Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 115715 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Annisaa Hasna Khalishah
"Dalam masyarakat patriarki, pria diharapkan untuk menekan kesedihan mereka guna terhindar dari terlihat rentan. Penggambaran laki-laki yang kuat muncul dalam berbagai film, dan salah satunya adalah Manchester by the Sea (2016). Film ini menggambarkan perjuangan Lee Chandler, tokoh utama pria, dalam menghadapi kematian anak-anaknya. Tulisan ini berpendapat bahwa, pertama, ketidakmampuan Lee Chandler untuk mengatasi kesedihannya menunjukkan bahwa laki-laki cenderung mengekspresikan kesedihan dengan cara maskulin seperti yang diteliti oleh Kenneth dan Doka. Kedua, ekspresi kesedihan Lee Chandler menantang stereotip cara berduka laki-laki, dan, terakhir, kesedihannya, pada kenyataannya, berakar dari harapan masyarakat Barat. Dengan menganalisis perilaku karakter, dialog, dan unsur-unsur sinematik film, artikel ini bertujuan untuk menunjukkan hubungan antara kesedihan dan gender yang digambarkan dalam film ini. Temuan ini menunjukkan bahwa kesedihan pria yang digambarkan dalam film ini adalah ambigu, di mana ia memanifestasikan kesedihannya baik secara stereotip tetapi juga tidak stereotip.

In a patriarchal society, men are expected to suppress their sadness to avoid showing vulnerability. This depiction of strong men appears in different movies, and one of those
movies is Manchester by the Sea (2016). It portrays the struggle of Lee Chandler, the main male protagonist, in dealing with the death of his children. This paper argues that, firstly, Lee Chandlers inability to overcome grief shows that men are likely to express grief in masculine way as investigated by Kenneth and Doka. Secondly, Lee Chandlers grief expressions
challenge the stereotype of male grief, and, lastly, his grief is, in fact, rooted from Western society expectations. By analyzing the characters behavior, dialogue, and the movies cinematic elements, this article aims to show the correlation between grief and gender represented in this movie. The findings show that the male grief as depicted in this movie are ambiguous, in which it manifests in both stereotypical but also non- stereotypical ways.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nurun Nabillah
"Percakapan antara seseorang atau lebih merupakan hal yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Implikatur atau pengimplikasian sebuah kalimat berkaitan dalam penyampaian pesan yang dilakukan oleh seseorang. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis implikatur percakapan dan prinsip kerja sama dalam film Solino dengan menggunakan teori implikatur percakapan dari Paul Grice. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan studi pustaka. Selain itu, penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan atau pelanggaran dalam prinsip kerja sama. Berdasarkan delapan percakapan antara orang tua dan anak dalam film Solino, terdapat pelanggaran prinsip kerja sama, sehingga komunikasi tidak berjalan dengan baik.

Conversation between people is something that frequently happens in everyday life. Implicature or the implication of a sentence relates on how a message is being delivered by someone. This research aims to analyze conversational implicature and the cooperative principle in Solino, a film by Fatih Akin using Paul Grice s theory. The method used in this research is qualitative approach with literature review. In addition, this research also aims to see the differences or violations in the cooperative principle. According to eight conversations between parents and their children in Solino, there are eight violations of Cooperative Principle, therefore the communication between the two of them didnt go well."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Nanda Ayu Widyawati
"Dalam era globalisasi ini, identitas menjadi sesuatu yang penting. West Is West 2010 oleh Ayub Khan-Din sebagai corpus penelitian ini menawarkan cara unik dalam merepresentasikan isu identitas dalam film ini. Dengan memusatkan penelitian pada karakter Sajid sebagai remaja Inggris-Pakistan yang selalu merasa tidak cocok dengan budaya Pakistan datang ke negara itu untuk pertama kalinya, studi ini pertama membahas konsep Positioning dan Being Positioned serta Being and Becoming oleh Stuart Hall dalam teori Identitas Budaya yang dikaitkan dengan film.
Dengan menganalisa elemen film seperti dialog, adegan, dan kostum, disimpulkan bahwa karakter mengalami perubahan identitas. Tulisan ini menunjukkan bahwa West Is West memperlihatkan identitas budaya sebagai sebuah proses berkelanjutan dari relasi satu budaya dengan budaya lainnya.

