Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 18172 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Musfardi Rustam
"Abstrak
Upper Respiratory Infection (URI) is a major cause of morbidity and mortality of infants and toddlers in developing countries. The high infant morbidity and mortality rates in Indonesia are associated with the low exclusive breastfeeding ability. Breast milk is a natural drink for newborns in the first month of life that is beneficial not only for the babies, but also for mothers. The aim of study was to determine exclusive breastfeeding and decrease in incidence of URI among infants aged 6-12 months. This study was conducted by using case control design. Samples were taken by using cluster random sampling. Subject of study consisted of 162 cases and 162 control with infants aged 6-12 years. Cases were 162 infants aged 6-12 months suffering from URI within one last month and taken by mothers to primary health care that was selected location of study, while control was mothers who took their infants aged 6-12 months who did not suffer from URI within one last month to the selected primary health care. Data analysis included univariate, bivariate, stratification, and multivariate analysis with logistic regression. Results of study found that infants who were not exclusively breastfed were 1.69 times (95% CI: 1.02-2.80) more at risk of increasing URI incidence compared to infants who were breastfed exclusively after controlled by smoker in house and immunization variables. Health promotion of 6-month exclusive breastfeeding, provision of immunization, and anti-smoking program need to be implemented continuously to decrease the rates of morbidity and mortality due to URI disease."
Depok: Universitas Indonesia, 2019
613 KESMAS 13:3 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Yulia Sari
"Continuity of breastfeeding process when mothers return to work is a serious issue that immediately must be followed up, so that exclusive breastfeeding
program within the first six months can be achieved. Beside providing many benefits for babies, breastfeeding is also beneficial for mothers and entrepreneurs.
This study aimed to determine relation of working mothers to exclusive breastfeeding. This study used was cross-sectional design with secondary data
of Indonesia Demographic and Health Survey 2012 with samples as many as 1,193 mothers aged 15 – 49 years who had 0 – 5-month-old babies. Based
on multivariate analysis, working mothers could decrease opportunity of exclusive breastfeeding in which mother who worked all the time were 1.54 times
more likely not to give exclusive breastfeeding than mothers who did not work after controlled by maternal age at childbirth, household wealth index, and antenatal
care frequency (p = 0.038; 95% CI = 1.0 to 2.3). Fulltime working mothers are twofold more likely to not be able to give exclusive breasfedding than
unemployed mothers after being controlled by counfounder variable.
Keberlangsungan proses menyusui pada saat ibu kembali bekerja merupakan isu serius yang harus segera ditindaklanjuti agar program pemberian Air Susu
Ibu (ASI) eksklusif selama enam bulan pertama kehidupan dapat tercapai. Selain memberikan banyak manfaat bagi bayi, ASI juga bermanfaat bagi ibu dan
pengusaha. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan ibu bekerja terhadap pemberian ASI eksklusif. Desain penelitian yang digunakan adalah potong
lintang dengan data sekunder Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 dengan sampel berjumlah 1.193 ibu berusia 15 – 49 tahun
yang memiliki bayi berusia 0-5 bulan. Berdasarkan analisis multivariat, ibu bekerja dapat menurunkan peluang pemberian ASI eksklusif dimana ibu yang bekerja
sepanjang waktu lebih berisiko 1,54 kali untuk tidak memberikan ASI eksklusif dibandingkan ibu yang tidak bekerja setelah dikontrol oleh usia melahirkan
ibu, indeks kesejahteraan rumah tangga dan frekuensi pemeriksaan kehamilan (p = 0,038; CI 95% = 1,0 - 2,3). Ibu bekerja dua kali memiliki peluang untuk
tidak dapat memberikan ASI eksklusif daripada ibu yang tidak bekerja setelah dikontrol oleh variabel perancu."
