Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 102195 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Siburian, Tomi Enjeri
"Kota Jakarta terkenal akan kemacetan lalu lintasnya, sehingga sektor transportasi perlu diperhatikan secara khusus. Berdasarkan data dari Badan Pengelola Transportasi Jakarta, dari 47,5 juta perjalanan di Kota Jakarta, hanya 24% yang menggunakan angkutan umum. Pemerintah Kota Jakarta sudah menyediakan moda transportasi umum baru yaitu MRT. Moda transportasi ini menawarkan konsep berbasis TOD, yaitu kawasan sekitar buffer 400 meter dari stasiun dapat di akses dengan berjalan kaki. Konsep ini telah berkembang di berbagai kota di benua Eropa dan Amerika. Kondisi ruang pada kawasan berbasis TOD dapat di nilai menggunakan pengukuran TOD Indeks. Setiap kriteria TOD Indeks memiliki indikator penelitian masing-masing. Penelitian ini menggunakan 8 kriteria dan 18 indikator yang dapat mengukur nilai dari TOD Indeks pada setiap stasiun MRT. Parameter dan kriteria penelitian berasal dari teori 6Ds. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan pengolahan spasial, sehingga persebaran setiap indikator dapat dianalisa secara holistik dari sudut pandang keruangan. Kawasan TOD Stasiun Bendungan Hilir merupakan stasiun dengan nilai TOD tertinggi, sebesar 0,71. Kawasan TOD Stasiun Lebak Bulus Grab memiliki nilai TOD Indeks terendah, sebesar 0,31. Nilai TOD Indeks pada setiap stasiun dapat di pengaruhi oleh bobot dari setiap indikator dan kriteria penelitian. Melalui penelitian ini, harapannya setiap pemegang kebijakan dapat memperhatikan setiap indikator pada stasiun yang di anggap perlu untuk di tingkatkan jika kawasan tersebut hendak dijadikan kawasan berbasis TOD yang sesuai dengan konsep smart city.

The city of Jakarta is famous for its traffic jams, so the transportation sector needs special attention. Based on data from the Jakarta Transportation Management Agency, of the 47.5 million trips in Jakarta City, only 24% used public transportation. The Jakarta City Government has provided public transportation modes, namely the MRT. This mode of transportation offers a basic concept of TOD, namely the area around the 400 meter buffer from the station can be accessed on foot. This concept has been developed in various cities on the Continent of Europe and America. The space conditions in a TOD-based area can be assessed using the TOD Index measurement. Each TOD Index criterion has its own research indicators. This study uses 8 criteria and 18 indicators that can measure the value of the TOD Index at each MRT station. 6Ds. Processing data is done using spatial processing so that each indicator can be analyzed holistically from a spatial perspective. The TOD area of Bendungan Hilir Station is a station with the highest TOD value, amounting to 0.71. TOD Station in Lebak Bulus Station Takes the lowest TOD Index value of 0.31. The index TOD value at each station can be influenced by the weight of each indicator and research criteria. Through this research, it is hoped that each policyholder can pay attention to every indicator on the station that is deemed necessary to be improved if needed for a TOD-based area that is in accordance with the concept of a smart city.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aisyah Tri Handayani
"Penetapan Wilayah Provinsi DKI Jakarta sebagai kota jasa dan pusat kegiatan ekonomi nasional mendorong lahirnya perkembangan wilayah secara masif dalam berbagai aspek yang mampu berdampak terhadap peningkatan intensitas kepadatan penduduk hingga arus lalu lintas. Sebagai langkah mengantisipasi permasalahan masifnya peningkatan penduduk serta arus lalu lintas, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengembangkan Kawasan TOD dalam bentuk kolaborasi. MRT Jakarta merupakan wujud kolaborasi dalam merealisasikan Kawasan TOD. Kawasan TOD mengedepankan konsep aksesibilitas mobilisasi masyarakat menuju stasiun terdekat dengan berjalan kaki ataupun dengan moda transportasi non-bermotor. Untuk mengetahui perkembangan nilai tanah pada Kawasan TOD, dilakukan peninjauan melalui perbandingan antara aspek nilai tanah kawasan sebelum proses pembangunan MRT Jakarta dilakukan, dengan kondisi eksisting dimana MRT Jakarta telah dioperasikan. Parameter dalam menentukan perkembangan nilai tanah pada Kawasan TOD MRT Jakarta mengacu pada teori Kapitalisasi Nilai Tanah Pada Kawasan Transit yang meninjau perbandingan nilai tanah berdasarkan persentase kawasan komersial, tingkat potensi banjir serta kenaikan harga tanah diatas 5% per-tahun. Penelitian ini dilakukan di sepanjang Stasiun MRT Jakarta yang dimulai dari Stasiun Bundaran HI hingga Stasiun Lebak Bulus Grab. Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data secara spasial, empat Kawasan TOD MRT Jakarta yang berada di dekat kawasan pusat bisnis merupakan Kawasan TOD MRT Jakarta dengan nilai tanah yang berkembang dari tahun 2012 hingga tahun 2023. Kawasan TOD MRT Jakarta lainnya tidak mengalami peningkatan nilai tanah. Karakteristik utama Kawasan TOD ini adalah berada dekat dengan kawasan pusat bisnis serta memiliki intensitas jaringan jalan utama dan keberadaan Objek POI dalam jumlah yang besar.

DKI Jakarta Province determined as a city of central service and economic activity, was one of the driving factors that created massive development of DKI Jakarta’s region in many aspects impacting the enhancement of residency density and the traffic flow intensity. As an anticipated action from the massive enhancement of the residency problem and intensity traffic flow. DKI Jakarta’s Government action to develop Transit Oriented Development realization that involves many collaborations. MRT Jakarta was one of the representative's collaborations in creating Transit Oriented Development realization. Transit Oriented Development put forward the concept of provisioning public accessibility to nearby stations that can be accessed by walking or using transportation non-motorcycle modes. Knowing the land value development in Transit Oriented Development, by using comparison analysis of land value aspects between before the MRT Jakarta Project was being held and the existing conditions of MRT Jakarta, was the method that was used to find how the development concept of Transit Oriented Development land value was being released in MRT Jakarta. Parameters that were used in determining the development of Transit Oriented Development land value in MRT Jakarta, refers to Land Value Capitalization of Transit Region theory that considers the land value comparison based on commercial percentage, flood potential level, and land prices enhancement above 5% in a year. This research was conducted in MRT Jakarta Stations starting from Bundaran HI Station until Lebak Bulus Grab Station. Refers to the results from processing and analyzing data process, four out of eight stations of MRT Jakarta that are located near the central business district area are the Transit Oriented Development area which was the land value being developed through the increasing land value index from 2012 until 2023. The main characteristic of Transit Oriented Development that the land value has been developed, are located near the central business district area and having much higher intensity of the main network road and the distribution of Point of Interest objects."
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andhy Bato Raya
"Sejalan dengan pengembangan Sistem Angkutan Umum Massal (SAUM) terdapat upaya untuk mendorong pengembangan kawasan Transit Oriented Development (TOD), yang bertujuan mendorong mobilitas dengan berjalan kaki, bersepeda dan menggunakan angkutan umum. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisi kondisi tata ruang, kondisi iklim mikro dan kenyamanan termal kawasan TOD. Pemodelan iklim mikro menggunakan ENVI-met atas kondisi eksisting Kawasan Dukuh Atas menunjukkan bahwa suhu udara tertinggi terjadi pada pukul 16.00 WIB, kecepatan angin tinggi terdapat pada jalan yang orientasinya searah dengan arah angin. Hasil pemodelan rencana TOD menunjukkan bahwa suhu udara cenderung lebih rendah dibandingkan kondisi eksisting, kecepatan angin meningkat pada street canyon yang berorientasi searah dengan arah angin namun menurun apabila tegak lurus arah angin. Seluruh areal mulai pukul 10.00-17.00 masuk dalam kategori tidak nyaman secara termal, dengan puncak ketidaknyaman terjadi pada pukul 13.00 dan 14.00. Nilai PET rencana TOD lebih rendah dibandingkan kondisi eksisting, mengindikasikan rencana TOD dapat meningkatkan kenyamanan termal.

