Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 246044 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Gelora Jelang Takbira Mulia
"Tesis ini membahas hubungan antara pajanan polusi udara yakni particulate matter (PM)2,5 dan jumlah koloni bakteri udara dalam ruang kelas terhadap gangguan fungsi paru pada siswa tiga sekolah dasar yang ada di Jakarta Barat. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang berdesain cross-sectional, dengan variabel lainnya yakni umur, jenis kelamin, aktivitas fisik, status gizi, kepadatan siswa, ventilasi, suhu dan kelembaban ruang kelas. Metode penelitian menggunakan alat ukur Haz-Dust EPAM 5000 untuk pengukuran PM2,5, MAS 100 NT untuk pengukuran total koloni bakteri, dan spirometri untuk pengukuran fungsi paru, serta kuesioner untuk pengukuran variabel lainnya. Hasil penelitian yakni ada hubungan yang signifikan antara konsentrasi PM2,5 terhadap gangguan fungsi paru namun tidak ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara jumlah koloni bakteri udara dalam ruang dengan gangguan fungsi paru. Berdasarkan hasil dari penelitian menyarankan kepada sekolah agar dapat memperbaiki kualitas kesehatan siswa dengan cara memantau dan mengimplementasikan gerakan perilaku hidup bersih dan sehat di sekolah, kemudian diharapkan agar program sekolah sehat dapat ditingkatkan dengan memberikan promosi kesehatan kepada siswa di lingkungan sekolah, dapat bekerja sama dengan badan lingkungan hidup terkait pengendalian pencemaran udara di sekolah dengan cara melakukan pengukuran polusi udara di sekolah untuk mengetahui tingkat risiko dari pajanan yang dihasilkan di area sekolah.

This study discusses the relationship between exposure about (particulate matter) PM2,5 and the number of airborne bacterial colonies in classrooms to lung function disorders in students in three elementary schools in West Jakarta. This research is quantitative cross-sectional design, with other variables like age, gender, physical activity, nutritional status, student density, ventilation, temperature and humidity of the classroom. Measurement of PM2,5 using Haz-Dust EPAM 5000, measurement of total colony bacteria using MAS 100 NT and lung function with spirometry, and also questionnaires. The results of the study were that there was a significant relationship between PM2.5 concentration and lung function disorders but no significant association was found between the number of airborne bacterial colonies in classroom and lung function disorders. Based on the results of the study suggest suggest that schools can improve the quality of students health by monitoring and implementing healthy clean behavioral movements in schools, healthy school programs can be improved by providing health promotion to students in the school environment, can work with environmental agencies related to control air pollution in schools to determine the level of risk of exposure generated in the school area."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T52997
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Haerul
"Menilai risiko pajanan partikulat PM2.5 dilakukan pada pekerja di industri pengolahan batu kapur di Kecamatan Ciampea, Jawa Barat. Penelitian ini bertujuan untuk memperkirakan besar risiko pajanan yang diterima oleh pekerja. Konsentrasi PM2.5 diukur secara langsung pada 12 titik tungku pembakaran di area pembakran dan data pola aktifitas pekerja dikumpulkan dengan kuesioner pada 50 pekerja. Konsentrasi PM2.5 tertinggi tercatat sebesar 1,141 mg/m3 dan terendah 0,065 mg/m3 dari 12 titik lokasi pembakaran. Perhitungan risiko memperlihatkan adanya kelompok berisiko pada kelompok pekerja di area tungku 1-7 (RQ > 1) sedangkan kelompok tidak berisiko lebih dominan pada area tungku 8-12 (RQ < 1). Meskipun konsentrasi PM2.5 masih dibawah nilai NAB Permenakertrans, lamanya aktifitas kerja meningkatkan risiko pada pekerja. Adanya perbedaan risiko disebabkan karena adanya perbedaan jenis bahan bakar yang digunakan pada setiap tungku. Minimalisasi risiko dilakukan dengan mengurangi waktu kontak dengan pemajan bisa dilakukan dengan menggunakan pengendalian administratif dengan cara mengatur lama pekerja per hari (tE) dan per minggu (fE).

