Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 190576 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nisa Kartika Komara
"ABSTRAK
Salah satu tanaman yang diduga dapat berperan dalam menurunkan berat badan pada tikus obese adalah Hibiscus sabdariffa Linn (H. sabdariffa). Peran tersebut dapat dilihat melalui potensi beberapa kandungan zat aktif dalam menurunkan resistensi FGF21, namun potensi kandungan zat aktif dari H. sabdariffa belum pernah dilakukan. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui peran ekstrak H. sabdariffa. terhadap ekspresi reseptor FGFR1, ko-reseptor β-Klotho di jaringan adiposa dan protein FGF21 di hati pada tikus obese. Pada penelitian ini digunakan dosis H. sabdariffa 200 mg/kg BB dan 400 mg/kg BB. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dosis 400 mg/kg BB memiliki potensi yang lebih baik untuk meningkatkan kadar FGF21, ekspresi gen FGFR1, dan ko-reseptor β-klotho dibandingkan dengan kelompok normal dan dosis 200 mg/kg BB. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemberian H. sabdariffa pada tikus obese dengan dosis 400 mg/kg BB berpengaruh dalam meningkatkan ekspresi reseptor FGFR1, ko-reseptor β-klotho di jaringan adiposa, dan kadar protein FGF21 di hati.

ABSTRACT
One of the plants that can be used to lose weight is Hibiscus sabdariffa Linn (H. sabdariffa). That role can be seen through the potential of several active substance in reducing FGF21 resistance, but the potential of active substance in H. sabdariffa to reduce FGF21 resistance has never been done. Therefore, this study aims to determine the effect of H. sabdariffa extract for expression of FGFR1 receptor, β-Klotho co-receptor mRNA in adipose tissues and FGF21 protein in the liver in the obese model groups. In this study used a dose of 200 mg/kg BB and 400 mg/kg BB H. sabdariffa. The results showed that a dose of 400 mg/kg BB had better potential for increasing FGF21 levels in the liver, expression of FGFR1, and β-Klotho co-receptor mRNA in adipose tissues compared to the normal group and a dose of 200 mg/kg BB. The results of the study is the dose of 400 mg/kg BB has an effect on increasing the levels of FGF21 protein in the liver and expression of FGFR1 and β-klotho co-reseptor mRNA in adipose tissue."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nuraini Diah Noviati
"Obesitas menyebabkan resistensi FGF21 yang berperan dalam proses pencokelatan dan termogenesis. Resistensi FGF21 disebabkan karena penurunan ekspresi reseptor, sehingga berkurangnya ikatan antara FGF21 dan reseptornya di jaringan adiposa. Penurunan ekspresi reseptor tersebut dipengaruhi oleh miR-34a yang meningkat pada kondisi obesitas. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa miR-34a dapat menghambat persinyalan FGF21 yang berperan pada proses pencokelatan. Pendekatan terapetik berbasis FGF21 telah banyak diteliti namun potensi ekstrak Hibiscus sabdariffa Linn (H. sabdariffa)terhadap miR-34a belum diketahui. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak H. sabdariffa terhadap ekspresi miR-34a dan FGF21 di jaringan adiposa putih. Penelitian eksperimen ini menggunakan dua puluh empat tikus jantan (Rattus norvegicus L) jantan galur Sprague-Dawley usia 6-10 minggu yang diinduksi diet tinggi lemak (19,09% lemak, 24,00% protein). Tikus dikelompokkan menjadi empat kelompok yaitu kelompok kontrol normal (N), kelompok kontrol obese (Ob), kelompok perlakuan dosis 200 mg/kgBB/hari (Ob-hib200), dan kelompok perlakuan dosis 400 mg/kgBB/hari (Ob-hib4000). H. sabdariffa diberikan setiap hari selama 5 minggu. Pemeriksaan ekspresi miR-34a menggunakan qRT-real time PCR dan protein FGF21 dari jaringan adiposa putih menggunakan uji ELISA. Hasil uji statistik ANOVA menunjukkan ekspresi miR-34a lebih rendah pada kelompok tikus obese yang diberikan ekstrak dosis 400 mg/kgBB/hari (p < 0,001) sehingga kadarnya tidak berbeda bermakna dengan keadaan normal (p>0,05). Di samping itu,  kadar FGF21 pada tikus obese yang diberikan ekstrak H. sabdariffa dosis 400 mg/kgBB/hari (p < 0,001) lebih tinggi bahkan berbeda bermakna dibandingkan keadaan normal (p < 0,001). Dengan demikian, ekstrak H. sabdariffa berpengaruh terhadap penurunan ekspresi miR-34a diikuti dengan peningkatan kadar FGF21 jaringan adiposa putih yang berpotensi memperbaiki resistensi FGF21.