In this globalization era, identity becomes something important. West is West 2010 by Ayub Khan Din as the corpus of this study offers unique ways in representing the issue of identity in this movie. By focusing on the character of Sajid as a British Pakistani boy who is unaccustomed to Pakistani culture comes to the county for the first time, this study first discusses the concepts 'Positioning and Being Positioned' as well as 'Being and Becoming' by Stuart Hall in relation to the issue of cultural identity in the movie.
By analyzing the elements of movie, such as dialogue, scene, and costume, this article concludes that the character experiences changes in identity. It shows that West is West exemplifies cultural identity as an ongoing process of the relation between one culture and other cultures."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Febrina Maharani
"The Fits 2015 adalah film drama remaja tentang seorang anak perempuan berumur 11 tahun bernama Toni yang mencoba mencari jati dirinya di antara dua kelompok gender, yaitu kelompok tinju dan kelompok tari. Selama proses pencarian identitas dirinya, anak-anak perempuan di kelompok tari tiba-tiba mengalami kejang dan tidak dapat mengontrol tubuhnya. Gejala ini disebut sebagai penyakit fit. Artikel ini akan menggunakan konsep konstruksi gender oleh Joan W. Scott yang kemudian akan membuktikan proses konstruksi identitas gender yang dialami Toni melalui perilaku, penampilan, dan ketakutannya terhadap penyakit fit. Secara mendalam, pembahasan dalam artikel ini akan menunjukkan bahwa Toni memilih femininitas sebagai identitas gendernya yang dominan sebagaimana hal itu dipengaruhi oleh dominasi dari saudara kandung laki-lakinya dan pengaruh dari teman kelompoknya melalui ikatan persaudaraan perempuan sisterhood.

The Fits 2015 is an adolescence drama movie telling a story about an 11 year old girl named Toni who tries to find her identity in two gendered groups mdash boxing and dancing groups. Among challenges and threats that she faces in finding her footage, the girls in the group succumb to a sudden illness called a fit. Using Joan W. Scott's framework of gender construction, this article attempts to dismantle the construction of Toni's gender identity through her changing attitude, physical attribute, and her fear of the fit. Specifically, this article argues that Toni embraces femininity as her dominant gender identity mainly affected by her brother's domination and sisterhood bound from her girlfriends."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
McLaughlin, Eugene
Aldershot: Avebury, 1994
363.2 MCL c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Nadhila Nasya Iskandar
"Panti asuhan biasanya dikaitkan dengan anak-anak yang terlantar dan tidak dirawat oleh orangtuanya dengan baik. Artikel ini akan membahas bagaimana panti asuhan menjadi agen perubahan habitus anak dalam film animasi Ma vie de Courgette (2016). Untuk menjawab pertanyaan tersebut, artikel ini menggunakan konsep film dari Joe Boggs dan Dennis Petrie (2018) dan struktur fungsional dari Algirdas Julien Greimas (2016). Setelah itu, konsep habitus dari Pierre Bourdieu (1977) akan dipakai untuk mendalami aspek perubahan anak-anak tersebut. Dari analisis naratif dan sinematografi, ditemukan bahwa alur, aspek visual, dan aspek sonor menunjukkan perubahan yang lebih positif dari hubungan anak-anak di panti asuhan. Dengan memfokuskan narasi seputar anak-anak, film ini memberikan kacamata baru tentang kehidupan anak-anak yang fokus pada hal-hal kecil. Lingkungan yang saling mendukung dan rasa senasib sepenanggungan anak-anak panti asuhan menumbuhkan rasa kekeluargaan dan membangun hubungan yang erat di antara mereka. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa budaya sehat yang dibentuk di panti asuhan sangat berpengaruh terhadap perubahan habitus anak. Kegiatan terstruktur, pendampingan, dan pendidikan yang layak didapatkan seorang anak dapat membantu membentuk habitus baru yang menghasilkan perilaku yang lebih sehat dan positif. Penelitian ini memberikan pandangan yang berbeda dari stereotip umum terkait panti asuhan dengan menyajikan perspektif yang berbeda terhadap panti asuhan sebagai institusi bagi anak-anak tanpa keluarga. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa panti asuhan yang berfungsi dengan baik dapat memainkan peran penting dalam membentuk hubungan anak-anak tersebut dan mempengaruhi perubahan positif dalam habitus mereka. Penelitian ini dapat berguna sebagai evaluasi peran panti asuhan yang efektif dalam membina perkembangan sosial dan psikologis anak-anak yatim piatu, serta mendorong potensi transformatif dari intitusi ini.

