Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 195259 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ernis Oktaviani
"Optimasi dan validasi metode derivatisasi pra-kolom menggunakan KCKT fase terbalik telah ditemukan untuk analisis asam traneksamat dalam krim pemutih. Asam traneksamat adalah obat antifibrinolitik, namun di pasaran asam traneksamat 2% dapat digunakan sebagai pemutih kulit Asam traneksamat tidak memiliki gugus kromofor, sehingga memerlukan proses derivatisasi untuk meningkatkan sensitivitas deteksinya. Pada penelitian ini, derivatisasi dilakukan dengan menggunakan larutan ninhidrin 1% dalam metanol untuk membentuk produk berwarna Ruhemann’s Purple. Kondisi analisis optimum menggunakan C18 sebagai fase diam, metanol – 20 mM dapar asetat pH 4 (75:25) sebagai fase gerak dengan laju alir 0,8 mL/menit, dan detektor UV-Vis dengan panjang gelombang 570 nm. Waktu retensi rata-rata yang dihasilkan dari derivat asam traneksamat adalah 5,413 menit. Hasil kurva kalibrasi menunjukkan garis linear dengan nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,9993 dalam rentang konsentrasi 8 – 48 μg/mL. Nilai perolehan kembali berada dalam rentang 99,26% – 101,77%. Nilai batas deteksi dan batas kuantitasi yang diperoleh secara berturut-turut adalah 1,87 μg/mL dan 6,25 μg/mL. Penelitian ini telah memenuhi persyaratan validasi dan terbukti dapat diaplikasikan untuk analisis asam traneksamat dalam krim pemutih dengan metode derivatisasi yang sederhana dan biaya yang ekonomis.

Optimization and validation of the pre-column derivatization method using reverse phase KCKT was found for the analysis of tranexamic acid in whitening creams. Tranexamic acid is an antifibrinolytic drug, but in the market 2% tranexamic acid can be used as whitening agent. Tranexamic acid does not have a chromophore group, so it requires a derivatization process to increase its detection sensitivity. In this study, derivatization was carried out by 1% ninhydrin solution in methanol to form a colored Ruhemann's Purple product. The optimum analysis condition was using C18 as a stationary phase, methanol – 20 mM acetate buffer pH 4 (75:25) as a mobile phase with a flow rate of 0,8 mL/minute, and a UV-Vis detector with a wavelength of 570 nm. The. The average retention time produced from the derivatives of tranexamic acid is 5.413 minutes. The average retention time of tranexamic acid derivative in this method was 5,413 minutes. The results of the calibration curves were linear with a correlation coefficient (r) of 0,9993 at a concentration ranging from of 8 to 48 μg/mL. Recovery was between 99,26% - 101,77%. Limit of detection and quantification were 1,87 μg/mL and 6,25 μg/mL. This study had met the validation requirements and proved to be applicable for the analysis of tranexamic acid in whitening cream with a simple derivatization method and economical costs."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nahla Shihab
"ABSTRAK
Latar belakang: Melasma merupakan kelainan pigmentasi yang menyebabkan gangguan kosmetik serta berdampak negatif pada kualitas hidup, kesehatan emosi, dan interaksi sosial. Terdapat berbagai modalitas terapi melasma, namun efektivitas dan keamanan masing-masing terapi masih belum memuaskan. Asam traneksamat diketahui memiliki kemampuan menghambat inflamasi, faktor pertumbuhan melanosit, dan aktivitas tirosinase, sehingga dapat berperan dalam terapi melasma. Belum pernah dilakukan penelitian mengenai efektivitas asam traneksamat oral sebagai terapi melasma di Indonesia. Tujuan: Menilai efektivitas asam traneksamat oral dalam kombinasi terapi topikal pada tata laksana melasma.Metode: Uji klinis acak terkontrol tersamar ganda. Lima puluh subjek penelitian dibagi menjadi dua kelompok, satu kelompok mendapatkan intervensi terapi topikal melasma berupa krim hidrokuinon 4 dan tabir surya SPF 30 ditambah asam traneksamat oral, sedangkan kelompok lainnya mendapatkan terapi topikal melasma dan kapsul plasebo selama 3 bulan. Evaluasi dilakukan dengan menggunakan skor MASI modifikasi dan mexameter.Hasil: Nilai efektivitas kombinasi asam traneksamat dengan terapi topikal hidrokuinon dan tabir surya terhadap perbaikan klinis berdasarkan skor MASI dan mexameter berturut-turut sebesar 72 dan 52 sedangkan terapi topikal saja sebesar 4 dan 0 . Simpulan: Kombinasi asam traneksamat oral 500 mg dengan terapi topikal hidrokuinon 4 lebih efektif dibandingkan dengan terapi topikal saja untuk perbaikan klinis melasma.

