Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 179715 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Annisa Sutera Insani
"ABSTRAK
Metode : Penelitian ini menggunakan studi kasus kontrol berpasangan, dilakukan di ruang rawat inap RSUP Persahabatan pada bulan November 2018-Maret 2019. Kriteria kasus semua pasien yang terdiagnosis HAP saat perawatan, kriteria kontrol berpasangan adalah, jenis kelamin sama dengan kasus, usia ± 10 tahun dengan kasus dan dirawat di ruang perawatan yang sama dengan kasus. Pada kelompok kasus dan kontrol dilakukan pemeriksaan foto toraks untuk melihat infiltrat baru dibandingkan dengan foto lama. Pada kelompok kasus dilakukan pemeriksaan biakan sputum dan darah sebagai data pola mikroorganisme HAP.
Hasil : Didapatkan 25 kasus HAP dan faktor risiko HAP dinilai dari 23 pasang subjek penelitia. Faktor risiko intrinsik yang paling berperan pada HAP adalah hipoalbuminemia (OR 5 [IK 95% 3,34-6,63], p=0,039). Faktor ekstrinsik HAP yang paling berperan adalah penggunaan obat lambung dengan (p=0,016). Pola mikroorganisme pasien HAP dari 25 pasien HAP biakan yang tumbuh 19 (78,7% dahak dan 21,3% darah). Lima belas sampel (78,9%) adalah Gram negatif, dan 5 (26,3%) diantaranaya adalah Acinetobacter baumanii. Dari 19 mikroorganisme yang tumbuh terdapat 63,5% MDRO.
Kesimpulan: Hipoalbuminemia adalah faktor risiko yang paling berperan dalam terjadinya HAP serta mikroorganisme terbanyak adalah Acinetobacter baumanii.

ABSTRACT
Background: Hospital acquired pneumonia (HAP) is the second largest cause of nosocomial infections. The pneumonia occurs after 48 hours of inpatient admission in hospital. Risk factors affecting HAP consists of intrinsic and extrinsic factors. Early detection of risk factors would decrease morbidity and mortality in HAP case.
Objectives: This study was to identify risk factors that influence the occurrence of HAP infections and microbiological profile of HAP patients.
Methods: This matched-case control study involved patients treated at regular wards (e.g. not an intensive care ward) of National Respiratory Referral Hospital Persahabatan Jakarta, Indonesia between November 2018 and March 2019. The case and control group were matched for their sex, age (±10 yo), and length of hospital stay (±7 days). Both groups received chest x-ray (CXR) examination while the control group exclusively received sputum and blood culture for microbiology of HAP.
Results: This study involved 25 HAP patients and 23 matched-control patients. The main intrinsic risk factor for HAP was hypoalbuminemia (OR 5.00 [CI95% 3.34-6.63], p=0.039) and the main extrinsic risk factor for HAP was administration of gastric medications (p=0.016). Nineteen out of 25 microbiological samples were collected; of which, 78.7% were collected from sputum culture and 21.3% were collected from blood culture. Fifteen (78.9%) of those were positive for Gram-negative, 5 (26.3%) were positive for Acinetobacter baumanii, and 12 (63.5%) were positive for multi-drug resistance organism."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Soedarsono
"Background: multidrug-resistant organisms (MDRO) caused pneumonia has become a crucial case. MDRO infection has been a problem concern to community-acquired pneumonia (CAP). A lot of factors play roles in CAP with MDRO infection. This study aimed to analyze MDRO as the etiology of hospitalized patients with CAP along with its risk factors in Dr. Soetomo Hospital as one of the top referral hospitals in east Indonesia. Methods: this retrospective cohort study was conducted from January 2016 to December 2018. Data were collected from patients' medical records. Automatic Rapid Diagnosis (Phoenix TM) was used as a standard method for culture and susceptibility test. Various risk factors were analyzed for MDRO infection. Results: five most common pathogens in hospitalized patients with CAP were Acinetobacter baumannii 244/1364 (17.9%), Klebsiella pneumoniae 134/1364 (9.8%), Pseudomonas aeruginosa 91/1364 (6.7%), Escherichia coli 58/1364 (4.3%), and Enterobacter cloacae 45/1364 (3.3%). There were 294/1364 (21.5%) MDROs isolated from patients with CAP. MDRO infection was linked to previous hospitalization, malignancy, cardiovascular disease, and structural lung disease with p values of 0.002, <0.001, 0.024, and <0.001, respectively. Conclusion: the incidence of MDRO in CAP is high (21.5%). The risk factors related were previous hospitalization, malignancy, cardiovascular disease, and structural lung disease."
