Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 169254 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sabrina Nur Amalia
"Penggunaan doxorubicin pada pasien kanker payudara digunakan sebagai terapi tambahan dan akan dimetabolisme menjadi metabolit utama, yaitu doxorubicinol. Menurut beberapa penelitian yang telah dilakukan, doxorubicinol yang terakumulasi dalam tubuh manusia dapat meningkatkan risiko kelainan jantung atau memiliki efek kardiotoksik. Polimorfisme dalam karbonil-1-reduktase (CBR1) dapat mempengaruhi kadar doxorubicinol dalam tubuh. Dalam studi ini, analisis doxorubicin hidroklorida dan doxorubicinol dalam sampel Dried Blood Spot (DBS) dari 25 pasien kanker payudara yang menerima doxorubicin dalam rejimen terapeutik mereka telah dilakukan untuk memantau efek toksisitas doxorubicinol. Sampel DBS diekstraksi dengan metode presipitasi protein dan dianalisis menggunakan Ultra Performance Liquid Chromatography tandem Mass Spectrometry (UPLC-MS/MS). Deteksi massa dilakukan dengan mode ESI (+) tipe Multiple Reaction Monitoring (MRM) dengan nilai m/z 544,22> 397,06 untuk doxorubicin m/z 546.22> 363.05 untuk doxorubicinol dan m/z 180.03> 135.16 untuk hexamethylphosphoramide. Metode ini linier dalam kisaran konsentrasi 10-200 ng/mL untuk doxorubicin dan 4-100 ng/mL untuk doxorubicinol. Hasil analisis pada 25 pasien kanker payudara menunjukkan bahwa kadar doxorubicin berada pada kisaran 11,01 ng/mL hingga 93,75 ng/mL dan doxorubicinol adalah 5,80 ng/mL hingga 58,57 ng/mL. Dosis kumulatif semua pasien berada dalam kisaran 49,11 mg/m2 hingga 303,70 mg/m2 yang memiliki tingkat kejadian kardiomiopati <4% (tingkat kejadian kardiomiopati adalah 4% pada 500 hingga 550 mg/m2, 18% pada 551 hingga 600 mg/m2 m2, dan 36% pada> 600 mg/m2).

The use of doxorubicin in breast cancer patients is used as additional therapy and will be metabolized into the main metabolite, namely doxorubicinol. According to several studies that have been done, doxorubicinol which accumulates in the human body can increase the risk of heart abnormalities or have a cardiotoxic effect. Polymorphisms in carbonyl-1-reductase (CBR1) can affect doxorubicinol levels in the body. In this study, analysis of doxorubicin hydrochloride and doxorubicinol in Dried Blood Spot (DBS) samples from 25 breast cancer patients who received doxorubicin in their therapeutic regimen was carried out to monitor the doxorubicinol toxicity effect. DBS samples were extracted by the protein precipitation method and analyzed using Ultra Performance Liquid Chromatography tandem Mass Spectrometry (UPLC-MS/MS). Mass detection is done by ESI (+) type Multiple Reaction Monitoring (MRM) mode with a value of m/z 544.22> 397.06 for doxorubicin; m/z 546.22> 363.05 for doxorubicinol and m/z 180.03> 135.16 for hexamethylphosphoramide. This method is linear in the concentration range of 10-200 ng/mL for doxorubicin and 4-100 ng/mL for doxorubicinol. Analysis of 25 breast cancer patients showed that doxorubicin levels were in the range of 11.01 ng/mL to 93.75 ng/mL and doxorubicinol was 5.80 ng/mL to 58.57 ng/mL. The cumulative doses of all patients are in the range of 49.11 mg/m2 to 303.70 mg/m2 which have a cardiomyopathy rate <4% (cardiomyopathy incidence rate is 4% at 500 to 550 mg/m2, 18% at 551 to 600 mg/m2 m2, and 36% at> 600 mg/m2).
