Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 208030 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bambang Julianto
"Deskripsi Lama Tinggal Dan Depresi Dalam Perawatan Terus Menerus Lansia Di RSUPN Cipto Mangunkusumo. Perubahan kondisi fisik lansia itu menjalani perawatan panjang di Rumah Sakit bisa menjadi faktor penyebab depresi, di mana depresi dapat mengganggu kegiatan sehari-hari para lansia, kualitas hidup, dan menjadi prediktor kematian. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan deskripsi dari lama perawatan orang tua yang dirawat di rumah sakit dan untuk mengetahui mereka skor depresi selama perawatan. Sampel dalam penelitian ini adalah individu di atas usia 60 yang menjalani perawatan di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo dan mampu berkomunikasi dengan baik secara lisan. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan prospektif desain kohort dan menggunakan metode purposive sampling dalam pengumpulan data yang melibatkan 32 Orang tua. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata lama perawatan lansia lebih panjang dari standar yang ditetapkan, skor skrining depresi pada lansia meningkat pada akhir perawatan dibandingkan dengan awal pengobatan, dan karakteristik responden mempengaruhi lama perawatan dan depresi skor skrining. Penelitian ini diharapkan menjadi data awal atau tambahan informasi untuk pengembangan penelitian di bidang keperawatan gerontik dan sebagai bahan evaluasi dalam meningkatkan kompetensi dan peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan komprehensif.

Description of Length of Stay and Depression in the Continuous Care of the Elderly at the RSUPN Cipto Mangunkusumo. Changes in the physical condition of the elderly undergoing lengthy treatment in a hospital can be a factor in causing depression, where depression can interfere with the daily activities of the elderly, quality of life, and be a predictor of death. The purpose of this study is to determine the description from the old care of parents who were hospitalized and to find out them depression score during treatment. The sample in this study is the individuals above age 60 who underwent treatment at RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo and capable communicate well verbally. This type of research is descriptive with prospective cohort design and using purposive sampling method in data collection involving 32 Parents. The results of this study indicate that the average length of treatment the elderly are longer than the standard set, depression screening scores in the elderly increase at the end of treatment compared to the beginning of treatment, and Respondent characteristics affect length of stay and depression screening score. This research is expected to be preliminary or additional data information for the development of research in the field of nursing and gerontik evaluation materials in improving the competence and role of nurses in providing comprehensive nursing care.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laras Unggul
"Proses penuaan mengakibatkan lansia rentan mengalami penyakit degeneratif, kondisi ini mengharuskan lansia menjalani perawatan di rumah sakit dan membutuhkan dukungan keluarga untuk meningkatkan status kesehatan. Penelitian ini untuk mengetahui gambaran dukungan keluarga pada lansia diruang rawat inap gedung A RSUPN Dr.Cipto Mangunkusumo dengan desain deskriptif yang melibatkan 89 keluarga pendamping lansia selama perawatan dirumah sakit sebagai responden dan dipilih secara consecutive sampling.
Hasil penelitian menunjukkan rerata usia lansia yang menjalani perawatan di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo adalah 60-69 tahun dengan jenis kelamin perempuan dan rerata usia keluarga yang mendampingi lansia saat menjalani perawatan di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo adalah 18- 40 tahun dengan jenis kelamin perempuan dan 52,8% responden memberikan dukungan keluarga yang baik. Penelitian ini diharapkan keluarga dapat meningkatkan dukungan keluarga pada lansia yang menjalani perawatan dirumah sakit.

The aging process results in the elderly susceptible to degenerative diseases, these conditions require the elderly undergoing treatment at the hospital and needed family support to improve health status. This research aims to describe the family support to the elderly inpatient building A RSUPN Dr.Cipto Mangunkusomo, descriptive design involving 89 elderly family companion during hospitalization as a respondent and selected by consecutive sampling.
