Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 94490 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Faruly Wijaya S. Limba
"ABSTRAK
Latar Belakang : Tulang adalah situs metastasis utama pada pasien kanker payudara. Berbagai biomarker telah dihubungkan dengan kecenderungan metastasis sel kanker payudara ke tulang, seperti CXCR4 dan RANK. Dickkopf-1 (DKK-1), suatu protein, diketahui sebagai regulator negatif dari jalur sinyal Wnt, yang ditemukan pada osteoblas matur dan osteosit. Bila dibandingkan dengan CXCR4 dan RANK, DKK-1 berada pada hulu / lebih awal dalam kaskade proses metastasis tulang, sehingga dengan mengetahui ekspresinya, diharapkan dapat menjadi prediktor yang lebih baik.
Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui apakah ekspresi DKK-1 dapat digunakan sebagai prediktor metastasis tulang pada kanker payudara
Metode Penelitian : Desain studi pada penelitian ini adalah studi kohort retrospektif terhadap data rekam medis pasien Divisi Bedah Onkologi Departemen Ilmu Bedah RSCM pada bulan Oktober 2018-Juni 2019. Analisis data dilakukan secara bivariat dan menggunakan uji Chi square atau uji Fiscer s exact. Nilai P <0,05 dianggap bermakna secara statistik.
Hasil Penelitian : Dari 76 sampel penelitian (38 sampel metastasis tulang dan 38 sampel non metastasis tulang), didapatkan nilai cut off untuk H - Score dari keseluruhan sampel yaitu 142,5. Ekspresi DKK-1 tinggi bila nilai H - Score ≥ 142,5, ekspresi DKK-1 rendah bila nilai H - Score < 142,5. Terdapat 29 sampel dengan ekspresi DKK-1 tinggi dan 9 sampel dengan ekspresi DKK-1 rendah pada kelompok metastasis tulang, 8 sampel dengan ekspresi DKK-1 tinggi dan 30 sampel dengan ekspresi DKK-1 rendah pada kelompok non metastasis tulang (OR 95% CI 12,083 (4,101-35,600), p < 0,001).
Kesimpulan : Ekspresi DKK-1 yang tinggi didapatkan pada kanker payudara dengan metastasis tulang.Terdapat hubungan yang signifikan antara ekspresi DKK-1 yang tinggi dengan kejadian metastasis tulang pada kanker payudara sehingga ekspresi DKK-1 dapat dijadikan sebagai faktor prediktor kejadian metastasis tulang pada kanker payudara. Tidak terdapat hubungan yang signifikan secara statistik dari faktor klinikopatologis terhadap ekspresi DKK-1 pada kanker payudara dengan metastasis tulang pada penelitian ini.
Kata Kunci : Kanker Payudara, Metastasis Tulang, Dickkopf-1 (DKK-1)

ABSTRACT
Background : Bone is the main metastatic site in breast cancer patients. Various biomarkers have been linked to the tendency of metastatic breast cancer cells to bone, such as CXCR4 and RANK. Dickkopf-1 (DKK-1), a protein, is known as a negative regulator of the Wnt signaling pathway, which is found in mature osteoblasts and osteocytes. When compared with CXCR4 and RANK, DKK-1 is upstream / earlier in the cascade of bone metastasis, so that by knowing its expression, it is expected to be a better predictor.
Aim : This study aims to determine whether the expression of DKK-1 can be used as a predictor of bone metastasis in breast cancer.
Methods : The study design was a retrospective cohort study of patient medical record data of the Surgical Oncology Division, Department of Surgery, Cipto Mangunkusumo Hospital in October 2018 - June 2019. Data analysis was carried out bivariately using Chi square test or Fischer s exact test. P value < 0.05 was considered statistically significant.