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aldhi Anarta
"Doksorubisin merupakan obat antikanker golongan antrasklin yang digunakan sebagai lini pertama pengobatan kanker payudara. Doksorubisin akan dimetabolisme dalam tubuh membentuk doksorubisinol sebagai metabolit utama. Berdasarkan penelitian yang ada,  akumulasi doksorubisinol dalam tubuh dapat menimbulkan kardiotoksisitas. Oleh sebab itu, diperlukan suatu metode analisis yang mampu mengukur kadar doksorubisin dan doksorubisinol di dalam darah. Sejauh ini metode analisis yang telah dikembangkan masih menggunakan sampel plasma yang pengambilannya bersifat invasif. Dewasa ini, telah dikembangkan suatu metode biosampling baru yaitu  dried blood spot dengan berbagai kelebihan yaitu tidak invasif, lebih mudah dilaksanakan, dan kestabilan sampel yang lebih bak. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh kondisi metode analisis doksorubisin dan doksorubisinol secara simultan dalam dried blood spot yang optimum dan tervalidasi menggunakan heksametilfosforamid sebagai baku dalam. Preparasi sampel menggunakan pengendapan protein dengan air dan metanol. Pemisahan dilakukan secara kromatografi fase terbalik menggunakan kolom Acquityâ UPLC BEH C18 (2,1 × 100 mm; 1,7 μm), dengan laju alir 0,15 mL/menit, dan elusi gradien menggunakan fase gerak asam asetat 0,1% dan asetonitril selama 7 menit. Analisis kuantitatif analit dilakukan menggunakan spektrometri massa triple quadrupole dengan electrospray ionization (ESI) mode ion positif. Nilai multiple reaction monitoring (MRM) diatur pada m/z 544,22>397,06 untuk doksorubisin; m/z 546,22>363,05 untuk doksorubisinol; dan m/z 180,03>135,16 untuk heksametilfosforamid. Rentang konsentrasi diperoleh sebesar 10–200 ng/mL untuk doksorubisin dan 4–100 ng/mL untuk doksorubisinol. Metode ini telah berhasil memenuhi persyaratan validasi yang mengacu pada EMEA (2011) dan FDA (2018).

Doxorubicin is an antracycline anticancer drug which is used as the first line therapy of breast cancer. Doxorubicin will be metabolized to the main metabolite named doxorubicinol. According to some studies, doxorubicinol that accumulates in human body could increase the risk of  cardiotoxicity. Therefore, an analysis method is needed to determine doksorubicin and doxorubicinol concentration. Nowadays, there is one biosampling technique known as dried blood spot (DBS) which is being developed because some advantages of this technique such as less invasive, easier procedure, and better stability. This study aims to develop validated analysis method of doxorubicin hydrochloride and coxorubicinol simultaneously in dried blood spot with hexamethylphosphoramide as the internal stanndard. Sample preparation  was performed by protein precipitation using water and methanol. The separation was performed on UPLC Class BEH C18 Acquityâ UPLC BEH C18 (2.1 × 100 mm; 1.7 μm), with 0.15 mL/menit flow rate and using acetic acid 0.1% and acetonitrile as mobile phase in gradient elution for 7 minutes. Quantification analysis was performed by a triple quadrupole mass spectrometry with electrospray ionization (ESI) in positive ion mode. The multiple reaction monitoring (MRM) was set at m/z 544.22 > 397.06 for doxorubicin hydrochloride; m/z 546.22>361.05 for doxorubicinol; and m/z 180.03>135.16 for  hexamethylphosporamide. Concentration range acquired is 10–200 ng/mL for doxorubicin and 4–100 ng/mL for doxorubicinol. This method successfully fulfilled validation requirement refers to EMEA (2011) and FDA (2018)"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Puspitasari Ardiningsih
"Doksorubisin adalah antibiotik golongan antrasiklin yang digunakan sebagai agen antikanker. Doksorubisin merupakan salah satu terapi antikanker lini pertama yang memiliki aktivitas klinis pada penyakit kanker payudara. Doksorubisin dimetabolisme menjadi doksorubisinol sebagai metabolit utama. Pada penggunaannya, doksorubisin memberikan beberapa efek samping akibat terbentuknya doksorubisinol. Akumulasi doksorubisinol jangka panjang dalam tubuh dapat menyebabkan kardiomiopati, atau lemah jantung, karena doksorubisinol bersifat kardiotoksik. Efek kardiotoksik ini bergantung pada jumlah doksorubisin dan doksorubisinol yang terbentuk dalam tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis doksorubisin dan doksorubisinol yang terbentuk dalam tubuh pasien kanker payudara. Partisipan penelitian ini adalah tiga puluh pasien kanker payudara yang menggunakan doksorubisin dalam regimen terapinya. Sampel dianalisis menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Ultra Tinggi-Tandem Spektrometri Massa (KCKUT-SM/SM). Preparasi sampel plasma darah sebanyak 250 mL dilakukan menggunakan pengendapan protein dengan metanol. Fase gerak terdiri dari asam asetat 0,1% (eluen A) dan asetonitril (eluen B) dengan elusi gradien, laju alir 0,15 mL/menit. Metode ini linier pada rentang 1-1000 ng/mL untuk doksorubisin dan 0,5-500 ng/mL untuk doksorubisinol. Analisis sampel menghasilkan data berupa rentang kadar terukur untuk doksorubisin sebesar 12,54-620,01 ng/mL serta doksorubisinol sebesar 1,10-27,00 ng/mL. Dosis kumulatif pada pasien untuk doksorubisin memiliki rentang 48,76-290,34 mg/m2, sehingga dapat disimpulkan risiko pasien pada penelitian ini terkena kardiomiopati berada di bawah angka kejadian 4% menurut literatur.