In line with the development of the Mass Public Transportation System (SAUM) there are efforts to encourage the development of the Transit Oriented Development (TOD) area, which aims to encourage mobility by walking, cycling and using public transportation. This study aims to analyze the spatial conditions, microclimate conditions and thermal comfort of the TOD area. Microclimate modeling using ENVI-met on the existing conditions of the Upper Dukuh Area shows that the highest air temperature occurs at 16.00 WIB, high wind speeds are found on roads that are oriented in the same direction as the wind direction. The results of TOD planning modeling indicate that the air temperature tends to be lower than the existing conditions, the wind speed increases in the street canyon which is oriented in the direction of the wind but decreases when it is perpendicular to the wind direction. The entire area from 10:00 a.m. to 5:00 p.m. was categorized as thermally uncomfortable, with peak discomfort occurring at 1:00 p.m. and 2:00 p.m. The PET design TOD value is lower than the existing condition, indicating that the TOD plan can improve thermal comfort."
Depok: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Malik Fahad
"Jakarta dikenal akan jumlah pusat perbelanjaan yang banyak dan terus bertambah. Pertumbuhan ini perlu disikapi dengan dukungan sarana mobilitas yang memudahkan masyarakat dalam mengunjungi pusat perbelanjaan. MRT Jakarta menjadi moda transportasi publik yang potensial dalam mendukung kemudahan masyarakat dalam bermobilitas dari dan ke pusat perbelanjaan. Penelitian ini kemudian membawa konsep Transit-oriented Development (TOD) berbasis pusat perbelanjaan untuk melihat faktor yang berdampak terhadap keputusan pengunjung pusat perbelanjaan untuk menggunakan MRT Jakarta melalui stasiun terdekat. Konsep TOD berbasis pusat perbelanjaan terdiri atas faktor daya tarik pusat perbelanjaan dan faktor rancangan TOD (TOD Built-form Indicators). Survei terhadap 307 responden dilakukan dan diuji dengan menggunakan metode Partial Least Squares-Structural Equation Modeling (PLS-SEM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor daya tarik pusat perbelanjaan dan faktor rancangan TOD berpengaruh terhadap keputusan pengunjung pusat perbelanjaan untuk menggunakan MRT melalui stasiun terdekat. Adapun preferensi antara penduduk Jakarta dan pengunjung dari luar Jakarta menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan di antara kedua kelompok.