Jakarta: University of Indonesia. Faculty of Medicine, 2021
610 UI-IJIM 53:2 (2021)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Fikri Faisal
"ABSTRAK
Pendahuluan: Pneumonia komunitas CAP salah satu penyebab kematian tertinggi. Tujuan mengetahui respons pengobatan selama perawatan pasien CAP secara empiris serta faktor yang berkaitan dengan pola kuman, respons pengobatan, gejala klinis, laboratorium, foto toraks, lama rawat dan faktor komorbid di RS persahabatan.
Metode: Kohort prospektif pasien pneumonia komunitas rawat inap di RS Persahabatan selama 15 bulan terkumpul 47 pasien. Gejala klinis, hasil laboratorium, foto toraks dan hasil mikrobiologi. Sampel mirkobiologi dikumpulkan sebelum dan sesudah pemberian antibiotik.
Hasil: Terkumpul 47 pasien. laki-laki 74,5% dan perempuan 25,5%. Rerata umur 61 tahun. Gejala klinis awal paling banyak sesak napas 51% berkurang 27,7% dan batuk 32% berkurang 23,4%. Nilai awal leukosit rerata 15,27. sel/mm3 berkurang 12,0. sel/mm3. Foto toraks awal infiltrat 89,3% menurun 38,3%. Patogen pada sputum sebelum penggobatan Klebseiella pneumonia 34,0%. Hasil sputum pasca terapi empiris eradikasi 91.5%. Pengobatan antibiotik tersering seftriakson. Faktor komorbid tersering keganasan rongga toraks. Lama rawat minimal 4 hari dengan terapi sulih minimal 3 hari.
Kesimpulan: Pasien CAP paling dominan menunjukan gejala klinis sesak napas dan batuk, gambaran infiltrat pada foto toraks dan gram-negatif Klebsiella pneumonia pada sputum. Terjadi penurunan leukosit setelah pemberian antibiotik. Terapi empiris dengan antibiotik tunggal masih sensitif.

ABSTRACT
Introduction : Pneumonia is the first leading disease with the highest mortality in hospitalized patients. The purpose of this study is to determine treatment response for the empirical treatment of CAP patients and factors associated with patterns of bacteria, treatment response, clinical symptoms, laboratory and chest X-ray, length of stay and comorbidities in Persahabatan Hospital, Jakarta.
Methods : Prospective cohort study in hospitalized community acquired pneumonia patients at Persahabatan Hospital while 15 month. Clinical symptoms, laboratory findings, chest x-ray and microbiologic. Microbiologic sample is before and after antibiotic administration.
Results : There were 47 patients. Male accounted 74,5% and female 25,5%. The average age was 61 years old. Clinical symptoms before treatment were dyspnea 51% decreased to 27,7% and cough 32% decreased to 23,4%. Leukocytes count was 15,27 cell/mm3 decreased to 12,0 cell/mm3. Chest x-ray infiltrates 89,3% decreased to 38,3%. Before-treatment microbiological patterns were K. pneumoniae 34,0%. Result after empirical treatment was eradication 91,5%. The most frequent innitial antibiotic administration was ceftriaxone.The most frequent comorbidity was thoracic malignancy. The patients were hospitalized at least for 4 days with replacement therapy at least for 3 days.
Conclusion: Patients with CAP predominantly showed symptoms of dypnea and cough, infiltrates on chest x-ray and gram-negative Klebsiella pneumonia in sputum samples. There were resolution of leucocyte counts after antibiotic administration. Empirical antibiotic treatments with single drug were still sensitive."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Christy Efiyanti
"Latar Belakang : Pneumonia komunitas merupakan satu masalah kesehatan yang besar. Mortalitas akibat pneumonia komunitas masih tinggi, terutama di Indonesia bila dibandingkan dengan negara-negara lain. Skor CURB-65 merupakan sistem skoring yang telah dipakai secara luas, namun memiliki beberapa kekurangan sehingga diperlukan sistem skor baru untuk menilai derajat keparahan pneumonia komunitas. Saat ini telah diperkenalkan sistem skor expanded-CURB-65 yang dinilai dapat lebih baik dalam hubungannya sebagai prediktor mortalitas 30 hari pneumonia komunitas.
Tujuan : Menilai performa kalibrasi dan diskriminasi skor expanded-CURB-65 untuk digunakan dalam memprediksi mortalitas 30 hari pasien pneumonia komunitas di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional dr.Cipto Mangunkusumo.