Results showed the mean age of the elderly undergoing treatment at RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo is 60-69 years with female sex and mean age of the family who accompany the elderly while undergoing treatment at RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo is 18- 40 years with female sex and 52.8% of the respondents gave a good family support. This research is expected to families can increase family support for the elderly undergoing treatment in hospital.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S69770
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karina Marcella Widjaja
"Latar Belakang: Postoperative gastrointestinal tract dysfunction (POGD) merupakan komplikasi yang sering terjadi pada pasien pascaoperasi yang menyebabkan peningkatan morbiditas dan lama rawat inap. Malnutrisi sering terjadi pada periode perioperasi. Indeks massa bebas lemak menjadi salah satu penilaian untuk identifikasi pasien dengan malnutrisi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan indeks massa bebas lemak praoperasi dengan POGD menggunakan skor Intake-Feeling Nauseated, Emesis, Exam, Duration (I-FEED) dan lama rawat inap pasien pascalaparotomi elektif. Metode: Studi potong lintang dilakukan pada 92 subjek berusia 18-64 tahun yang menjalani laparotomi elektif di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo selama bulan Maret-Mei 2023. Pengukuran indeks massa bebas lemak praoperasi menggunakan bioelectrical impedance analysis (BIA) SECA mBCA-525. Penilaian POGD berdasarkan American Society for Enchanced Recovery and Perioperative Quality Initiative Joint Consensus Statement menggunakan skor I-FEED. Penilaian rawat inap dengan data rekam medis dan perhitungan lama rawat pascaoperasi. Dilakukan analisis univariat, bivariat dan analisis multivariat pada studi ini. Hasil: Rerata indeks massa bebas lemak pasien 16,5  2,3 kg/m2 dengan kategori rendah sebanyak 29,3%. POGD terjadi pada 41,3% subjek dan median lama rawat pascaoperasi 4 (2-17) hari. Tidak ditemukan korelasi yang bermakna secara statistik pada indeks massa bebas lemak praoperasi dengan POGD menggunakan skor I-FEED dan lama rawat inap pascaoperasi. Analisis klasifikasi indeks massa bebas lemak praoperasi yang rendah meningkatkan risiko kejadian POGD (OR 2,84; 95% CI 1,13-7,16). Analisis lanjutan dengan regresi linier menunjukkan serum albumin praoperasi dan durasi operasi menjadi faktor yang paling berkorelasi dengan skor I-FEED serta asupan protein dan karbohidrat berkorelasi dengan lama rawat pascaoperasi. Kesimpulan: Tidak ditemukan korelasi bermakna antara indeks massa bebas lemak praoperasi dengan POGD menggunakan skor I-FEED dan lama rawat inap pasien pascalaparotomi elektif.

Background: Postoperative gastrointestinal tract dysfunction (POGD) is a complication that increases morbidity and length of stay. Malnutrition often occurs in the perioperative period. Fat-free mass index is one of the assessments for identifying patients with malnutrition that caused complication. This study aims to assess the association between preoperative fat-free mass index and POGD using the Intake-Feeling Nauseated, Emesis, Exam, Duration (I-FEED) score and postoperative length of stay in elective laparotomy patients. Methods: This cross-sectional study was conducted on 92 subjects aged 18-64 years at Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital who underwent elective laparotomy from March to May 2023. The fat-free mass index was measured using a multi-frequency bioelectrical impedance analysis (BIA) SECA mBCA-525. The POGD assessment was based on the American Society for Enchanced Recovery and Perioperative Quality Initiative Joint Consensus Statement using the I-FEED score. The length of stay assessment calculated with postoperative length of hospitalization and medical record. Univariate, bivariate, and multivariate analyses were performed in this study. Results: The average of patient’s fat-free mass index was 16.5  2,3 kg/m2 and found 29.3% of subjects in low category. 