Jakarta III health polytechnic ministry of health, department of midwifery, 2016
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Cahya Ayu Agustin
"This study aimed to investigate dominant factors associated with exclusive breastfeeding practice of mothers with infants aged under 6 months during the COVID-19 pandemic in Indonesia. A cross sectional study through online survey was conducted among mothers with infant aged under 6 months in Indonesia during 2 November 2020 – 8 February 2021. Chi-square/Fisher test was used to analyse the association between each factor with current exclusive breastfeeding practice. Multiple logistic regression test used to determine the dominant factors for exclusive breastfeeding practices. Most of the subjects was aged 18-34 years old (90.7%), has high education level (86.7%), categorized as middle-high household income level (87.1%), living in Java Island (83.1), has infant aged ≤ 4 months (76.2%), has male infant (51.2%). The proportion of subjects who exclusively breastfeed was 79.0%. Factors that significantly associated with exclusive breastfeeding practices during COVID-19 pandemic in Indonesia were household income level [OR= 2.6; 95%CI (1.194 – 5.839)], marital status [OR=4.9, 95%CI (3.842 – 6.301)] and breastfeeding intention [OR=12.8; 95%CI (3.906 – 42.459)]. Multivariat analysis results showed that dominantly associated with exclusive breastfeeding during COVID-19 pandemic was breastfeeding intention [aOR=17.3; 95%CI (4.222 – 71.069), followed by household income level [aOR=4.2; 95%CI (1.550 – 11.741)] and infant’s age [aOR=2.4; 95%CI (1.116 – 5.243)]. Mothers with breastfeeding intention since pregnancy had 17.3 higher odd of exclusive breastfeeding practice than mothers who had not intention to breastfeeding. Mothers should be prepared and planned to exclusive breastfeeding during prenatal periode. Future analyses of the survey data are needed to explore more about mother’s experiences change, such as everyday lifestyle, finances, access and utilization in healthcare services, especially in the extend period of pandemic. Furthermore, knowledge, awareness, attitude or others individual/internal factors associated with exclusive breastfeeding decision are needed to be assessed to get more comprehensive results.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor dominan yang berhubungan dengan praktik pemberian ASI eksklusif pada ibu dengan bayi berusia di bawah 6 bulan selama pandemi COVID-19 di Indonesia. Studi potong lintang melalui survei daring dilakukan pada ibu dengan bayi usia di bawah 6 bulan di Indonesia selama 2 November 2020 - 8 Februari 2021. Chi-square/Fisher-test digunakan untuk menganalisis hubungan antara masing-masing faktor dengan praktik pemberian ASI eksklusif. Uji regresi logistik ganda digunakan untuk mengetahui faktor dominan praktik ASI eksklusif. Sebagian besar subjek berusia 18-34 tahun (90,7%), berpendidikan tinggi (86,7%), tergolong berpenghasilan menengah ke atas (87,1%), tinggal di Pulau Jawa (83,1), memiliki bayi berusia ≤ 4 bulan (76,2%), dan memiliki bayi laki-laki (51,2%). Proporsi subjek yang menyusui secara ekslusif adalah sebesar 79.0%. Faktor yang berhubungan secara signifikan dengan praktik pemberian ASI eksklusif selama pandemi COVID-19 di Indonesia adalah tingkat pendapatan rumah tangga [OR = 2,6; 95% CI (1,194 - 5,839)], status perkawinan [OR = 4,9, 95% CI (3,842 - 6,301)] dan niat menyusui [OR = 12,8; 95% CI (3,906 - 42,459)]. Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa factor dominan pemberian ASI eksklusif selama pandemi COVID-19 adalah niat menyusui [aOR = 17,3; 95% CI (4.222 - 71.069), diikuti tingkat pendapatan rumah tangga [aOR = 4.2; 95% CI (1.550 - 11.741)] dan usia bayi [aOR = 2.4; 95% CI (1.116 - 5.243)]. Ibu yang memiliki niat untuk menyusui sejak kehamilan berpeluang 17,3 lebih besar memberikan ASI eksklusif dibandingkan ibu yang tidak berniat menyusui. Ibu harus mempersiapkan dan merencanakan pemberian ASI eksklusif sejak periode prenatal. Analisis data survei lebih lanjut diperlukan untuk menggali lebih dalam tentang perubahan pengalaman ibu, seperti gaya hidup sehari-hari, keuangan, akses dan pemanfaatan layanan kesehatan, terutama pada periode pandemi selanjutnya. Selain itu, pengetahuan, kesadaran, sikap atau faktor individu / internal lain yang terkait dengan keputusan pemberian ASI Eksklusif perlu dikaji untuk mendapatkan hasil yang lebih komprehensif."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Otty Mitha Sevianti
"ABSTRAK
Perkembangan anak merupakan sesuatu yang bersifat multi
dimensi dan terdiri atas area kognitif, bahasa, fungsi gerak, sosial emosional dan
perilaku adaptif, masing-masing memiliki nilai tersendiri namun saling
berintegrasi. Dua metode stimulasi (Glenn Doman (GD) dan Kemenkes (K))
dinilai kualitasnya dalam penelitian ini.