Metode : Penelitian ini merupakan studi kohort prospektif dengan subyek penelitian pasien pneumonia komunitas yang datang ke IGD, poliklinik paru atau dirawat di ruang rawat RSCM. Keluaran yang dinilai adalah mortalitas pasien dalam 30 hari. Dilakukan penilaian performa diskriminasi skor expanded-CURB-65 menggunakan area under the curve AUC . Performa kalibrasi dinilai dengan plot kalibrasi dan tes Hosmer-Lemeshow.
Hasil : 267 pasien ikut serta dalam penelitian ini dengan angka mortalitas 31,5 . Performa kalibrasi ditunjukkan oleh plot kalibrasi skor expanded-CURB-65 dengan r = 0,94 serta uji Hosmer-Lemeshow dengan nilai p = 0,57. Performa diskriminasi skor expanded-CURB-65 ditunjukkan oleh kurva ROC dengan nilai AUC 0,796 IK95 0,74-0,86.
Simpulan : Mortalitas meningkat seiring peningkatan kelas risiko expanded-CURB-65. Expanded-CURB-65 menunjukkan performa kalibrasi dan diskriminasi yang baik dalam memprediksi mortalitas 30 hari pasien pneumonia komunitas di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo.

Background : Community acquired pneumonia is a major health problem. Mortality due to community pneumonia is still high, especially in Indonesia compared to other countries. The CURB 65 score is a widely used scoring system, but has some drawbacks so a new scoring system is needed to assess the severity of community pneumonia. Currently, the expanded CURB 65 scoring system has been assessed better to predict 30 day mortality of community acquired pneumonia.
Aim : To evaluate calibration and discrimination performance of the expanded CURB 65 score in predicting 30 days mortality of community acquired pneumonia patients at the National Center General Hospital dr.Cipto Mangunkusumo.
Method : This study was a prospective cohort study with the study subjects community acquired pneumonia patients who came to the Emergency Room ER , pulmonary polyclinics or hospitalized in RSCM. The assessed outcome was patient mortality within 30 days. Discrimination performance of the expanded CURB 65 score assessed using the area under the curve AUC . Calibration was evaluated with calibration plot and Hosmer Lemeshow test.
Results : 267 patients participated in the study with a mortality rate of 31.5. Calibration plot of expanded CURB 65 score showed r 0,94 and Hosmer Lemeshow test showed p 0,57. Discrimination was shown by ROC curve with AUC 0,796 CI95 0,74 0,86.
Conclusion : Mortality increases with increasing risk class of expanded CURB 65. Expanded CURB 65 showed a good calibration and discrimination performance in predicting 30 day mortality higher in community acquired pneumonia patients in Cipto Mangunkusumo Hospital.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tantri Rosyiani
"Pneumonia nosokomial, juga disebut sebagai pneumonia yang didapat di rumah sakit, didefinisikan sebagai pneumonia yang bermanifestasi 48 jam atau lebih setelah rawat inap dan tidak dalam masa inkubasi. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk memaparkan hasil temuan dengan menggunakan latihan pernapasan teknik pernapasan buteyko untuk membantu mengatur kembali pola nafas pasien yang bertujuan untuk mengatasi dispnea yang pasien alami, Latihan pernapasan ini diberikan selama enam hari dengan durasi intervensi 5-10 menit dilakukan 1x dalam sehari. Analisis dilakukan pada perempuan berusia 69 tahun yang mengalami Hospital Acquired Pneumonia dengan keluhan utama yang seringkali muncul yaitu Dispnea pasien juga mengeluhkan batuk serta sulit mengeluarkan dahaknya. Masalah keperawatan yang muncul adalah bersihan jalan nafas tidak efektif, intoleransi aktivitas, dan nyeri akut. Hasil dari intervensi yang telah diberikan diketahui bahwa teknik pernapasan buteyko dapat meningkatkan saturasi dan memperbaiki pola nafas namun perbaikan tersebut hanya terlihat segera setelah dilakukannya intervensi, namun belum menunjukkan perbaikan yang terlihat jika dibandingkan dengan data harian. Kesimpulan teknik buteyko dapat dilakukan kapanpun dan dimanapun, selain mudah dan bermanfaat teknik ini dapat membantu meningkatkan pernapasan, mengurangi sesak dan meningkatkan saturasi.