Risk analysis of exposure to particulate matter PM2.5 was conducted on a group of workers at a limestone processing industry in the Ciampea District, West Java. This research was aimed to estimate the risk of PM2.5 exposure received by workers. PM2.5 was measured directly on 12 furnace burning point. Meanwhile workers activity pattern was collected using questionnaire to 50 workers. Highest concentration of PM2.5 was recorded at 1,141 mg/m3 and 0,065 lowest among 12 monitoring points. Risk calculation showed that there was risk group in furnace burning point 1-7 (RQ > 1), while the no-risk group was more dominant in the furnace burning point 8-12 (RQ <1). Although recorded PM2.5 concentration was lower than Permenakertrans threshold limit value, duration of working will increase the risk to workers health. Difference of risk value between each furnace area is caused kind of fuel used and type of fuel. Minimization of risk can be conducted by decreasing time of contact, administrative control by setting time of working per day or per week."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S54002
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ashila Diza Rahmadini
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas mengenai dampak dari pajanan PM2,5 yang dihubungkan dengangejala Penyakit Paru Obstruktif Kronis PPOK Eksaserbasi Akut pada pekerja diPelabuhan Tanjung Priok tahun 2018. Penelitian ini adalah penelitian observasi denganpendekatan cross-sectional dan dilakukan pada titik-titik kemungkinan pencemarantinggi terjadi yang melibatkan 75 responden. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwapajanan PM2,5 pada pelabuhan sudah melebihi kadar diberikan WHO yaitu 35 m/m3 danjumlah responden yang mengalami gejala PPOK Eksaserbasi Akut sudah berada di atasprevalensi PPOK DKI Jakarta, yaitu 1,6. Secara statistic, data menunjukkan tidak adakaitan antara PM2,5 dengan kejadian gejala PPOK Eksaserbasi Akut. Temuan inimenyarankan bahwa adanya perbaikan dari perilaku hidup pekerja dan pemberian APD yang tepat.

ABSTRACT
Pollution of Particulate Matter2,5 or PM2,5 happens one of them caused by emission.According to studies, one of the places with highest activity that caused the release of thisemission in in ports. Port activities such as delivering goods to and from the port causedhigh amount of PM2,5 to be released to the air and it can affect field worker, one of themis Acute Exacerbation Chronic Obstructive Pulmonary Disease or AECOPD. The studyused observational design study with cross sectional approach to 75 field workers whomhad worked more than 1 year. The statistic showed that the PM2,5 level has exceededWHO limit of 35 m/m3 while showed that there is no significance between PM2,5 andAECOPD Symtomps. The study suggested that health behavior of the workers should bechanged, including using appropriate safety equipment."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tiara Mairani
"Polusi udara dikaitkan dengan jutaan kematian prematur di seluruh dunia dan 20 di antaranya bersifatpernafasan berasal dari polusi udara outdoor dan indoor dalam bentuk partikel serta gas. Pajanan PM2,5 danformaldehid yang berasal dari dalam ruang memiliki efek kesehatan sejak dini pada anak-anak, karenaanak-anak merupakan kelompok rentan dan selama anak dalam proses pengembangan paru-paru dapatmenyebabkan dampak jangka panjang pada fungsi paru. Penelitian ini bertujuan mengindentifikasihubungan pajanan Particulate Matter 2,5 PM2,5 dan formaldehid terhadap gangguan fungsi paru padasiswa Sekolah Menegah Pertama Kota Depok. Penelitian ini menggunakan studi cross-sectional yangdilaksanakan pada Maret-Mei 2018. Jumlah sampel sebanyak 160 siswa dengan metode simpel randomsampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa berumur 13-15 tahun berisiko mengalami gangguanfungsi paru 2,9 kali dengan IMT tidak normal dan mayoritas perokok pasif serta dengan aktifitas fisik yangkurang atau jarang dilakukan siswa. Pajanan PM2,5 >NAB 35 ? g/m3berisiko 7.2 kali mengalami gangguanfungsi paru pada siswa di sekolah yang berada dekat jalan raya dan konsentrasi formaldehid tinggi berisiko1,6 kali mengalami gangguan fungsi paru pada siswa di sekolah dekat jalan raya dengan kondisi ventilasiyang tidak memenuhi syarat, suhu dan kelembaban tidak normal di sekolah. Perlu dilakukan pengendalianrisiko pencemaran udara dilingkungan sekolah dengan menjauhi atau membatasi diri dari sumber polusiudara.Kata kunci: PM2,5, Formaldehid, Gangguan fungsi paru.