Result : 76 samples ( 38 with bone metastatic and 38 no bone metastatic), with cut off value for H-Score was 142,5. The expression of DKK-1 is high if the value of H-Score ≥ 142,5, and low expression if the score < 142,5. There were 29 samples with high DKK-1 expression and 9 samples with low DKK-1 expression in bone metastatic group, and 8 samples with high DKK-1 expression and 30 samples with low DKK-1 expression in no bone metastatic group (OR 95% CI 12,083 (4,101-35,600), p < 0,001)
Conclusion : High DKK-1 expression is found in bone metastatic breast cancer. There is a significant relationship between high expression of DKK-1 and the incidence of bone metastatic, so that DKK-1 expression can be used as a predicting factor for bone metastatic. In this study, there is no statistically significant association between clinicopathological factors with DKK-1 expression in bone metastatic breast cancer."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Bajuadji
"ABSTRAK
Latar Belakang: Kanker payudara sampai saat ini memiliki insiden dan prevalensi yangtertinggi dalam diantara penyakit kanker pada perempuan. Lokasi tersering metastasis kanker payudara adalah tulang dimana memiliki overall survival yang baik yang berakibat padapengeluaran biaya yang tinggi dibandingkan dengan metastasis organ viseral. CXCR4 dan RANK diketahui memiliki peran dalam homing sel kanker ke tulang.Dibandingkan dengan biomarker-biomarker yang lain, CXCR4 dan RANK berada padakaskade paling awal dari proses metastasis tulang. Aksis CXCR4 dengan SDF-1 sebagailigannya merupakan pengaturan utama dalam trafficking sel pada beberapa sel punca tubuhmanusia. Aksis RANK/RANKL/OPG mengontrol proses osteoklastogenesis dan resorpsitulang. Dari berbagai studi didapatkan CXCR4 dan RANK diekspresikan tinggi pada kankerpayudara dan berkaitan dengan metastasis tulang. Tujuan Penelitian: Mengetahui hubungan kombinasi ekspresi protein CXCR4 danRANK sebagai faktor prediktor metastasis tulang pada kanker payudara. Metode Penelitian: Jenis penelitian ini adalah case control, analitik, dengan observasional,untuk diagnostik dan prognostik. Penelitian ini dilakukan pada penderita kanker payudarastadium I-IV dengan jumlah sampel 58 pasien. Hasil Penelitian: Faktor Klinikopatologi stadium tumor, mempunyai hubungan yang signifikan terhadap ekspresi kombinasi CXCR4 dan RANK pada metastasis tulang padakasus kanker payudara. Pada penderita kanker payudara terdapat hubunngan yang signifikanantara nilai kombinasi ekspresi CXCR4 dan RANK tinggi dengan kejadian metastasis tulang. Kesimpulan: Faktor Klinikopatologi stadium tumor mempunyai hubungan yang signifikanterhadap ekspresi kombinasi CXCR4 dan RANK pada metastasis tulang pada kasus kankerpayudara. Kombinasi CXCR4 dan RANK dapat digunakan sebagai alat prediktor diagnostikuntuk mengetahui status metastasis tulang kanker payudara, sehingga dapat diberikan terapiawal yang dapat meningkatkan kualitas hidup dan menekan biaya kesehatan di kemudianhari.

ABSTRACT<>br>
Background Until recently, breast cancer has the highest prevalence and incidence offemale cancer. Breast cancer often metastasised to bone, which have better overall survival but consume more health cost than visceral metastasis. CXCR4 and RANK have been known for it's role in cancer cell homing to bone. Instead ofother biomarkers of bone metastasis, CXCR4 and RANK act in the early cascade of bonemetastasis process. CXCR4 SDF 1 axis plays a great role in cell trafficking of many types ofhuman stem cell. RANK RANKL OPG axis mediates osteoclastogenesis and boneresorption. In several studies, CXCR4 and RANK are highly expressed in breast cancer andcorrelate with bone metastasisAim To establish the combination, CXCR4 and RANK are highly expressed in breast cancer and correlate with bone metastasisMethods Case Control study, analytical, observational for prognostic and diagnostic byinvolving 58 patiens with stadium I,II,II,IV at breast cancer Result Clinic pathalogical factor, stadium had significant correlation with combination CXCR4 and RANK expression in breast cancer patients. The High combination CXCR4 and RANK expression in breast cancer patients had significant correlation with bone metastasis. Conclusion: Clinic pathalogical factor stadium tumor had significant correlation with combination CXCR4 and RANK expression in breast cancer patients. The high Combination of CXCR4 and RANK expression can act as a predictor for bone metastasis inbreast cancer, so the patient can start early therapy which increase the quality of life andreduce treatment cost."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T58889
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Wayan Wisnu Brata
"
ABSTRAK
Nama : I Wayan Wisnu Latar belakang: Kanker payudara (KPD) merupakan kanker yang paling sering terjadi pada wanita di seluruh dunia. Pada tahun 2020, KPD merupakan kasus kanker baru terbanyak di Indonesia dengan 65,858 kasus dan kematian 22,430 kasus. Namun, 90% kematian tersebut disebabkan karena proses metastasis. KPD sering bermetastasis ke tulang (70-80%) dalam kurun waktu 18-20 bulan setelah ditegakkannya diagnosis. PTHrP (Parathyroid Hormone-related Protein) diduga berhubungan dengan KPD yang bermetastasis ke tulang dan menandakan perjalanan klinis KPD yang lebih agresif. PTHrP dapat muncul sebagai alat diagnostik prabedah penting dan memberi gambaran kesintasan pasien yang mengalami metastasis tulang. Tujuan: Studi ini bertujuan untuk melihat hubungan ekspresi PTHrP dengan kejadian metastasis tulang pada karsinoma payudara subtipe luminal (KPDL). Metode: Penelitian ini adalah penelitian analitik dengan desain studi case control. Sampel diambil dengan cara consecutive sampling. Kriteria inklusi adalah pasien KPDL yang dilakukan biopsi atau operasi dan menjalani terapi di bagian Bedah Onkologi RSUP Dr. Cipto Mangunkusumo dan terdapat blok paraffin yang layak diproses. Data klinikopatologis seperti usia, indeks massa tubuh, ukuran tumor, keterlibatan KGB, dan stadium kanker diperoleh dari rekam medis. Dilakukan pewarnaan imunohistokimia dengan reagen AB75150 pada jaringan tumor payudara yang tersimpan dan tingkat ekspresi PTHrP disajikan dalam bentuk h-score. Analisis statistik dilakukan menggunakan program SPSS 27.0. Hasil: Didapatkan 45 sampel dengan 18 sampel dengan metastasis ke tulang dan 27 sampel tidak dengan metastasis ke tulang. Dari analisis data, didapatkan hubungan yang signifikan antara ekspresi PTHrP dengan kejadian metastasis tulang pada sampel KPDL (p = <0,001) dengan OR 31,2 (IK95% 5,3 – 185). OS sampel dengan ekspresi PTHrP kuat adalah 20.5% dengan HR 7.3 (IK95% 2-26.6). Proporsi ekspresi PTHrP kuat pada metastasis tulang 83%. Proporsi ekspresi kuat PTHrP pada KPDL sebesar 48.9 %. Kesimpulan: Peningkatan ekspresi PTHrP memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian metastasis tulang pada pasien KPDL serta OS yang lebih rendah.