41.3% of subjects developed POGD, and median length of postoperative hospital stay was 4 (2-17) days. There was no statistically significant correlation between preoperative fat-free mass index and POGD using I-FEED score and postoperative length of hospital stay. Classification analysis of low preoperative fat-free mass index increased the risk of POGD (OR 2.84; 95% CI 1.13-7.16). Further analysis using linear logistic for other confounding factors revealed that preoperative serum albumin and duration of surgery were the most correlated factors in I-FEED score. Protein and carbohydrate intake were correlated with postoperative length of hospital stay. Conclusion: There is no correlation between preoperative fat-free mass index and POGD using I-FFEED score and length of stay after elective laparotomy."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Vania Roswenda
"Pengaruh obesitas terhadap morbiditas dan mortalitas pasien kritis masih kontroversial. Tingginya massa lemak pada pasien obesitas menyebabkan disregulasi sistem imun, peningkatan risiko kadiovaskular, gangguan penyembuhan luka, dan perubahan farmakokinetik antimikroba. Walau demikian, banyak studi menunjukkan pasien yang dirawat di ruang rawat intensif (intensive care unit - ICU) dengan obesitas memiliki kelangsungan hidup yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang memiliki indeks massa tubuh (IMT) 18,5 – 24,9 kg/m2. Fenomena ini disebut paradoks obesitas. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat hubungan obesitas berdasarkan IMT dengan lama rawat dan kejadian infeksi nosokomial di ICU. Penelitian ini menggunakan desain kohort prospektif dengan subjek pasien kritis yang di rawat di ICU Dewasa RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Pasien dilakukan pemeriksaan antropometri kemudian IMT dihitung dan dikelompokan menjadi kelompok tidak obes dan obes berdasarkan kriteria IMT Asia-Pasifik. Pemantauan pasien dilakukan setiap hari untuk mengambil data lama rawat dan diagnosis infeksi nosokomial dari rekam medis. Dari 79 subjek, sebagian besar (65%) berjenis kelamin perempuan dengan median usia 46 tahun. Sebagian besar subjek masuk ICU pasca pembedahan (89%) dan skor qSOFA 1 (52%). Sebagian besar pasien (92%) keluar dari ICU untuk stepdown ke ruang rawat biasa dan sebanyak 8% pasien meninggal dunia. Sebanyak 5% dari seluruh subjek mengalami infeksi nosokomial berupa ventilator associated pneumonia (VAP). Tidak terdapat hubungan antara infeksi nosokomial dengan status gizi (OR (IK 95%): 1,03 (0,1-14,85)). Tidak ada perbedaan lama rawat di ICU antara pasien obesitas dibandingkan dengan pasien yang tidak obesitas (P = 0,663).Pengaruh obesitas terhadap morbiditas dan mortalitas pasien kritis masih kontroversial. Tingginya massa lemak pada pasien obesitas menyebabkan disregulasi sistem imun, peningkatan risiko kadiovaskular, gangguan penyembuhan luka, dan perubahan farmakokinetik antimikroba. Walau demikian, banyak studi menunjukkan pasien yang dirawat di ruang rawat intensif (intensive care unit - ICU) dengan obesitas memiliki kelangsungan hidup yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang memiliki indeks massa tubuh (IMT) 18,5 – 24,9 kg/m2. Fenomena ini disebut paradoks obesitas. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat hubungan obesitas berdasarkan IMT dengan lama rawat dan kejadian infeksi nosokomial di ICU. Penelitian ini menggunakan desain kohort prospektif dengan subjek pasien kritis yang di rawat di ICU Dewasa RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Pasien dilakukan pemeriksaan antropometri kemudian IMT dihitung dan dikelompokan menjadi kelompok tidak obes dan obes berdasarkan kriteria IMT Asia-Pasifik. Pemantauan pasien dilakukan setiap hari untuk mengambil data lama rawat dan diagnosis infeksi nosokomial dari rekam medis. Dari 79 subjek, sebagian besar (65%) berjenis kelamin perempuan dengan median usia 46 tahun. Sebagian besar subjek masuk ICU pasca pembedahan (89%) dan skor qSOFA 1 (52%). Sebagian besar pasien (92%) keluar dari ICU untuk stepdown ke ruang rawat biasa dan sebanyak 8% pasien meninggal dunia. Sebanyak 5% dari seluruh subjek mengalami infeksi nosokomial berupa ventilator associated pneumonia (VAP). Tidak terdapat hubungan antara infeksi nosokomial dengan status gizi (OR (IK 95%): 1,03 (0,1-14,85)). Tidak ada perbedaan lama rawat