Orphanages are usually associated with children who are neglected and not properly cared for by their parents. This article will discuss how the orphanage becomes an agent for changing children's habitus in the animated film Ma vie de Courgette (2016). To answer this question, this article uses the film concept from Joe Boggs and Dennis Petrie (2018) and the functional structure from Algirdas Julien Greimas (2016). After that, the concept of habitus from Pierre Bourdieu (1977) will be used to explore aspects of these children's changes. From the narrative and cinematography analysis, it was found that the plot, visual aspects and sonor aspects showed more positive changes in the relationships between children in the orphanage. By focusing on children, this film’s narrative provides a new perspective on children's lives that focuses on the small things. A mutually supportive environment and a sense of shared fate among the orphans fosters a sense of kinship and builds a close relationship between them. This research also shows that the healthy culture formed in the orphanage has a big influence on changes in children's habitus. Structured activities, assistance and education that a child deserves can help form a new habitus that produces healthier and positive behavior. This research provides a different view from the general stereotypes regarding orphanages by presenting a different perspective on orphanages as shelters for neglected children. The results of this study suggest that a well-functioning orphanage can play an important role in shaping these children's relationships and influencing positive changes in their habitus. This research can be useful as an evaluation of the effective role of orphanages in fostering the social and psychological development of orphaned children, as well as encouraging the transformative potential of this institution."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Phelps, Guy
London: Victor Gollanez, 1975
791.43 Phe f
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Phelps, Guy
London: Victor Gollanez, 1975
791.43 Phe f
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Adinda Endramari
"Selain sebagai hiburan, film juga beperan sebagai media yang merepresentasikan dan menyebarkan ideologi. Penelitian ini akan fokus membahas Hacksaw Ridge (2016) sebagai representasi film aksi peperang Hollywood yang menawarkan penggambaran baru maskulinitas hegemoni, khususnya pada lingkungan militer. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode strukturalis, khususnya teori semiotika Barthes, analisis karakterisasi berdasarkan teori Boggs dan Petrie, serta studi pustaka lebih lanjut terkait maskulinitas hegemoni. Penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan (1) bagaimana film Hacksaw Ridge memanfaatkan beberapa aspek sinematik, seperti teknik pengambilan gambar dan pemilihan aktor, untuk menggambarkan maskulinitas hegemoni dan (2) bagaimana karakter utama film, Desmond Doss, memberikan perspektif baru terhadap apa yang dianggap maskulin.

Other than a part of entertainment, a movie is also a suitable medium to represent and disperse ideology. This research will focus on highlighting Hacksaw Ridge (2016) as a representation of a war movie that offers a fresh portrayal of hegemonic military masculinity. The methods used will be the structuralist approach, specifically Barthes’s theory of semiotics, characterization analysis based on Boggs and Petrie, and further library research related to hegemonic masculinity. This research is expected to make a point on (1) how the movie uses several cinematic aspects, including camera work and choice of actors or casting, to portray hegemonic masculinity and (2) how the main character, Desmond Doss, gives a new perspective on what is considered masculinity."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Irawanto
Yogyakarta: Media Pressindo, 1999
791.43 Ira f
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>