Doxorubicin was an anthracycline antibiotic used for anticancer agent. This anticancer agent was one of the first line anticancer therapies which had clinical activity in breast cancer. Doxorubicin was metabolized in the body into its main metabolite, doxorubicinol. The metabolite and caused cardiomyopathy, or hearts failure, due to its cardiotoxicity. This cardiotoxicity effect depended on the amount of doxorubicin and doxorubicinol accumulated in the body. This study aimed to analysis the level of doxorubicin and doxorubicinol in the blood plasma of breast cancer patients. Participants of this study were 30 breast cancer patients who received doxorubicin in their therapy regiment. The samples were analyzed using Ultra High Performance Liquid Chromatography-Tandem Mass Spectrometry (UHPLC-MS/MS). Sample preparation of 250 mL plasma was performed by protein precipitation using methanol. The mobile phase consisted of acetate acid 0,1% (eluent A) and acetonitrile (eluent B) with gradient elution, and the flow rate of 0,15 mL/min. This method was linear in the range of 1-1000 ng/mL for doxorubicin and 0,5-500 ng/mL for. Results showed that the measured concentration values of doxorubicin and doxorubicinol ranged between 12,54-620,01 ng/mL and 1,10-27,00 ng/mL respectively. The measured cumulative doses of doxorubicin ranged between 48,76-290,34 mg/m2, thus the risk of cardiomyopathy in the surveyed patients was under 4% according to the literature."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Callista Andinie Mulyadi
"Tamoksifen merupakan obat golongan Selective Estrogen Receptor Modulator SERM yang digunakan sebagai terapi adjuvan kanker payudara ER. Setelah administrasi, tamoksifen dimetabolisme menjadi dua metabolit utama: endoksifen yang dapat memberikan efek terapi, dan 4-hidroksitamoksifen yang menurut beberapa penelitian dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker endometrium. Efektivitas terapi tamoksifen yang diterima pasien dapat ditinjau melalui pencapaian kadar ambang batas dari endoksifen, dimana pasien yang memiliki kadar endoksifen > 3,3 ng/mL memiliki kemungkinan kekambuhan 26 lebih rendah. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis tamoksifen, endoksifen dan 4-hidroksitamoksifen dalam sampel dried blood spot DBS dari 14 orang pasien kanker payudara yang mendapatkan tamoksifen sebagai terapi adjuvan, sebagai bentuk aplikasi klinis metode analisis senyawa dan untuk mengevaluasi efektivitas terapi tamoksifen yang diterima pasien. Sampel DBS diekstraksi dengan metode pengendapan protein dan dianalisis menggunakan kromatografi cair kinerja ultra tinggi-tandem spektrometri massa KCKUT-SM/SM. Metode ini telah divalidasi parsial dan linear pada rentang 5 ndash; 200 ng/mL untuk tamoksifen, 1 ndash; 40 ng/mL untuk endoksifen dan 0,5-20 ng/mL untuk 4-hidroksitamoksifen. Pada sampel DBS dari 14 pasien kanker payudara yang dianalisis, kadar tamoksifen terukur berkisar antara 58,27 ng/mL hingga 183,53 ng/mL, kadar endoksifen terukur berkisar antara 4,55 ng/mL hingga 28,77 ng/mL, kadar 4-hidroksitamoksifen terukur berkisar antara 0,72 ng/mL hingga 8,19 ng/mL. Seluruh pasien memiliki kadar endoksifen di atas ambang batas 3,3 ng/mL.