Tujuan.Mengetahui pengaruh perbedaan stimulasi metode GD dan K terhadap
skor perkembangan bayi usia 6-12 bulan.
Metode.Penelitian kohort prospektif pada bayi normal.Skrining perkembangan
awal dilakukan menggunakan alat ukur Denver.Pasca 3 bulan intervensi,
perkembangan bayi dinilai menggunakan BSID edisi-III yang terlebih dahulu
dilakukan uji validitas dan reliabilitas.Kualitas stimulasi rumah di nilai
menggunakan alat ukur HOME.
Hasil.Skor validitas dari BSID edisi-III adalah 0,964 (kognitif), 0,934 (bahasa),
0,822 (gerak) dengan Cronbach Alpha sebesar 0,918 serta reliabilitas test-retest
0,846. Subjek yang memenuhi kriteria sebanyak 88 orang, dengan jenis kelamin
laki-laki (61,4%), usia 9-12 bulan (68,2%), status gizi baik (75%). Perbedaan
bermakna terdapat pada skor HOME dan semua aspek penilaian perkembangan
BSID di kedua grup setelah masa intervensi 3 bulan (p<0,001). Skor grup GD
lebih unggul 1 angka dibandingkan K pada skor HOME (p=0,024) and 32 angka
lebih unggul pada skor BSID (p=0,002). Faktor jumlah anak bermakna secara
statistik memengaruhi perkembangan dengan risiko relative 3.13 (IK 95% 1.18-
8.33, p=0,022).
Simpulan.Instrumen BSID edisi-III versi Bahasa Indonesia merupakan alat ukur
yang sahih dan andal untuk digunakan pada penelitian ini. Secara umum tidak
terdapat perbedaan skor perkembangan bayi usia 6-12 bulan yang mendapat
stimulasi metode GD dan K kecuali perkembangan perilaku adaptif.

ABSTRACT
Child development is multi-dimensional and encompasses cognitive, language, sensory-motor, social-emotional, adaptive behavior domains, all of
which are interdependent. Two stimulation interventions (Glenn Doman (GD) and
Kemenkes (K) methods) were conducted in this study.
Aims.To investigate the difference in developmental aspects after intervention
with GD and K methods in infants age 6-12 months.
Methods. This was a prospective cohort study in normal developmental infants.
Developmental screening at enrollment used Denver instrument. Three months
post intervention, the development was assessed with BSID III, in which
validation and reliability test were undertaken as first step. A modified version of
HOME inventory was used as edition to assess home environment.
Results.The validity score of BSID-III was 0.964 (cognitive), 0.934 (language),
0.822 (motor) with Cronbach alpha of 0.918 and a reliability test-retest of 0.846.
There were 88 subjects fulfilled the criteria. Subject mostly were male (61.4%) 9-
12 months old (68.2%), normal anthropometric status (75%). The results revealed
significant differences in HOME score and all aspects of Bayley score in GD and
K group after 3 months intervention period (p<0.001). The GD benefited 1 point
compared with K group in HOME score (p=0.024) and 32 points in Bayley score
(p=0.002). Number of children was the most influential factor in infants’
development with a relative risk of 3.13 (CI95% 1.18-8.33, p=0.022).
Conclusions.The Bahasa Indonesia version of BSID-III was a reliable and valid
tool for the assessment of this study. There was no difference in developmental
score at age 6-12 months who had GD and K stimulation methods except for
adaptive behavior scale."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arniwita
"Desentralisasi merupakan upaya pemerintah pusat untuk memberikan kewenangan kepada daerah dalam merencanakan dan melaksanakan pembangunan di daerah sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Untuk itu diperlukan peningkatan profesionalisme sumber Jaya manusia di daerah sehingga mampu melaksanakan kewenangannya dengan baik. Pejabat struktural Dinas Kesehatan Kabupaten mempunyai peranan yang sangat penting dalam keberhasilan pelaksanaan program-program kesehatan di kabupaten. Peraturan Pemerintah Nomor 13 tahun 2002 tentang Perubahan Peraturan Pemerintah Nomor 100 tahun 2000 tentang Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil Dalam Jabatan Struktural mengatakan bahwa syarat untuk menduduki jabatan struktural adalah kepangkatan, pendidikan yang sesuai dan kompetensi jabatan yang diperlukan. Pengangkatan pejabat struktural di Dinas Kesehatan Kabupaten Kampar Propinsi Riau hanya berdasarkan pangkat minimum, sedangkan kompetensi yang juga disyaratkan belum menjadi perhatian dan belum diketahui bagaimana kompetensi pejabat struktural tersebut.
Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh informasi gambaran keadaan Dinas Kesehatan Kabupaten Kampar (struktur organisasi, tugas pokok dan fungsi. proyeksi kebutuhan sumber daya manusia, ketersediaan sumber daya manusia, pendidikan dan pelatihan), mekanisme penempatan, kompetensi yang dibutuhkan, kompetensi yang belum terpenuhi dan upaya organisasi dalam memenuhi kompetensi pejabat struktural tersebut.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif melalui wawancara mendalam dengan informan Kepala Dinas dan Kepala Sub Dinas Kesehatan Kabupaten Kampar, Sekda, Bappeda dan Kepala Puskesmas, diskusi kelompok terarah dengan Kepala Sub Bagian dan Kepala Seksi Dinas Kesehatan Kabupaten Kampar, serta melakukan telaah dokumen. Pengolahan data dibuat dalam bentuk matriks yang diperoleh dari transkrip wawancara mendalam dan diskusi kelompok terarah. Teknik analisis yang dilakukan adalah teknik analisis isi, yaitu dianalisis sesuai dengan topik dan melakukan identifikasi menjadi beberapa topik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur organisasi cukup ramping dan tugas pokok dan fungsinya telah mencakup seluruh program kesehatan di kabupaten, proyeksi kebutuhan sumber daya untuk lima tahun mendatang sudah dibuat berupa dokumen ketenagaan, tetapi ketersediaan sumber daya manusia saat ini masih kurang. Sebagian pejabat struktural belum mempunyai latar belakang pendidikan yang sesuai dengan jabatannya, sebagian belum mengikuti pelatihan kepemimpinan dan pelatihan teknis untuk pelaksanaan tugas pokoknya masih kurang. Kompetensi yang diburuhkan untuk melaksanakan tugas pokok pejabat struktural Dinas Kesehatan Kabupaten Kampar adalah pemahaman terhadap tugas pokok dan fungsinya, menetapkan dan melaksanakan program, membangun jaringan kerja lama, merencanakan dan menetapkan program peningkatan sumber daya manusia, serta melaksanakan pengawasan, pengendalian dan evaluasi kinerja unit organisasinya. Belum semua kompetensi tersebut memadai untuk melaksanakan tugasnya, dimana kompetensi yang belum memadai adalah kemampuan pengorganisasian dalam pelaksanaan program, merencanakan dan menetapkan program peningkatan sumber daya manusia dalam unit organisasinya. Upaya organisasi dalam memenuhi kompetensi saat ini adalah dengan mengirim untuk mengikuti pelatihan-pelatihan teknis.
Disarankan agar pemerintah daerah meninjau kebijakan tentang persyaratan dan mekanisme penempatan jabatan struktural bagi pegawai negeri sipil, serta mendukung pembentukan program peningkatan sumber daya manusia kesehatan di daerahnya. Peningkatan sumber daya manusia disarankan dalam hal jumlah dan jenis ketenagaan yang masih dibutuhkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Kampar. Dinas Kesehatan disarankan secara proaktif mengadvokasikan program-program peningkatan sumber daya nianusia kepada pemerintah daerah. Kepada pejabat struktural disarankan secara proaktif meningkatkan kompetensinya baik melalui peningkatan pendidikan maupun melalui pelatihan-pelatihan teinis yang sesuai dengan jabatannya.

Decentralization is the attempt of center government to give authority to the district in planning and conducting the development appropriate with their need. Hence, it is considered necessary to maintain the professionalism of human resources in the district in order to be able to conduct its authority well. Structural Job of the District of Kampar Health Office plays an important role on accomplishing the implementation of health programs in the district. Government regulation Number 13 Year 2002 in term of the Amendment of Government Regulation Number 100 Year 2000 in term of the Deployment of Civil Government Officer in structural Job says that the requirements to get structural position are grade or position in the organization, appropriate educational background, and job competencies. The deployment of structural officer in the District of Kampar Health Office, the Province of Riau was based on minimum grade, meanwhile the required competencies had not been noticed yet.
This research was conducted to obtain the information about the description of Health Office in the District of Kampar (organization structure, main task and function, need projection of human resources, availability of human resources, education and training), placement mechanism, required competencies other uncovered competencies, and organization's efforts to meet the competency of structural officer.