Introduction: Breast cancer (BC) is the most common cancer in women throughout the world. In 2020, BC was the largest number of new cancer cases in Indonesia with 65,858 cases and 22,430 deaths. However, 90% of deaths are caused by the metastatic process. BC often metastasizes to the bones (70-80%) within 18-20 months after diagnosis. PTHrP (Parathyroid Hormone-related Protein) is thought to be associated with BC that metastasizes to the bone and indicates a more aggressive clinical course of breast cancer. PTHrP may emerge as an important presurgical diagnostic tool and provide insight into the survival of patients presenting with bone metastases. There has been no research that states a specific relationship between PTHrP and luminal subtype BC. Objective: This study aims to examine the relationship between PTHrP expression and the incidence of bone metastases in luminal subtype BC. Methods: This research is an analytical study with a case control study design. Samples were taken by consecutive sampling according to the inclusion and exclusion criteria. Inclusion criteria were patients with luminal subtype BC who underwent biopsy or surgery and underwent therapy in the Surgical Oncology department of Dr. RSUP. Cipto Mangunkusumo and there are paraffin blocks that are suitable for processing. Clinicopathological data such as age, body mass index, tumor size, lymph node involvement, and cancer stage were obtained from medical records. Immunohistochemical staining was carried out on stored breast tissue and the PTHrP expression level was presented in the form of an H-score. Statistical analysis was carried out using the SPSS 27.0 program. Results: There were 45 samples obtained with 18 samples with bone metastases and 27 samples without bone metastases. From data analysis, a significant relationship was found between PTHrP expression and the incidence of bone metastases in luminal subtype BC samples (p = <0.001) with OR 31.2 (95% CI 5.3 – 185). OS of samples with strong PTHrP expression was 20.5% with HR 7.3 (95% CI 2-26.6). The proportion of strong PTHrP expression in bone metastases was 83%. The proportion of strong expression of PTHrP in luminal subtype BC was 48.9%. Conclusion: Increased PTHrP expression has a significant association with the incidence of bone metastases in luminal subtype BC patients as well as lower OS."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Cosphiadi Irawan
"Latar Belakang: Belum ada kesepakatan global penanda deteksi dini kejadian metastasis tulang pada pasien kanker payudara. Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan ekspresi tinggi penanda biologi CXCR4, IL11-RA, TFF1 dan MLF1P, klinikopatologi dan profil ekspresi genetik mRNA sebagai penanda peningkatan kejadian metastasis tulang pada pasien kanker payudara stadium lanjut.
Metode: Metode penelitian adalah potong lintang komparatif. Analisis dilakukan pada, total 92 pasien kanker payudara, terdiri atas 46 pasien metastasis tulang dan 46 pasien dengan metastasis nontulang. Analisis microarray, dilakukan pada 81 sampel FFPE dari 81 pasien yang didapat. Data dikumpulkan melalui rekam medis, pemeriksaan imunohistokimia, dan microarray dengan nanoString nCounterTM.
Hasil: Diperoleh IL11-RA dengan cut-off ≥ 103,5 menunjukkan peningkatan kejadian metastasis tulang, dengan OR 3,803 (95 % interval kepercayaan [IK], 1,375-10,581), p = 0,010, dan MLF1P dengan cut-off ≥ 83,0 menunjukkan peningkatan kejadian metastasis tulang, dengan OR 2,784 (95% IK, 1,009-7,681), p = 0,048. Status ER+ menunjukkan peningkatan kejadian metastasis tulang, dengan OR 7,640 (95 % IK, 2,599-22,459), p < 0,000. AUC gabungan IL-11RA, MLF1P dan ER+, mempunyai ketepatan hampir 80%, (meningkat dibandingkan AUC masing-masing secara terpisah), untuk membedakan dan menjelaskan kejadian metastasis tulang, pada kanker payudara stadium lanjut.  Pada kanker payudara metastasis tulang dengan organ lain (MT+), diperoleh panel 22-gen, dengan 13 gen: upregulated dan 9 gen downregulated ; pada metastasis hanya tulang (MT) diperoleh panel 17-gen dengan 13 ekspresi gen upregulated dan 4 ekspresi gen downregulated . Kedua panel memberikan hasil berbeda bermakna pengelompokan unsupervised, terhadap metastasis nontulang. Analisis berdasarkan diagnosis dua kelompok metastasis tulang, ekspresi ESR1 merupakan gen dengan perubahan ekspresi tertinggi, dan berdasarkan proporsinya, didapatkan 3 gen pada MT+, dan 8 gen pada MT, termasuk di antaranya ESR1, GATA3 dan MLPH/ ANXA9, yang meningkatkan kemungkinan kejadian metastasis tulang.