Tamoxifen is a Selective Estrogen Receptor Modulator SERM that is used as an adjuvant therapy for ER breast cancer. Upon administration, tamoxifen is metabolized to two main metabolites endoxifen which is responsible for its therapeutic effect and 4 OHT which can increase the risk of endometrial cancer according to some researches. Efficacy of tamoxifen therapy can be assessed from clinical threshold of endoxifen, in which patients with endoxifen level above 3,3 ng mL have a 26 lower recurrence rate. This research aims to analyze tamoxifen, endoxifen and 4 hydroxytamoxifen in dried blood spots from 14 breast cancer patients who received tamoxifen as an adjuvant therapy, as clinical application of developed method and to evaluate the effectivity of the therapy received by patients. DBS samples are extracted by protein precipitation method and are analyzed using UPLC MS MS. This method is partially validated and linear within range of 5 ndash 200 ng mL for tamoxifen, 1 ndash 40 ng mL for endoxifen, and 0,5 ndash 20 ng mL for 4 hydroxytamoxifen. The result on 14 breast cancer patients showed that tamoxifen levels were in the range of 58,27 ng mL to 183,53 ng mL, endoxifen 4,55 ng mL to 28,77 ng mL, and 4 hydroxytamoxifen 0,72 ng mL to 8,19 ng mL. All patients showed endoxifen level above the clinical threshold 3,3 ng mL.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asmiladita Pridilla
"

Tamoksifen adalah Selective Estrogen Receptor Modulator (SERM) yang digunakan pasien kanker payudara ER+. Tamoksifen merupakan prodrug yang dimetabolisme menjadi N-desmetiltamoksifen, 4-hidroksitamoksifen, dan endoksifen. Pasien dengan kadar endoksifen pada sampel Dried Blood Spot (DBS) > 3,3 ng/mL memiliki risiko kekambuhan 30% lebih rendah. Salah satu teknik biosampling adalah Dried Blood Spot (DBS). Teknik ini sederhana, tidak terlalu invasif, membutuhkan volume lebih sedikit, dan tidak mahal. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kadar tamoksifen dan metabolit aktifnya pada 35 sampel DBS pasien kanker payudara yang menerima tamoksifen sebagai terapi adjuvan dalam rangka pemantauan terapi obat. Ekstraksi dilakukan dengan metode ultrasound-assisted liquid extraction dan dianalisis menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Ultra Tinggi-Spektrometri Massa (KCKUT/SM-SM) dengan propranolol sebagai baku dalam. Metode analisis telah divalidasi parsial dengan rentang linearitas 2,5 – 200 ng/mL untuk tamoksifen; 2,5 – 40 ng/mL untuk endoksifen; 3 – 30 ng/mL untuk 4-hidroksitamoksifen; dan 2 – 600 ng/mL untuk N-desmetiltamoksifen. Dari hasil analisis terhadap 35 sampel tersebut, rentang kadar yang didapat sekitar 28,15 hingga 190,19 ng/mL untuk tamoksifen; 7,46 hingga 38,92 ng/mL untuk endoksifen; 2,87 hingga 23,48 ng/mL untuk 4-hidroksitamoksifen; dan 49,08 hingga 618,83 ng/mL untuk N-desmetiltamoksifen. Sampel DBS pasien tidak ada yang memiliki kadar endoksifen terukur di bawah 3,3 ng/mL sehingga terapi yang diterima sudah baik.