Jakarta is well-known for its large and growing number of shopping centers. This growth needs to be addressed with the support of mobility facilities that make it easier for people to visit shopping centers. MRT Jakarta is a potential public transportation mode in supporting the convenience of the community in moving from and to shopping centers. This research then brings the concept of Transit-oriented Development (TOD) with shopping center as a basis to see the factors that have an impact on the decision of shopping center visitors to use the Jakarta MRT via the nearest station. The TOD concept based on the shopping center consists of the attractiveness factor of the development center and the TOD design factor (TOD Built-form Indicators). A survey of 307 respondents was conducted and tested using the Partial Least Squares – Structural Equation Modeling (PLS-SEM) method. The results showed that the shopping center attractiveness factor and the TOD design factor influenced the shopping center visitor's decision to use the MRT via the nearest station. Meanwhile, the preferences between Jakarta residents and visitors from outside Jakarta showed no significant difference between the two groups."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Radintya Cahya Arundati
"Urbanisasi yang pesat di Jakarta telah berkontribusi pada perlunya kebijakan transportasi berkelanjutan yang diharapkan dapat mengatasi kemacetan lalu lintas; dengan mengurangi jumlah kendaraan pribadi, pengguna didorong untuk beralih dari menggunakan kendaraan pribadi ke transportasi umum. Untuk mengurangi masalah kapasitas jalan, Jakarta menggalakkan angkutan umum massal dan memperkenalkan konsep Transit Oriented Development di sekitar stasiunstasiun angkutan umum tersebut, dengan penekanan pada kepadatan penduduk yang tinggi dan kawasan multifungsi dalam rangka mendorong mobilitas berkelanjutan yang mendukung integrasi dalam kota. Mass Rapid Transit merupakan salah satu moda transportasi terbaru dan tercanggih di Jakarta dengan tujuan pemerintah menjadi pelopor penggunaan transportasi umum massal di seluruh tanah air. Beberapa area stasiun dibangun di sepanjang koridor MRT dengan Stasiun Blok M sebagai salah satu yang terbesar dan tersibuk karena terletak di area utama kota dengan transportasi umum lainnya seperti Transjakarta, RoyalTrans, dan JakLingko, hanya berjalan kaki dari stasiun. Penelitian ini menganalisis keterpaduan antara moda transportasi dan ruang rekreasi di sekitar kawasan, serta rencana konsep yang akan diterapkan pada Taman Martha Tiahahu dan Simpang Mahakam. Bersamaan dengan panduan desain kota dan panduan pemerintah Jakarta tentang kota, kuesioner juga disebarkan secara online untuk memahami kebiasaan penumpang transit serta kenyamanan dan aksesibilitas pengguna. Hasil analisis menunjukkan bahwa integrasi antara moda dan kawasan rekreasi dinilai cukup memadai dengan beberapa perbaikan, Taman Martha Tiahahu dan Plaza Transit Mahakam diharapkan dapat mendukung integrasi dan TOD di kawasan tersebut. Survei menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat cukup puas dengan kondisi eksisting Blok M namun lebih memilih perbaikan fasilitas umum.

Rapid urbanization in Jakarta has contributed to the need for sustainable transportation policies which hoped would eradicate traffic congestion; by reducing the number of private vehicles, users are encouraged to switch from using their privately owned vehicles to public transportations. To reduce road capacity problem, Jakarta promoted mass public transportation and introduced Transit Oriented Development concept around those public transportation stations, with the emphasis on high population density and multifunctional area in order to promote sustainable mobility that supports integration in the city. Mass Rapid Transit is one of the newest and most advance modes of transportation in Jakarta with the government aiming for it to become the pioneer of mass public transportation uses around the country. Several stations area built along the MRT corridor with Blok M Station as one of its largest and busiest as it is located in the prime area of the city with other public transportations such as Transjakarta, RoyalTrans, and JakLingko, just a walking distance from the station. This study analyzes the integration between modes of transportation and recreational spaces around the area, as well as the concept plan that would be implemented to Taman Martha Tiahahu and Simpang Mahakam. Alongside the city design guide and governmental guide of Jakarta regarding the city, a questionnaire was also spread online to understand transit ridership habit as well as user’s comfortability and accessibility. The result of the analysis shows that the integration between modes and recreational area are considered to be adequate enough with some improvements, Taman Martha Tiahahu and Plaza Transit Mahakam hoped to be able to support integration and TOD in the area. Survey shows that the majority of people as satisfied enough with the existing condition of Blok M but would prefer an improvement on the public facility.