Air pollution is associated with millions of premature deaths worldwide and 20 of them are respiratoryfrom outdoor and indoor air pollution in the form of particles and gases. Exposure to PM2.5 andformaldehyde derived from space has an early health effect on children, as children are a vulnerable groupand during childhood in the lung development process can cause long term effects on lung function. Thisstudy aims to identify the exposure relationship of Particulate Matter 2.5 PM2,5 and formaldehyde to lungfunction impairment in Depok State Junior High School students. This study uses a cross sectional studyconducted in March May 2018. The number of samples as many as 160 students with a simple randomsampling method. The results showed that students aged 13 15 years are at risk of impaired lung function2.9 times with abnormal BMI and the majority of passive smokers and with less physical activity or rarelydo students. Exposure of PM2.5 NAB 35 g m3 at risk 7.2 times impaired lung function in students atschools located near the highway and high formaldehyde concentrations at risk of 1.6 times impaired lungfunction in students at schools near highway with no ventilation conditions Eligible, temperature andhumidity are not normal at school. It is necessary to control the risks of air pollution within the schoolenvironment by avoiding or restricting themselves from sources of air pollution.Key words Particulate Matter2,5, Formaldehyde, Lung Function.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T49994
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Haeranah Ahmad
"ABSTRAK
Konsentrasi PM2,5 di udara dapat mempengaruhi kesehatan apabila terhirup oleh
manusia karena akan terdeposit ke dalam alveoli yang akan menimbulkan reaksi
radang yang mengakibatkan daya kembang paru menjadi terbatas dan
menurunkan fungsi paru pada manusia. Pekerja yang bekerja di industri kerajinan
batu ukir mempunyai risiko tinggi terpajan oleh PM2,5 yang dihasilkan dari proses
pemotongan, pembentukan dan penghalusan menggunakan gerinda. Penelitian ini
bertujuan mengetahui hubungan pajanan debu PM2,5 terhadap gangguan fungsi
paru pada pekerja dengan desain studi cross sectional yang dilakukan pada
seluruh pekerja industri kerajinan batu ukir yang memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi di desa Allakuang, Kecamatan Maritengngae, Kabupaten Sidrap
sebanyak 100 orang. Pemeriksaan faal paru menggunakan spirometri sedangkan
pengukuran konsentrasi PM2,5 di ruang kerja menggunakan Haz dust EPAM 5000.
Analisis dilakukan dengan menggunakan analisis regresi logistik. Hasil analisis
menunjukkan hubungan yang signifikan antara konsentrasi PM2,5 dengan
gangguan fungsi paru (4,17 ;1,68- 10,38). Faktor lain yang mempengaruhi adalah
masa kerja (2,41; 1,05-5,52) dan kecepatan angin (4,77 ;1,93-11,77). Pada analisis
multivariat menunjukkan bahwa pekerja yang bekerja pada lingkungan kerja
dengan konsentrasi PM2,5 yang tidak memenuhi syarat memiliki risiko 6,86 kali
menderita gangguan fungsi paru setelah dikontrol dengan variabel kecepatan
angin, kelembaban, suhu, masa kerja dan penggunaan APD. Penelitian ini
menyimpulkan didapatkan hubungan bermakna antara tingkat pajanan debu batu
dengan gangguan fungsi paru. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengendalian
terhadap pajanan debu batu dan hasil penelitian ini diharapkan dapat
dipergunakan sebagai acuan pelaksanaan program kesehatan dan keselamatan
pada pekerja serta pelaksanaan monitoring lingkungan kerja serta surveilans
kesehatan kerja.

ABSTRACT
PM2,5 concentration on the air can affect health when inhaled by human. It will be
deposited in the alveoli that could inflict an inflammatory reaction that cause
reduce lung volume and decreasing the lung function in human. Workers who
work in stone carving craft industry had a high risk of PM2,5 exposure that resulted
from the process of cutting, forming and refining by using grinder. This cross
sectional study purposed to assess the relationship between exposure of PM2,5 dust
and impaired lung function among 100 workers who had fulfilled the inclusion
and exclusion criteria in the Allakuang village, Maritengngae subdistrict, Sidrap
District, South Sulawesi Province. Lung function was assessed by spirometry.
PM2,5 concentration in the workspace was assessed by Haz dust EPAM 5000.
Logistic regression analysis was carried out and showed a significant correlation
between the PM2,5 concentration with impaired lung function (4,2; 1,68- 10.38).
