Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 145555 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ade Mulya Nasrun
"Latar Belakang : Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017 angka kematian neonatal (AKN) Indonesia adalah 15 per 1.000 kelahiran hidup. Angka ini masih rendah dari target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan Sustainable Development Goals (SDGs), dengan harapan pada tahun 2030 AKN tidak lebih dari 12 per 1.000 kelahiran hidup. Kematian neonatal berasal dari kesehatan ibu yang buruk, perawatan yang tidak memadai selama kehamilan, manajemen komplikasi yang tidak tepat selama kehamilan dan persalinan.
Tujuan : Tujuan penelitian ini untuk melihat hubungan riwayat frekuensi Antenatal care (ANC) dengan kematian neonatal di Indonesia.
Metode : Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data SDKI 2017. Variabel dependen adalah kematian neonatal. Variabel independen utama adalah antenatal care
(ANC). Variabel kovariat adalah imunisasi TT, tempat tinggal, usia ibu, pendidikan ibu, paritas, tempat persalinan, jenis kelamin bayi, kelahiran cesar dan kelahiran kembar. Analisis menggunakan regresi logistik menggunakan aplikasi SPSS-24
Hasil : Proporsi kematian neonatal adalah sebanyak 91 kasus (1,1%). Hasil analisis multivariat menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara hubungan frekuensi antenatal care (ANC) dengan kematian neonatal di Indonesia dengan pvalue = 0,003 (p 0,05) dan POR 3,110 dengan 95%CI (1,489-6,499).
Kesimpulan : Ada hubungan antara frekuensi antenatal care (ANC) dengan kematian neonatal di Indonesia. Bagi ibu hamil agar melakukan antenatal care (ANC) minimal 4
kali selama masa kehamilan sesuai anjuran pemerintah dan WHO dalam rangka meningkatkan pengetahuan tentang pemeriksaan kehamilan dasar sehingga memiliki
motivasi untuk meningkatkan kesehatan ibu dan janin. Sehingga dapat menurunkan angka kematian neonatal di Indonesia.

Background: Based on the results of the Indonesian Demographic and Health Survey (IDHS) in 2017 the Indonesian neonatal mortality rate (NMR) is 15 per 1,000 live births. This figure is still low compared to the Sustainable Development Goals (SDGs) target, with the hope that in the year 2030 NMR will not exceed 12 per 1,000 live births. Neonatal mortality comes from poor maternal health, inadequate care during pregnancy,
management of improper complications during pregnancy and childbirth.
Objective: This study aimed to look at the history of antenatal care (ANC) relationships with neonatal deaths in Indonesia.
Method: The data used in this study is the 2017 IDHS data. The dependent variable is neonatal mortality. The main independent variable is antenatal care (ANC). Covariate variables are TT immunization, place of residence, mothers age, mothers education, parity, place of delivery, sex of the baby, cesarean delivery and twin births. Analysis using logistic regression using the SPSS-24 application
Results: The proportion of neonatal deaths was 91 cases (1.1%). The results of multivariate analysis showed that there was a significant relationship between the frequency antenatal care (ANC) relationship with neonatal death in Indonesia with pvalue = 0.003 (p 0.05) and POR 3.110 with 95% CI (1,489-6,499).