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karina
"Transit-Oriented Development (TOD) merupakan salah satu konsep perencanaan kota yang berfokus pada keberlanjutan. Terdapat dua kepentingan bisnis di TOD, yakni bisnis operator transit yang berfokus pada peningkatan jumlah penumpang dan bisnis properti yang berfokus pada peningkatan land value dari properti yang dibangun di sekitar stasiun. Penelitian ini bertujuan untuk membuat model optimasi ridership dan nilai lahan menggunakan metode pemrograman linier dan sistem dinamik pada TOD yang berdiri di lahan terbangun yang berbasis MRT. Pada penelitian ini diketahui komposisi lahan yang optimal untuk menghasilkan ridership maksimal yaitu residensial sebesar 27%, komersial 28%, perkantoran 10%, pemerintahan 10%, hotel 5% dan jenis pengembangan lahan lainnya sebesar 19%. Hasil potensi peningkatan ridership dengan komposisi lahan tersebut dapat meningkat hingga 11% dari rata-rata harian ridership eksisting MRT Jakarta saat ini. Sedangkan untuk menghasilkan land value maksimal pada kawasan TOD, diketahui bahwa rentang terbaik untuk mendapatkan nilai lahan maksimal dari properti residensial berada pada radius 100-200 meter yang dapat meningkatkan nilai lahan sebesar 86%, sedangkan untuk properti komersial dan perkantoran berada pada radius 200-300 meter dan dapat meningkatkan nilai lahan sebesar 11,6%. Berdasarkan simulasi pada penelitian diketahui untuk mendapatkan ridership dan nilai lahan yang optimal untuk properti residensial dapat dibuat dengan komposisi 27% pada jarak 100-200 dan 800-900 meter. Sedangkan untuk properti komersial dan perkantoran secara berurut dengan komposisi 28%, dan 10% pada jarak 100-300 meter.

Transit-Oriented Development (TOD) is one of the urban planning concepts that focuses on sustainability. There are two business interests in TOD, namely the transit operator business that focuses on increasing the number of passengers, and the property business that focuses on increasing the land value of properties built around the station. This study aims to create an optimization model for ridership and land value using linear programming and dynamic systems methods in TOD located in built-up land based on the MRT. The research reveals the optimal land composition to achieve maximum ridership, which consists of 27% residential, 28% commercial, 10% office, 10% government, 5% hotel, and 19% other types of land development. The potential increase in ridership with this land composition can reach up to 11% of the current average daily ridership of the existing Jakarta MRT. Meanwhile, to achieve maximum land value in the TOD area, it is found that the best range to obtain maximum land value from residential properties is within a radius of 100-200 meters, which can increase the land value by 86%. For commercial and office properties, the optimal radius is between 200-300 meters, resulting in an 11.6% increase in land value. Based on the simulation in this study, it is determined that to achieve optimal ridership and land value for residential properties, a composition of 27% within a range of 100-200 and 800-900 meters can be implemented. As for commercial and office properties, the respective compositions are 28% and 10% within a range of 100-300 meters."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Radifan Halif
"Sejalan dengan meningkatnya aktivitas ekonomi, populasi, dan pekerja di Jakarta, terdapat kekhawatiran terhadap keberlanjutan di kota tersebut. Dengan meningkatnya jumlah kendaraan bermotor, kemacetan lalu lintas yang parah terjadi, yang menyebabkan warganya menghabiskan hampir 22 hari yang sia-sia menunggu dalam kemacetan lalu lintas. Selain itu, partikel debu halus tahunan di Jakarta empat hingga lima kali lebih tinggi dari pedoman WHO dan semakin memburuk karena pandemi COVID-19, di mana orang menjadi lebih enggan menggunakan transportasi umum. Pemerintah Provinsi Jakarta telah mengakui bahwa pembangunan jalan saja tidak akan pernah menyelesaikan masalah dan telah melakukan beberapa perbaikan pada infrastruktur publiknya. Seperti MRT Jakarta, BRT Jakarta, LRT Jabodebek, dan KRL Commuter Line diperkenalkan dan ditingkatkan untuk mendorong penggunaan transportasi umum. Dengan semua moda transportasi yang telah diterapkan, sebuah konsep bernama Transit-Oriented Development diperkenalkan untuk mengintegrasikan berbagai jenis transportasi untuk mengembangkan komunitas yang utuh dan dinamis yang dirancang untuk berpusat pada fasilitas transit. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari masterplan Transit-Oriented Development di bawah PT Integrasi Transit Jakarta untuk dianalisis menggunakan standar dan prinsip tertentu. Indikator dari Institute for Transportation & Development Policy (ITDP) dan Indikator Kesiapan Kawasan Berorientasi Transit (Iskandar et al., 2021) akan digunakan untuk mengevaluasi TOD. Dengan menganalisa dan mengevaluasi masterplan tersebut, didapatkan hasil bahwa kelima masterplan TOD tersebut masih memerlukan perbaikan, khususnya masterplan Lebak Bulus. Ada aspek yang hilang atau kurang dari penilaian ITDP dan kesiapan TOD. Perbaikan diusulkan untuk dimasukkan dalam rencana induk masa depan

In conjecture with the increase of economic activity, population, and workers in Jakarta, the sustainability concern persists in the city. With the growing number of motorized vehicles, severe traffic congestion occurs, leading to their citizens spending almost 22 worthless days waiting in traffic jams. In addition, the annual fine dust particle in Jakarta was four to five-time higher than the WHO guidelines and already further worsened due to the COVID-19 pandemic, where people become more reluctant to use public transport. The Jakarta state government has already acknowledged that the development of roads alone will never solve the issue and has made several improvements to its public infrastructure. The likes of MRT Jakarta, BRT Jakarta, LRT Jabodebek, and the KRL Commuter Line were introduced and improved to encourage the use of public transport. With all the transportation modes that have been implemented, a concept named Transit-Oriented Development was introduced to integrate different kinds of transportation to develop a whole and vibrant communities designed to be centered on transit facilities. This research aims to study the Transit-Oriented Development masterplan under PT Integrasi Transit Jakarta to be analyzed using specific standards and principles. Indicators from the Institute for Transportation & Development Policy (ITDP) and the Transit-Oriented Areas Readiness Indicators (Iskandar et al., 2021) will be used to evaluate the TOD. By analyzing and evaluating the master plan, The result shows that the five TOD master plan still needs improvement, especially the Lebak Bulus mater plan. There are missing or lacking aspects from the ITDP scoring and TOD readiness perspective. An improvement was proposed to be included in the future master plan."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khairul Fahmi
"Integrasi kawasan pusat kota antara tata guna lahan dan sistem transportasi diperlukan guna mengurangi pergerakan kendaraan pribadi ke plan area. Untuk mensinergikan pengembangan Kawasan Sudirman Kota Pekanbaru dimana banyak terdapat titik persinggungan rute angkutan umum dan juga berdirinya pusat-pusat komersial, kantor pemerintahan dan swasta serta pusat palayanan masyarakat maka di gunakan desain Transit Oriented Development. Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan kriteria dan konsep penataan Kawasan Sudirman Kota Pekanbaru yang berorientasi pada Transit Oriented Development.
Pendekatan penelitian studi kasus ini digunakan dengan studi literatur, wawancara dan analisis. Proses pengumpulan data dilakukan melalui studi literatur, kuisioner, dan wawancara mendalam kepada para responden guna mencapai tujuan penelitian. Dari data yang telah diperoleh, dilakukan tahap analisa data. Analisis yang digunakan adalah analisa statistik dasar (elementary statistic analysis), meliputi deskripsi dan proporsi.
Secara spesifik penelitian ini menekankan bahwa perencanaan Kawasan Sudirman harus mempertimbangkan jalur pejalan kaki yang aman, nyaman, jarak dan waktu tempuh. Sebagian besar warga (77.12%) menyatakan bersedia berjalan kaki jika pedestrian aman, nyaman dan jarak pencapaian titik transit dalam waktu 5 menit. Konsep perencanaan dibutuhkan untuk menentukan arah perencanaan kawasan Sudirman Kota Pekanbaru yang berbasis transit dengan memper-timbangkan kondisi kawasan serta memperhitungkan kondisi tata guna lahan, tata massa bangunan, konsep sirkulasi dan parkir, konsep pedestrian dan juga konsep ruang terbuka hijau. Peningkatan intensitas kawasan, mengaktifkan area komersial dan mengoptimalkan fungsi area pendukung serta menciptakan sinergi antara pengembangan lahan dan sistem transportasi akan mampu meningkatkan mutu kawasan.