Simpulan: IL11-RA, MLF1P dan ER+, merupakan variabel yang berhubungan dengan peningkatan kejadian metastasis tulang pasien kanker payudara stadium lanjut. Diperoleh panel 22 ekspresi gen pada MT+, dan panel 17 ekspresi gen untuk MT yang berekspresi berbeda bermakna dibanding metastasis nontulang. Analisis berdasarkan diagnosis dua kelompok metastasis tulang, diperoleh 3 gen pada MT+, dan 8 gen pada MT, yang diusulkan menjadi kandidat training set selanjutnya.

Background: The aim of this research was to analyze the correlation between high expression of biomarkers CXCR4, IL11-RA, TFF1 and MLF1P, clinicopathology and genetic expression profiles (mRNA) in advanced breast cancer patients with bone metastatic.
Methods: The methods used were comparative cross-sectional. Analysis was done against a total of 92 breast cancer patients, including 46 bone metastatic patients and 46 non-bone metastatic patients. In microarray test, a total of 81 FFPE samples from 81 patients were used.
Results: IL11-RA with cut-off ≥ 103.5 showed OR 3.803 (95 % confidence interval [CI], 1.375-10.581), p = 0.010, MLF1P with cut-off ≥ 83.0 OR 2.784 (95% CI, 1.009-7.681), p = 0.048, and ER+ OR 7.640 (95 % CI, 2.599-22.459), p < 0.000, were associated with bone metastastic incidences in advanced breast cancer, and were statistically significantly different. A combination of IL-11RA, MLF1P and ER+, showed an accuracy of approaching 80 % to discriminate between bone metastatic and non bone metastatic in advanced breast cancer patients. The results of genetic expression profiles showed that the 22 genes expressions were significantly different between bone metastatic with other organs patients (MT+), and non bone metastatic patients, which consisted of 13 genes expression upregulated and 9 genes expression downregulated, while subject with only bone metastasis (MT), showed that 17 genes expressions were significantly different, consisting of 13 genes expression upregulated and 4 genes expressions downregulated. Based on diagnosis both types of bone metastasis, the ESR1 gene was the highest expressed, and base on proportion distribution there were 3 genes in MT+, and 8 genes in MT, including ESR1, GATA3, and MLPH/ ANXA9, associated with increasing bone metastasis incidences, which can be the next candidate for the training set.
Conclusion: IL11-RA, MLF1P, and ER+ were the variables that were associated with increasing bone metastasis incidence. There was a panel of 22 genes expression in bone metastasis and a panel of 17 genes expression for only bone metastasis that had significantly different expressions, compared to non-bone metastastasis. Based on diagnosis both types of bone metastasis, there is 3 genes in MT+, and 8 genes in MT, that can be the next candidate of training set."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2015
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Oyon Istambul
"Latar belakang: Kanker payudara (KPD) mempunyai angka kejadian tertinggi pada wanita di dunia yang apabila tidak terdeteksi secara dini akan mengalami perkembangan menjadi stadium lanjut yang berujung pada metastasis ke organ-organ penting tubuh lainnya terutama di tulang. Keterlambatan pendeteksian akan meningkatkan kerusakan tulang secara permanen. Saat ini berbagai macam studi dilakukan untuk mencari parameter metastasis tulang secara dini dan salah satunya adalah keberadaan mikroklasifikasi pada mamografi sebagai salah satu parameters kejadian metastasis tulang.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan mencari hubungan gambaran mikrokalsifikasi pada mamografi KPD sebagai parameter terjadinya metastasis tulang dan faktor faktor yang memengaruhinya.
Metode Desain studi ini adalah kasus kontrol menggunakan data sekunder pasien kanker payudara yang berobat di poli bedah onkologi RSCM dari Juni Tahun 2019 sampai dengan Juni Tahun 2021. Kelompok kasus adalah pasien KPD yang mengalami metastasis tulang dan kelompok kontrol adalah yang tidak mengalami metastasis tulang yang dilihat berdasarkan pemeriksaan Bone Scan, Ct Scan dan foto polos. Dilihat keberadaan mikroklasifikasi melalui mamografi. Dilakukan uji statistik univariat untuk melihat proporsi (%) dan dilanjutkan dengan uji bivariat yaitu chi square dan fisher jika syarat tidak terpenuhi.
Hasil Didapatkan 81 subjek penelitian dengan kriteria inklusi dengan hasil 56,8% pasien dengan di atas 50 tahun, 86,4% IMT dibawah 30, 76,5% premenopause, 71,6% pada stadium lanjut, 70,4% dengan histopatologi NST, 58% luminal B, dan 30,9 % dengan metastasis tulang. Uji bivariat menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara keberadaan mikroklasifikasi dengan metastasis tulang (OR 3,284 CI 95% 1,212-8,889 p=0,017cs) dan hubungan bermakna antara stadium lanjut dengan keberadaan mikrokalsifikasi (OR 3,74, CI 95% 1,28-10,86 p=0,012cs) .
Kesimpulan Keberadaan mikrokalsifikasi pada penderita kanker payudara berhubungan secara bermakna dengan metastasis tulang dan stadium lokal lanjut memiliki hubungan yang bermakna dengan keberadaan mikroklasifikasi.