Obesity increase  FGF21 in circulation and caused the FGF21 resistance. This resistant lead to decrease expressions of FGF21 receptor in white adipose tissue of obese rats. The downregulation its receptor and co-receptor is altered by miR-34a which elevate in obesity. Several studies show miR-34a can inhibit signal cascade of beiging process. The therapeutic approach using FGF21 has been approved to improve obesity but the potential natural extracts of  Hibiscus sabdariffa Linn (H. sabdariffa) has an effect to miR-34a and FGF21 remains unclear. This study aimed to determine alteration of miR-34a expressions of white adipose tissue and FGF21 of obese rats given to H. sabdariffa extracts. In vivo experimental study using twenty-four males of Sprague-Dawley rats (Rattus norvegicus L), age 6-10 weeks. Rats is administered high fat diet (19,09% lemak, 24,00% protein) to induce obesity. Rats divided by four groups as follows : normal control group (N), obese control group (Ob), obese group is given 200 mg/kgWB/day extracts (Ob-hib200), and obese group is given 400 mg/kgWB/day extracts (Ob-hib4000). H. sabdariffa extracts is given daily for five weeks. Quantification of miR-34a expressions using qRT-real time PCR and  FGF21 levels of white adipose using ELISA assay. Statistical analysis using ANOVA showed  miR-34a expressions of white adipose tissue decrease in obese group is given 400 mg/kgWB/day extracts (p < 0,001) but not significantly differ from normal control group (p>0,05). In addition, FGF21 levels in white adipose tissue of obese rats given H. sabdariffa 400 mg/kgWB/day extracts (p < 0,001) increase differ from normal control group (p < 0,001). In brief,  H. sabdariffa extracts can alter the decrease of miR-34a expressions and increasing FGF21  levels in white adipose tissue of obese rats that has potential improve FGF21 resistance."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T55519
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Delvi Elfiza
"ABSTRAK
Penurunan performa seorang atlet yang mengalami overtraining akan berdampak pada penurunan fungsi otak. Pada keadaan overtraining, atlet mengalami kesulitan dalam mempelajari keterampilan gerak sehingga sering muncul kesalahan teknik meski sudah diperbaiki berulang-ulang, hal ini diduga adanya gangguan pada proses pembelajaran dan penurunan kadar Brain Derived Neurotrophic Factor (BDNF). Overtraining syndrome dapat disebabkan oleh stres oksidatif akibat peningkatan produksi ROS. Keadaan ini dapat diatasi dengan pemberian antioksidan. Salah satu antioksidan eksogen adalah Hibiscus sabdariffa Linn.
Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa pemberian ekstrak air Hibiscus sabdariffa Linn 400 mg/kgBB/hari dapat mencegah keadaan stres oksidatif di otak tikus Wistar yang mengalami overtraining sehingga mampu menjaga fungsi memori. Metode penelitian berupa eksperiment ini dilakukan pada 20 ekor tikus jantan galur Wistar usia 8-10 minggu, berat badan 200-250gr. Terbagi atas kelompok kontrol (K), kontrol diberi ekstrak air Hibiscus sabdariffa Linn. (KR), overtraining (OT), dan overtraining diberi ekstrak Hibiscus sabdariffa Linn. (OTR).