di ICU antara pasien obesitas dibandingkan dengan pasien yang tidak obesitas (P = 0,663).Pengaruh obesitas terhadap morbiditas dan mortalitas pasien kritis masih kontroversial. Tingginya massa lemak pada pasien obesitas menyebabkan disregulasi sistem imun, peningkatan risiko kadiovaskular, gangguan penyembuhan luka, dan perubahan farmakokinetik antimikroba. Walau demikian, banyak studi menunjukkan pasien yang dirawat di ruang rawat intensif (intensive care unit - ICU) dengan obesitas memiliki kelangsungan hidup yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang memiliki indeks massa tubuh (IMT) 18,5 – 24,9 kg/m2. Fenomena ini disebut paradoks obesitas. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat hubungan obesitas berdasarkan IMT dengan lama rawat dan kejadian infeksi nosokomial di ICU. Penelitian ini menggunakan desain kohort prospektif dengan subjek pasien kritis yang di rawat di ICU Dewasa RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Pasien dilakukan pemeriksaan antropometri kemudian IMT dihitung dan dikelompokan menjadi kelompok tidak obes dan obes berdasarkan kriteria IMT Asia-Pasifik. Pemantauan pasien dilakukan setiap hari untuk mengambil data lama rawat dan diagnosis infeksi nosokomial dari rekam medis. Dari 79 subjek, sebagian besar (65%) berjenis kelamin perempuan dengan median usia 46 tahun. Sebagian besar subjek masuk ICU pasca pembedahan (89%) dan skor qSOFA 1 (52%). Sebagian besar pasien (92%) keluar dari ICU untuk stepdown ke ruang rawat biasa dan sebanyak 8% pasien meninggal dunia. Sebanyak 5% dari seluruh subjek mengalami infeksi nosokomial berupa ventilator associated pneumonia (VAP). Tidak terdapat hubungan antara infeksi nosokomial dengan status gizi (OR (IK 95%): 1,03 (0,1-14,85)). Tidak ada perbedaan lama rawat di ICU antara pasien obesitas dibandingkan dengan pasien yang tidak obesitas (P = 0,663).

There are still many controversies regarding the impact of obesity on morbidity and mortality of the critically ill patient. Immune dysregulation, increased cardiovascular risk, impaired wound healing and changes antimicrobial pharmacokinetics can all be attributed to increased fat mass in obese individuals. Even so, numerous studies show increased survival of obese critically ill patiens compared to normal BMI. This phenomenon is known as the obesity paradox. This study aims to see the relationship between obesity with ICU Length of Stay and nosocomial infection in critically ill patient of RSUPN Cipto Mangunkusumo. Subjects’ anthropometric measurements were taken and then grouped into obese or normal BMI group based on Asia-Pacific BMI classification. Length of stay and diagnosis of nosocomial infection were recorded during daily follow up while the subjects were still admitted in the ICU. There is a total of 79 subjects, mostly female (65%) with median age of 46 years. Most patients were admitted to the ICU following surgery (89%) with a qSOFA score of 1 (52%). 92% of patients stepdown from the ICU with the remaining 8% died. 5% of patients had nosocomial infection, all of them being ventilator associate pneumonia. There is no significant relationship between rate of nosocomial infection and obesity status (OR (95% CI): 1,03 (0,1-14,85)). The median length of stay for both subject groups is 2 days. There is no difference in ICU length of stay between obese patients and normal BMI (p=0,663)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Henny Kusumawati
"Kanker merupakan stress yang dapat mempengaruhi kehidupan individu secara luas dan dapat menimbulkan berbagai peruhahan dalam kehidupannya secara holistik (bio, psiko, sosio, dan spiritual). Pada klien dengan kanker akan dihadapkan dengan berbagai situasi yang penuh tekanan (stressful) meliputi banyak kehilangan fungsi tubuh, nyeri, mutilsi, isolasi sosial, ketidakpastian tentang masa depan, takut akan mati dan kematian, kehilangan kontrol terhadap diri dan berbagai aspek kehidupan sehari-hari. Stressor tersebut dapat menimbulkan reaksi kecemasan dan bahkan marah.Untuk mempertahankan keseimbangan dirinya, maka individu perlu beradaptasi terhadap stress yang dihadapinya. Adaptasi tersebut diwujudkan dengan mekanisme (strategi) koping.
