Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 52065 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sarah Widythia Pramono
"Zhuang Zi (369-286 SM) adalah seorang filsuf pada zaman negara berperang (475-221 SM), dan tokoh penting dalam perkembangan Daoisme setelah Lao Zi. Zhuang Zi menghasilkan satu karya utama semasa hidupnya, yaitu kitab Zhuangzi. Salah satu artikel dalam kitab Zhuangzi, ada artikel yang berjudul Qiushui atau dalam Bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi (Suasana Musim Gugur) terdiri dari tiga belas paragraf pendek yang terbagi menjadi beberapa tema dan disajikan dalam bentuk dialog antara tokoh yang berbeda-beda. Dialog-dialog dalam artikel ini sangat pendek tetapi memiliki makna yang mendalam. Topik-topik dialog apa saja yang digunakan oleh Zhuang Zi dalam tulisannya dan filsafat dasar seperti apa yang menjadi pokok dari ketigabelas paragraf tersebut menjadi permasalahan yang akan diangkat dalam tulisan ini. Dari hasil kajian atas topik-topik dialog tersebut terungkap bahwa teks menyampaikan pesan bahwa setiap makhluk di dunia masing-masing memiliki peran, keberadaan dan fungsinya di dalam semesta.
Zhuang Zi (369-286 BC) is a Chinese philosopher in the Warring States Period (zhanguo shidai) (475-221 BC), and an important figure in the development of Daoism after Lao Zi. During his lifetime, Zhuang Zi delivered a work by his name, Zhuangzi. One of the articles in Zhuangzi, there is an article called Qiushui or in Indonesian translated into (Suasana Musim Gugur) consists of thirteen short paragraphs which are divided to several themes and presented in the form of dialogue between different characters. The dialogues in this article are short but have deep meaning. What dialogue topics and philosophies used by Zhuang Zi in his writings as the base of the thirteen paragraphs are the main point in this paper. The result revealed that the texts conveyed messages that every living creature has its role, existence, and function in the universe."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Eva Sjafitrie
"Eva Sjafitrie. Kualitas simbolik warna dalam 5 sajak musim gugur karya Georg Trakl. (Di bawah bimbingan Dr. Irene Jansen dan Dr. G. Basa Hutagalung) Fakultas Sastra Universitas Indonesia, 1993. Simbolisme Perancis yang marak di sekitar tahun 1880-an ternyata terasa pula pengaruhnya di Jerman. Baudelaire, Verlaine dan Rimbaud menjadi tokoh idola bagi pengarang Ekspresionis Jerman. Unsur simbolisme terutama tampak dalam karya-karya Rilke, George dan Georg Trakl. Georg Trakl yang terkenal dengan sajak-sajak musim gugurnya bisa dijadikan contoh terbaik untuk menggambarkan pengaruh simbolisme Perancis itu di Jerman. Hampir seluruh karya Trakl memiliki keempat ciri sajak simbolisme. Kuatnya pengaruh simbolisme dalam karya-karyanya ini membuat Trakl jadi seorang penyair simbolis dalam era Ekspresionis."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1993
S14630
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pamuntjak, Laksmi
"Namun rahasia seperti warna. Tatap dalam-dalam, dan ia mulai menuturkan selaksa cerita.” Kekasih Musim Gugur adalah kisah dua perempuan, Srikandi (Siri) dan Dara. Yang satu seorang seniman cosmopolitan, yang satunya lagi seorang aktivis politik. Siri adalah anak Amba dan Bhisma, tokoh utama novel pertama Laksmi Pamuntjak, Amba. Setelah bertahun-tahun mengembara di pelbagai kota di dunia – London, New York, Madrid – Siri memutuskan hidup di Berlin untuk menghindar dari masa lalu keluarganya. Tak disangka, sebuah berita mengejutkan memaksanya pulang ke Jakarta. Di tanah air, Siri harus menghadapi realita keluarganya yang pedih, ditambah dengan jalin-kelindan kompleks antara seni rupa, politik, dan sejarah, terutama ketika salah satu pamerannya dihujat dan dilarang karena dianggap melanggar susila. Dalam pergulatannya, Siri harus memaknai ulang hubungan dengan ibunya, Amba; dengan mantan sahabatnya, Dara; dengan anak tirinya, Amalia; dan dengan sejarah bapak kandungnya yang kelam. ……………………………………………………………………………………………………………………………………………………… “Ada melodi yang liris dalam cara Laksmi Pamuntjak bertutur, rangkaian kata yang sesekali mengalun dan kali lain mengentak. Memasuki ruang-ruang interior para karakter di Kekasih Musim Gugur seperti dituntun ke sebuah museum seni. Kadang anggun, kadang liar, tetapi hampir selalu elegan.” –Dee Lestari, penulis “Sejak halaman pertama, ketika Srikandi menyatakan ia memiliki dua bapak, kita tak akan bisa berhenti membaca novel ini hingga halaman terakhir…” --Leila S. Chudori, penulis dan wartawan “Novel Laksmi ini sempurna menangkap tegangan kompleks hubungan antar-individu; dendam-rindu, benci cinta, dalam sejarah keluarga yang dibayangi luka politik, dan bagaimana seni rupa menjadi strategi yang mebebaskan. Dengan kepiawaiannya berkisah, Laksmi menyeret kita masuk dan melihat luka itu sebagai luka kita sendiri.” --Nezar Patria, Pemimpin Redaksi The Jakarta Post “Novel ini merupakan satu langkah dalam pencapaian Laksmi sebagai sosok penting dalam pertumbuhan sastra…” Sapardi Djoko Damono, penyair, penulis
"
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2020
899.221 PAM k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Mursidah
"Musim merupakan fenomena alam yang menarik untuk dianalisis, karena musim berpengaruh besar dalam kehidupan manusia, terutama pada masyarakat yang mengalami empat musim. Setiap musim, dengan berbagai perubahan keadaan alam yang dibawanya (seperti cuaca), memberi makna pada kehidupan lahir dan batin manusia. Musim pun bisa menjadi sumber inspirasi bagi para penyair. Seperti halnya dalam sajak-sajak J.C. Bloem (1887-1966), musim muncul secara produktif. Tidak hanya sebagai gambaran alam, tapi jugs mengandung banyak makna, baik menyangkut kehidupan secara umum maupun kehidupan batin aku lirik secara khusus. ?Musim' dalam sajak-sajak J.C. Bloem, merupakan hal yang menarik untuk dianalisis.
Empat sajak J.C. Bloem: "Lentewind", "Verandering", "In memoriam", dan "Troost des donkers" dan bundel puisinya Het verlangen (1921) menjadi bahan penelitian tesis ini. Masing-masing sajak mewakili musim semi, panas, gugur dan dingin. Permasalahan yang diajukan adalah: bagaimana bentuk kebahasaan dan kesastraan keempat sajak tersebut?, aspek kehidupan apa terungkap dari setiap sajak sebagai persepsi umum tentang musim dan sebagai persepsi sang penyair sendiri?, dan apakah ada keterkaitan bentuk kebahasaan dan kesastraan setiap sajak dengan tema musim yang terkandung?
Langkah-langkah yang ditempuh dalam analisis adalah meneliti aspek-aspek kebahasaan dan kesastraan setiap sajak, kemudian meneliti aspek musim yang ada di setiap sajak dan makna musim secara umum dan spesifik bagi aku lirik, terakhir akan diteliti keterkaitan bentuk sajak dan tema musim yang dikandungnya.
Dari analisis dapat disimpulkan bahwa persepsi umum tentang musim tidak selalu berlaku sama bagi individu aku lirik. Setiap musim bagi aku lirik membawanya pada pemikiran tentang usia tua dan kematian. "Musim gugur" mewarnai kehidupan aku lirik pada musim-musim yang lain. Keterkaitan bentuk kebahasaan dan kesastraan sajak-sajak tersebut dengan tema musim terletak pada kemampuan aspek-aspek kebahasaan dan kesastraan sajak-sajak itu dalam mengungkapkan pergolakan batin aku lirik dalam berinteraksi dengan musim."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2003
T11026
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chow - Hou Wee
xxviii, 587 hlm. ; 22 cm.,
355.48 Cho s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Xu, Shen
Beijing Zhongguo Shuji 1996
SIN 495.1 X 439 s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Liu, Ying
Beijing: Wu zhou chuan bo chu ban she, 2007
SIN 910.460 51 LIU z
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Joice Sandra Antonio
"Bagi manusia bentuk komunikasi yang paling nyata adalah berbicara. Bahasa merupakan sarana komunikasi yang di maksud dengan bahasa disini adalah bahasa baik lisan maupun tulisan. Ternyata didalam berkomunikasi (kebutuhan dan tugas) tersapa bukanlah sekedar menyampaikan informasi. tetapi tersapa juga memerlukan sopan-santun dalam berbahasa yaitu dengan jalan menjaga atau memelihara hubungan sosial antara dirinya dengan penyapa. Adapun teori-teori yang berkenaan dengan topik di atas yaitu perinsip kerja sama menurut Leech, Prinsip Sopan-santun oleh Brown, dan Levison, Teori kepan tasan Brown dan Gilman."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1995
S14103
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zulfinur
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1990
S14217
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mao, Dun, 1896-
Beijing : Renmin wenxue Chubanshe, 2002
SIN 895.13 MAO z
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>