Hasil penelitian menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan kadar BDNF yang bermakna antara kelompok K (0,0852 pg/mg) dengan OT (0,075 pg/mg) dan OTR (0,0774 pg/mg). Hasil uji memori dengan Water-E Maze menunjukan bahwa fungsi memori pada kelompok OT maupun OTR terganggu. Tidak ada perbedaan bermakna kadar MDA antara kelompok K (0,17 nmol/mL jar) dan KR (0,167 nmol/mL jar) dengan OTR (0,180 nmol/mL jar). Tidak ada perbedaan bermakna aktivitas GPx antara kelompok K (8,801 U/mg prot) dan KR (9,933 U/mg prot) dengan OTR (8,691 U/mg prot). Hal ini mengindikasikan bahwa Pemberian Hibiscus sabdariffa Linn 400 mg/kgBB/hari pada tikus Wistar yang mengalami overtraining dapat mencegah penurunan kadar BDNF tetapi tetap terjadi penurunan fungsi memori. serta dapat mencegah stres oksidatif yang dibuktikan pada rendahnya kadar MDA dan tingginya aktivitas GPx.

ABSTRACT
Decrease in the performance of an athlete experiencing overtraining will decline brain function. In overtraining, athletes have difficulties in learning motor skills that often arise despite technical errors have been repaired over and over again, it is alleged interference in the learning process and decreased levels of Brain Derived Neurotrophic Factor (BDNF). Overtraining syndrome can be caused by oxidative stress due to increased production of ROS. This situation can be overcome by giving antioxidants. A exogenous antioxidants is Hibiscus sabdariffa Linn.
This study aims to determine Hibiscus sabdariffa Linn 400 mg/kg/day can improve memory function and prevent the increased oxidative stress in Wistar rats experiencing overtraining. Experimental research method in 20 male Wistar strain rats aged 8-10 weeks, weight 200-250gr. Divided into a control group (K), control water extract of Hibiscus sabdariffa Linn. (KR), overtraining (OT), and overtraining given extracts of Hibiscus sabdariffa Linn. (OTR).
Results of the study found there was not significant difference levels of BDNF between the group K (0,0852 pg/mg) with OT (0,075 pg/mg) and OTR (0,0774 pg/mg). The result of the memory test with a water-E maze that memory function in OT group and OTR bothered. There was not significant difference levels of MDA between the groups K (0,17 nmol/mL jar) and KR (0,167 nmol/mL jar) with OTR (0,180 nmol/mL jar). There was not significant difference activity of GPx between the groups K (8,801 U/mg prot) and KR (9,933 U/mg prot) with OTR (8,691 U/mg prot). This indicates that the administration of Hibiscus sabdariffa Linn 400 mg/kg/day in Wistar rats experiencing overtraining can prevent in decreasing levels of BDNF but decline in memory function. and can prevent oxidative stress as evidenced in the low levels of MDA and the high activity of GPx.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marpaung, Nurasi Lidya E.
"Overtraining OT dapat meningkatkan produksi reactive oxygen species ROS sehingga menurunkan antioksidan endogen seperti glutation GSH yang menyebabkan stres oksidatif. Stres oksidatif dapat terjadi pada sistem saraf pusat, terutama hipokampus yang penting untuk pembentukan memori spasial. Stres oksidatif pada neuron mempengaruhi fungsi astrosit ditandai dengan meningkatnya Glial Fibrillary Acidic Protein GFAP dan menurunkan kadar protein yang diperlukan untuk proses pemelajaran dan memori seperti protein utama presinaps synaptophysin SYP . Pada akhirnya mengganggu proses long term potentiation LTP yang diperlukan dalam pembentukan memori. Pemberian ekstrak metanol Hibiscus sabdariffa Linn. H.sabdariffa , antioksidant yang poten, diharapkan dapat meningkatkan kadar GSH pada tikus OT, sehingga mencegah stres oksidatif, menurunkan kadar GFAP dan meningkatkan kadar SYP serta fungsi memori.