Nosocomial pneumonia, also known as hospital-acquired pneumonia (HAP), is defined as pneumonia that manifests 48 hours or more after hospitalization and is not in the incubation period. The analysis was conducted on a 69-year-old woman who had HAP (Hospital Acquired Pneumonia) with the main complaint that often arises, namely dyspnea, the patient also complained of coughing and difficulty in expelling phlegm. Problems that arise include ineffective airway hygiene, activity intolerance, and acute pain. The purpose of this paper is to present the findings and analysis of nursing care using breathing exercises with the Buteyko breathing technique to help rearrange the patient's breathing pattern which aims to overcome the dyspnea that the patient is experiencing, this breathing is given for six days with a duration of 5-10 minutes of intervention. 1x in a day. It is known from the results of the intervention that the buteyko breathing technique can increase saturation and improve breathing patterns, but these improvements were only seen immediately after the intervention, but have not shown any visible improvement when compared to daily data. Conclusion: The Buteyko technique can be done anytime and anywhere, besides being easy and useful this technique can help improve breathing, reduce tightness and increase saturation."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tantri Rosyiani
"Pneumonia nosokomial, juga disebut sebagai pneumonia yang didapat di rumah sakit, didefinisikan sebagai pneumonia yang bermanifestasi 48 jam atau lebih setelah rawat inap dan tidak dalam masa inkubasi. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk memaparkan hasil temuan dengan menggunakan latihan pernapasan teknik pernapasan buteyko untuk membantu mengatur kembali pola nafas pasien yang bertujuan untuk mengatasi dispnea yang pasien alami, Latihan pernapasan ini diberikan selama enam hari dengan durasi intervensi 5-10 menit dilakukan 1x dalam sehari. Analisis dilakukan pada perempuan berusia 69 tahun yang mengalami Hospital Acquired Pneumonia dengan keluhan utama yang seringkali muncul yaitu Dispnea pasien juga mengeluhkan batuk serta sulit mengeluarkan dahaknya. Masalah keperawatan yang muncul adalah bersihan jalan nafas tidak efektif, intoleransi aktivitas, dan nyeri akut. Hasil dari intervensi yang telah diberikan diketahui bahwa teknik pernapasan buteyko dapat meningkatkan saturasi dan memperbaiki pola nafas namun perbaikan tersebut hanya terlihat segera setelah dilakukannya intervensi, namun belum menunjukkan perbaikan yang terlihat jika dibandingkan dengan data harian. Kesimpulan teknik buteyko dapat dilakukan kapanpun dan dimanapun, selain mudah dan bermanfaat teknik ini dapat membantu meningkatkan pernapasan, mengurangi sesak dan meningkatkan saturasi.

Nosocomial pneumonia, also known as hospital-acquired pneumonia (HAP), is defined as pneumonia that manifests 48 hours or more after hospitalization and is not in the incubation period. The analysis was conducted on a 69-year-old woman who had HAP (Hospital Acquired Pneumonia) with the main complaint that often arises, namely dyspnea, the patient also complained of coughing and difficulty in expelling phlegm. Problems that arise include ineffective airway hygiene, activity intolerance, and acute pain. The purpose of this paper is to present the findings and analysis of nursing care using breathing exercises with the Buteyko breathing technique to help rearrange the patient's breathing pattern which aims to overcome the dyspnea that the patient is experiencing, this breathing is given for six days with a duration of 5-10 minutes of intervention. 1x in a day. It is known from the results of the intervention that the buteyko breathing technique can increase saturation and improve breathing patterns, but these improvements were only seen immediately after the intervention, but have not shown any visible improvement when compared to daily data. Conclusion: The Buteyko technique can be done anytime and anywhere, besides being easy and useful this technique can help improve breathing, reduce tightness and increase saturation."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ginting Suka, Debora Aldrina
"Latar Belakang
Pneumonia komunitas merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas
di dunia, terutama pada pasien dengan komorbiditas. Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi pola mikroorganisme penyebab pneumoni komunitas di RSUP
Persahabatan periode 2021-2023.
Metode
Desain penelitian menggunakan deskriptif observasional dengan rancangan kohort
retrospektif. Sampel diambil dari data rekam medis pasien pneumonia komunitas dengan
kultur sputum positif.
Hasil
Hasil penelitian pola mikroorganisme yang paling banyak ditemukan adalah Klebsiella
pneumoniae 54 subjek (36%), Acinetobacter baumannii 32 subjek (21,3%) dan
Escherichia coli 26 subjek (17,3%). Proporsi pasien dengan pneumonia non-severe lebih
tinggi 80 subjek (53,3%) dibandingkan pneumonia severe 70 subjek (46,7%).