Tamoxifen is a Selective Estrogen Receptor Modulator (SERM) that is administered for ER-positive breast cancer patient treatment. Tamoxifen is a prodrug that is metabolized into N-desmethyltamoxifen, 4-hydroxytamoxifen, and endoxifen. Patients with endoxifen concentration in Dried Blood Spot (DBS) higher than 3.3 ng/mL had a 30% lower recurrence rate. One of biosampling technique is Dried Blood Spot (DBS). This technique is simple, less invasive, using smaller volume, and not expansive. This study aims to analyze tamoxifen and its active metabolites in DBS samples of 35 breast cancer patients who received tamoxifen as an adjuvant therapy in order to do therapeutic drug monitoring. DBS samples were extracted by ultrasound-assisted liquid extraction method and were analyzed by UPLC-MS/MS with propranolol as internal standard. The method has been partially validated with the linearity range of 2.5 – 200 ng/mL for tamoxifen; 2.5 – 40 ng/mL for endoxifen; 3 – 30 ng/mL for 4-hydroxytamoxifen; and 2 – 600 ng/mL for N-desmethyltamoxifen. The result on 35 samples showed that tamoxifen levels were in  range of 28.15 to 190.19 ng/mL; endoxifen 7.46 to 38.92 ng/mL; 4-hydroxytamoxifen 2.87 to 23.48 ng/mL; and N-desmethyltamoxifen 49.08 to 618.83 ng/mL. None of the samples had measured endoxifen levels in DBS below 3.3 ng/mL so the therapy received by patients was good.

"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Egah Mustika Sunanto
"Siklofosfamid merupakan obat antikanker berupa pro-drug yang diaktifkan oleh enzim sitokrom P450 menjadi 4-hidroksisiklofosfamid 4-OHCP. Kadar 4-OHCP dalam tubuh dapat menggambarkan pembentukan fosforamid mustar yang dapat mengalkilasi DNA dan memberikan efek sitotoksik terhadap sel kanker. Analisis siklofosfamid dan 4-OHCP dilakukan pada Dried Blood Spot DBS 17 pasien kanker Rumah Sakit Kanker Dharmais yang diberikan rejimen siklofosfamid secara KCKUT-SM/SM sebagai upaya pemantauan terapi obat. Pengambilan darah dilakukan pada jam ke-2 dan ke-4 setelah pemberian kemoterapi melalui ujung jari.
Hasil validasi metode bioanalisis parsial menghasilkan akurasi dan presisi intra hari dengan diff dan koefisien variasi KV tidak lebih dari 15 dan tidak lebih dari 20 pada konsentrasi LLOQ. Kurva kalibrasi yang linear didapat pada rentang 50-30.000 ng/mL untuk siklofosfamid dan 10-1000 ng/mL untuk 4- OHCP. Metode ini telah memenuhi syarat akurasi dan presisi intrahari sesuai European Medicines Agency EMEA tahun 2011. Hasil analisis pada 17 pasien kanker menunjukkan kadar siklofosfamid berkisar antara 6045,980 ng/mL hingga 37024,403 ng/mL dan 4-OHCP berkisar antara 33,155 ng/mL hingga 246,362 ng/mL. Hasil yang diperoleh dapat menjadi salah satu parameter pemantauan terapi siklofosfamid.

Cyclophosphamide is an anticancer in the form of prodrug activated by cytochrome P450 enzyme into 4 hydroxycyclophosphamide 4 OHCP. 4 OHCP levels in the body can describe formation of phosphoramide mustard that can alkylate DNA and give cytotoxic effects to cancer cells. Analysis of cyclophosphamide and 4 OHCP was performed on 17 Dried Blood Spots DBS of cancer patients who received cyclophosphamide as chemotherapy regiment from Dharmais Cancer Hospital by KCKUT SM SM for therapeutic drug monitoring. Samples were taken at 2nd and 4th hours after drug administration with finger prick method.