ABSTRACT
Melasma is a pigmentary disorder that cause not only cosmetic impairment but also gives negative impact in the quality of life, emotional health and social interaction. There are different theurapeutic modalities for melasma, but none of those have the best satisfactory effectivity and safety yet. Tranexamic acid is known to have the abitily to inhibit inflamation, melanocyte growth factor, and tyrosinase activation, thus may have a role in the treatment of melasma. Until recently, there is no study about the effectiveness of oral tranexamic acid as a treatment of melasma in Indonesia. Objective To assess the effectiveness of oral tranexamic acid in combination with topical therapy in the treatment of melasma.Methods A double blinded controlled randomized clinical trial. Fifty subjects were divided into two groups, one group received a topical therapy of 4 hydroquinone and sunscreen SPF 30 with oral tranexamic acid, while the other group received topical therapy with placebo capsules for three months. Evaluation is done by using a modified MASI score and mexameter.Results The effectiveness of oral tranexamic acid in combination with topical hydroquinone and sunscreen for melasma clinical improvement based on the modified MASI score and mexameter respectively are 78 and 52 , whereas the topical therapy alone are 4 and 0 . Conclusion Combination of oral tranexamic acid 500 mg with topical 4 hydroquinone is more effective than topical therapy alone for clinical improvement of melasma. "
2017
T55685
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jihan Yasmina
"Krim pemutih adalah kosmetik yang mengandung bahan-bahan dengan sifat yang dapat memudarkan bintik-bintik hitam atau coklat pada kulit atau hiperpigmentasi. Asam traneksamat adalah salah satu agenpigmentasi antihipperadangan yang potensial yang bekerja melalui penghambatan plasmin. Asam traneksamat digunakan dalam formulasi kosmetik pada konsentrasi 2,5% sebagai pemutih dan pelembab. Penelitian tentang analisis asam traneksamat baik dalam kosmetik maupun produk farmasi lainnya dengan kromatografi cair kinerja tinggi (HPLC) sampai sekarang belum dilakukan secara langsung (tanpa derivatisasi). Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk memperoleh metode analisis sederhana dan cepat asam traneksamat (tanpa derivatisasi) dalam sampel kosmetik krim menggunakan kromatografi cair kinerja tinggi (HPLC) fase terbalik menggunakan air sebagai pelarut. Kondisi analisis

ABSTRACT
Whitening creams are cosmetics that contain ingredients with properties that can fade black or brown spots on the skin or hyperpigmentation. Tranexamic acid is one of the potential anti-inflammatory pigmentation agents that works by inhibiting plasmin. Tranexamic acid is used in cosmetic formulations at a concentration of 2.5% as a whitener and moisturizer. Research on the analysis of tranexamic acid in cosmetics and other pharmaceutical products with high performance liquid chromatography (HPLC) has not been carried out so far (without derivatization). Therefore, this study aims to obtain a simple and fast method of analysis of tranexamic acid (without derivatization) in cream cosmetic samples using reverse phase high-performance liquid chromatography (HPLC) using water as a solvent. Optimal analysis conditions used are UV detectors at a wavelength of 210 nm and Acetonitrile - Aquabidest - Phosphoric Acid (64: 34: 2) as a mobile phase and a flow rate of 0.8 mL / minute, the retention time of the analyte is obtained in the 2nd minute. Analytical methods that meet the validation requirements include accuracy, precision, linearity, selectivity, limit of detection, and limit of quantitation. This method has been proven to be applied for the analysis of Tranexamic Acid levels in samples with a concentration of 1.02%."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Zamilatul Azkiyah
"ABSTRAK