Mekanisme koping yang digunakan oleh tiap individu sangat bervariasi, pada klien dengan kanker yang berbeda akan menimbulkan tuntutan koping yang berbeda pula. Wacana inilah yang mendorong untuk dilakukannya penelitian dengan judul "Mekanisme koping yang sering digunakan oleh klien dengan kanker servik yang menjalani pengobatan dan perawatan di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta".
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 18 satnpai 22 Desember 2001 menggunakan desain deskriptif sederhana yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang mekanisme koping yang sering digunakan oleh klien dengan kanker servik. Alat pengumpul data yang digunakan adalah kuesioner / angket yang diberikan pada 30 responden yang sesuai dengan kriteria. Proses analisa data dilakukan dengan penghitungan skor terhadap delapan mekanisme koping, kemudian dianalisa dengan mencari nilai mean, data disajikan dalam bentuk tabel dengan membuat kesimpulan umum.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mekanisme koping yang sering digunakan oleh klien dengan kanker servik mempunyai nilai mean yang sangat bervariasi, namun dapat disimpulkan bahwa mekanisme koping yang sering digunakan oleh klien dengan kanker servik adalah mekanisme koping yang tidak / kurang efektif dengan nilai mean total berkisar antara 2,3 (mencari rasional) sampai dengan 3,91 (penerimaan yang pasif). Koping bersifat individual, holistik dan dinamik.
Untuk menghadapi situasi yang stressful banyak faktor yang mempengaruhi terutama adalah persepsi individu terhadap situasi yang dihadapinya, sehingga berpengaruh pula terhadap mekanisme koping yang digunakan (efektif / tidak efektif). Demikian juga mekanisme koping yang digunakan klien dengan kanker, pernilihan mekanisme koping sangat tergantung pada karakteristik individual dari individu dan situasi. Untuk itu penelitian ini tidaklah berhenti sampai disini, maka untuk pengembangan terhadap penelitian ini agar dapat dilakukan lebih lanjut dengan skala yang lebih besar atau dilakukan penelitian lebih lanjut dengan memperhatikan hasil-hasil penelitian ini, sehingga diharapkan dapat mendukung perbaikan pelayanan keperawatan dimasa datang."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2002
TA5239
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fadhli Mahri
"ABSTRACT
Transplantasi ginjal masih menjadi terapi pilihan pada penyakit gagal ginjal stadium akhir. Lama rawat inap (Length of Stay/LOS) adalah penanda alternatif dari morbiditas perioperatif pasien yang berkaitan dengan hasil pembedahan jangka panjang. Penilaian prabedah dapat digunakan untuk memaksimalkan kualitas pemulihan. Salah satu penilaian prabedah adalah Charlson Comorbidity Index (CCI) yang secara umum dinilai baik dalam memprediksi mortalitas, disabilitas, readmisi, dan LOS. CCI belum menjadi standar alat penilaian prabedah di RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo. Penelitian dilakukan dengan metode kohort retrospektif menggunakan rekam medik resipien transplantasi ginjal antara Januari 2015-Desember 2017. Analisis bivariat dilakukan antara LOS dengan skor total CCI dan antara LOS dengan kondisi-kondisi komorbid dalam CCI. Variabel yang signifikan dimasukan ke dalam analisis multivariat. Berdasarkan hasil analisis bivariat dan multivariat, skor total CCI dan kondisi-kondisi komorbid dalam CCI tidak memengaruhi LOS secara signifikan. Kesimpulannya, sistem skor CCI tidak dapat digunakan dalam menentukan kejadian LOS berkepanjangan pascatransplantasi ginjal.