The results of partial validation method produced intra day accuracy and intra day precision with diff and coefficient of variation CV were not more than 15 and not more than 20 in LLOQ concentration. Linear calibration curves were obtained in the range of 50 ndash 30,000 ng mL for cyclophosphamide and 10 1000 ng mL for 4 OHCP. This method has been fulfilled for intra day accuracy and precision according to European Medicines Agency EMEA Guidelines, 2011. The results of the 4 OHCP concentration analysis in 17 cancer patients showed that cyclophosphamide levels ranging from 6045.980 ng mL to 37024.403 ng mL and 4 OHCP was in the range of 33.155 ng mL to 246.362 ng mL. The results could be one of the monitoring parameters of cyclophosphamide therapy.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erwin
"Tamoksifen merupakan obat pilihan pertama untuk terapi hormonal pada pasien kanker payudara sebagai terapi ajuvan. Efek antiestrogen dari tamoksifen sangat ditentukan oleh metabolit aktifnya, yaitu endoksifen. Pada penelitian ini dilakukan analisis tamoksifen dan endoksifen dalam sampel dried blood spot DBS dari 40 orang pasien kanker payudara yang memperoleh regimen tamoksifen. Sampel DBS diekstraksi dengan metode ultrasound-assisted liquid extraction dan dilakukan analisis menggunakan kromatografi cair kinerja ultra tinggi-tandem spektrometri massa KCKUT-SM/SM . Metode bioanalisis tamoksifen dan endoksifen serta klomifen sebagai baku dalam secara simultan dalam DBS menggunakan KCKUT-SM/SM telah divalidasi parsial dalam penelitian ini. Hasil uji akurasi dan presisi within-run dengan metode ini memperoleh nilai diff dan KV tidak lebih dari 15 dan tidak lebih dari 20 untuk konsentrasi LLOQ. Kurva kalibrasi untuk tamoksifen diperoleh pada rentang 5 ndash; 200 ng/mL dan 1 ndash; 40 ng/mL untuk endoksifen dengan nilai r > 0,99. Hasil analisis pada 40 pasien kanker payudara menunjukkan kadar tamoksifen berada pada rentang 40,28 ng/mL hingga 194,10 ng/mL dan kadar endoksifen dengan rentang 1,25 ng/mL hingga 18,02 ng/mL. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat 4 pasien memperoleh terapi tamoksifen yang kurang efektif berdasarkan konsentrasi ambang batas endoksifen dalam sampel DBS yaitu 3,3 ng/mL.

Tamoxifen is the first choice of hormonal therapy in breast cancer patients as their adjuvant therapy. The antiestrogen effect of tamoxifen is highly determined by its active metabolite, endoxifen. In this research, analysis of tamoxifen and endoxifen with clomiphene as the internal standard were performed in dried blood spot DBS samples of 40 breast cancer patients who received tamoxifen in their regiment. DBS samples were extracted by ultrasound assisted liquid extraction and analyzed using ultra high performance liquid chromatography tandem mass spectrometry UHPLC MS MS . A simultaneous quantification method of tamoxifen and endoxifen in DBS using UHPLC MS MS had been partially validated in this study. The diff and CV of within run accuracy and precision obtained in this method were no more than 15 and no more than 20 for LLOQ. The calibration curve range for tamoxifen obtained was 5 200 ng mL and 1 40 ng mL for endoxifen with r 0.99. The analysis results of 40 breast cancer patients showed tamoxifen levels were within the range of 40.28 ndash 194.10 ng mL and endoxifen within 1.25 ndash 18.02 ng mL. These results suggested that there were 4 patients received less effective tamoxifen therapy based on the endoxifen threshold in the DBS sample which was 3.3 ng mL.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
S66922
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agatha Corintias Winarti
"Doksorubisin adalah antibiotik spektrum luas anthycycline glicoside yang dimilikinya aktivitas antineoplastik. Agen kemoterapi ini adalah agen yang paling banyak diberikan untuk mengobati tumor padat pada orang dewasa termasuk paru-paru, ovarium, dan kanker payudara juga limfoma ganas. Penggunaan jangka panjang dari agen kemoterapi ini terbatas karena pengembangan kardiomiopati tergantung dosis progresif yang berkembang secara ireversibel menuju gagal jantung kongestif. Efek kardiotoksik dari doxorubicin sangat tinggi ditentukan oleh akumulasi metabolit utamanya, doxorubicinol. Tujuan dari ini Penelitian adalah untuk mendapatkan metode analisis doxorubicin dan doxorubicinol yang divalidasi secara bersamaan dalam plasma dengan hexamethylphosphoramide sebagai standar internal menggunakan kromatografi cair-tandem spektrometri massa, oleh karena itu optimasi dan penuh validasi dilakukan dalam penelitian ini. Persiapan sampel dilakukan oleh protein presipitasi menggunakan metanol. Pemisahan dilakukan dengan menggunakan UPLC C-18 BEH (2.1 x 100 mm), kolom 1,7 μm, kolom suhu 450C. Fase seluler terdiri dari 0,1% asam asetat (eluen A) dan asetonitril (eluen B) pada 0,15 ml / menit dengan gradien elusi. Deteksi massa dilakukan pada Waters Xevo TQD menggunakan ESI positif (+) jenis MRM untuk doxorubicin, doxorubicinol, dan hexamethylphosphoramide
dengan nilai m / z: 544.22> 361.05; 546.22> 363.05; dan 180,03> 135,16, masing-masing. Ini Metode linier dalam kisaran konsentrasi 1-100 ng / mL untuk doxorubicin dengan nilai r = 0,9963; 0,5-50 ng / mL untuk doxorubicinol dengan nilai r = 0,9977. % diff dan% CV dari uji kurang dari 20% untuk LLOQ dan kurang dari 15% untuk konsentrasi lainnya. LLOQ untuk doxorubicin dan doxorubicinol masing-masing 1,0 ng / mL dan 0,5 ng / mL. Metode ini telah berhasil memenuhi persyaratan validasi mengacu pada EMEA Guidelines (2011) dan Pedoman FDA (2018).