Intrakranial hemoragik merupakan suatu kondisi yang mengancam jiwa yang membutuhkan penanganan secara intensif. Intrakranial hemoragik dapat bersifat spontan dan dapat disebabkan oleh malformasi pembuluh darah, trauma atau karena penggunaan obat antikoagulan. Tujuan dari penelitian ini adalah menilai efektivitas penggunaan asam traneksamat dan vitamin K terhadap nilai PT dan APTT pada pasien intrakranial hemoragik. Studi ini menggunakan desain kohort retrospektif, data diambil dari rekam medis pasien di instalasi rekam medis RSUP Fatmawati Jakarta pada Januari 2013 - Desember 2015. Kelompok pertama adalah pasien yang menerima asam traneksamat tunggal dan kelompok kedua adalah pasien yang menerima asam traneksamat dan vitamin K. Sejumlah 125 rekam medis dimasukkan kedalam kriteria inklusi. Analisis statistik menggunakan uji chisquare dan regresi logistik. Pasien yang menggunakan asam traneksamat 2,5 kali berpeluang memendekkan nilai APTT dan 1,2 kali berpeluang memendekkan nilai PT. Pasien yang menggunakan asam traneksamat dan vitamin K 2,7 kali berpeluang memendekkan nilai APTT dan 1,6 kali berpeluang memendekkan nilai PT. Penggunaan asam traneksamat berpeluang menyebabkan terjadinya pemendekan nilai APTT 6 kali setelah dikontrol oleh variabel rentang waktu pengukuran. Penggunaan asam traneksamat dan vitamin k berpeluang menyebabkan terjadinya pemendekan nilai APTT 7,5 kali setelah dikontrol oleh penyakit penyerta.

ABSTRACT
Intracranial hemorrhage is a life threatening condition, the outcome of which can be improved by intensive care. Intracranial hemorrhage may be spontaneous, precipitated by an underlying vascular malformation, induced by trauma, or related to therapeutic anticoagulation. The purpose of this study was to determine the PT and APTT scores in patient with intracranial hemorrhage that received tranexamic acid and vitamin K. This study used observational with cohort retrospective design. The research was conducted in the Installation Medical Records, data takes from patient rsquo s medical records admitted to RSUP Fatmawati Jakarta in January 2013 until Desember 2015.First group is patient who received tranexamic acid alone and the second group is patient who received tranexamic acid and vitamin K. A total of 125 medical records were included in the inclusion criteria. The statistical analysis of the chi square test showed that patient used tranexamic acid shorten the APTT scores 2,5 times and shorten the PT scores 1,2 times. Patients used tranexamic acid and vitamin K shorten the APTT scores 2,7 and 1,6 times. The use of tranexamic acid shorten the APTT scores 6 times after being controlled by the measurement times. The use of tranexamic acid and vitamin k cause shorten APTT scores 7.5 times after being controlled by the comorbidities."
2017
T49695
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ikhsan
"Asam valproat merupakan salah satu obat antiepilepsi yang sering digunakan yang memiliki banyak efek samping sehingga perlu dilakukan pengukuran kadarnya dalam plasma. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan metode analisis asam valproat tanpa derivatisasi dalam plasma mulai dari kondisi kromatografi optimum, metode preparasi plasma optimum, validasi metode analisis, hingga aplikasi metode analisis tervalidasi. Kondisi kromatografi optimum adalah kolom C-8 Symmetry® (5 µm; 150 x 3,9 mm), suhu kolom 45oC; fase gerak dapar natrium dihidrogen fosfat 40 mM pH 3,5 – asetonitril (56 : 44 %v/v); laju alir 1,00 mL/menit; detektor photodiode array pada panjang gelombang 210 nm; dan asam nonanoat sebagai baku dalam. Metode preparasi optimum adalah metode ekstraksi cair-cair menggunakan asam fosfat dan n-heksana diekstraksi dengan 150 µL trietilamin 0,5%; pengocokan dengan vorteks selama 2 menit; dan pemutaran dengan sentrifugasi selama 10 menit. Hasil validasi terhadap metode analisis asam valproat yang dilakukan memenuhi persyaratan validasi berdasarkan EMEA Bioanalytical Guideline tahun 2011. Metode yang diperoleh linear pada rentang konsentrasi 2,0 – 200,0 µg/mL dengan r > 0,9992. Metode analisis yang valid ini berhasil diaplikasikan terhadap satu orang subjek sehat yang diberikan sediaan kaplet lepas lambat yang mengandung 500 mg asam valproat.