ABSTRACT
Kidney transplantation is still the treatment of choice in end-stage renal failure. Length of stay (LOS) is an alternative marker of the patient's perioperative morbidity associated with long-term surgical results. Preoperative assessment can be used to maximize the quality of recovery. One of the preoperative assessments is the Charlson Comorbidity Index (CCI) which is generally considered good in predicting mortality, disability, readmission, and LOS. CCI has not become a standard pre-assessment assessment tool at RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. The study was conducted using a retrospective cohort method using a kidney transplant recipient medical record between January 2015-December 2017. Bivariate analysis was performed between LOS with a total CCI score and between LOS with comorbid conditions in CCI. Significant variables were included in the multivariate analysis. Based on the results of bivariate and multivariate analyzes, total CCI scores and comorbid conditions in CCI did not significantly affect LOS. In conclusion, the CCI scoring system cannot be used to determine the incidence of prolonged LOS after kidney transplantation."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amalia Lystiana Dewi
"Latar Belakang: Infeksi odontogenik dapat disebabkan karies, penyakit periodontal, trauma dan pulpitis. Anamnesa, pemeriksaan klinis dan pemeriksaan penunjang perlu dilakukan. Salah satu sistem penilain untuk pemeriksaan fisik yang dapat digunakan yaitu flynn severity score. Pemeriksaan fisik pada pasien infeksi odontogenik tidak dapat dijadikan prediksi untuk pertimbangan lama rawat inap dan tingkat keparahan sehingga pemeriksaan laboratorium diperlukan. Pemeriksaan NLR (neutrophil to lymphocyte ratio) dapat digunakan sebagai penanda infeksi yang mudah dihitung serta dapat membantu memprediksi lama rawat inap dan tingkat keparahan pasien infeksi odontogenik.
Tujuan: Menganalisa hubungan NLR (neutrophil to lymphocyte ratio) dan Flynn Severity Score terhadap tingkat keparahan serta lama rawat inap pada pasien infeksi odontogenik maksilofasial di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo selama periode Januari 2019- Desember 2023
Metode Penelitian: Cross sectional restrospektif dengan data sekunder sampel rekam medis pasien infeksi odontogenik RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo periode Januari 2019-Desember 2023 dikumpulkan dan didapatkan 94 sampel. Setiap sampel diidentifikasi jenis kelamin, usia, kondisi sistemik, tingkat keparahan, waktu drainase, NLR, dan lama rawat inap. Uji hipotesis korelatif dilakukan dengan uji Spearman dan uji komparasi dengan Uji Fisher z.
Hasil Penelitian: Secara keseluruhan terdapat hubungan nilai NLR dan flynn severty score terhadap tingkat keparahan dan lama rawat inap (p = 0,001). ]Terdapat hubungan yang bermakna antara NLR terhadap tindakan drainase yang dilakukan < 48 jam dan > 48 jam (p = 0,001).
Kesimpulan: Nilai NLR dibandingkan dengan nilai flynn severity score memiliki hasil yang setara untuk menilai tingkat keparahan dan lama rawat inap pada pasien infeksi odontogenik maksilofasial (p= 0,68).

Background: Odontogenic infections may caused by caries, periodontal disease, trauma and pulpitis. Anamnesis, clinical, radiological and laboratory examinations are important medical procedure. One of the scoring systems for physical examination that can be used is the Flynn severity score. Physical examination alone cannot be used as a prediction for consideration of length of hospitalization and severity so laboratory tests are needed. Neutrophil to Lymphocyte Ratio (NLR) examination can be used as a marker of infection that is easy to calculate and can help to predict the length of hospitalization and severity rate of odontogenic infection patients.
Objective: To analyze the correlation of NLR and Flynn Severity Score towards severity rate and length of hospitalization on maxillofacial odontogenic infection patients at Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital, January 2019-December 2023. Methods: Cross sectional restrospective with secondary data of medical record samples of odontogenic infection patients at Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital during January 2019-December 2023 were gathered, with 94 samples were obtained. Each sample was identified by gender, age, systemic conditions, severity, drainage time, NLR, and length of hospitalization. Correlative hypothesis test was performed with Spearman test and comparative test with Fisher z test.
