Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 67319 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Putri Shinta Sekarwigati
"Penelitian ini menjelaskan makna simbolis upacara Paningset dalam tiga golongan masyarakat Jawa di Yogyakarta. Dalam rangkaian upacara pernikahan adat Jawa, upacara Paningset merupakan simbolisasi ikatan kedua mempelai sebelum mereka melaksanakan ijab kabul pernikahan. Pada masyarakat di Yogyakarta hingga saat ini ketiga golongan masyarakat Jawa (priyayi, abangan, dan santri) masih melakukan upacara tersebut. Tentu bahwa di antara ketiganya terdapat perbedaan dalam aspek-aspek barang Paningset yang disampaikannya, termasuk urut-urutan penyerahannya. Namun bahwa dalam masing-masing golongan memiliki makna simbolis sesuai dengan orientasi budaya yang mereka anggap sebagai identitas budayanya. Untuk menjelaskan makna simbolis tersebut diperlukan satu teori yang berkaitan dengan nilai orientasi budaya. Menurut teori Kluckhohn ada lima hakikat nilai orientasi budaya yaitu hakikat hidup manusia, hakikat karya manusia, hakikat kedudukan manusia dalam ruang dan waktu, hakikat alam dan manusia, dan hakikat manusia dengan sesamanya. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pentingnya orientasi nilai budaya dalam srah-srahan di golongan priyayi, abangan, dan santri. Metode yang digunakan adalah penelitian lapangan dengan observasi dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa simbol-simbol makna pada srah-srahan mempunyai makna bahwa masyarakat Jawa menganggap sangat penting melakukan ikatan-ikatan kekeluargaan yang disimbolisasikan melalui rangkaian upacara Paningset.

ABSTRACT
This study explains the symbolic meaning of the Paningset ceremony in the three classes of Javanese people in Yogyakarta. In a series of traditional Javanese wedding ceremonies, the Paningset ceremony is a symbol of the bond of the bride and groom before they carry out the marriage permit. To the people in Yogyakarta to date the three Javanese groups (priyayi, abangan, and santri) still carry out the ceremony. Of couse, that among three there are differences in the aspects of the pandandle goods that it presents. Including the order of submission. But that in each group has symbolic meaning in accordance with the cultural orientation that they consider to be a cultural identity. To explain the symbolic meaning needed a theory to the value of cultural orientation, according to Kluckhons theory there are five basic values of cultural orientation, namely the nature of human life, the nature of human work, the nature of human position in space and time, the nature of nature and humans, and humans, and the nature of humans with each other. This study aims to see the importance of cultural value orientation in srah-srahan in priyayi, abangan, and santri groups. The method used is field research with observation and interviews. The resultsof the study indicate that the meaning symbols in srah-srahan have the meaning that the Javanese people consider it very important to do family ties symbolized through a series of Paningset ceremony."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Shakina Azzahra
"Tugas akhir ini akan membahas mengenai makna simbol yang terdapat pada busana yang digunakan oleh pengantin perempuan dalam upacara adat Cio Tao yang dilaksanakan di Tangerang. Simbol yang terdapat pada busana pengantin perempuan dimaknai secara semiotika. Tujuan penelitian adalah memaparkan simbol yang terdapat pada busana pengantin perempuan beserta maknanya. Penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan dan menambah pengetahuan pembaca yang berminat pada budaya Cina, khususnya makna simbol pakaian pengantin perempuan pada saat upacara Cio Tao. Penelitian ini akan menggunakan metode kualitatif, berupa wawancara dan pengamatan secara langsung pakaian pengantin perempuan. Selain itu juga dilakukan penelitian kepustakaan untuk melengkapi informasi. Hasil penelitian yang diperoleh dari penafsiran simbol-simbol yang terdapat pada busana pengantin perempuan mengacu kepada keagungan pengantin perempuan di hari pernikahannya serta doa dan harapan untuk pengantin perempuan dalam mengarungi rumah tangga.