Conclusion: There is a relationship between the frequency of antenatal care (ANC) and neonatal death in Indonesia. For pregnant women to do antenatal care (ANC) at least 4
times during pregnancy according to the recommendations of the government and WHO to increase knowledge about basic prenatal care so that they have the motivation to
improve maternal and fetal health. So that it can reduce neonatal mortality in Indonesia.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T53877
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Noor Latifah A
"Tesis ini membahas mengenai ibu hamil yang melakukan kunjungan ANC selama kehamilannya dengan kejadian kematian neonatal. Kematian neonatal merupakan masalah kesehatan yang masih menjadi perhatian utama di dunia. Kematian neonatal dapat disebabkan berbagai faktor, baik dari segi faktor ibu, faktor bayi maupun faktor pelayanan kesehatan. Frekuensi kunjungan ANC merupakan bagian pelayanan kesehatan yang merupakan faktor pencegah terjadinya kematian neonatal jika ibu hamil mengikuti semua yang dianjurkan pada pelayanan antenatal, yaitu melakukan kunjungan ANC ≥ 4 kali selama 3 trimester kehamilannya. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan menggunakan analisis regresi logistik ganda.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penyebab kematian neonatal adalah frekuensi kunjungan ANC, paritas, komplikasi kehamilan, berat lahir bayi, pemeriksaan neonatal dini. Terdapat interaksi antara frekuensi kunjungan ANC dengan berat lahir bayi yaitu ibu yang tidak melakukan kunjungan ANC atau < 4 kali selama kehamilannya dan memiliki bayi dengan berat lahir ≥ 2500 gram memiliki peluang lebih besar 2,6 kali untuk terjadinya kematian neonatal dibandingkan dengan ibu yang melakukan kunjungan ANC ≥ 4 kali selama kehamilannya. Hal ini dikarenakan kematian neonatal pada bayi yang memiliki berat lahir ≥ 2500 gram sebagian besar adalah bayi dengan berat lahir > 4000 gram yang merupakan risiko tinggi untuk terjadinya kematian neonatal, sehingga diharapkan dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai kematian neonatal untuk berat bayi > 4000 gram. Dan yang berkaitan dengan frekuensi kunjungan ANC, diharapkan dari pemerintah membuat kebijakan yang lebih tegas mengenai kewajiban ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya minimal 4 kali dalam 3 trimester selama kehamilannya.

This thesis discusses the pregnant mothers who visited ANC during pregnancy with the incidence of neonatal death. Neonatal mortality is a health issue that is still a major concern in the world. Neonatal deaths can be caused by various factors, both in terms of maternal factors, infant factors and health service factors. Frequency of ANC visits are part of health care is a factor preventing the occurrence of neonatal death when pregnant women are advised to follow all the antenatal care, ie a visit ANC ≥ 4 times during the three trimesters of pregnancy. This study uses cross-sectional design using multiple logistic regression analysis.
These results indicate that the cause of neonatal death is the frequency of ANC visits, parity, pregnancy complications, birth weight infants, early neonatal examination. There is interaction between the frequency of ANC visits with the mother's birth weight infants who did not make a visit ANC or <4 times during her pregnancy and having babies with birth weight ≥ 2500 g had 2.6 times greater chance for the occurrence of neonatal death compared with mothers who did visit ANC ≥ 4 times during her pregnancy. This is due to neonatal mortality in infants with birth weight ≥ 2500 grams mostly infants with birth weight > 4000 grams who are at high risk for the occurrence of neonatal death, so expect to do further research on neonatal mortality to infant weight > 4000 g. And related to the frequency of ANC visits, expected from the government to make policies more firmly on the obligations of pregnant women for pregnancy check at least 4 times in the third trimester during pregnancy.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Saragih, Izzah Dienillah
"BBLR merupakan salah satu indikator penting untuk menggambarkan kesehatan masyarakat. Di Indonesia, prevalensi BBLR mengalami stagnanisasi bahkan meningkat yaitu 6,7% pada 2007 menjadi 7,3% pada 2012. Banyak faktor yang memengaruhi BBLR, salah satunya adalah pelayanan ANC. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan frekuensi dan kualitas pelayanan ANC terhadap kejadian BBLR dengan menggunakan data SDKI 2012. Penelitian ini menggunakan desain penelitian potong lintang dengan menggunakan kuesioner SDKI 2012. Study participant dalam studi ini sebanyak 13.413 Hasil analisis ditemukan prevalensi BBLR sebesar 6,9%. Karateristik BBLR lahir dengan berat badan rata-rata yaitu 2055,11 gr dan berat badan terendah lahir dengan berat 700 gr. Faktor yang secara statitstik berhubungan dengan BBLR adalah frekuensi, kualitas ANC, pekerjaan ibu pendidikan ibu, komplikasi kehamilan, paritas, dan status ekonomi. Dari hasil analisis logistic regression ditemukan ibu dengan riwayat komplikasi kehamilan serta mendapatkan frekuensi ANC yang buruk, memiliki risiko melahirkan BBLR 2,772 kali dibandingkan ibu yang tidak mengalami riwayat komplikasi kehamilan dan mendapatkan frekuensi ANC yang baik. Serta ibu yang mendapatkan kualitas pelayanan antenatal dengan kualitas buruk berisiko 1,126 kali lebih besar untuk melahirkan BBLR dibandingkan dengan ibu yang mendapatkan kualitas pelayanan antenatal baik setelah dikontrol variabel frekuensi ANC. Namun, hasil analisis ini menunjukkan bahwa hubungan frekuensi dan kualitas ANC dengan BBLR tidak signifikan dengan mempertimbangkan p value >0,05 dan CI rentangnya melewati angka 1. Terdapat potensi bias seleksi yang besar dimana missing pada studi partisipan sebanyak 19%.