Another determinant factor was the work duration (2.4; 1,05-5,52) and wind speed
(4,8; 1.93-11.77). Multivariate analysis showed that worker who work on the
work space with high concentration of PM2,5 tend to have 6.86 times higher risk of
suffering from impaired lung function after adjusted by wind speed, humidity,
temperature, work duration and using PPE (Personal protective equipment). There
was significant association between the level of dust exposure with impaired lung
function. Hence, it is necessary to control the dust exposure.The finding of this
study could be used as a consideration of health and safety programs
implementation among workers and monitoring the implementation of work space
and also the surveillance of occupational health."
2016
T47074
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Niko Rianda Putra
"[Particulate Matter (PM) terutama partikel <2,5 μg/m3 atau PM2.5, adalah
komponen utama yang terkandung dalam asap dari bahan bakar biomassa. Efek
yang terkait dengan paparan jangka panjang PM2,5 meliputi peningkatan gejala
pernapasan bagian bawah, penyakit paru obstruktif kronik dan penurunan fungsi
paru. Salah satu pengguna bahan bakar biomassa yang cukup tinggi di Sumatera
Barat adalah usaha rumah makan, tujuan dari penelitian ini menganalisis asosiasi
faktor lingkungan dengan konsentrasi PM2,5 pada waktu masak di dapur rumah
makan Kota Solok dan menganalisis konsentrasi PM2,5 pada waktu masak dengan
fungsi paru pekerja dapur rumah makan. Penelitian ini adalah penelitian dekriptif
analitik dengan menggunakan desain studi cross-sectional, dengan jumlah sampel
adalah 71 orang (total sampling). Analisis multivariat hubungan faktor lingkungan
dengan PM2,5 pada waktu masak didapatkan hubungan signifikan ventilasi OR:
5,655 (95% CI: 0,780 ? 40,994) dan lama waktu masak OR: 12,013, (CI: 1,113 ?
129,714). Analisis multivariat hubungan PM2,5 pada waktu masak dengan
gangguan fungsi paru, yaitu PM2,5 OR: 3,60 (CI: 95%, 0,921 ? 14,072), Umur
OR: 1,443, (CI 95%, 0,380 ? 5,477), dan masa kerja OR: 13,854, (95% CI: 3,283
? 58,388). Terdapat hubungan bermakna antara faktor lingkungan dengan
konsentrasi PM2,5 pada waktu masak yaitu variabel lama masak dan ventilasi.
Sedangkan untuk konsentrasi PM2,5 pada waktu masak ada hubungan yang
bermakna dengan gangguan fungsi paru pekerja dapur dengan dikontrol oleh
umur dan masa kerja;Particulate Matter (PM), particularly inhalable particulate ( <2,5 μm), is
the main components in biomass emission. Long term exopusre of PM2,5 had
been proved to increase lower respiratory disorder, chronic obtructive pulmonary
disease (COPD), and decrease lung function. Padang Restaurant is one of the
main user of biomass fuel in west sumatera. The aim of this research was to
analize the association of PM2,5 concentration during cooking and lung function
disorder among restaurant kitchen workers. This was a cross-sectional study with
71 workers were included. There was a significant association between PM2,5
and ventilation OR: 5,655 (95% CI: 0,780 ? 40,994) and cooking duration OR:
12,013, (CI: 1,113 ? 129,714). Multivariate analysis between PM2,5 and lung
function disorder showed significant association, PM2,5 OR: 3,60 (CI: 95%, 0,921
? 14,072), age OR: 1,443, (CI 95%, 0,380 ? 5,477), and working duration
OR: 13,854, (95% CI: 3,283 ? 58,388). There was a significant association
between environmental factors (ventilation and cooking duration) and PM2,5
concentration during cooking. Meanwhile PM2,5 concentration and lung fuction
showed significant association after controled by age and working duration., Particulate Matter (PM), particularly inhalable particulate ( <2,5 μm), is
the main components in biomass emission. Long term exopusre of PM2,5 had
been proved to increase lower respiratory disorder, chronic obtructive pulmonary
disease (COPD), and decrease lung function. Padang Restaurant is one of the
main user of biomass fuel in west sumatera. The aim of this research was to
analize the association of PM2,5 concentration during cooking and lung function
disorder among restaurant kitchen workers. This was a cross-sectional study with
71 workers were included. There was a significant association between PM2,5
and ventilation OR: 5,655 (95% CI: 0,780 – 40,994) and cooking duration OR:
12,013, (CI: 1,113 – 129,714). Multivariate analysis between PM2,5 and lung
function disorder showed significant association, PM2,5 OR: 3,60 (CI: 95%, 0,921
– 14,072), age OR: 1,443, (CI 95%, 0,380 – 5,477), and working duration
OR: 13,854, (95% CI: 3,283 – 58,388). There was a significant association
between environmental factors (ventilation and cooking duration) and PM2,5
concentration during cooking. Meanwhile PM2,5 concentration and lung fuction
showed significant association after controled by age and working duration.]"