Background: Breast cancer (BC) has the highest incidence in women in the world which if not detected early will develop into an advanced stage which leads to metastasis to other important organs of the body, especially in the bones. Delay in detection will increase morbidity in the form of permanent bone damage. Currently, various studies have been carried out to find parameters of early bone metastases and one of them is the presence of microclassification on mammography as one of the parameters for the incidence of bone metastasis
Objective: The design of this study is a case control using secondary data of breast cancer patients seeking treatment at the RSCM oncology surgery from June 2019 to June 2021. The case group was BC patients who had bone metastases and the control group was those who did not experience bone metastases taken from examination of Bone Scan, CT Scan and plain photo. Seen the existence of microclassification through mammography. Univariate statistical test was conducted to see the proportion (%) and continued with the bivariate test, namely chi square and fisher if the conditions were not met.
Methods The design of this study was a retrospective case-control study. Data were taken from breast cancer patients who were treated at the Oncology Surgery Clinic of RSCM who had undergone histopathological examination, mammography and imaging examinations such as bone prints or other additional investigations that confirmed whether the patient had bone metastases or not. Some of the data collected were age, body mass index, menopausal status, immunohistochemistry, tumor stage and histopathology.
Results There were 81 study subjects with inclusion criteria with results 56,7% of patients with over 50 years, 86,4% BMI below 30, 76,5% premenopausal 71,6% in advanced stages, 70,4% with NST histopathology, 58% luminal B, and 30,9% with bone metastases. The bivariate test showed a significant relationship between the presence of microclassification and bone metastases (OR 3.284 CI 95 1.212-8.899 p 0.017cs) and a significant relationship between the presence of advanced stage and the presence of microcalcifications (OR 3.74, 95% CI 1.28-10.86, p=0.012cs) .
Conclusion The presence of bone metastases in BC was significantly associated with the presence of microcalcification on mammography and locally advanced stages had a significant relationship with the presence of microcalcifications.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Rachman
"Latar Belakang: CXCR4 adalah reseptor kemokin G-protein 7-transmembran yang diekspresikan pada beberapa sel kanker payudara manusia pada tumor payududara primer dan metastasis yang menyebabkan migrasi sel hematopoietik dari sumsum tulang belakang ke kelenjar getah bening perifer. Penelitian-penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa CXCR4 berkaitan dengan metastasis kelenjar getah bening aksilla. Namun, sampai sekarang, tidak ditemukan penelitian yang mengevaluasi peran CXCR4 dalam metastasis kelenjar getah bening sentinel pada kanker payudara stadium dini.
Tujuan: Menentukan peran reseptor kemokin CXCR4 pada migrasi sel kanker payudara ke kelenjar getah bening sentinel.
Metode: Digunakan desain studi potong lintang dengan mengevaluasi ekspresi CXCR4 pada 32 pasien kanker payudara stadium dini yang menjalani mastektomi di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo (RSCM) pada periode Maret sampai Juni 2016. Pada seluruh kasus, ekspresi CXCR4 diperiksa dengan pemeriksaan imunohistokimia. Kemudian, dievaluasi hubungan antara ekspresi CXCR4 dengan metastasis kelenjar getah bening sentinel.
Hasil: Ekspresi CXCR4 yang tinggi (cut off point ≥ 5) terdeteksi pada 19 dari 32 (59.4%) pasien kanker payudara stadium dini. Dari 19 pasien dengan metastasis kelenjar getah bening sentinel, 16 (84.21%) pasien memiliki ekspresi CXCR4 yang tinggi. Ekspresi CXCR4 berkorelasi signifikan dengan metastasis kelenjar getah bening (p < 0.01).
Kesimpulan: Ekspresi CXCR4 yang tinggi berkorelasi signifikan dengan metastasis kelenjar getah bening sentinel pada pasien kanker payudara stadium dini.

Background: CXCR4 is a 7-transmembrane G-protein chemokine receptor expressed in some human breast cancer cells in both primary breast tumors and metastases that allows for migration of hematopoietic cells from the bone marrow to the peripheral lymph nodes. Previous studies have shown that CXCR4 is associated with axillary lymph node metastases. However, up until now, no studies evaluating the role of CXCR4 in sentinel lymph node metastases in early stage breast cancer patients were found.
Aim: To determine the role of chemokine receptor CXCR4 in breast cancer cells migration to sentinel lymph nodes.
Methods: A cross sectional study design was used by evaluating CXCR4 expression of 32 early stage breast cancer patients that underwent mastectomy in Cipto Mangunkusumo Hospital during the period of March to June 2016. CXCR4 expression was assessed by immunohistochemistry in all cases. Associations between CXCR4 expressions and sentinel lymph node metastases were evaluated.
Results: High CXCR4 expression (cut off point ≥ 5) was dectected in 19 of 32 (59.4%) primary early stage breast cancer patients. Of 19 patients with sentinel lymph node metastases, 16 (84.21%) had high expression of CXCR4. The expression of CXCR4 is significantly associated with sentinel lymph node metastases (p < 0.01).
