indonesia dalam kalimat berdasarkan lingkungan dan makna kata kontranim, serta konteks yang terbentuk dalam kalimat. Tujuan adalah menjelaskan penggunaan dan perwujudan kontranim dalam kalimat dan menjelaskan penentuan kata kontranim. Dalam penelitian ini, metode yang akan digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif berbasis korpus linguistik. Penelitian mengenai kontranim berbasis korpus ini menggunakan Leipzig Corpora dan Twitter sebagai sumber data. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan kata kontranim dapat dilihat dari berbagai aspek, seperti makna dalam kalimat, lingkungan kata, dan juga konteks yang terbentuk dalam kalimat. Selain itu, penggunaan kata kontranim juga bergantung pada penggunaan makna kata kontranim itu sendiri. Dalam penelitian ini, terdapat kecenderungan munculnya kata-kata yang serupa dengan kontranim, tetapi nyatanya bukan merupakan kontranim.

Contranym is a language phenomenon that occurs in language features with multiple meanings and amongst them are contrary meanings. This phenomenon is not publicly known and has raised various discussions and curiosity regarding possible Indonesia contranym words. Research on contranym, especially in Indonesian, has not been conducted much. However, there are several corpus-based studies in languages other than Indonesian that showed types of contranym and the usage of contranym within sentences. Therefore, this research is conducted with the focus on the use of Indonesian contranyms in sentences based on their environment, senses, and context formed in the sentence. The purposes of the research is to describe the usage and embodiment of contranym in sentences and to describe the determination of contranym. This research will be conducted with the method of descriptive qualitative analysis based on the linguistic corpus. The data source for this research will be taken from Leipzig Corpora and Twitter. The findings of this research suggest the usage of contranyms can be seen from various aspects, such as the sentence’s meaning, the environment of the word, and the context formed in the sentence. Moreover, the use of contranym words depends on its senses. This study also shows a tendency of the emergence of words that are similar to contranym, but it is not a contranym."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Deodatus Perdana Putra
"Tesis ini meneliti kolokasi verba-nomina yang diproduksi oleh pemelajar Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA) tingkat madya dalam kelas bahasa Indonesia untuk diplomat. Data dalam penelitian ini diperoleh dengan merekam percakapan yang dihasilkan oleh tujuh subjek penelitian. Untuk menganalisis data, peneliti mencatat semua kolokasi verba-nomina yang diproduksi dan mengelompokkannya menjadi dua jenis: kolokasi kongruen dan nonkongruen. Kemudian, semua kolokasi yang ditemukan dikategorikan ke dalam kolokasi berterima dan takberterima untuk menemukan sumber kesalahan pada produksi kolokasi. Penilaian jenis kolokasi ini dilakukan melalui kamus, korpora bahasa Indonesia, dan penilaian penutur jati. Hasil penelitian menemukan 214 (1,8%) kolokasi yang diproduksi oleh pemelajar, jauh lebih kecil dibandingkan penutur jati. Terkait kongruensi, ditemukan bahwa 89% kolokasi yang diproduksi adalah kolokasi kongruen. Meskipun demikian, ternyata pemelajar BIPA mengalami kesulitan dalam memproduksi kolokasi kongruen. Hal ini terjadi karena terdapat kongruensi parsial antara bahasa Inggris dan bahasa Indonesia dalam bentuk diferensiasi dan coalescing "penggabungan" (Gass dan Selinker, 2008). Terakhir, analisis pada kolokasi takberterima menemukan bahwa 35% kesalahan terjadi akibat terjemahan literal bahasa ibu, 27,5% dari pengabaian aturan bahasa, 22,5% dari aproksimasi, dan sisanya dihasilkan dari konsep yang salah serta overgeneralization "penggunaan yang berlebihan". Tesis ini ditutup dengan beberapa implikasi pedagogis dari penelitian, korpus mini bahasa Indonesia untuk diplomat, serta contoh latihan pembelajaran kolokasi yang dapat menjadi panduan yang bermanfaat untuk diterapkan dalam kelas bahasa Indonesia untuk diplomat.

This paper examines verb-nouns collocations produced by intermediate-level Indonesian language for foreign speakers (BIPA) in Indonesian classes for diplomats. The data in this study were obtained by recording conversations produced by seven research subjects. To analyze the data, the researcher recorded all verb-noun collations produced and grouped them into two types: congruent and non-congruent collocations. Then, all collocations found were categorized as well-formed and errorneous collocations to find the source of the errors in collocation production. This type of collocation judgements is carried out through dictionaries, Indonesian corpora, as well as three native speakers judgement. The results found 214 (1.8%) collocations produced by learners, much smaller than native speakers. Regarding congruence, it was found that 89% of the collocations produced were congruent. However, it turns out that BIPA learners found difficulties in producing congruent collocation. This happens because there is a partial congruence between English and Indonesian in the form of differentiation and coalescing (Gass and Selinker, 2008). Finally, an analysis of errorneous collocations found that 35% of errors occurred as a result of L1 literal translation, 27.5% from ignorance of rules, 22.5% from approximations, and the rest resulted from false concept hypothesised and overgeneralization. This paper concludes with some pedagogical implications of this research, an Indonesian mini corpus for diplomats, and some examples of collocation learning exercises that can be applied in Indonesian language classes for diplomats."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
T55234
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>