The integration of the downtown between area order and transportation system is needed to reduce the personal vehicle movement to the plan area. To synergize the developing of the Sudirman area in Pekanbaru which has many contacting spots of the transportation route, commercial center, government and private office, and public service center, Transit Oriented Development design is used. This research has a goal to formulate the criteria and concept of arrangement of the Sudirman area in Pekanbaru which oriented on Transit Oriental Development.
This case study research uses an approach with a literature study, interview, and analysis. The process of the data collection use literature study, questionnaire, and deep interview to the respondents. Deep interview is used in order to reach the goal of the research. From the data that was acquired, the phase of data analysis is undertaken. The analysis that is used is elementary statistic analysis, including of description and proportion.
Specifically, this research wants to emphasize that the planning of the Sudirman area has to consider about the safety, pleasantness, and the distance of the pedestrian line. Most of the people (77, 12%) declaring that they ready to walk if the pedestrian line is safe, comfortable, and the distance to the transit spot is only about five minutes. The concept of arrangement is needed to determine the direction of the arrangement of Sudirman area in Pekanbaru which based on transit by considering the condition of the area, land area order, mass building order, park and circulation concept, pedestrian concept, and green available area concept. By improving the area, activate the commercial area, optimize the function of supporting area, and make a synergy between the developing area and the transportation system will improve the quality of the area."
2009
T25943
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Atsiilah Anindita
"Selama dekade terakhir, Jakarta telat mengalami banyak transformasi yang signifikan, terutama dalam pengembangan ruang kota dan pertumbuhan populasi. Jakarta telah memperluas aglomerasi perkotaannya ke kota-kota di sekitar yaitu Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Jumlah penduduk di Jakarta sendiri sudah tinggi, dan setiap harinya, jumlah orang yang bepergian dari pinggiran kota setiap hari ke Jakarta dalam survei menyatakan sekitar 1,4 juta orang setiap hari (Badan Pusat Statistik, n.d.) masuk dan keluar dari-dan-ke Jakarta, yang dimana kondisi ini disebut dengan urban sprawl. Jakarta telah mulai mengembangkan ruang kota dengan Transit Oriented Development pada tahun 2013 oleh ITDP yang juga meluncur standar Kawasan TOD tersebut. Tujuannya adalah untuk meningkatkan jumlah penggunaan layanan transportasi massal yang dibangun oleh pemerintah untuk mengurangi jumlah penggunaan kendaraan pribadi, menggantikan mobilitas di kota menjadi mobilisasi berkelanjutan dengan berjalan kaki, bersepeda, dan transportasi umum. Transit Oriented Development berarti rekonstruksi konsep seluruh kota tempat membuat fasilitas transit di simpul-simpul penting. Dan distrik atau Kawasan TOD yang ideal harus memiliki 3 komponen utama: kepadatan, keanekaragaman, dan desain. (Cervero, 2004).