Results: Overall, there was a correalation between NLR and flynn severity score on severity rate and length of hospitalization (p= 0,001). There was correlation between NLR and drainage which was performed < 48 and > 48 hours p= 0,001. Conclusion: NLR score compared to flynn severity score had equivalent results for assessing the severity and length of hospitalization on maxillofacial odontogenic infection patients (p= 0,68).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Eva Rista Machdalena
"Lansia seringkali mengalami imobilisasi, terutama lansia yang mengalami perawatan di rumah sakit. Konsekuensi negative dari imobilisasi yang menjalani perawatan di rumah sakit adalah penuruanan dalam melakukan aktivitas, dan memperburuk kondisi kognitifnya. penelitian dengan menggunakan desain cross sectional dangan purposive sampel dengan dengan melibatkan 61 responden lansia. Hasil penelitian didapatkan hubungan yang bermakna antara status mobilisasi dengan status fungsional. Status mobilisasi dan status nutrisi juga berperan besar mempengaruhi status fungsional individu lansia. Oleh karena itu, diperlukan adanya diagnosis dini terhadap status mobilisasi dan status nutrisi untuk mencegah menurunnya kemampuan status fungsional lansia sehingga kualitas hidup lansia selama dirawat di rumah sakit meningkat. Selain itu, tersusunnya program mobilisasi secara teratur dan simultan akan meningkatkan kemampuan fungsional lansia selama dirawat di rumah sakit.

The elderly are frequently immobilized, especially the elderly who experience hospitalization. The negative consequences of immobilization during hospitalization are a decrease in activity, and a decrease in cognitive condition. The study used a cross-sectional design with a purposive sample by involving 61 elderly respondents. The results showed a significant relationship between mobilization status and functional status. Mobilization status and nutritional status also have a major role in influencing the functional status of elderly individuals. Based on this, early diagnosis of mobilization status and nutritional status is needed to prevent the decline in the ability of the functional status of the elderly so that the quality of life of the elderly during hospitalization increases. In summary, the establishment of a regular and simultaneous mobilization program will improve the functional ability of the elderly during hospitalization."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulia Fatima Bessing
"Latar belakang: Kecemasan adalah salah satu gejala yang umum ditemui pada pasien geriatri yang menjalani rawat inap. Di sisi lain, kurangnya pergerakan merupakan kondisi yang juga sering ditemukan pada pasien geriatri. Hal ini dapat diatasi dengan latihan fisik dan mindfulness pada pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan latihan fisik berbasis Tai Chi yang kemudian disebut dengan Protokol Mindfulness dalam Gerak (PMG) untuk mengatasi gejala cemas pada pasien geriatri yang dirawat inap.
Metode: Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Sebanyak 3 pasien mengikuti penelitian ini.
Hasil: Terdapat 3 pasien yang mengikuti penelitian ini dengan gangguan penyesuaian dengan gejala cemas. Pada ketiga pasien didapati bahwa PMG menurunkan skala nyeri, memperbaiki gangguan tidur, mengurangi sesak nafas dan meningkatkan motivasi pasien dalam mobilisasi dan aktivitas, selain itu, ditemukan juga bahwa PMG dapat menurunkan gejala cemas pada pasien.
Kesimpulan: Protokol PMG secara aman dapat menurunkan gejala cemas pada pasien geriatri dengan gejala cemas yang menjalani rawat inap.

Background: Anxiety is one of the symptoms commonly found in hospitalized geriatric patients. On the other hand, lack of movement is a condition that is also often found in geriatric patients. This can be overcome by physical exercise and mindfulness. The aim of this study is to develop a Tai Chi-based physical exercise which is then called the Mindfulness in Motion Protocol (Protokol Minfulness dalam Gerak/PMG) to treat anxiety symptoms in hospitalized geriatric patients.
Methods: This research was conducted using a qualitative method with a case study approach. A total of 3 patients participated in this study.
Results: There were 3 patients who participated in this study with adjustment disorders with anxiety symptoms. In the three patients, it was found that PMG reduced pain scale, improved sleep disturbances, reduced shortness of breath and increased patient motivation in mobilization and activities. In addition, it was also found that PMG could reduce anxiety symptoms in patients.
Conclusion: The PMG protocol can safely reduce anxiety symptoms in hospitalized geriatric patients with anxiety symptoms.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Anggreni Wiyono
"Memanjangnya lama rawat pra bedah pada pasien bedah secara umum dan pasien bedah tumor secara khusus merupakan masalah inefisiensi bagi rumah sakit. Di samping itu bagi pasien memanjangnya lama rawat ini menyebabkan bertambahnya biaya yang harus dikeluarkan sehingga kepuasan terhadap rumah sakit akan berkurang. Masalah ini melatarbelakangi penulis melakukan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang yang berpengaruh terhadap lama rawat pra bedah pasien tumor tersebut.