Penelitian ini adalah studi eksperimental menggunakan 25 ekor tikus jantan Rattus norvegicus 250 ndash; 320 gram , dibagi secara acak dalam 5 kelompok: kontrol C ; kontrol dengan H.sabdariffa C-Hib ; latihan fisik aerobik A-Ex ; latihan overtraining OT ; latihan overtraining dengan H.sabdariffa OT-Hib . Ekstrak metanol H.sabdariffa 500mg/kgBB selama 11 minggu diberikan melalui mulut melalui kanula. Latihan OT berdasarkan protokol OT dari Hohl dkk. Memori spasial bergantung hipokampus diukur dengan Y-maze pada akhir minggu ke 11. Kadar GSH hipokampus diukur dengan metode Ellman, kadar GFAP dan SYP dengan ELISA. Aktivitas OT dapat menurunkan kadar GSH, meningkatkan kadar GFAP dan menurunkan kadar SYP serta fungsi memori. Pemberian ekstrak metanol H.sabdariffa 500 mg/kgBB pada tikus yang diberi latihan OT, dapat meningkatkan kadar GSH, menurunkan kadar GFAP dan meningkatkan kadar SYP serta fungsi memori. Hasil tersebut menyimpulkan bahwa pemberian ekstrak metanol H.sabdariffa 500mg/kgBB berpotensi sebagai anti oksidan dapat mencegah terjadinya gangguan fungsi memori pada tikus yang diberi latihan OT.

Overtraining OT can increase the production of reactive oxygen species ROS that would decrease endogen antioxidant like glutathione GSH and can affect oxidative stress. Oxidative stress could be happenned in the brain, especially in the hippocampus that plays an important role in spatial memory formation. Oxidative stress in neuron could effect astrosit function, with increasing Glial Fibrillary Acidic Protein GFAP dan decreasing protein level that needed for learning and memory function like the most protein in presinpas neuron, synaptophysine SYP . This would impaired long term potentiation LTP Administration methanolic extract of Hibiscus sabdariffa Linn. H.sabdariffa, a potent antioxidant, is expected to increase glutathione GSH level in OT rats, prevent oxidative stress, decreasing GFAP level, increasing SYP level dan memori function.
This experimental study was conducted on 25 male rats Rattus norvegicus 250 350 grams, randomly allocated into 5 groups control C control with H.sabdariffa C Hib mild aerobic exercise A Ex overtraining exercise OT overtraining exercise with H.sabdariffa OT Hib. Methanolic extract of H.sabdariffa 500 mg kg d, 11 weeks were administered orally via syringe cannula. Overtraining exercise correspondent to Hohl et al overtraining protocol. Hippocampus dependent spatial memory was measured by using consolidation Y Maze test in the end week 11. Hippocampal GSH level will be measured by Ellman method. Hippocampal GFAP and SYP level will be measured by ELISA. OT could decreased GSH level, increased GFAP level and decreased SYP level and memory function. Administration 500mg kgBW H.sabdariffa methanolic extract could increased GSH level, decreased GFAP level, and increased SYP level and memory function. This result indicated that 500 mg kgBW H.sabdariffa methanolic extract as potent antioxidant could prevent oxidative stress and memory function impaired on OT rats.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afifa Radhina
"Prevalensi obesitas meningkat dan menjadi masalah kesehatan global yang perlu mendapatkan perawatan yang tepat. Pengobatan obesitas menggunakan Hibiscus sabdariffa Linn. telah banyak digunakan. Namun, potensinya untuk proses pencoklatan jaringan adiposa sebagai penanganan obesitas masih belum diketahui. Proses pencoklatan yang diupregulasi gen UCP1 ditandai oleh jalur pensinyalan faktor transkripsi PRDM16. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menentukan potensi H. sabdariffa dalam PRDM 16 sebagai faktor transkripsi untuk gen UCP1. Penelitian eksperimental menggunakan 24 tikus Sprague Dawley jantan berusia 6-10 minggu dengan berat badan antara 110-160 g yang dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu kontrol (C), obes (O), obes dengan H. sabdariffa 200mg/KgBW (O -200) dan obes dengan H. sabdariffa 400mg/KgBW (O-400). Tikus obes diinduksi dengan pemberian pakan tinggi lemak (19%) selama 17 minggu dilanjutkan dengan pemberian ekstrak H. sabdariffa selama 5 minggu. Kadar PRDM16 diukur pada jaringan adiposa menggunakan teknik ELISA.