Pengembangan Transit Oriented Development di Jakarta menggunakan indikator dan variabel tertentu, yang dimana variabelnya adalah KDB, KLB, Kepadatan Area (Bangunan dan Manusia), Presentasi Penggunaan Lahan, Fisika Pejalan Kaki, Konektivitas Pedestrian, dan Kondisi Pejalan Kaki. Variabel-variabel ini kemudian dihubungkan dengan lima elemen TOD Jakarta, yaitu Jalur Pejalan Kaki, Integrasi Antarmodal Angkutan Umum, Ruang Publik Terbuka, Fasilitas Penggunaan Campuran dan Urbanisasi Ringkas. Menilai hubungan antara variabel dan kondisi elemen saat ini dapat menunjukkan pemahaman yang lebih dalam tentang Pembangunan Berorientasi Transit di Jakarta. Mengintegrasikan kondisi saat ini dapat dilakukan dengan membaca kembali teori dasar Arsitektur, yang dalam hal ini teori sentralitas dan konsep pola perkotaan, untuk memperluas perspektif untuk memahami konsep TOD sendiri

Over the past decade, Jakarta has significant urban transformation, for its urban space and population growth. Jakarta has broadened its urban agglomeration to the neighborhood cities of Bogor, Depok, Tangerang, and Bekasi. The number of the dwellers in Jakarta itself is already high by day, and the number of people that commutes from the suburbs daily to Jakarta in a survey stated approximately reached 1,4 million people daily (Badan Pusat Statistik, n.d.) in-and-out of Jakarta, which is called the urban sprawl condition. Jakarta has started developing its urban space by creating Transit Oriented Development in year 2013 by the ITDP that launches the standard of TOD. The aim is to increase the number of mass-transportation services usage by the government, reducing the number of private vehicles usage, substitute the mobility in the city to sustainable mobilization by walking, biking and public transportation. Transit Oriented Development means that reconstruction of the whole city concept where making transit facilities on the important nodes. And an ideal TOD district must 3 main components: density, diversity, and design. (Cervero, 2004).
The Transit Oriented Development in Jakarta is using certain indicators and variables for developing this concept, and for its variables are KDB, KLB, Area Density (Building and Human), Land-use Presentation, Pedestrian Physic, Pedestrian Connectivity, and Pedestrian Condition. These variables then connected five elements of TOD Jakarta, which are Pedestrian Path, Intermodal Integration Public Transportation, Open Public Space, Mix-use Facilities and Compact Urbanization. Assessing the relations between the variable and the current elements conditions can shows deeper understanding of the Transit Oriented Development in Jakarta. Integrating the current condition can be done by re-reading the basic theory of Architecture,
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Manurung, Thimotius Sebastian
"Pengembangan kawasan TOD di Jakarta dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan penggunaan moda transportasi umum, khususnya MRT Jakarta, untuk menekan angka kemacetan. Rencana pengembangan kawasan yang berbeda berpotensi menimbulkan jumlah perjalanan yang berbeda pula. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis potensi peningkatan ridership akibat rencana pengembangan kawasan TOD Dukuh Atas dan Blok M-Sisingamangaraja. Potensi peningkatan ridership dihitung dengan trip generation menggunakan metode estimasi trip per luasan dan estimasi trip rata-rata. Modal share dari TOD percontohan dan nilai eksisting berdasarkan karakteristik perjalanan di Jabodetabek digunakan untuk mengetahui potensi perjalanan yang menggunakan MRT Jakarta. Penelitian ini menemukan bahwa terdapat potensi peningkatan ridership harian hingga 92.558 perjalanan di Stasiun Dukuh Atas dan 8.960 perjalanan di Stasiun Blok M dan Stasiun Sisingamangaraja.

The development of TOD areas in Jakarta is done in hopes to increase the usage of public transport, especially MRT Jakarta, to reduce traffic congestion. Different area development plans will generate different numbers of potential ridership increase. Thus, this study analyzes the potential increase of MRT Jakarta daily ridership based on TOD plans in Dukuh Atas and Blok M-Sisingamangaraja. The analysis is done using two methods of trip generation: estimation based on land areas and estimation based on trip rates. Modal share of benchmarked TODs and existing modal share of Jabodetabek are used to calculate potential increase of MRT Jakarta’s daily ridership. The number of daily ridership increase reaches 92.558 daily trips at Dukuh Atas Station and 8.960 daily trips at Blok M and Sisingamangaraja Stations."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>