This final project will explain the meaning of the symbols on the bride`s attire in the Chio Tao ceremony held in Tangerang, using the theory of semiotics through the process of semiosis. The purpose of this project is to explain the symbols and meanings of the bride's attire, in addition to describing the symbols and meanings in the bride`s attire during the Chio Tao ceremony, it is expected to widen and increase the knowledge of readers interested in Chinese culture, especially the meaning symbol of the bride`s attire at the Chio Tao ceremony. This study will use qualitative methods, by directly observing the bride`s attire and library research. The results of the study are seen from the interpretation that arises from the symbols in the bride`s dress, the meaning refers to the bride on her wedding day and becomes wish and hope for the bride to live marriage life."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Christine Rianti
"Pernikahan merupakan salah satu dari 3 peristiwa utama dalam kehidupan orang Cina, 2 hal lainnya adalah kelahiran dan kematian. Oleh karena hal tersebut, pernikahan masyarakat Cina tidak dapat dilepaskan dari tradisi upacara yang melekat didalamnya, yakni tradisi Upacara Persembahan Teh--- Chabai 茶拜. Upacara persembahan teh adalah salah satu bagian dari budaya leluhur Cina yang sudah diimplementasikkan turun temurun sampai sekarang, upacara ini terus dilaksanakan dan dilestarikan walau dengan konsep yang berbeda seiring dengan berkembangnya jaman. Meskipun demikian, makna dari Upacara Persembahan Teh tetap sama, yakni untuk menghormati orang tua dari kedua mempelai dan saudara-saudara yang dituakan dalam keluarga.

Marriage is one of the three main occasions in the life of the Chinese, besides birth and death. Therefore, Marriage in Chinese culture cannot be separated from its wedding rituals, specifically Tea Offering Ceremony ritual. Tea offering ceremony is a part of old Chinese culture that has been implemented until present days, this ceremony continues to be implemented and preserved with several conceptual changes to adjust to the modern era. Nevertheless, the significance of this ceremony remains the same, which is to honor the parents and the elders in the families of the bride and groom.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Salsabila Fitriana Putri
"CoolBlue adalah salah satu perusahaan e-commerce terbesar di Belanda. Sebagai perusahaan dengan banyak pesaing, Coolblue harus membuat perusahaannya lebih menarik bagi pelanggan dibandingkan perusahaan sejenis yang lain. Oleh karena itu Coolblue menjadikan iklan sebagai teknik marketing-nya. Karya ilmiah ini membahas mengenai ikon, indeks, dan simbol dalam tiga iklan Coolblue. Selain itu karya ilmiah ini juga memaparkan makna kontekstual dalam ketiga iklan Nederlandse Coolblue yang diunggah di Youtube. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, dengan menggunakan metode penelitian deskriptif. Teori semiotika milik Charles Sanders Peirce digunakan untuk mengkaji ikon, indeks dan simbol dalam iklan Coolblue. Selanjutnya dipaparkan makna kontekstual yang terkandung dalam video-video iklan itu. Hasil analisis menunjukkan bahwa, indeks, ikon, simbol dan makna kontekstual dihadirkan pada ketiga iklan Coolblue untuk memperkenalkan perusahaan Coolblue kepada pelanggan, memberikan informasi produk yang dijual, dan informasi layanan Coolblue yang lain. Analisis makna kontekstual juga menemukan bahwa Coolblue menayangkan iklan dalam konteks humor sebagai identitas dan ciri khasnya untuk menarik pelanggan.

CoolBlue is one of the largest e-commerce companies in the Netherlands. As a company with many competitors, Coolblue must make its company more attractive to customers than other similar companies. Therefore Coolblue makes advertising as its marketing technique. This paper discusses the icons, indexes, and symbols in three Coolblue advertisements. In addition, this scientific work also describes the contextual meaning in the three Nederlandse Coolblue advertisements uploaded on Youtube. This research is a qualitative research, using descriptive research methods. Charles Sanders Peirce's semiotic theory is used to study icons, indexes and symbols in Coolblue advertisements. Furthermore, the contextual meaning contained in the advertising videos is explained. The results of the analysis show that indexes, icons, symbols and contextual meanings are presented in the three Coolblue advertisements to introduce the Coolblue company to customers, provide information on products sold, and other Coolblue service information. The contextual meaning analysis also found that Coolblue served advertisements in the context of humor as its identity and characteristics to attract customers."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Aryana Rahman
"Penelitian ini diatarbelakangi oleh adanya padanan kata yang terasosiasi dengan Palestina seperti al-Quds, al-Aqsa, al-ardul muqaddasah (kota suci), negeri yang diberkahi, negeri yang dijanjikan dan dāruss-salām (Yerusalem) yang hanya disepakati dengan kata Yerusalem. Penelitian ini bertujuan untuk memahami dan menganalisis pergeseran makna dan wacana yang terbangun di dalamnya. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi pustaka. Alquran terjemahan Kementrian agama, hadis-hadis mengenai Palestina, kitab perjanjian lama dan baru serta data-data dari Republika Online merupakan sumber data dari penelitian ini. Penelitian ini menggunakan teori Analisis Wacana Kritis dari Nourman Fairclough dan teori pergeseran makna. Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa dalam tiga artikel Republika Online kata al-Quds lebih banyak digunakan dibanding Yerusalem dalam pemberitaan mengenai Yerusalem. Penelitian ini juga menemukan telah terjadi penyempitan makna kata al-Quds menjadi Yerusalem.