Hasil penelitian menunjukkan penurunan indeks Lee pada kelompok obes yang diberikan H. sabdariffa O-200 dan O-400, mencapai level di bawah 310, meskipun hasil tes ANOVA oneway menunjukkan tidak ada perbedaan dalam kelompok dengan kelompok obes (p> 0,05). Penurunan indeks Lee diikuti oleh peningkatan PRDM 16 pada kelompok O-200 dan O-400 bila dibandingkan dengan kelompok obes (p <0,05). H. sabdariffa berpotensi menurunkan berat badan pada tikus obes. Mekanisme pengurangan ini adalah melalui peningkatan kadar PRDM16. Pemberian dosis H. sabdariffa 400mg/kg/hari meningkatkan kadar PRDM16 lebih baik daripada kadar 200mg/kgBB.

The obesity prevalency is increasing and becoming a global health problem which needs to get the right treatment. Obesity treatment using Hibiscus sabdariffa Linn. has been widely used. However, its potential for browning process for treatment of obesity is still unknown. Browning process by UCP1 gene upregulation characterized by PRDM16 transcription factor signaling pathway. Therefore, this study aims to determine the potential of H. sabdariffa in PRDM 16 as transcription factor for UCP1 gene. The experimental study used 24 male Sprague Dawley rats aged 6-10 weeks with body weight between 110-160 g which were divided into 4 groups, namely control (C), obese (O), obese with H. sabdariffa 200mg/KgBW (O-200) and obese with H. sabdariffa 400mg/KgBW (O-400). Obese rats induced by giving high-fat diet (19%) for 17 weeks continued with administration of H. sabdariffa for 5 weeks. PRDM16 levels were measured from adipose tissue using ELISA technique. The results showed a decrease in Lee index in the obese group given H. sabdariffa O-200 and O-400, reaching levels below 310, although oneway ANOVA results test showed no difference in group with the obese group (p> 0.05). The decrease in Lee index was followed by an increase in PRDM 16 in the O-200 and O-400 groups when compared to obese group (p <0.05). H. sabdariffa has potential to lose weight in obese rat. The mechanism of this reduction is through increasing PRDM16 level. The administration of H. sabdariffa dose of 400mg/kg/day increases PRDM16 levels better than the levels of 200mg/kgBW."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Donna Adriani Kusumadewi Muhammad
"Latar Belakang: Berdasarkan data dari WHO, penderita penyakit kardiovaskular diduga akan terus meningkat. Salah satu proses patologis yang mendasari penyakit kardiovaskular adalah aterosklerosis. Disfungsi endotel yang mengawali aterosklerosis dimulai sejak anak-anak. Stres oksidatif dapat disebabkan oleh pertambahan usia. Salah satu herba yang memiliki efek antioksidan kuat dan dapat mencegah stres oksidatif adalah Hibiscus sabdariffa Linn.