2015
T43637
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lailatul Qomariyah
"Partikulat (PM2.5), nitrogen dioksida (NO2), dan benzo(a)pyrene diketahui sebagai polutan yang sering ditemukan di udara dari sisa/hasil pembakaran bahan bakar kendaraan bermotor yang dapat mempengaruhi kualitas udara terutama pada populasi rentan seperti anak-anak dimana sebagian waktunya dihabsikan di sekolah.
Penelitian ini bertujuan untuk adalah mengestimasi risiko pajanan partikulat (PM2.5), nitrogen dioksida (NO2), dan benzo(a)pyrene pada siswa di tiga sekolah dasar negeri Jakarta Barat.
Penelitian ini menghasilkan konsentrasi PM2.5 terkecil dan terbesar di SDN Cengkareng Barat. Sedangkan konsentrasi NO2 terkecil di SDN Cengkareng Barat dan terbesar di SDN Cengkareng Timur. Sementara konsentrasi benzo(a)pyrene terkecil di SDN Cengkareng Barat dan terbesar di SDN Cengkareng Timur.
Kesimpulan dari penelitian ini, risiko non karsinogen pajanan PM2.5, NO2, dan benzo(a)pyrene dari ketiga sekolah memiliki nilai RQ ≤ 1 atau dikatakan aman sedangkan risiko kesehatan karsinogenik pajanan benzo(a)pyrene memiliki nilai E > 4 yang berarti siswa di sekolah berisiko.

Particulates (PM2.5), nitrogen dioxide (NO2), and benzo (a) pyrene are known to be pollutants that are often found in air from residual combustion of motorized vehicles that can affect air quality especially in vulnerable populations such as children where some of the time is validated at school.
This study aims to estimate the risk ofparticulate exposure (PM2.5), nitrogen dioxide (NO2), and benzo (a) pyrene in students in three West Jakarta state elementary schools.
This research resulted in the smallest and largest PM2.5 concentration in Cengkareng Barat Elementary School. While the smallest NO2 concentration was in SDN Cengkareng Barat and the largest was in SDN Cengkareng Timur. While the smallest concentration of benzo (a) pyrene is in West Cengkareng SDN and the largest is in East Cengkareng SDN.
Conclusions from this study, the risk of non-carcinogen exposure to PM2.5, NO2, and benzo (a) pyrene from the three schools has a RQ value of ≤ 1 or is said to be safe while the carcinogenic risk of benzo exposure (a) pyrene has an E value> 4 which means students at risk school.