Kesimpulan
Penelitian memberikan gambaran tentang pola mikroorganisme pada pneumonia
komunitas di RSUP Persahabatan yang dapat menjadi dasar dalam pemberian terapi.

Introduction
Community- Acquired pneumonia is leading cause of morbidity and mortality worldwide,
particulary patients with comorbidities. This study aims to identify the microbial patterns
responsible for community-acquired pneumonia in RSUP Persahabatan during the period
of 2021-2023.
Method
Study design used was descriptive observational with a retrospective cohort approach.
The sample taken from the medical records of community-acquired pneumonia patients
with positive sputum culture.
Results
The study result showed that the most common microorganisms were Klebsiella
pneumoniae 54 subjects (36%), Acinetobacter baumannii 32 subjects (21,3%) dan
Escherichia coli 26 subjects (17,3%). The proportion of patients with non-severe
pneumonia was higher 80 subjects (53,3%) compared to pneumonia severe 70 subjects
(46,7%).
Conclusion
The study provides an overview of microbial patterns in community-acquired pneumonia
in RSUP Persahabatan, which can become the basis for providing therapy.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Ngolu K.
"ABSTRAK
Usia balita merupakan masa yang paling penting atau periode emas bagi
pertumbuhan dan perkembangan anak. Pengetahuan ibu terhadap pemberian
makanan, penyediaan dan pengolahan makanan di perlukan agar dapat
memberikan nutrisi yang baik pada anak. Tujuan penelitian adalah mengetahui
gambaran pengetahuan ibu tentang pola dan perilaku makan balita yang di rawat
dengan diagnosis Pneumonia di rumah sakit Persahabatan.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif (descriptive) desain cross
sectional.Jumlah sampel 40orang responden dengan tehnik purposive sampling.
Hasil uji analisis univariat didapatkan sebagian besar (52,5%) responden memiliki
balita pada usia 13-36 bulan atau usia toddler. Tingkat pengetahuan ibu tentang
gizi seimbang berada pada kategori cukup sebesar 67,5%, dan kategori baik
sebesar 25%.Strategi pendidikan kesehatan perlu diberikan kepada ibu yang
memiliki balita untuk meningkatakan pengetahuan ibu mengenai gizi seimbang
pada balita

ABSTRACT
Toddlers is in golden period time for growth and development. Toddlers is a very
dependence group on mothercare.Knowledge of the mother in feeding, and the
provision of food processing is very needed to provide good nutrition in children.
This study aims to describe mothers knowledge and patterns of diet behavior in
hospitalized toddlers with a pneumonia in Persahabatan Hospital.
This study is a cross sectional method with descriptive design. Samples are 40
mothers by purposive sampling technique. The results of univariate analysis
showed that the average age of children 13-36 months of age or toddler by 52.5%.
Mother’slevel of knowledge about balanced nutrition is in enough category by
67.5%, and good categories by 25%.Health education strategies need to be given
to mothers who have children to increase mother’s knowledge about balanced
nutrition in childhood"
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
S57539
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Wina Karinasari
"Latar belakang: Pneumonia rumah sakit adalah infeksi paru yang didiagnosis setelah rawat >48 jam setelah masuk rawat dan tanpa adanya tanda infeksi paru pada saat awal perawatan atau pneumonia yang didiagnosis pada saat awal masuk perawatan dengan riwayat perawatan di rumah sakit sebelumnya dengan jarak antar rawat inap 10-14 hari. Pneumonia rumah sakit merupakan salah satu infeksi nosokomial yang sering terjadi pada perawatan pasien anak di rumah sakit. Kasus pneumonia rumah sakit dapat berakibat meningkatkan angka kesakitan dan kematian, memperpanjang lama rawat inap serta biaya yang dikeluarkan. Tujuan: mengetahui karakteristik dan proporsi mortalitas pneumonia rumah sakit pada anak. Metode: Studi kohort retrospektif dilakukan terhadap subyek usia >1 bulan dan ≤18 tahun di RSCM selama 2015-2018 melalui telusur rekam medis. Hasil: Sebanyak 86 subyek didapatkan dengan karakteristik subyek dengan pneumonia rumah sakit terbanyak pada penelitian ini adalah usia 1-24 bulan, memiliki lebih dari satu komorbiditas status nutrisi gizi baik dan memiliki awitan lambat. Simpulan: Subyek dengan pneumonia rumah sakit terbanyak pada penelitian ini mempunyai karakteristik usia 1-24 bulan, memiliki lebih dari satu komorbiditas, status nutrisi gizi baik, memiliki lama rawat 8-14 hari, dan berawitan lambat. Proporsi mortalitas subyek dengan pneumonia rumah sakit pada penelitian ini sebesar 24,4%. Karakteristik mortalitas juga dapat dipengaruhi oleh status nutrisi yaitu gizi buruk, kelompok usia, jenis komorbiditas, lama rawat dan jenis awitan.