This research used qualitative approach through conducting in-depth interview to the informants (the Head of Health Office and Sub-head of Health Office. Local Government Secretary, District Planning Board, and Head of Health Center), and conducting focus group discussion to the Head of Unit and Head of Section of Health Office. Besides, this research also reviewed the documents. Data processing was conducted by making matrix table that obtained from the transcript (interview result) of both in-depth interview and focus group discussion. Analysis technique used an essay analysis technique, which analyzed the interview result according to topics and identified them into some topics.
The result showed that organization structure was flat enough and the main task and function had included all of district health programs. The need projection or planning of human resources had been made as human resources documents. However, the lack of human resources still remained. Some of structural officers had not had appropriate educational background with their position. Some of them had not got the leadership training yet and also technical training to conduct their main task. Required competencies to do the main task of structural officer of the District of Kampar Health Office were the understanding of main task and function, setting up and implementing the programs, developing the network, planning and setting up the human resources development, and monitoring and evaluating the work performance in each unit. Nevertheless, not all the competencies above were implemented yet. Insufficient competencies that found were the ability to organize the programs, planning and setting up the human resources improvement program in the unit. Organization's attempt to meet the competencies was sending its human resources to get technical training.
It is recommended to the district government in order to review the placement mechanism of structural officer for the civil government officer, and to support the making of human resources improvement program in their district. Besides, the amount and sort of human resources that needed by the District of Kampar Health Office were also recommended to be reviewed. The Health Office is suggested to proactively advocate the district government to maintain the human resources improvement programs. It is also recommended to the structural officer to enhance his competence through continuing education and taking technical training that in line with his job.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T11260
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gizella
"Toddler is a group at risk of undernutrition in which World Health Organization stated that toddler mortality because of undernutrition was 54% in 2002. In
Indonesia, its prevalence increased from 17.9% in 2010 to 19.6% in 2013. In Tangerang City, there was 1.43% of toddlers suffering from undernutrition in
2013. This study aimed to prove in valid the relation between Hearth Program, which covered behaviors of food providing, toddler’s hygiene, health care seeking
and toddler parenting, with undernutrition incidence among toddlers. This study was quantitative, cross-sectional, using primary data, analyzed in univariate,
bivariate and multivariate within September 2015. Samples were taken by total sampling as many as 60 toddlers suffering from undernutrition in Tangerang
City. Results showed that 12 (20%) of 60 toddlers suffered from very underweight nutrition and the remaining 48 toddlers (80%) suffered from underweight
nutrition. There was a relation between food-providing behavior and health-care seeking behavior with undernutrition among toddlers. Variable food-providing
behavior was the dominant factor influencing undernutrition among toddlers with OR = 4.655 (CI = 1.052 – 20.6) after controlled by the variable health
care-seeking behavior.
Kelompok yang rentan terhadap gizi kurang adalah anak bawah lima tahun (balita). World Health Organization menyatakan kematian balita akibat gizi kurang
sebesar 54% pada tahun 2002. Di Indonesia, prevalensinya mengalami peningkatan dari 17,9% tahun 2010 menjadi 19,6% tahun 2013. Di Kota
Tangerang, terdapat 1,43% balita yang mengalami gizi buruk tahun 2013. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan secara valid hubungan Program Pos
Gizi yang meliputi perilaku pemberian makan, kebersihan balita, pencarian pelayanan kesehatan dan pengasuhan balita dengan kejadian gizi kurang pada
balita. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, potong lintang, menggunakan data primer serta dianalisis secara univariat, bivariat, dan multivariat selama
bulan September 2015. Sampel diambil secara total sampling sebanyak 60 balita yang mengalami gizi kurang di Kota Tangerang. Hasil menunjukkan
bahwa dari 60 balita yang mengalami gizi kurang, sebanyak 12 balita (20%) mengalami gizi sangat kurus dan sisanya sejumlah 48 balita (80%) mengalami
gizi kurus. Terdapat hubungan perilaku pemberian makan dan pencarian pelayanan kesehatan dengan gizi kurang pada balita. Variabel perilaku pemberian
makan merupakan faktor dominan yang memengaruhi gizi kurang pada balita dengan OR = 4,655 (CI = 1,052 – 20,6) setelah dikontrol oleh variabel perilaku
mencari pelayanan kesehatan."
Padjajaran university, faculty of medicine, midwifery master program, 2016
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Masriadi
"Cardiovascular disease causes 8.6 million deaths of women every year, which is the major cause of death by one-third of all deaths of women in the world.