Valproic acid is one of mostly used antiepileptic drug which has many side effects, therefore it is highly recommended to determine its plasma concentration. The aim of the research was to develop an analytical method of valproic acid without derivatization in human plasma from optimal chromatographic condition, optimal sample preparation, analytical method validation, until its application. The optimal chromatographic condition was obtained using : C-8 Symmetry® column (5 µm; 150 x 3,9 mm), temperature 45oC; the mobile phase contains buffer sodium dihydrogen phosphate 40 mM pH 3.5 – acetonitrile (56 : 44 %v/v); flow rate was 1.00 mL/min; which was detected by photodiode array detector at wavelength of 210 nm; and nonanoic acid as internal standard. The optimal sample preparation was carried out by liquid-liquid extraction method using phosphoric acid and n-hexane extracted using 150 µL triethylamine 0.5%; vortex-mixing for 2 minutes; and centrifugation for 10 minutes. The results of validation fulfilled the acceptance criteria of validation method based on EMEA Bioanalytical Guideline 2011. The method was linear at concentration range of 2.0 – 200.0 µg/mL with r > 0.9992. Validated method analysis was applied to determine valproic acid concentration in one healthy volunteer after oral administration of 500 mg valproic acid extended release caplet.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2015
S60123
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Teguh Rahayu
"Asam valproat adalah satu dari banyak obat yang digunakan sebagai antiepilepsi dan memiliki banyak efek samping, sehingga direkomendasikan untuk menentukan konsentrasinya di dalam plasma. Penelitian ini bertujuan untuk memvalidasi metode analisis asam valproat setelah diderivatisasi dengan 2,4-dibromoasetofenon di dalam plasma in-vitro dan in-vivo, menggunakan kromatografi cair kinerja tinggi- Photo Diode Array. Asam valproat dan asam nonanoat sebagai baku dalam diekstraksi dari plasma dengan etil asetat. Supernatan yang diperoleh dinetralkan dan diuapkan, kemudian residu kering direkonstitusi dengan larutan penderivatkatalis dalam asetonitril kemudian diderivatisasi pada suhu 75ºC selama 25 menit. Pemisahan dilakukan menggunakan kolom C18 Sunfire ® (250 mm x 4,6, 5 µm) dengan elusi isokratik menggunakan fase gerak asetonitril-air (73 :27). Pengukuran dilakukan pada panjang gelombang 294 nm dengan kecepatan alir 1,5 mL/menit. Metode ini valid berdasarkan hasil LOQ 4,75 µg/mL, perolehan kembali relatif konsentrasi rendah, sedang dan tinggi berturut-turut 100,67%, 99,78%, dan 93,16%. Koefisien variasi intra dan inter day dan persen penyimpangan (SD) dari metode ini masuk dalam kriteria penerimaan, yaitu dibawah ± 15%. Kurva kalibrasi linier dalam plasma in-vitro (Y = 0,0123 + 0,0085X) pada konsentrasi 4,75-237,75 µg/mL dengan nilai r = 0,9999. Metode yang dihasilkan dapat diaplikasikan untuk menetapkan kadar asam valproat dalam plasma setelah pemberian secara oral tablet natrium divalproat 500 mg.

Valproic acid is one of mostly used antiepileptic drug which have side effects, so it is highly recommended to evaluate its plasma concentration The aim of the research was to validate a method for the determination valproic acid in plasma in-vitro and in-vivo after derivatization with 2,4-dibromasetofenon using high performance liquid chromatography-photo diode array. Valproic acid and internal standard nonanoic acid were extracted from plasma sample with ethyl acetate. Then supernatan was neutralizatied and evaporated. dried residue reconsituted in derivatecatalyst solution then derivatized at 75ºC for 25 minutes. The resulting derivatives were separated on a Sunfire C18 (250 mm x 4.6, 5 µm) reverse phase column with acetonitrile-water (73:27) as mobile phase , were detected at 294 nm and analysis were run at flow rate 1.5 mL/minute. The calibration curve in plasma in-vitro ( Y =0.0123 + 0.0085 x ) presented good linier (r = 0.9999) between 4.75-237.75 µg/mL with LLOQ 4.75 µg/mL. The mean of relative recovery at low concentration, middle concentration and high concentration are 100.67%, 99.78%, and 93.16 %, respectively. Intra- and inter- day coefficient of variation and percent error value of the assay method were all acceptable range ± 15%. The presented method was might be applied to the determine of the valproic acid concentration in plasma after oral administration of 500 mg sodium divalproate."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadhilah Amalina Putri Joni
"Jamu merupakan obat tradisional Indonesia yang telah dimanfaatkan masyarakat sejak dahulu. Beberapa orang menyalahgunakan jamu dengan cara menambahkan bahan kimia obat untuk meningkatkan efek terapi. Penggunaan bahan kimia obat pada jamu melanggar hukum yang ada serta berbahaya bagi masyarakat. Salah satu jamu yang sering ditambahkan bahan kimia obat adalah jamu rematik, dengan penambahan obat golongan anti inflamasi. Pada penelitian ini dilakukan validasi metode analisis dari Metampiron, Asam Mefenamat, dan Parasetamol di dalam jamu rematik menggunakan KLT Densitometri. Jamu yang telah diekstraksi dengan etanol dianalisis menggunakan KLT Densitometri dengan fase gerak toluen-etanol 6:4 . Batas deteksi dan kuantitasi metampiron, asam mefenamat, dan parasetamol berturut-turut 46,39 g/mL, 154,66 g/mL; 43,29 g/mL, 144,29 g/mL; dan 30,92 g/mL, 103,08 g/mL. Dari sepuluh sampel yang diperiksa, lima diantaranya positif mengandung parasetamol dengan kadar sampel WT 4,96 ,GS 3,98 , AK 5,95 , KJ 4,62 , dan MN 27,91.