Doxorubicin is a broad-spectrum anthycycline glicoside antibiotic that has antineoplastic activity. This chemotherapy agent is the agent most given for
treat solid tumors in adults including lung, ovary, and breast cancer as well as malignant lymphoma. The long-term use of this chemotherapy agent is limited because the development of cardiomyopathy depends on progressive doses that develop irreversibly towards congestive heart failure. The cardiotoxic effect of doxorubicin is very high determined by the accumulation of its main metabolite, doxorubicinol. The purpose of this study was to obtain the doxorubicin and doxorubicinol analysis methods that were validated simultaneously in plasma with hexamethylphosphoramide as an internal standard using liquid chromatography-tandem mass spectrometry, therefore optimization and full validation were carried out in this study. Sample preparation was carried out by precipitation proteins using methanol. Separation was carried out using UPLC C-18 BEH (2.1 x 100 mm), column 1.7 μm, column temperature 450C. The cellular phase consists of 0.1% acetic acid (eluent A) and acetonitrile (eluent B) at 0.15 ml / min with an elution gradient. Mass detection was carried out on Waters Xevo TQD using positive ESI (+) type MRM for doxorubicin, doxorubicinol, and hexamethylphosphoramide with m / z values: 544.22> 361.05; 546.22> 363.05; and 180.03> 135.16, respectively. This linear method is in the concentration range of 1-100 ng / mL for doxorubicin with a value of r = 0.9963; 0.5-50 ng / mL for doxorubicinol with a value of r = 0.9977. The% diff and% CV of the test are less than 20% for LLOQ and less than 15% for other concentrations. LLOQ for doxorubicin and doxorubicinol are 1.0 ng / mL and 0.5 ng / mL, respectively. This method has successfully met the validation requirements according to the EMEA Guidelines (2011) and FDA Guidelines (2018).
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Agus Putera Hardijanto
"Metode pengambilan sampel melalui Dried Blood Spot DBS terus dikembangkan. DBS memiliki banyak kelebihan seperti kemudahan penyimpanan sampel dan sampel yang dibutuhkan lebih kecil. Walau demikian, analisis dalam sampel DBS lebih sulit dilakukan karena banyaknya faktor yang mempengaruhi analisis sehingga diperlukan penyelidikan lebih lanjut. Penelitian ini bertujuan untuk melihat adanya perbedaan hasil yang diakibatkan jenis kertas, hematokrit darah, volume penotolan, pemberian baku dalam, dan suhu penyimpanan yang berbeda terhadap analisis sampel. Sampel darah dengan hematokrit tertentu yang mengandung 6-merkaptopurin 6-MP dan 6-tioguanin 6-TG pada konsentrasi 25 ng/ml dan 1000 ng/ml ditotolkan dengan volume yang berbeda pada kertas CAMAG DBS dan Perkin Elmer 226. Setelah kering, kertas dipotong dengan diameter 8 mm dan diekstraksi dengan metanol yang mengandung baku 5-fluorourasil 5-FU . Selain di dalam larutan pengekstraksi, baku dalam diberikan di dalam darah dan ditotolkan ke dalam kertas untuk dilihat perbedaan kromatogramnya. Pemisahan dilakukan dengan kolom Waters Acquity UPLC Class BEH Amide 1,7 ?m 2,1 x 100 mm dengan fase gerak berupa asam format 0,2 dalam air ndash; asam format 0,1 dalam asetonitril ndash; metanol dengan elusi gradien dan laju alir 0,2 mL/menit. Hasil penelitian ini memperlihatkan perbedaan pemberian baku dalam mempengaruhi puncak baku dalam. Perbedaan jenis kertas mempunyai korelasi.