Conclusions: High expression of CXCR4 was significantly correlated with sentinel lymph node metastases in early stage breast cancer patients.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Islam Akbar Alam
"Latar Belakang : FGF2 merupakan ligan bagi Fibroblast Growth Factor Receptor2(FGFR2). Interaksi dengan reseptor ini memediasi dimerisasi reseptor, fosforilasi, dan aktivasi jalur pensinyalan, seperti jalur Ras-MAPK dan PI3K. Mutasi yang berlebihan melalui sumbu FGF / FGFR dapat menginduksi proliferasi sel kanker, memicu angiogenesis dan limfogenesis, yang mendorong terjadinya metastasis. Penelitian ini mencoba mengevaluasi peran FGF2 pada metastasis kelenjar getah bening aksila pada pasien kanker payudara stadium dini.
Tujuan : Mengetahui hubungan nilai ekspresi FGF 2 pada tumor primer terhadap kejadian metastasis kelenjar getah bening aksila.
Metode : Digunakan studi potong lintang dengan mengevaluasi ekspresi FGF2 pada 47 pasien kanker payudara stadium dini yang menjalani mastektomi di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo (RSCM) pada periode Januari 2014 sampai Desember 2018. Ekspresi FGF2 diperiksa dengan pemeriksaan imunohistokimia, kemudian dievaluasi dan dihubungkan antara ekspresi FGF2 dengan metastasis kelenjar getah bening aksila.
Hasil : Uji Chi Square memperlihatkan nilai p=0.044 (p<0.05) yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara nilai FGF2 pada tumor payudara dengan kejadian metastasis kelenjar getah bening aksila. Odds ratio 4,22 (CI 95% 0,983-18,1).
Kesimpulan : Peran FGF2 dalam metastasis kelenjar getah bening berhubungan dengan interaksi antara berbagai faktor limfangiogenik dalam mempromosikan limfangiogenesis dan metastasis limfatik. Ekspresi FGF2 yang tinggi memiliki korelasi signifikan dengan angka kejadian metastasis kelenjar getah bening aksila.

Background : FGF2 is a ligand for Fibroblast Growth Factor Receptor 2 (FGFR2). Interaction with this receptor mediate dimerization of receptor, phosphorilation, and activation of signaling pathway, such as Ras-MAPK and PI3K. Overmutation through FGF/FGFR induced proliferation of cancer cells, promoted angiogenesis, lymphogenesis, and metastasis. This study tried to evaluate the role of FGF2 in axillary lymph node metastasis in early-stage breast cancer patients.
Aim : To determined the relationship of FGF 2 expression values in primary tumors to the incidence of axillary lymph node metastases.
Methods :A cross-sectional study was used by evaluating the expression of FGF2 in 47 early-stage breast cancer patients who underwent a mastectomy at the Cipto Mangunkusumo National Center General Hospital (RSCM) from January 2014 to Desember 2018. FGF2 expression was examined by immunohistochemistry, then evaluated and linked between expression FGF2 with axillary lymph node metastases.
Results : The Chi Square test had a value of p=0.044 (p<0.05) that showed there was a significant relationship between FGF2 value in breast tumors with the incidence of axillary lymph node metastasis. Odds ratio 4.22 (95% CI 0.983-18.1).
Conclusions The role of FGF2 in lymph node metastasis is related to the interaction between various lymphangiogenic factors in promoting lymphangiogenesis and lymphatic metastasis. High expression of FGF2 has a significant correlation with the incidence of axillary lymph node metastasis.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T58590
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yasser Jayawinata
"Kanker payudara merupakan salah satu masalah kesehatan terbesar di Indonesia di mana sekitar 42,7% datang pada stadium lanjut lokal. Pemberian kemoterapi neoajuvan pada stadium lanjut lokal bertujuan mengecilkan ukuran tumor sehingga dapat dilakukan operasi dan menurunkan mortalitas. Salah satu prediktor untuk mengetahui keberhasilan kemoterapi neoajuvan adalah Ki-67, yaitu protein non-histone yang ekspresinya tinggi saat proliferasi sementara obat-obatan kemoterapi bekerja efektif pada fase proliferasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran Ki-67 sebagai faktor prediktor terhadap respons kemoterapi neoajuvan pada pasien KPDLL. Metode: Penelitian ini merupakan studi kohort retrospektif dengan kriteria inklusi adalah pasien dengan diagnosis kanker payudara stadium lanjut lokal dan mendapatkan kemoterapi neoajuvan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) sejak 1 Januari 2014- 31Desember 2019. Cut-off ekspresi Ki-67 adalah 20%. Respons klinis kemoterapi neoajuvan dinilai berdasarkan kriteria WHO yang diukur setelah pemberian kemoterapi ketiga. Respons kemoterapi ini dikelompokkan menjadi respons baik (complete response dan partial response) dan respons buruk (stable disease dan progresive response). Hasil: Pasien kanker payudara lanjut lokal rata-rata berusia 50 tahun, ukuran tumor terbanyak T4 (90,4%), keterlibatan kelenjar getah bening N1 (52,1%), jenis histopatologi NST (71,3%), grade 2 (54,4%), ER positif (78,7%), PR positif (70,2%), HER2negatif (58,5%), Ki67 tinggi (70,2%), dan luminal B (56,4%). Lima puluh dua koma satu persen subjek memiliki respons kemoterapi buruk. Tidak terdapat perbedaan bermakna secara statistik antara ekspresi Ki-67 dengan respons kemoterapi (p= 1). Bila dihitung presentase sisa tumor, pasien dengan ekspresi Ki-67 tinggi memiliki persentase sisa tumor 74,6%, pasien dengan ekspresi Ki-67 rendah rata-rata tidak mengalami penurunan ukuran tumor dengan sisa tumor 103,8% (p= 0,977). Simpulan: Tidak terdapat perbedaan bermakna secara statistik antara ekspresi Ki-67 dan respons kemoterapi neoajuvan pada kanker payudara stadium lanjut lokal di RSCM.