Half of all deaths of women older than 50 years old is caused by cardiovascular and stroke diseases. This study aimed to analyze risk factors related to coronary
heart disease among women aged older than 45 years at Dody Sarjoto Makassar Air Force Hospital 2016. The total of sample was 76 consisting of 64
cases of coronary heart disease and 12 non-coronary heart disease. Determination of sample used purposive sampling. Primary data were obtained through
interview to respondents using questionnaire and direct interview. Data were analyzed by using contingency correlation coefficient (Exp (B)) test to identify
significant relation between dependent and independent variables. Results found were hypertension (Exp (B) = 0.309), obesity (Exp (B) = 0.140), diabetes
mellitus (Exp (B) = 0.164) and dyslipidemia (Exp (B) = 0.185), as proven having relation with coronary heart disease among women aged older than 45 years,
and the factor which had the most significant relation was dyslipidemia.
Penyakit kardiovaskuler menyebabkan 8.6 juta kematian pada perempuan setiap tahun, yang merupakan penyebab kematian terbanyak, yaitu sepertiga dari
seluruh kematian perempuan di seluruh dunia. Setengah dari seluruh kematian perempuan berusia di atas 50 tahun disebabkan oleh penyakit jantung dan
stroke. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor yang berhubungan dengan penyakit jantung koroner pada perempuan usia > 45 tahun di Rumah
Sakit TNI AU Dody Sarjoto Makassar. Besar sampel sebanyak 76 sampel yang terdiri dari 64 kasus penyakit jantung koroner dan 12 kasus non penyakit jantung
koroner. Penentuan sampel menggunakan metode purposive sampling. Data primer diperoleh melalui wawancara terhadap responden dengan menggunakan
kuesioner dan wawancara langsung. Data dianalisis menggunakan uji koefisien korelasi kontingensi (Exp (B)) terhadap variabel independen dan
dependen. Adapun hasil yang ditemukan adalah obesitas (Exp (B) = 0.140), diabetes mellitus (Exp (B) = 0.164), dan dislipidemia (Exp (B) = 0.185) terbukti
memiliki hubungan dengan kejadian penyakit jantung koroner pada perempuan usia > 45 tahun dan faktor yang memiliki hubungan paling besar adalah dislipidemia."
Makassar: Tamalatea school of health science, makassar, public health, department of epidemiology, 2016
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ainun Hanifa
Depok: Universitas Indonesia, 2019
613 KESMAS 13:3 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dina Faizah
"Masalah kesehatan respirasi termasuk tuberkulosis, pneumonia, asma, dan penyakit paru obstruktif kronik memiliki prevalensi yang tinggi di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kondisi lingkungan rumah dengan kejadian masalah kesehatan respirasi. Desain penelitian ini adalah potong lintang pada 107 rumah tangga di pemukiman kumuh Petamburan, Jakarta Pusat, dengan consecutive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan wawancara kepada responden tentang kejadian masalah kesehatan respirasi. Kondisi lingkungan rumah seperti jenis lantai, jenis dinding, kepadatan hunian rumah, lubang asap di dapur, jendela, luas ventilasi, pencahayaan, kelembapan, serta suhu diobservasi dan diukur menggunakan luxmeter, hygrometer, termometer, dan meteran. Data dianalisis dengan chi-square test. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan hubungan bermakna antara kejadian masalah kesehatan respirasi dengan luas ventilasi (p <0,001), jendela (p =0,032), kepadatan hunian rumah (p <0,001), dan lubang asap di dapur (p =0,027). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa kondisi lingkungan rumah yang tidak memenuhi syarat berhubungan dengan kejadian masalah kesehatan respirasi.

Respiratory health problem including tuberculosis, pneumonia, asthma and chronic obstructive pulmonary disease has high prevalence in Indonesia. This study aims to find out association between respiratory health problems and housing environment. A cross-sectional study was done on a total of 107 households in Petamburan slums, Jakarta, Indonesia. The sampling method was consecutive sampling. Data was obtained by interviewing subjects about incidence of respiratory health problems in their households. Housing environment such as lighting level, humidity, temperature, ventilation, bedroom crowding, smoke hole in kitchen, kind of wall and floor were observed and measured using luxmeter, hygrometer and thermometer. Data were analyzed by chi-square tests. This study found that there were significant association between incidence of respiratory health problem and ventilation (p <0,001), window (p =0,032), house crowding (p <0,001) and smoke hole in kitchen (p =0,027). The result of this study shows that poor housing environment associates with incidence of respiratory health problems."
Depok: Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>