There are lots of words that are associated to Palestine, such as al-Quds, al-Aqsa, al-ardhul muqaddasah (the holy city), the blessed country, holy land, the promised land, and dāruss-salām (Jerusalem), but most of people tend to agree with the word Jerusalem. This case becomes the background of this research. The aims of this study are to understand and analyze the shifting meaning and the discourse that was built in it. This research uses descriptive qualitative method by approaching the study of the literature. Qur`anic translation of the Ministry of Religion, the hadith about Palestine, the old and new testament books and the data from Republika Online are the sources of this study. This study uses critical discourse analysis theory from Norman Fairclough and the theory of translation shift. This research concludes that in three articles from Republika Online, the word al-Quds is commonly used than Jerusalem when it is reported about Palestine issues. This research also found that there has been a narrowing of meaning of the word `Al-Quds` to become `Jerusalem`."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Sherly Novianti
"Jurnal ini membahas tentang makna simbolis ornamen dalam pakaian kerajaan Joseon. Penelitian ini tentangpakaian kerajaan Joseon yang digunakan oleh raja dan ratu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahuimakna simbolis ornamen dalam pakaian kerajaan Joseon. Penelitian menggunakan metode deskriptif kualitatif,serta teori tanda dan simbol. Penelitian dimulai dengan mencari sumber-sumber. Penelitian ini menemukansimbol dalam pakaian kerajaan Joseon. Ornamen tersebut adalah naga, gunung, hwacung, cangkir, tanaman air,api, beras, kapak, busur, matahari, bulan, bintang, harimau dan moran. Ornamen paling banyak digunakan dalampakaian kerajaan Joseon adalah naga.

This journal discusses about the simbolic meaning of ornaments in the royal dress of Joseon Kingdom. Thisresearch is about the royal dress of Joseon Kingdom that used by kings and queens. The purpose of this researchis to know the symbolic meaning of ornaments in the royal dress of Joseon Kingdom. This research usesqualitative descriptive method along with the theory of signs and symbols. The reaserch begin by looking forsources. This research found ornaments in the royal dress of Joseon Kingdom. The ornaments are dragon,mountain, hwacung, cup, water plant, fire, rice, axe, bow, sun, moon, stars, tiger, and moran.Ornament that mostused the royal dress of Joseon Kingdom is dragon.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Indah Pratiwi
"Skripsi ini berisi pembahasan tentang aspek-aspek mistis yang terdapat dalam upacara Adang di Kasunanan Surakarta. Aspek-aspek mistis tersebut terdapat dalam simbol, dan mitos yang terkait dengan upacara Adang tersebut. Penelitan ini bertujuan untuk mencari makna yang terkandung dalam setiap aspek mistisnya. Dengan teori religi Koentjaraningrat peneliti menggunakan jalan interpretasi untuk mengungkap makna yang terkandung di dalamnya. Hasil analisis menyatakan bahwa makna simbolis mistis dalam upacara Adang di Kasunanan Surakarta adalah adanya konsep legitimasi spiritual raja, yakni Paku Buwono.