Metode: Penelitian eksperimental dilakukan pada 36 ekor tikus jantan galur Wistar usia 5 minggu selama 4 minggu, 8 minggu, dan 12 minggu. Hewan coba secara acak terbagi atas 12 kelompok, yaitu: kontrol (K4, K8, K12), latihan fisik aerobik (L4, L8, L12), pemberian H. sabdariffa Linn. 400 mg/kgBB/hari (H4, H8, H12) dan kombinasi latihan fisik aerobik dan pemberian H. sabdariffa Linn. 400 mg/kgBB/hari (HL4, HL8, HL12). Pengukuran kadar NO, ET-1, aktivitas spesifik SOD dan MDA menggunakan supernatan dari homogenat aorta abdominal.
Hasil: Pola kadar NO kelompok K dan L menurun sesuai peningkatan usia. Terdapat perbedaan bermakna antara kadar NO kelompok K dan L, K dan H, dan K dan HL. Kadar ET-1 pada semua kelompok tidak bermakna secara statistik. Terdapat peningkatan aktivitas spesifik SOD pada kelompok L, H, dan HL dibandingkan K. Terdapat perbedaan bermakna Kadar MDA antara K dan H, L dan HL. Terdapat korelasi sedang antara NO dan aktivitas spesifik SOD.
Kesimpulan: latihan fisik aerobik, pemberian H. sabdariffa Linn. 400 mg/kgBB/hari dan kombinasi latihan fisik aerobik dan pemberian H. sabdariffa Linn. 400 mg/kgBB/hari menurunkan kadar MDA dan ET-1, sebalikanya meningkatkan aktivitas spesifik SOD dan NO. Penurunan kadar MDA lebih jelas terlihat pada kelompok HL. Peningkatan aktivitas spesifik SOD meningkatkan produksi NO. Tidak terjadi disfungsi endotel dan stres oksidatif pada seluruh kelompok.

Background: Based on data from WHO, patients with suspected cardiovascular disease will continue to rise. One of the pathological processes underlying cardiovascular disease is atherosclerosis. Endothelial dysfunction which is the first sign of atherosclerosis begins in childhood. Increasing age is one of the cause of oxidative stress. A herb that has strong antioxidant effects and can prevent oxidative stress is Hibiscus sabdariffa Linn.
Methods: Thirty six male Wistar rats aged 5 weeks were randomly divided into 12 groups consisting of control group (K4, K8, K12), aerobic exercise group (L4, L8, L12), administration of H. sabdariffa L. 400 mg/kgBW/day group (H4, H8, H12) and combination of aerobic exercise and H. sabdariffa L. 400 mg/kgBW/day group (HL4, HL8, HL12). NO, ET-1, MDA level, and SOD activity was measured from abdominal aorta homogenate supernatant.
Results: NO level pattern in the K and L groups tend to decline with age. NO level in L, H and HL groups were higher than K. The difference of ET-1 level in all groups were not statistically significant. Specific activity of SOD in L, H and HL groups were higher than control. The concentration of MDA of group K is significantly lower compare to groups H, L and HL. There is a moderate correlation between specific activity of SOD and NO.