LBW is one of indicators to describe public health. In Indonesia, the prevalence of LBW increased by 6.7% in 2007 to 7.3% in 2012. Many factors affect the LBW, one of which is the ANC. This study aims to see the relationship of frequency and quality of ANC service to the occurrence of LBW by using data of SDKI 2012. This is a cross sectional study using the questionnaire SDKI 2012. Study participant in this study as many as 13,413. The results showed the prevalence of LBW by 6.9% . Characteristics of LBW was born with an average body weight of 2055.11 gr and the lowest is 700 gr. Factors that are statistically associated with LBW are frequency, ANC quality, maternal education, work, pregnancy complications, parity, and economic status. From the results of logistic regression analysis found that women with a history of complications and lack of ANC frequency, has a risk of giving birth to LBW 2,772 times to mothers who had no pregnancy complication and had good ANC. As well as mothers who received quality antenatal service with poor quality 1.126 times larger to give birth to LBW with mothers who have good quality antenatal care after controlled by ANC frequency. However, the results of this analysis show that the relationship of frequency and quality of ANC to BBLR is not significant with p value> 0,05 and CI range exceeds the number 1. There is a large selection potential bias which showed by 19% missing data from eligible population."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T48317
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aini Qurani Sam
"Lebih dari 500.000 ibu yang meninggal tiap tahunnya disebabkan karena komplikasi pada kehamilan. Meskipun pada kenyataannya komplikasi obstetric menjadi kejadian yang tidak dapat diramalkan dan menyebabkan sekitar lebih dari 90% kematian ibu pada saat atau sekitar persallinan. Maka dari itu, pendekatan yang dilakukan adalah dengan mengganggap semua kehamilan berisiko. Salah satu strategi yang dapat dilakukan dalam mencegah dan menurunkan angka kejadian maternal mortality di Indonesia yakni dengan mengetahui apakah terdapat hubungan antara kepatuhan kunjungan dan kelengkapan antenatal care (ANC) dengan kejadian komplikasi obstetri sehingga selanjutnya dapat dilakukan perencanaan penanggulangan secara lebih efektif dalam hal menurunkan kematian ibu di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017 dengan design penelitian potong lintang. Sampel pada penelitian ini adalah ibu berumur 15-49 tahun yang memiliki anak 5 tahun terakhir yang memenuhi kriteria inklusi dengan mengambil total sampling. Hasil permodelan akhir analisis multivariat cox regresi dimana diperoleh adanya hubungan kepatuhan dan kelengkapan ANC yang signifikan secara statistik terhadap komplikasi obstetric dengan nilai PR sebesar 1,33 (95%CI 1,22-1,46) dengan nilai p 0,0001. Maka dapat disimpulkan, ada hubungan kepatuhan kunjungan dan kelengkapan ANC terhadap komplikasi obstetric di Indonesia setelah dikontrol oleh variabel umur, paritas, riwayat komplikasi, dan pendidikan.