Penelitian dilakukan pada sampel .yang terdiri dari 71 kasus pasien bedah tumor yang dirawat di IRNA A kelas 3 pads bulan Januari sampai pertengahan Februari dan bulan Juni 1996. Pada seluruh sampel dilakukan operasi di Instalasi Bedah Pusat RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitis dengan desain "cross sectional". Data sekunder diarnbil dari data rekam medis yang terdapat di IRNA A sebelum pasien dipulangkan. Selain itu juga dilakukan pengecekan di IBP pada saat pasien dioperasi.
Variabel bebas yang diteliti ialah kondisi medis pasien, jenis tindakan yang direncanakan, pemeriksaan penunjang yang dilaksanakan, keterlibatan dengan sub bagian lain, dan penundaan operasi. Variabel terikat ialah larva rawat pra bedah, yang terdiri dari 2 bagian, yaitu lama persiapan operasi dan lama menunggu jadwal operasi.
Hasil yang diperoleh pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
Rata-rata lama rawat pra bedah pada keseluruhan sampel ialah 19,28 hari. Pada pasien dengan kondisi 1 tindakan medis berat ialah 24,92 hari, sedangkan pada pasien dengan kondisi 1 tindakan medis sedang ialah 11,47 hari.
Kesimpulan utama yang diperoleh adalah sebagai berikut :
1. Terdapat 4 faktor yang berhubungan dengan lama rawat pra bedah pada pasien secara keseluruhan , yaitu kondisi medis, jenis tindakan, keterlibatan sub bagian lain.
2. Faktor yang tidak berpengaruh terhadap lama rawat pra bedah pada keseluruhan sampel ialah pemeriksaan penunjang.
Saran yang diajukan oleh peneliti adalah sebagai berikut :
1. Membuat suatu alur pasien dari poliklinik bedah tumor sampai ke Instalasi Bedah Pusat, di mana pasien baru dapat dimasukkan ke IRNA A jika operasi sudah teijadwal. Pada keadaan ini tempat tidur di IRNA A sudah disiapkan. Alur ini diutamakan untuk pasien dengaan kondisi sedang, atau pasien yang tidak terlalu kompleks (dipakai pola dari SMF THT dan SMF Bedah Anak sebagai model).
2. Mengadakan upaya untuk menambah efisiensi dan utilisasi di Instalasi Bedah Pusat dengan mengacu pada hasil penelitian Duta Liana, 1966 dengan judul Analisis Faktor Faktor yang Berhubungan dengan Keterlambatan atau Pembatalan Operasi di Instalasi Bedah Pusat Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo.

Efficiency is one of the most important parts in hospital management. Pre operative length of stay is a specific indicator for hospital efficiency. The increasing of length of stay causes the increasing cost which has to be born by patients and dissatisfaction among them.
This study was performed to 71 cases in hospitalized tumor patients to be operated in the third class of IRNA A in Cipto Mangunkusumo Hospital, from January until the middle of February and June 1996. This is a descriptive analytic study with the cross sectional design and based on the secondary data from the medical records in IRNA A wards after the surgeries.
The independent variables are : 1) The condition of the patients. 2) The type of the surgeries which are planned by the surgeons. 3) The waiting periods for the results of the laboratory tests or the waiting list for X ray tests in Radiology Department. 4) The consultations to other divisions. 5) Delayed or cancelled of the surgery. The dependent variables are the pre operative length of stay which is divided into 2 components, preparations time and waiting time for the surgeries.
The results of this study are: I) The average of pre operative length stay for all cases are 19.28 days. In the severe conditions are 24.92 days and in moderate cases 10.6 days.
The conclusions of the study are: There are relationships between condition of the patients, type of the surgeries, consultation to other divisions and delayed or cancelled of the surgeries. There is no relationship between waiting of the results of the laboratory tests or waiting lists for the radiology tests and pre operative length of stay.
The writer suggest that 1) The admission management has to be improved Surgeons should make the operation schedules in surgery room before patients are hospitalized. 2) Efficiency and utilization of the surgery department have to be increased, especially the delayed of the surgeries which caused by surgeries team not being on time (based on study of Liana, 1966)
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1996
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>