Latar belakang
Salah satu kegiatan dalam industri pengolahan minyak dan gas adalah transfer minyak bumi, gasalam, dan/atau hasil bensin melalui pipa. Kegiatan ini memerlukan program manajemen (sepertiperencanaan, pengawasan dan inspeksi, serta pemeliharaan peralatan) karena pipa memilikipotensi bahaya terhadap lingkungan seperti kebakaran, ledakan atau kontaminasi lingkungan.Tujuan studi ini meneliti penilaian risiko secara kuantitatif dan kualitatif untuk pipa bawah laut.Model yang digunakan adalah referensi untuk DNVGL RP F-107 Recommended Practice RiskAssesment of Pipeline Protection. Bahwa 42,6 % terkait dengan procedure/drawing/plan yangmana merupakan risk yang paling significan dan 29,6% terkait dengan program-program yangakan diimplementasikan oleh Perusahaan. Berdasarkan scenario kejatuhan dan tergaruk jangkar,level kerusakan berada pada level D3 (level damage) tepatnya masih bersifat tolerable jikaALARP, yang berarti dibutuhkan adanya pengurangan risiko untuk menurunkan residual risk.Sesuai dengan hasil studi penilaian risiko maka direkomendasikan untuk melakukan pelapisanpipa dengan lapisan beton dan dilakukan pemendaman.Background
One of the activities in the processing industry oil and gas is the transfer of petroleum, naturalgas, and/or the result of oil through pipeline. These activities require management programs(such as planning, supervision and inspection, as well as maintenance equipment) due to thepipelines have the potential hazard to the environment such as fire, explosion or contaminationthe environment. Objective this study examines assessment of the risk of both quantitative andqualitative to subsea pipeline. The model used is a reference to the DNVGL standard RP F-107Recommended Practice Risk Assesment of Pipeline Protection. As 42.6% is related to theprocedure/drawing/plan which is the most significan and 29.6% risk related to the programs thatwill be implemented by the company. Based on the scenario of dropped & dragged anchor, thelevel of damage is at the level D3 (level damage) precisely is still tolerable if ALARP, whichmeans there is a risk reduction to lower the residual risk . In accordance with the results of therisk assessment study then it is recommended to perform coating pipe with concrete coating andcarried out the immersion.Keywords : Quantitative and"Unit Gawat Darurat pada RS X berfungsi untuk melayani pemeriksaan selama 24 jam yang diklasifikasikan sebagai zona kuning (infeksius) dan merah (berisiko terjadi kebakaran dan ledakan). Pada unit tersebut, tenaga kesehatan terpajan oleh berbagai bahaya. Skripsi ini menilai risiko keselamatan dan kesehatan kerja di Unit Gawat Darurat Rumah Sakit X Tahun 2019. Identifikasi bahaya menggunakan Job Safety Analysis (JSA) dan analisis risiko menggunakan standar semikuantitatif W.T Fine, pengumpulan data dilakukan dengan pendekatan observasi langsung dan wawancara kepada tenaga kesehatan terkait. Penilaian risiko dilakukan dengan menghitung risiko residual dan risiko prediktif sehingga diketahui tingkat risiko pada setiap penilaian tersebut dengan mempertimbangkan pengendalian yang sudah ada selanjutnya diberikan rekomendasi pengendalian. Hasil telitian mendapatkan 60 tugas kerja memiliki bahaya fisik, kimia, biologi, ergonomi, dan psikososial dengan jumlah risiko sebanyak 175 risiko. Nilai risiko residual kategori very high, priority 1, substantial, priority 3, dan acceptable masing-masing sebanyak 1, 6, 33, 80, dan 55. Hasil juga menunjukkan perlu adanya perhatian lebih pada bahaya ergonomi karena masih didapatkan tingkat risiko very high dan priority 1.
Hospital X emergency unit functions to serve 24 hour check up that is classified as yellow zone (infectious) and red zone (probable risk of fire and explosion). In that unit, health workers are exposed to varieties of hazards. This thesis evaluates occupational safety and health risk assessment of Hospital X emergency unit in 2019. Risk identification was conducted using Job Safety Analysis (JSA) and risk analysis using W.T Fine semi-quantitative standard. The data was collected through direct observation and interview to the health workers. The assessment of risk is conducted by counting residual and predicted risks so that the risk level of every evaluation is known as referring to the already existing and recommended control and then to be given recomendation control. The results identified that 60 job duties have physical, chemical, biological, ergonomical, and psychosocial risks with 175 risks in total. Residual risk assessment includes categories of very high, priority 1, substantial, priority 3, and acceptable, each as many as 1, 6, 33, 81, and 56 respectively. The results also show the need of extra attention in the area of ergonomic risk as very high and priority 1 risks are still found in this area.
"