Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 58408 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sarah Himmah Fathoni
"Penelitian ini membahas tentang salah satu simbol dalam budaya Jawa. Fokus penelitian ini adalah simbol burung perkutut yang merupakan simbol kesejahteraan bagi masyarakat Jawa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggali dan menjelaskan hubungan perkutut sebagai simbol kesejahteraan yang dipercaya/diyakini oleh masyarakat Jawa dalam etika Jawa. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada kepercayaan yang kuat terhadap burung (khususnya burung perkutut) sebagai simbol kesejahteraan dalam budaya masyarakat Jawa. Melalui plot cerita yang tersurat dalam teks Soegih Ora Simpen (wacan bocah lan wong tuwa) menjelaskan tentang moral perilaku manusia kaya. Kaya yang dimaksud tidak hanya kaya harta berupa uang, dan benda-benda lainnya akan tetapi dapat juga kaya hatinya. Dalam teks tersebut burung perkutut melambangkan kesejahteraan jiwa seseorang, dilihat dari cara seseorang memelihara burung perkutut. Burung perkutut merupakan simbol kesejahteraan dan kematangan seorang pria Jawa sesuai dengan kepercayaan yang dianut dalam budaya Jawa. Melalui akar budaya tentang simbol burung perkutut dari kepercayaan orang Jawa yang pakem tersebut, burung perkutut memiliki makna yang besar untuk masyarakat Jawa. Penulis berusaha menjelaskan bahwa burung perkutut ini meskipun termasuk hewan yang kecil namun hewan ini mampu memberikan kekayaan kepada pemiliknya tanpa harus meminta imbalan.

This study discusses one of the symbols in Javanese culture. The focus of this research is the symbol of burung perkutut which is a symbol of welfare for the Javanese people. The purpose of this study is to explore and explain the relationship of burung perkutut as a symbol of well-being that believed by Javanese people in Javanese ethics. This study used qualitative research methods. The results showed that there was a strong belief in birds (burung perkutut) as a symbol of well-being in Javanese culture. Through the story plot written in the text Soegih Ora Simpen (wacan bocah lan wong tuwa) describes the moral behavior of rich people. Rich meant not only rich in money, and other objects, but it can also be rich in heart. In the text burung perkutut symbolizes the well-being of ones soul, judging by the way one keeps burung perkutut. Burung perkutut is a symbol of the well-being and maturity of a Javanese man according to the beliefs held in Javanese culture. Through the cultural roots of the symbol of burung perkutut from the familiar Javanese belief, burung perkutut has a great meaning for the Javanese community. The author tries to explain that burung perkutut even though it is a small animal but this animal is able to provide wealth to its owner without having to ask for compensation."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Linus Suryadi Agustinus, 1951-1999
Jakarta: Pustaka Jaya, 1986
808.81 LIN p (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Zainab Ummu Hasanah
"Makanan memiliki keterkaitan yang erat dengan komunikasi dan kebudayaan. Melalui sebuah makanan tradisional kita dapat mengetahui berbagai hal seperti cita rasa khas serta kondisi geografi daerah asal makanan tersebut. Namun, melalui makanan kita juga dapat mengetahui budaya, nilai, tradisi, serta kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat dari daerah makanan itu berasal. Tteok sebagai makanan khas Korea Selatan merupakan salah satu jenis makanan yang dapat memberikan informasi tentang kebudayaan serta nilai-nilai dalam masyarakat Korea. Tteok sebagai jenis makanan mengandung berbagai makna dan pesan tentang perasaan seseorang. Kebahagiaan, kesedihan, amarah, dan kepuasan merupakan ungkapan dari nilai yang ada dalam masyarakat Korea, yakni jeong. Penelitian ini disusun untuk menjelaskan nilai dan budaya dalam kehidupan sosial budaya masyarakat Korea dalam sebuah Tteok. Penelitian ini ditulis dengan metode studi pustaka dan membahas peran tteok dalam komunikasi, serta keterkaitannya dengan nilai jeong dalam masyarakat Korea. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa tteok dapat menjadi simbol jeong dalam komunikasi masyarakat Korea.
Food has a close relation with culture and communication. Through a traditional food, we can know the unique taste and geographic condition of the area where the food came from. However, through a food we can also get the information about culture, value, tradition, and customs of the society.Tteokis a type of Korean traditional food which can tell us the information about Korean culture and values in their society.Tteokas type of foodhasmeaning and message about one`s feelings.Happiness, sadness, anger, and pleasure in Korean traditional value are known as jeong. This paper aims to know the culture and value within Korean sociocultural society through atteok. This paper is written with a literature study method and discuss the role of tteokin communication, as well as its relevance to the value of jeong in Korean society. Based on the result of this analysis, it was found tha ttteok can be seen as a symbol of jeong in Korean`s communication."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Simatupang, Iwan, 1928-1970
Jakarta: Dunia Pustaka, 1975
808.3 SIM k (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Holmes, Derek
Jakarta: Puslitbang Biologi LIPI, 1999
598.059 82 HOL bt
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Eviati Suhaimi
"Ditinjau dari penggunaan sudut pandang yang dipergunakan pengarang dalam sejarah kesusastraan Indonesia, tampak adanya perubahan sejak awal kemunculan novel-novel dalam sastra Indonesia hingga saat ini. penggunaan sudut pandang yang dipergunakan pengarang Y.B. Mangunwijaya dalam novel Burung-burung Manyar merupakan salah satu oontoh perubahan penggunaan sudut pandang yang menunjuk ke masa kini.
Novel ini menarik untuk diteliti karena sudut pandang berganti-ganti yang digunakan pengarang dalam novel tersebut. Skripsi ini bertujuan untuk meneliti peran sudut pandang bagi keberhasilan Burung-Burung Manyar sebagai sebuah karya sastra. Sebagai penelitian awal mengenai sudut pandang yang masih sangat jarang dilakukan orang, dapatlah kiranya skripsi ini dipandang sebagai umpan para peminat sastra untuk meneliti masalah sudut pandang lebih jauh lagi"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Liana Rindi Antika
"ABSTRAK
Artikel ini meneliti tentang pakaian tradisional Jepang yaitu corak Kimono, khususnya yang digunakan oleh wanita. Tujuan artikel ini adalah untuk lebih mengetahui corak kimono wanita dewasa Jepang dan memahami bahwa sifat naturalis orang Jepang tercermin dari corak yang digambarkan pada kimono. Artikel ini ditulis berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan data-data kualitatif yang diperoleh melalui studi pustaka dan penelitian dengan metode deskriptif. Penelitian ini menggunakan konsep semiotika, segitiga makna. Hasil yang diperoleh menunjukan adanya berbagai jenis kimono yang dikenakan wanita Jepang, seperti Furisode, Kurotomesode, Irotomesode, Homongi, dan Yukata. Corak pada kimono wanita dewasa sering digambarkan dengan keindahan alam Jepang yaitu bunga krisan dan burung bangau. Dengan demikian kimono berperan sebagai tanda yang merepresentasikan makna corak tersebut dengan melambangkan kebahagiaan dan keberuntungan bagi pengguna tanda tersebut.