More than 500,000 mothers died each year due to complications in pregnancy. Even though obstetric complications become unpredictable events and caused more than 90% of maternal deaths at or around delivery. Therefore, the approach taken is to assume all pregnancies are risky. One of the strategies that can be used to prevent and reduce the incidence of maternal mortality in Indonesia is to find out whether there is a relationship between compliance and completeness antenatal care (ANC) with the incidence of obstetric complications so that further management planning can be done more effectively in terms of lowering maternal mortality in Indonesia. This study used secondary data from the Indonesia Demographic and Health Survey (IDHS) in 2017 with a cross-sectional design. The sample in this study were mothers aged 15-49 years who had children in the last 5 years who were eligible with the inclusion criteria by taking total sampling. The results of the final modeling of multivariate cox regression analysis showed that there was a relationship between ANC compliance and completeness with obstetric complications with a PR value of 1.33 (95% CI 1.28-1.46) with a p-value of 0.0001. So it can be concluded, there is a relationship between compliance and completeness of ANC to obstetric complications in Indonesia after being controlled by age, parity, history of complications, and education."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Turnip, Monika Sani
"Angka kematian bayi akibat makrosomia meningkat 0,1% menurut Data Survey Demografi Kesehatan Indonesia 2017. Sementara itu, komplikasi persalinan ibu meningkat dari 35% pada tahun 2012 menjadi 41% pada tahun 2017. Dengan menggunakan data dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia, penelitian ini menyelidiki hubungan antara pemeriksaan kehamilan (antenatal care) dan variabel kejadian makrosomia dengan faktor pembaur (confounding) yakni Umur Ibu, Pekerjaan Ibu, Lokasi Tempat Tinggal Ibu, Tingkat Pendidikan Ibu, Status Sosial Ekonomi, Tempat Pemeriksaan saat kehamilan, dan Tenaga Pemeriksaan Kehamilan. Penelitian ini memakai metode penelitian kuantitatif observasional analitik melalui teknik cross-sectional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel independen memiliki korelasi yang signifikan dengan variabel dependen, yaitu kualitas pemeriksaan kehamilan dengan standar 10T yang dilakukan pada pasien ibu hamil dengan faktor konfounding-nya status pekerjaan ibu, daerah tempat tinggal ibu, dan tempat pemeriksaan kehamilan serta variabel interaksi antara daerah tempat tinggal dengan kuantitas ANC. Hasil analisis menunjukkan ibu yang tidak mendapatkan kualitas pemeriksaan kehamilan yang sesuai standar berisiko 1,304 (95% CI 1,096-1,551) kali memiliki bayi makrosomia dibandingkan dengan ibu yang mendapatkan kualitas pemeriksaan kehamilan yang sesuai standar. Pada faktor konfounding yang paling berisiko pada kejadian makrosomia adalah daerah tempat tinggal dengan POR=1,692 (95% CI 1,358- 2,109) artinya ibu yang tinggal di desa berisiko 1,692 kali memiliki bayi makrosomia dibandingkan ibu tinggal di kota.

The infant mortality rate due to macrosomia increased by 0.1% according to the 2017 Indonesian Demographic Health Survey Data. Meanwhile, maternal birth complications increased from 35% in 2012 to 41% in 2017. Using data from the Indonesian Demographic and Health Survey, this research investigate the relationship between antenatal care and macrosomia incidence variables with confounding factors, namely maternal age, maternal occupation, maternal residence location, maternal education level, socio-economic status, examination location during pregnancy, and prenatal examination personnel. This research uses quantitative observational analytical research methods using cross-sectional techniques. The results of the study show that the independent variable has a significant correlation with the dependent variable, namely the quality of pregnancy examinations with the 10T standard carried out on pregnant women with the confounding factors being the mother's employment status, the area where the mother lives, and the place of pregnancy examination as well as the interaction variable between regions. residence with ANC quantity. The results of the analysis show that mothers who do not receive quality pregnancy checks that meet standards have a 1.304 (95% CI 1.096-1.551) risk of having macrosomia babies compared to mothers who get quality pregnancy checks that meet standards. The confounding factor that is most at risk for the incidence of macrosomia is the area of residence with POR=1.692 (95% CI 1.358-2.109) meaning that mothers who live in villages are 1.692 times more likely to have macrosomia babies than mothers who live in cities."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Cindy Prastika
"Kematian neonatal merupakan indikator penting dalam kesehatan anak dan menjadi dasar untuk menilai derajat kesehatan negara. Kematian neonatal menyumbang 2/3 dari kematian bayi. Menurut WHO tahun 2020, 75% kematian neonatal terjadi di minggu pertama kelahiran dan sekitar 1 juta bayi meninggal dalam 24 jam pertama kelahiran. Upaya pencegahan kematian neonatal periode tersebut adalah dengan pelayanan kunjungan neonatal pertama (KN 1) yang berkualitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pelayanan KN 1 dengan kematian neonatal di Indonesia. Desain penelitian dengan cross sectional menggunakan data SDKI 2017. Sampel penelitian adalah WUS (15-49 tahun) yang melahirkan anak terakhir lahir hidup dan bukan kelahiran kembar. Analisis penelitian menggunakan complex sample dengan uji regresi logistik faktor risiko. Hasil penelitian menunjukkan kematian neonatal sebesar 2,3%, cakupan KN 1 sebesar 81,8% dan bayi yang menerima KN 1 lengkap sebesar 35,4%. Terdapat interaksi antara pelayanan KN 1 dengan persalinan sesar terhadap kematian neonatal sehingga kematian neonatal pada KN 1 tidak lengkap dengan sesar berisiko 1,4 kali lebih besar dan kematian neonatal pada KN 1 tidak lengkap dengan bukan sesar berisiko 4,4 kali lebih besar dibandingkan dengan kematian neonatal pada KN 1 lengkap dan bukan sesar. Oleh karena itu, peningkatan kelengkapan pelayanan KN 1 sangat diperlukan dalam penurunan kematian neonatal, seperti penyediaan pedoman neonatal esensial, promosi kesehatan terkait pentingnya perawatan bayi baru lahir. Selain itu juga penting mendorong ibu untuk melahirkan di fasilitas kesehatan agar bayi baru lahir dapat dipantau.