Conclutions: Aerobic exercie, administration of H. sabdariffa L. 400 mg/kgBW/day, and combination of both decreases MDA and ET-1 concentration. While, specific activity of SOD and NO are increased. The decrease at MDA concentration was more prominent in HL group. An increase in spesific activity of SOD, increases the NO level. No endothelial dysfunction nor oxidative stress were observed in all groups.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Heriyanto
"Salah satu penanganan obesitas melalui proses pencoklatan yang meningkatkan thermogenesis. Proses pencoklatan melibatkan faktor transkripsi PPARγ dan PGC1α. Saat ini diketahui pengaruh H. sabdariffa dalam menghambat adipogenesis, namun pengaruhnya pada proses pencoklatan masih belum diketahui. Tujuan penelitian untuk mengatahui pengaruh H. sabdariffa pada proses pencoklatan. Penelitian eksperimental menggunakan 24 ekor tikus Sprague Dawley jantan (Rattus Norvegicus) dengan berat 90-160 gram, usia 6-10 minggu, dibagi menjadi 4 kelompok yaitu kelompok kontrol (KH0), kelompok kontrol obes dengan pakan khusus (OH0), kelompok obes diberikan ekstrak H. sabdariffa 200 mg/KgBB (OH200), Kelompok obes diberikan ekstrak H. sabdariffa 400 mg/KgBB (OH400). Pemberian H. Sabdariffa dilakukan selama 5 minggu, selanjutnya dilakukan pemeriksaan dengan RT-qPCR. Pemberian ekstrak H. sabdariffa meningkatkan ekspresi PPARγ dan PGC1α sebagai faktor transkripsi proses pencoklatan. Hal ini didukung dengan penurunan Indeks Lee hingga normal. Kesimpulan: Ekstrak H. sabdariffa meningkatkan ekspresi faktor transkripsi proses pencoklatan PPARγ dan PGC1α sehingga memberikan hasil penurunan Indeks Lee yang merupakan salah satu indikator obesitas pada tikus.

The browning process that increase thermogenesis become one of the option to treat obesity. Beiging process involves PPARγ and PGC1α transcription factors. The effect of H. sabdariffa in holding adipogenesis is known, but its effect on the beiging process is still unknown. The purpose of this study was to determine the effect of H. sabdariffa on the beiging process. The experimental study used 24 male Sprague Dawley rats (Rattus Norvegicus) weighing 90-160 grams, 6-10 weeks old, divided into 4 groups known as control group (KH0), the obesity control group with high fat diet (OH0), the obesity group was given H. sabdariffa extract 200 mg/KgBW (OH200), the obese group was given H. sabdariffa extract 400 mg / KgBW (OH400). The administration of H. Sabdariffa was carried out for 5 weeks, then it was examined by RT-qPCR. The administration of H. sabdariffa extract increased the expression of PPARγ and PGC1α as transcription factors for beiging process. This is supported by the decline in the Lee Index to normal. Conclusion: H. sabdariffa extract increased the expression of browning process transcription factor PPARγ and PGC1α which resulted in decreased Lee index, an indicator of obesity in rat."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R Siswanto Sudaryo
"Hibiscus sabdariffa. Linn dikenal di Indonesia sebagnai tanaman ekonomi, karena dapat diambil serat dari kulit batangnya dan dipakai untuk bahan baku pembuatan karung goni. Data mengenai kandungan kimia yang lengkap dari biji tanaman ini sangat jarang. Ada dugaan bahwa biji tanaman ini mempunyai khasiat sebagai anti tumor.
Dalam penelitian ini dilakukan pemeriksaan golongon senyawa kimia pada biji tanaman Hibiscus sabdariffa.L yang telah dideterminasi di Bogor dan Tawangmangu, sekaligus dibandingkan kandungan kimia dari beberapa varietas yang ada pulau Jawa.
Penelitian ini diarahkan pada identifikasi golongan senyawa alkaloida, flavanoida, glikosida, tanin, seponin, minyak lemak, albuninoida dan HCN.
Pemeriksaan dilakukan dengan cara umum seperti yang dilakukan pada pemeriksaan untuk golongan kimia tanaman dan juga dilaiukan pemeriksaan khromatografi lapisan tipis yang memakai berbagai pelarut dan penampak noda.
Ternyata hasilnya bahwa biji tanaman ini mengandung senyawa alkaloida, glikoside, minyak lemak, albuminoid dan HCN . Dari hasil khromatografi lapisan tipis ternyata bercak yang paling besar diberikan oleh Hibiscus sabdariffa.L varietas Victor. Konsentrasi untuk keempat varietas adalah sama besar."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 1980
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Trijani Suwandi
"Disertasi ini merupakan hasil penelitian eksperimental laboratorik yang mencakup: uji fitokimia ekstrak etanol H. sabdariffa L. yang bersifat antibakteri, uji penetapan parameter standar, uji KHM, KBM, zona hambat, uji toksisitas akut dan subkronis, uji sitotoksisitas terhadap sel epitel dan fibroblast serta uji efektivitas ekstrak H. sabdariffa L. terhadap S. sanguinis. Penelitian ini merupakan penelitian analitik kuantitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak etanol H. sabdariffa L. mengandung golongan senyawa antibakteri fenol, flavonoid, tanin dan saponin. Parameter standar dapat ditetapkan.