ABSTRACT
This article examines the traditional Japanese attire the pattern of Kimono, especially used by women. The purpose of this article is to determine patterns of adult women Japanese kimono and understand that the nature of the Japanese naturalist reflected in the pattern illustrated in kimono. This article was written based on the results of studies using qualitative data obtained through literature and research with descriptive methods. This study uses the concept of semiotics, triangle meaning. The results obtained showed the presence of various types of kimono worn in Japanese women, such as Furisode, Kurotomesode, Irotomesode, h mongi, and Yukata. Kimono pattern on adult women are often depicted with the natural beauty of Japan 39 s chrysanthemums and crane. Thus kimono serves as a sign that represents the pattern of meaning by symbolizing happiness and lucky for the user of the mark."
Fakultas Ilmu Pengatahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
MK-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Doni Arinova
"Keris bukan hanya menjadi sebuah senjata tradisional namun keris merupakan simbol yang memiliki makna lebih dalam. Dalam skripsi ini interpretasi simbol menjadi sebuah kajian yang paling penting dan pada penelitian terbatas dalam keris Jawa. Keris merupakan simbol yang merepresentasikan konsep kesadaran yang dibangun bedasarkan pemahaman manusia Jawa. Dalam hal ini gerak dinamika perubahan zaman maka pemahaman juga akan mempengaruhi kesadaran dalam pemahaman mengenai interpretasi simbol. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa keris merupakan simbol yang berdasarkan reperesentasi kesadaran manusia Jawa.

Keris not only became traditional dagger but can be a symbol wih a deep meaning. In this script an interpretation symbol became research material and limited in javanese keris. Keris was build from concept of javanese people to representation of their mind. In this research a dynamic movement has influence for interpretation meaning of the symbol . The results of this research describe keris have a symbol based on representation of Javanese Consciousness."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S54898
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mackinnon, John Ramsay
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1993
R 598.095982 MAC p
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>