Breast cancer is one of the most common health problems in Indonesia where 42.7% of patients have been diagnosed with Locally Advanced Breast Cancer (LABC). Neoadjuvant chemotherapy (NAC) is aimed to decrease the tumor size to be operable and decrease mortality. Ki-67 is highly expressed in the cell proliferation phase, while chemotherapy agents work effectively by targeting this proliferation. This study evaluates the utility of Ki-67 in LABC patients of the Asian-Indonesian population. Methods: This is a retrospective cohort study. Ki-67 data was from the medical record based on the immunohistochemistry staining with >20% cut off point. Clinical response was measured based on the WHO criteria after the third chemotherapy cycle, classified as good response (complete response and partial response) and poor response (stable disease and progresive response). Result: The majority of subjects in this study were 50 years old, with T4 tumor size (90.4%), N1 lymph node involvement (52.1%), NST histopathological type (71.3%), grade 2 (54.4%), ER-positive (78.7%), PR-positive (70.2%), HER2-negative (58.5%), high Ki67 expression (70.2%), and luminal B subtype (56.4%). 52.1% of all subjects showed ‘poor’ clinical responses to NAC. There was no significant association between subjects’ characteristics and the NAC Clinical response. Moreover, there was no significant association between Ki-67 and chemotherapy clinical response (p=1). Residual tumor size was 74.6% in high Ki-67 group and 103.8% in low Ki-67 group (p= 0.977). Conclusion: There is no statistically significant association between Ki-67 expression and NAC clinical response of LABC patients in Indonesia."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Parlindungan, Faisal
"Latar Belakang: Kehilangan massa tulang pada artritis reumatoid (AR) terjadi akibat ketidakseimbangan proses resorpsi dan formasi tulang. Tumor necrosis factor-α (TNF-a) adalah salah satu sitokin proinflamasi utama yang secara langsung dapat menyebabkan peningkatan resorpsi tulang, namun peranannya pada proses formasi tulang belum secara jelas diketahui. Aktivitas formasi tulang dapat dihambat oleh Dickkopf-1 (DKK-1) yang meningkat pada pasien AR. Penilaian turnover tulang dapat dilakukan dengan mengukur kadar C-terminal telopeptide (CTX) dan N-terminal propeptide (PINP) yang saat ini menjadi standar untuk penanda turnover tulang.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran aktivitas turnover tulang pada pasien AR dengan melihat korelasi antara TNF-α dengan DKK-1 dan CTX untuk penilaian resorpsi tulang, dan korelasi antaran TNF-α dengan DKK-1 dan P1NP untuk penilaian formasi tulang.
Metode: Penelitian ini merupakan studi potong lintang dengan 38 subjek artritis reumatoid perempuan premenopause. Pengambilan sampel dilakukan secara konsekutif di poliklinik reumatologi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Pemeriksaan TNF-α, DKK-1, CTX, dan P1NP dilakukan dengan metode ELISA.
Hasil: Pada penelitian ini didapatkan median durasi menderita penyakit adalah 5 tahun. 60,5% pasien berada dalam kondisi remisi atau aktivitas penyakit rendah, 36,8% dalam kondisi aktivitas penyakit sedang, dan 2,6% pasien dalam kondisi aktivitas penyakit tinggi. Didapatkan median kadar TNF-a adalah 10.6 pg/mL, rerata kadar DKK-1 adalah 4027 pg/mL, rerata kadar CTX adalah 2,74 ng/mL, serta median nilai P1NP adalah 34 pg/mL. Kadar DKK-1 dan CTX dijumpai lebih tinggi sedangkan kadar P1NP lebih rendah jika dibandingkan dengan kadar pasien AR pada penelitian-penelitian sebelumnya. Penelitian ini menemukan korelasi positif lemah antara TNF-α dengan P1NP, sedangkan variabel lain tidak menunjukkan korelasi yang signifikan.
Simpulan: Pada penelitian ini ditemukan korelasi positif lemah antara TNF-α dengan P1NP. Dijumpai kadar TNF-a yang rendah, DKK-1 yang tinggi, dan CTX yang tinggi dengan kadar P1NP yang rendah yang menunjukkan respon perbaikan tulang pada pasien AR tidak dapat mengimbangi tingginya aktivitas resorpsi tulang.

Background: Bone mass loss in rheumatoid arthritis (RA) is due to the imbalance of bone resorption and formation process.Tumor necrosis factor-α (TNF-a) is one of the main proinflammatory cytokines that can directly increase bone resorption, but its effect on bone formation is still uncertain. Bone formation could be inhibited by Dickkopf-1 (DKK-1) that is increased in RA patients. Bone turnover could be determined by assessing the level of C-terminal telopeptide (CTX) and N-terminal propeptide (PINP), both are standard measurement for bone turnover markers.