Jamu is a traditional medicine in Indonesia that has been used for centuries to maintain a good health. Some people add chemical drug into jamu to improve the therapeutic effect. This is a violation of the law and maybe harmful to health. Jamu for rheumatoid arthritis are often found contain added anti inflamatory drug. This study aims to validate analytical method of Methampyrone, Mefenamic Acid, and Paracetamol in jamu for rheumatoid arthritis by TLC Densitometry. The sample jamu was extracted ethanol is analyzed with TLC densitometry using toluene ethanol 6 4 as the mobile phase. This method was fulfilled the validation with limit of detection and limit of quantitation respectively for methampyrone, mefenamic acid, and paracetamol are 46.39 g mL, 154.66 g mL 43.29 g mL, 144.29 g mL and 30.92 g mL 103.08 g mL. Out of ten samples analyzed, five of them contained paracetamol at a concentration of WT 4.96 ,GS 3.98 , AK 5.95 , KJ 4.62 , and MN 27.91."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
S68362
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nazila Anjani
"Asetosal ASA merupakan salah satu obat yang sering digunakan dalam terapi antiplatelet. Asetosal cepat terhidrolisis menjadi asam salisilat AS dan mempunyai kadar yang sangat rendah di dalam plasma sehingga perlu dikembangkan metode analisis yang sensitif dan selektif. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan metode analisis ASA dan AS dalam sampel plasma, mulai dari kondisi kromatografi optimum, metode preparasi sampel optimum, dan validasi metode bioanalisis. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kromatografi Cair Kinerja Tinggi fase terbalik dengan detektor UV-Vis menggunakan kolom C18 Waters, Reliant trade; 5 m; 250 x 4,6 mm. Kondisi kromatografi optimum yang diperoleh dari penelitian ini adalah dengan menggunakan fase gerak asetonitril ndash; dapar fosfat 20 mM pH 2,5 35 : 65 ; laju alir 1,0 mL/menit; suhu kolom 35 C; deteksi pada panjang gelombang 230 nm; waktu analisis selama 14 menit; dan furosemid sebagai baku dalam. Preparasi sampel menggunakan metode pengendapan protein menggunakan asam perklorat 15 dengan kombinasi ekstraksi cair-cair menggunakan etil asetat. Hasil validasi terhadap metode analisis ASA dan AS yang dilakukan memenuhi persyaratan validasi berdasarkan EMEA pada tahun 2011. Metode yang diperoleh linear pada rentang konsentrasi 0,05 ndash; 1,5 g/mL dengan nilai r = 0,9980 untuk asetosal dan rentang konsentrasi 0,2-5,0 g/mL dengan nilai r = 0,9997 untuk asam salisilat.