"
2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Putri Calista
"Pencemaran udara menjadi ancaman besar bagi masyarakat dunia. Salah satu indikator yang umum adalah Particulate Matter 2.5 atau PM 2.5. PM 2.5 merupakan polutan yang dapat masuk ke paru-paru bahkan sampai pada alveolus dan dapat berdifusi ke pembuluh darah. PM 2.5 juga dapat mengandung ataupun mengadsorpsi logam berat, gas beracun, virus, bakteri, dan zat berbahaya lainnya. Tingginya konsentrasi PM 2.5 dapat menimbulkan berbagai efek kesehatan pada manusia. Salah satu sumber PM 2.5 adalah transportasi. Sekolah yang lokasinya dekat dengan jalan raya berisiko terhadap pajanan PM 2.5 yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi risiko kesehatan terhadap pajanan PM 2.5 pada siswa dan guru yang bekerja di SDN Cisalak 1 Tahun 2024. Penelitian ini dilakukan dengan metode Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) dari Bulan Maret-Mei 2024. Sampel pada penelitian ini terdiri dari 23 guru dan 63 siswa kelas 4 dan kelas 5. Pengukuran konsentrasi PM 2.5 dilakukan di 5 titik menggunakan alat DustTrak DRX 8533 selama 1 jam di tiap titiknya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata konsentrasi PM 2.5 di SDN Cisalak 1 adalah 0,208 mg/m3 atau 0,121 mg/m3 setelah dikonversi menjadi konsentrasi 24 jam. Konsentrasi tersebut masih berada di atas baku mutu Permenkes RI No. 2 Tahun 2023. Besar risiko secara realtime dan lifespan, baik pada siswa maupun guru secara keseluruhan menyatakan nilai RQ ≤ 1 yang artinya secara keseluruhan, siswa dan guru masih aman dari pajanan PM 2.5 dengan konsentrasi tidak lebih dari 0,208 mg/m3. Namun, jika dilakukan perhitungan secara individu, didapatkan sebanyak 4,48% dan 55,5% siswa berisiko terhadap pajanan PM 2.5 secara realtime dan lifespan. Sdangkan pada guru sebanyak 72,7% guru berisiko terhadap pajanan PM 2.5 secara lifespan selama 30 tahun. Upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalisir risiko tersebut adalah dengan melakukan pembatasan pajanan melalui pembersihan ruang kelas secara rutin, penyortiran barang atau berkas, dan melakukan penghijauan di area sekolah.

Air pollution is a major threat to world society. One common indicator is Particulate Matter 2.5 or PM 2.5. PM 2.5 is a pollutant that can enter the lungs and even reach the alveoli and can diffuse into the blood vessels. PM 2.5 can also contain or adsorb heavy metals, toxic gases, viruses, bacteria and other dangerous substances. High concentrations of PM 2.5 can cause various health effects in humans. One source of PM 2.5 is transportation. Schools that located close to highways have a high risk of PM 2.5 exposure. This study aims to estimate the health risk of exposure to PM 2.5 in students and teachers working at SDN Cisalak 1 in 2024. This research was conducted using the Environmental Health Risk Analysis (ARKL) method from March-May 2024. The sample in this study consisted of 23 teachers and 63 students in grades 4 and 5. PM 2.5 concentrations were measured at 5 points using a DustTrak DRX 8533 for 1 hour at each point. The results of this study show that the average PM 2.5 concentration at SDN Cisalak 1 is 0.208 mg/m3 or 0.121 mg/m3 after being converted to a 24 hour concentration. This concentration is still above the quality standards of  Permenkes RI No. 2 Tahun 2023. The overall RQ value, for both students and teachers, is RQ ≤ 1, which means that overall, students and teachers are still safe from exposure to PM 2.5 with a concentration of no more than 0.208 mg/m3. From individual calculations, the results showed that 4.48% and 55.5% of students were at risk of exposure to PM 2.5 in realtime and lifespan. Meanwhile, 72.7% of teachers are at risk of exposure to PM 2.5 over a lifespan of 30 years. To reduce exposure can be done by cleaning up the classrooms, sorting items or files, and planting trees in school area."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Luthfia Andayani
"ABSTRAK
Tesis ini membahas tentang hubungan konsentrasi PM 2,5 di lingkungan kerja Pengasapan Ikan Bandarharjo, Kota Semarang. Sampel pada penelitian ini adalah pekerja pengasapan ikan Bandarharjo, pengumpulan data terkait fungsi paru dilakukan pengukuran terhadap kapasitas fungsi paru, dan karakteristik pekerja dilakukan dengan wawancara. Sementara pemeriksaan konsentrasi PM 2,5 di lingkungan kerja pengasapan ikan dilakukan pengukuran sampel udara. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional. Hasil penelitian menyebutkan bahwa secara statistik tidak ada hubungan yang signifikan antara konsentrasi PM 2,5 dengan gangguan fungsi paru pekerja pengasapan ikan Bandarharjo, namun secara substantsi disebutkan bahwa terdapat hubungan antara jenis kelamin, status gizi, riwayat penyakit dan status merokok.

ABSTRACT
This thesis discusses the relationship of PM 2.5 concentration at work environment of Bandarharjo Fish Smoked, Kota Semarang. The sample in this study is Bandarharjo fish smoking workers, data collection related to pulmonary function was measured on lung function capacity, and worker characteristics were carried out by interview, and concentration of PM 2.5 in the working environment of fish smoked was measured by air samples. This research is quantitative research with cross sectional design. The results based on statistically there was no significant relationship between PM 2.5 concentration and the pulmonary function of Bandarharjo fish smoked workers, but based on substantially it was stated that there was a relationship between sex, nutritional status, disease history and smoking status."