The collection method of dried blood spot DBS is being developed. DBS offers a number of advantages over conventional blood collection such as easier storage and smaller samples. However, the analysis of the DBS sample is more difficult due to many factors that affect the analysis so that further investigation is needed. The aim of this study was to saw the presence of differences in results because of paper type, hematocrit, blood volume, provisions of internal standard, and temperature of sample storage differences. Blood samples with specific hematocrit containing 25 and 1000 ng ml 6 mercaptopurine 6 MP and 6 thioguanine 6 TG were spotted at the different volume of blood on CAMAG DBS paper and Perkin Elmer 226. The DBS paper was punched with a diameter of 8 mm and extracted using methanol containing internal standard 5 fluorouracil 5 FU . In addition in the methanol, the internal standard was also added in the blood and spotted into the paper to see the chromatogram difference. The separation was carried out using a Waters Acquity UPLC Class BEH Amide 1.7 m 2.1 x 100 mm column with a mobile phase of 0.2 formic acid in water 0.1 formic acid in acetonitrile methanol with gradient elution at flow rate 0.2 mL minute. The results of this study indicated the differences provisions of internal standard affected the chromatogram of the internal standard. Different types of paper and blood volume affected."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia , 2017
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Camilla Elysia
"Skripsi ini membahas pelaksanaan pengetatan remisi narapidana korupsi di Lapas Sukamiskin Bandung pasca uji materiil Peraturan Pemerintah No. 99 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan di Mahkamah Agung dan uji materiil Undang-Undang No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan di Mahkamah Konstitusi yang diajukan narapidana korupsi.
Penelitian ini adalah penelitian yuridis normatif dengan pendekatan kualitatif untuk menganalisis pelaksanaan pengetatan remisi narapidana korupsi di Lapas Sukamiskin Bandung pasca uji materiil di Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, pengetatan remisi narapidana korupsi yang diatur dalam PP 99 Tahun 2012 oleh narapidana korupsi dinilai bertentangan dengan hak-hak narapidana yang diatur dalam UU Pemasyarakatan. Setelah langkah uji materiil dilakukan narapidana korupsi di Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi ditolak, maka pelaksanaan pengetatan remisi narapidana korupsi di Lapas Sukamiskin Bandung dilakukan berdasarkan aturan perundang-undangan yang berlaku. Dari 366 narapidana korupsi di Lapas Sukamiskin, hanya 36 orang narapidana yang mendapatkan remisi. Sebanyak 30 orang mendapatkan remisi sebelum keluarnya PP 99 Tahun 2012 sehingga mereka tidak dikenai pengetatan syarat remisi. Sedangkan hanya 6 orang yang mendapatkan remisi pasca pengetatan yang diatur dalam PP. 99 Tahun
2012 yaitu memenuhi syarat menjadi justice collaborator dan membayar lunas denda dan uang pengganti.

This thesis discuss the implementation of the tightening of remission for corruption prisoners at Sukamiskin Prison after material review in the Supreme Court against Government Regulation Number 99 Year 2012 on the Second Amendment of Government Regulation Number 32 Year 1999 on Conditions and Mechanisms for the Implementation of the Rights of Prisoners (PP 99 Year 2012) and another material review submitted by corruption prisoners in the Constitutional Court against Law Number 12 Year 19995 on Correction (Correction Law). The nature of the research is normative juridical with qualitative approve to analyze the implementation of tightening remission for remission for corruption prisoners at Sukamiskin Prison after those material reviews in the Supreme Court and the Constitutional Court. The result of this research shows that in the view of corruption prisoners the policy to tighten remission for corruption prisoners regulated in PP 99 Year 2012 contradicts with the rights of the prisoners regulated in the Correction Law. After both material reviews in the Supreme Court and in the Constitutional Court has failed, the policy of the tightening remission for corruption prisoners at Sukamiskin Prison in Bandung is implemented according to the applied rules and regulations. Out of 366 corruption prisoners at Sukamiskin Prison, there are only 36 prisoners who have received remission. However, 30 prisoners received the remission before PP 99 Year 2012 being issued so that the tightening remission policy was not applied for them. Meanwhile, only 6 prisoners were able to receive remission after the tightening policy in PP 99 Year 2012 was implemented, because they were qualified as justice collaborators and has paid fine penalties as well as fine replacements."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>