Background: Hospital-acquired pneumonia (HAP) is defined as a pulmonary infection that occurs >48 hours after admission to hospital or within 10-14 days after discharge. It is the most common hospital-acquired infection in children. Its occurrence represents increase hospital stay, additional cost, morbidity and mortality. Objective: To investigate the characteristic and mortality of hospital-acquired pneumonia in children Methods: It is a retrospective cohort study involving 86 subjects through medical records, inclusive to >1 months old - ≤18 years old patients, in RSCM Jakarta within 2015-2018. Results: There are 86 subjects with characteristic of HAP in this study are age 1-24 months old, has more than one comorbidity, good nutritional status and late onset. Conclusion: General characteristic of HAP in this study are, age 1-24 months old, has more than one comorbidity, good nutritional status, length of stay 8-14 days and late onset. The mortality proportion of HAP in this study is 24.4%. The mortality characteristic was influenced by nutritional status (severe malnutrition), comorbidities, age, length of hospital stay and onset of the disease."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Adhyaksanti
"Pneumonia komunitas adalah penyebab kematian terbesar di Indonesia. Sistem skor PSI dan CURB-65 telah digunakan dalam menentukan keparahan penyakit dan keputusan tempat rawat berdasarkan risiko kematian dalam 30 hari. Tujuan penelitian ini adalah membandingkan sistem skor modifikasi PSI dan modifikasi CURB-65 pada pasien CAP sebagai prediktor mortalitas 30 hari di RS Persahabatan. Penelitian ini adalah kohort prospektif yang dilakukan pada pasien CAP yang dirawat di RS Persahabatan sejak bulan Oktober 2012-Maret 2013. Gejala klinis nilai laboratorium, foto toraks, penyakit penyerta skor PSI dan CURB-65 serta hasil akhir berupa kematian dicatat untuk dianalisis. Selama 30 hari subjek penelitian diikuti. Sebanyak 167 pasien CAP mengikuti penelitian ini didapatkan angka kematian sebesar 18,6%. Sensitivitas PSI sama dengan CURB-65 yaitu sebesar 77,4%. Spesifisitas PSI sedikit lebih tinggi dari pada CURB-65 (58,1% vs 53,7% p < 0,001). Risiko relatif mortalitas berdasarkan PSI pada kelompok risiko tinggi sebesar 3,64 kali dibandingkan kelompok risiko rendah, sedangkan risiko relatif mortalitas berdasarkan CURB-65 pada kelompok risiko tinggi sebesar 3,15 kali dibandingkan kelompok risiko rendah. Skor CURB-65 dapat dipertimbangkan sebagai prediktor mortalitas pada pasien CAP yang di rawat inap.

Community Acquired Pneumonia (CAP) is the first leading disease with the highest mortality in hospitalized patient in Indonesia. Pneumonia severity assessment systems such as the pneumonia severity index (PSI) and CURB-65 were designed to predict severity of illness and site of care base on 30-d mortality. The purpose of this study is to comparing the PSI with CURB-65 in patient admitted with CAP as predictor 30 days mortality in Persahabatan Hospital, Jakarta. This is a prospective cohort study in hospitalized community acquired pneumonia patients in Persahabatan Hospital since October 2012- Maret 2013. Clinical symptoms, laboratory findings, chest x-ray , comorbidities, score of PSI and CURB-65, 30 days mortality were recorded for analysis. Thirty days mortality outcome were recorded to analysis which score system as the best to predict 30 days mortality. One hundred and sixtty seven patients CAP were studied with an overall 30-d mortality of 18,6%. Sensitivity of PSI were simillar with CURB-65 for predicting patients who died within 30 d (77,4% ; p < 0.001). Specificity of PSI was slighty higher than CURB-65 (58,1% vs 53,7% p < 0,001). Score PSI have risk mortality 3,64 times in high risk group CAP than low risk group CAP. Score CURB-65 have risk mortality 3,15 times in high risk group CAP than low risk CAP. CURB-65 modification was considerable to predict mortality in CAP patients hospitalized.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>