Hasil KHM dan KBM 0,78%, dan zona hambat H. sabdariffa L. setara dengan klorheksidin. Ekstrak ini aman dan tidak toksik terhadap organ vital tikus pada uji toksisitas akut dan subkronis. Hasil MTT assay menunjukkan ekstrak tidak toksik terhadap sel epitel dan fibroblast. Hasil uji biofilm menunjukkan ekstrak H. sabdariffa L. dapat menurunkan potensi pertumbuhan S. sanguinis pada biofilm.

This dissertation is the result of laboratory experimental study involving phytochemistry test from ethanol extract of H. sabdariffa L. and to detect the standard parameters, MIC, MBC test, and inhibition zone, the acute and subchronic toxicity tests and the epithelial and fibroblast cytotoxicity tests. The effectiveness of the H.sabdariffa L. extracts in suppression of the S. sanguinis were also measured. This was a quantitative with analytical design study. The result of this study showed that in the ethanol extract H. sabdariffa L. contained phenol, flavonoid, tannin and saponin compounds. These compounds are well known antibacterial compounds.
The sensitivity tests showed that the MIC and MBC of H. sabdariffa L. was 0,78%, while the inhibition zone of H. sabdariffa L. was equivalent to chlorhexidine. The acute and subchronic toxicity tests showed that this compound was non-toxic. The MTT assay tests showed that the compound were not toxic to epithelial cell and fibroblast. The biofilm test showed that the extract of H. sabdariffa L.was a potent suppresor of S. sanguinis."
Depok: Universitas Indonesia, 2012
D1345
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Akhmad Gumelar
"Teh rosella merupakan bahan organik yang dapat dikembangkan sebagai inhibitor untuk mengurangi laju korosi baja karbon rendah di lingkungan air laut pada temperatur 50°C. Penggunaan teh rosella diharapkan dapat dijadikan sebagai inhibitor yang bersifat aman, ramah lingkungan, serta bio-degradable dan juga dapat mengurangi penggunaan bahan sintetis. Inhibitor teh rosella dipilih sebagai inhibitor organik karena mengandung zat antioksidan yang dapat menghambat proses korosi, seperti antosianin dan asam askorbat. Metode kehilangan berat digunakan untuk menguji keefektifan teh rosella sebagai inhibitor dengan variasi konsentrasi (tanpa inhibitor, 2ml, 4ml, 6ml) dan lama perendaman selama 5 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan inhibitor teh rosella yang paling efektif bila digunakan pada lingkungan NaCl 3.5% pada temperatur 50°C adalah pada penambahan 2 ml dengan efisiensi 17.768 %.

Roselle tea is organic materials that can be developed as inhibitors to reduce corrosion rate of low carbon steel on sea water solution in 50°C. Roselle tea is uspected to be one of inhibitors which is safe, friendly environment, dan bio-degradable and alsocan reduce the use of organic materials. Roselle tea inhibitors have been chosen as organic inhibitors because its containing antioxidants that can reduce corrosion process, example anhthosianin and ascorbic acid. Weight loss method is used to teat the effectiveness of roselle tea as an inhibitors with various concentration ( without inhibitors, 2ml, 4ml, and 6ml) and period of immersion teat is 5 days. The result of research showed that addition roselle tea inhibitors most effective if used on NaCl 3.5% solution in temperature 50°C is with additon 2ml with an efficciency 17.768 %."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S795
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>