This paper contains of review of mystical aspects in Adang ceremony in Kasunanan Surakarta. The mystical aspects are exist in symbol and myth that link with Adang ceremony. This research are aimed to find the meaning that exist in every mystical aspect. Moreover, researcher use the interpretation to find the meaning that are exist through Koenjtaraningrat religion theory. The results is found that TMSOAC.INKS, there is the king spiritual legitimacy concept, Paku Buwono."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S11367
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Bella Talia
"Rewang dalam masyarakat Jawa dikenal sebagai kegiatan bergotong-royong terutama ketika adanya hajatan. Upaya pelestarian rewang sebagai hasil budaya terlihat mulai dari adanya penelitian, hingga produksi film pendek. Namun, apakah makna rewang yang dikenal dalam masyarakat Jawa memiliki pengertian yang sama dari masa ke masa? Penelitian ini bertujuan untuk menunjukkan adanya perubahan makna pada kata rewang dalam masyarakat Jawa. Data dalam penelitian ini diperoleh dari Serat Centhini Jilid 1 (Pupuh 1-29) tahun 1922 oleh H. Buning, dua film pendek Jawa dengan tema rewang tahun 2021 dan 2022, dan wawancara kepada masyarakat pelaku rewang di Desa Sidomulyo, Jember-Jawa Timur pada tahun 2022. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan teori semiotika Peirce yang dikembangkan oleh Hoed (1994), serta teori perubahan makna Chaer (2009) untuk menemukan adanya perubahan makna dalam kata rewang. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya penyempitan makna kata rewang, dari tiga makna yang diasosiasikan dengan kata rewang dalam serat Centhini yaitu ‘pengiring’, ‘teman’, dan ‘perewang’, menjadi satu makna utama yaitu ‘perewang’, sebagaimana dikenal dalam masyarakat Jawa melalui film pendek dan wawancara. Penelitian ini menyimpulkan bahwa bahasa bersifat dinamis dan adanya perubahan makna kata seperti pada kata rewang, dapat terjadi karena perubahan faktor waktu, ekonomi dan perkembangan pikiran dalam masyarakat.

Rewang in Javanese society is known as a mutual cooperation activity, especially when there is a celebration. Efforts to preserve rewang as a cultural product can be seen from the existence of research, to the production of short films. However, does the meaning of rewang known to the Javanese people from time to time have the same meaning? This study aims to show the changing meaning of rewang in Javanese society. The data in this study were obtained from Serat Centhini Volume 1 (Pupuh 1-29) in 1922 by H. Buning, two short Javanese films with the theme rewang in 2021 and 2022, as well as interviews with the rewang community in Sidomulyo Village, Jember-East Java in 2022. This study uses a qualitative descriptive method with Peirce's semiotic theory developed by Hoed (1994) and Chaer's (2009) meaning change theory to find changes in the meaning of the word rewang. The results of this study show the meaning of the rewang, of the three meanings associated with the word rewang in the Serat Centhini, namely 'accompaniment', 'friend', and 'perewang', one of the main meanings of which is 'perewang', as known by Javanese people through short films and interview. This study concludes that language is dynamic and changes in the meaning of words, such as the word rewang, can occur due to changing times, the economy and the development of thought in society."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Farwah Sofwatun Nida
"Diketahui peribahasa munculnya sudah sangat lampau, namun di zaman sekarang peneliti menemukan banyak sekali peribahasa terutama yang menggunakan simbol binatang dan dipublikasikan kembali di media sosial. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis makna dan bagaimana asal-usul terbentuknya peribahasa tersebut sehingga dapat mengetahui konteks penggunaannya saat ini di media sosial. Penelitian dilakukan dengan metode kualitatif dengan menggunakan pendekatan semantik inkuisitif. Adapun data diperoleh dengan teknik social media research yang bersumber dari Youtube, X, Facebook, dan Instagram. Penelitian ini menunjukkan hasil bahwa simbol binatang dalam peribahasa Arab ada yang mengandung unsur negatif dan unsur positif. Adapun penggunaan simbol binatang dalam peribahasa Arab di media sosial, kebanyakan ditujukan untuk memberikan nasihat, dan lainnya juga menggambarkan tingkah laku manusia, konteks sindiran, teguran, pujian, dan ejekan.

Knowing about the emergence of proverbs has been around for a very long time, but nowadays researchers have found lots of proverbs, especially those that use animal symbols and are republished on social media. This research aims to analyze the meaning and origins of these proverbs so that we can understand the current context of use on social media. The research was conducted using qualitative methods using an inquisitive semantic approach. The data was obtained using social media research techniques sourced from Youtube, X, Facebook and Instagram. This research shows that animal symbols in Arabic proverbs contain negative and positive elements. Like the use of animal symbols in Arabic proverbs on social media, most of them are intended to provide advice, and others also describe human behavior, the context of sarcasm, reprimand, praise and praise."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>