Acetosal ASA is one of the drugs used in antiplatelet therapy. Acetosal is rapidly hydrolyzed to salicylic acid SA and has very low levels in plasma that a sensitive and selective analysis method needs to be developed. This study aims to develop an analytical method of ASA and SA in plasma starting from optimum chromatography condition, optimum sample preparation method, and bioanalytical method validation. The method used in this study is Reversed Phase High Performance Liquid Chromatography with UV Vis detector using C18 column Waters, Reliant trade 5 m 250 x 4.6 mm. The optimum chromatographic conditions in this study were obtained using acetonitril ndash phosphate buffer 20 mM pH 2.5 35 65 as mobile phase flow rate was 1.0 mL min column temperature was 35 C which was detected at wavelength of 230 nm time of analysis was 14 minutes and furosemide as internal standard. The optimum preparation method was done by protein precipitaion method using 15 percloric acid in combination with liquid liquid extraction method using ethyl acetate. The validation result of ASA and SA analytical method fulfilled the validation requirement of EMEA Bioanalytical Guideline in the year 2011. The method obtained linear at concentration range of 0.05-1.5 g mL with r 0.9980 for acetosal and concentration range of 0.2-5.0 g mL with r 0.9997 for salicylic acid.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erita Lusianti
"ABSTRAK
Asam azelat merupakan salah satu zat yang memiliki efek anti jerawat dan pencerah kulit akan tetapi dilarang terdapat pada produk kosmetik berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan nomor 18 tentang Persyaratan Teknis Bahan Kosmetika tahun 2015 lampiran V. Asam azelat sebagai obat jerawat dalam penggunaannya harus dengan resep dokter dan umumnya digunakan pada konsentrasi 20 di dalam formulasi krim dan 15 di dalam gel. Penggunaan asam azelat pada konsentrasi rendah di dalam produk kosmetik tidak direkomendasikan karena asam azelat tidak menunjukkan efektifitas jika konsentrasinya di bawah 10 dan penggunaan antibiotik dosis rendah dapat menimbulkan resistensi. Aplikasi konsentrasi yang lebih tinggi dari 10 dianggap sebagai penggunaan pada medis. Metode standar penentuan asam azelat baik dalam kadar tinggi maupun kadar rendah belum ada, tapi umumnya digunakan metode KCKT untuk penentuan asam azelat dalam kadar besar. Pada penelitian ini dilakukan modifikasi metode analisis asam lemak standar AOAC Internasional serta validasi metode analisa agar metode tersebut dapat diaplikasikan di laboratorium. Metode analisis melibatkan pemanasan sediaan krim yang telah dilarutkan dengan metanol dan ditambahkan katalis BF3-metanol 10 , dilanjutkan dengan ekstraksi dan analisis dengan GCMS. Berdasarkan hasil validasi metode diperoleh kurva kalibrasi yang cukup linier dengan nilai korelatif 0,9997. Metode ini juga cukup sensitif dengan batas deteksi 1,02 g/mL, presisi yang cukup baik dengan simpangan baku relatif RSD antara 0,63 ndash; 0,96 serta hasil yang cukup akurat yang mana persentase perolehan kembali sebesar 99,85 pada rentang 98,27 ndash; 100,72 . Hasil yang baik ini menunjukkan bahwa metode dapat digunakan sebagai metode analisis untuk pengujian di laboratorium.
ABSTRACT
Azelaic acid is one of the substances that has anti acne and skin lightening effects but prohibited on cosmetics products based on the Regulation of the Head of the National Agency of Drug and Food Control BPOM No. 18 of 2015 on the Technical Requirements of Cosmetics Ingredients Annex V. Azelaic acid as an acne medicine in use should be by prescription and is generally used at a concentration of 20 in a cream formulation and 15 in the gel. The use of azelaic acid at low concentrations in cosmetic products is not recommended because azelaic acid is not shown to be effective if the concentration is below 10 and the use of low dose antibiotics can lead to resistance. While the use of above 10 is categorized as a medical treatment. The standard method of determining of azelaic acid both in high and low levels does not yet exist, but used the HPLC method to determine a large amount of azelaic acid. In this research, the fatty acid standard analysis method of AOAC International was modified and validated to be used in the laboratory. The method of analysis involves heating the cream preparations dissolved with methanol and then added BF3 methanol catalyst, followed by extraction and analysis using GCMS. The validation of method shows that the calibration curve is linear with correlative value of 0.9997. The method is fairly sensitive with 1.02 g mL detection limit, and fairly precision with relative standard deviation RSD of between 0.63 0.96 and fairly accurate which the recovery percentage is 99.85 at range 98.27 100.72 . In sum the results demonstrate that the method can be used as a routine analysis method for laboratory testing."
2018
T49236
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>