Objective: This study aims to examine bone turnover in RA patients by analysing correlation between TNF-α with DKK-1 and CTX for assesment of bone resorption, and correlation between TNF-α with DKK-1 and P1NP for assesment of bone formation.
Methods: This is a cross-sectional study with 38 subjects of RA premenopausal women. The subjects were collected with consecutive sampling technique in rheumatology outpatient clinic in Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Measurement of serum TNF-α, DKK-1, CTX, and P1NP levels were done using ELISA technique.
Results: The median duration of RA in this study is 5 years. 60,5% of the patients were in remission or low activity disease, 36,8% were in moderate activity disease, and 2,6% were in high activity disease. The median value of TNF-a was 10.6 pg/mL, mean value of DKK-1 was 4027 pg/mL, mean value of CTX was 2,74 ng/mL, and mean value of P1NP was 34 pg/mL. DKK-1 and CTX levels were increased while P1NP level was lower compared to the RA patients in previous studies. This study found weak positive correlation between TNF-α and P1NP, while the other variables showed no significant correlation.
Conclusions: This study demonstrated weak positive correlation between TNF-α and P1NP. We found low level of TNF-α, high level of DKK-1, and high level of CTX with low level of P1NP that indicate that the bone repair response could not keep up to the high bone resorption activity in RA patients."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T55564
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andika Afriansyah
"Model prediksi kesintasan kanker prostat metastasis tulang sudah pernah dilakukan sebelumnya. Namun, model prediksi kesintasan kanker prostat metastasis tulang pra-terapi belum pernah dialukan sebelumnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor klinis yang mempengaruhi ketahanan hidup (survival) pada kanker prostat dengan metastasis tulang serta mengembangkan nomogram prognostik ketahanan hidup pada pasien dengan kondisi tersebut. Terdapat 392 subyek dengan kanker prostat dengan metastasis tulang yang mendapat terapi Androgen Deprivation Therapy (ADT) dalam penelitian ini. Parameter pra-perawatan dianalisis menggunakan model cox-proportional untuk mengidentifikasi prediktor ketahanan hidup secara keseluruhan. Kovariat yang menunjukkan nilai signifikansi secara statistik pada analisis multivariat akan dipakai untuk membentuk nomogram. Model prediktor linier digunakan untuk mengembangkan nomogram. Nilai median ketahanan hidup keseluruhan adalah 40,3 bulan (95% CI: 32.2 - 48.5). Analisis univariat menunjukkan bahwa T-stage, Gleason Score, nilai antigen spesifik prostat inisial, dan jumlah lesi metastasis merupakan faktor-faktor prognostik independen terhadap angka ketahanan hidup keseluruhan. Semua prediktor ini tetap menunjukkan hasil yang signifikan secara statistik sebagai faktor prognostik independen pada analisis model multivariat cox-regression. Nomogram yang terbentuk dari faktor-faktor prediktor tersebut menunjukkan diskriminasi yan baik dalam memprediksi ketahanan hidup dalam 5 tahun dengan area under the curve (AUC) sebesar 0.69. Kesepakatan yang diterima dari probabilitas yang diamati dan diprediksi telah dinilai dalam plot kalibrasi. Nilai median ketahanan hidup keseluruhan adalah 40,3 bulan. Prediksi nomogram ini dapat berguna sebagai alat untuk memprediksi angka ketahanan hidup keseluruhan pada sebelum terapi kanker prostat metastasis, secara spesifik pada populasi Indonesia. Penelitian lebih lanjut dibutuhkan untuk memberikan validasi eksternal untuk mendukung penggunaan nomogram ini.

A survival prognostic model of prostate cancer with bone metastasis had been done before. However, a prognostic model of pre-treatment prostate cancer with bone metastasis had not yet done. This study aims to analyze the clinical factors among bone-metastatic prostate cancer and their relationships with survival as well as to develop a prognostic nomogram for overall survival in patients with this condition. This study included 392 patients with bone metastatic prostate caner treated with androgen deprivation therapy. Pre-treatment parameters were analyzed using cox-proportional hazard model to identify the predictors of overall survival. Covariates, which showed statistical significance on multivariate analysis, were used to develop a nomogram. Linear predictor model was utilized to develop the nomogram. Median overall survival was 40.3 months (95% CI: 32.2 to 48.5). Univariate analysis showed that clinical T-stage, Gleason Score, initial prostate specific antigen value, and number of metastatic lesion were independent prognostic factors for OS. These predictors still remained significant as independent prognostic factors for overall survival following analysis using multivariate cox-regression model. The nomogram constructed from those prognostic factors showed good discriminaton for predicting the 5-year OS with an Area Under the Curve of 0.69. Acceptable agreement of the observed and predicted probabilites was observed in the calibration plot. The median overall survival of patient with bone metastatic prostate cancer was 40.3 months. The prediction nomogram might be a useful tool for predicting overall survival in pre-treatment bone metastatic prostate cancer, specifically among Indonesian patients. Further studies are needed to provide external validation to support the utilization of this nomogram."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>