2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syifa Az-Zahra
"Emisi atau residu pembakaran kendaraan merupakan sumber utama terjadinya polusi udara di wilayah urban, salah satunya adalah Particulate Matter (PM). Berdasarkan ukurannya, PM terbagi menjadi dua, yaitu PM10 dan PM2,5. Keberadaan polutan tersebut dapat ditangkap oleh tumbuhan, salah satunya adalah lumut Sphagnum cuspidatum. Tujuan penelitian adalah mengetahui perbedaan kadar PM pada lumut S. cuspidatum yang ditransplantasikan di beberapa lokasi dengan jumlah volume kendaraan yang berbeda, serta mengetahui adanya korelasi lingkungan abiotik terhadap kadar PM pada lumut S. cuspidatum yang ditransplantasikan. Metode biomonitoring yang digunakan, yaitu transplantasi lumut menggunakan moss bag. Lumut S. cuspidatum diukur kadar PM sebelum dipaparkan di lokasi paparan dengan jumlah volume kendaraan yang berbeda. Selanjutnya, 0,5 gram lumut S. cuspidatum ditimbang dan dimasukkan ke dalam moss bag yang terbuat dari kantong nilon. Lokasi paparan dalam penelitian, yaitu tepi jalan UI, tepi jalan Kabeda, dan tepi jalan Juanda. Ketiga lokasi tersebut merepresentasikan lokasi tepi jalan dengan tingkat volume kendaraan rendah, sedang, dan tinggi. Waktu paparan selama 5 minggu atau 35 hari. Berat PM diperoleh dari selisih berat kertas saring akhir dengan berat kertas saring awal. Kadar PM dihitung dengan membagi berat PM dan berat kering lumut. Analisis statistik yang digunakan adalah uji Kruskal-Wallis dan uji korelasi Pearson. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar PM10 dan PM2,5 yang tertangkap oleh lumut S. cuspidatum yang ditransplantasikan di lokasi urban Juanda memiliki nilai rata-rata tertinggi. Hal tersebut mengindikasikan bahwa lokasi urban Juanda memiliki tingkat polusi udara paling tinggi, sehingga kualitas udara di lokasi tersebut lebih rendah dibanding lokasi urban Beji UI dan Kabeda. Selain itu, parameter lingkungan abiotik seperti suhu udara, kelembapan udara, kecepatan angin, volume kendaraan, AQI level, konsentrasi PM10 dan PM2,5 di udara berkorelasi terhadap kadar PM yang tertangkap pada lumut S. cuspidatum.

Emissions or residues of vehicle combustion is the main source of air pollution in urban areas, one of which is Particulate Matter (PM). Based on its size, PM is divided into two, namely PM10 and PM2.5. The existence of these pollutants can be captured by plants, one of which is the moss Sphagnum cuspidatum. The aim of the study to determine differences in PM levels in S. cuspidatum moss transplanted at several locations with different vehicle volumes and to determine whether there was a correlation between abiotic environment and PM levels in transplanted S. cuspidatum moss. The biomonitoring method used is moss transplantation using a moss bag. PM levels of S. cuspidatum were measured before being exposed at the exposure location with different vehicle volumes. Next, 0.5 grams of S. cuspidatum moss was weighed and put into a moss bag made of nylon bags. Locations of exposure in the study, namely the UI roadside, Kabeda roadside, and Juanda roadside. These three locations represent roadside locations with low, medium, and high vehicle volume levels. Exposure time for 5 weeks or 35 days. The PM weight was obtained from the difference between the final filter paper weight and the initial filter paper weight. The PM content was calculated by dividing the PM weight and the dry weight of the moss. The statistical analysis used was the Kruskal-Wallis test and the Pearson correlation test. The results showed that the levels of PM10 and PM2.5 caught by S. cuspidatum moss transplanted at the Juanda urban location had the highest average values. This indicates that the urban location of Juanda has the highest level of air pollution so the air quality in that location is lower than the urban locations of Beji UI and Kabeda. In addition, abiotic environmental parameters such as air temperature, air humidity, wind speed, vehicle volume, AQI level, PM10, and PM2.5 concentrations in the air correlate with PM levels captured in S. cuspidatum moss."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>