Neonatal mortality is an important indicator of child health and basis for assessing country’s health status. Neonatal mortality accounts for 2/3 of infant mortality. According WHO in 2020, 75% of neonatal mortality occur in the first week after birth and about 1 million infants die in the first 24 hours after birth. To prevent neonatal mortality in that period were by providing first neonatal visit service. Study aims to determined the relationship between first neonatal visit service with neonatal mortality in Indonesia. Design study was cross sectional using 2017 IDHS data. The sample was women of childbearing (15-49 years) who gave birth the last child born alive and not twins. Research analysis used complex sample with logistic regression of risk factors test. The results showed that neonatal mortality was 2.3%, coverage of KN 1 was 81.8% and newborns who received complete KN 1 were 35.4%. There was an interaction between KN 1 services with caesarean delivery and neonatal mortality so that neonatal mortality in incomplete KN 1 with caesarean section is 1,4 times greater and neonatal mortality in incomplete KN 1 with non-caesarean section is 4,4 times greater than death neonatal in KN 1 is complete and not caesarean. Therefore, increasing the completeness of KN 1 services is very necessary in reducing neonatal mortality, such as providing essential neonatal guidelines, health promotion related to the importance of newborn care. In addition, it is also important to encourage matenal to delivery in health facilities so that newborns can be monitored."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Rahmadian
"Kematian neonatal masih menjadi masalah kesehatan utama di Indonesia. Berdasarkan data SDKI 2017, Angka Kematian Neonatal (AKN) di Indonesia masih tinggi yakni 15 per 1,000 kelahiran hidup dan belum mencapai target SDGs (<12 per 1.000 kelahiran hidup). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran faktor risiko kematian neonatal yang paling berpengaruh di Indonesia. Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional menggunakan data SDKI 2017 yang mencakup 11.153 kelahiran hidup anak terakhir dari tahun 2012-2017. Hasil penelitian menunjukan bahwa faktor risiko yang berhubungan secara signifikan dengan kematian neonatal adalah umur ibu <20 &>35 tahun (OR: 2,2; 95% CI: 1,21- 3,87), ibu yang bekerja (OR: 1,9; 95% CI: 1,03-3,36), tidak melakukan inisiasi menyusui dini (OR: 56,7; 95% CI: 24,6- 130,9), bayi dengan jenis kelamin laki-laki (OR: 2,6; 95% CI: 1,39- 4,81), berat badan lahir rendah (OR: 14; 95% CI: 7,85- 25,3), status kembar (OR: 9; 95% CI: 2,65- 30,7), penolong persalinan bukan dengan tenaga kesehatan (OR: 0,19; 95% CI: 0,04-0,84), dan tidak melakukan pemeriksaan kesehatan bayi baru lahir (OR: 5,2; 95% CI: 2,92- 9,26). Oleh karena itu, intervensi kesehatan masyarakat yang berkaitan dengan kematian neonatal harus dikaitkan dengan karakteristik ibu dan bayi. Tenaga kesehatan diharapkan memahami sistem rujukan persalinan dan dapat melakukan rujukan dengan segera. Pelayanan kesehatan diharapkan mampu menyediakan perawatan kesehatan neonatal yang lengkap dan memadai."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salsabila Hulwani
"Indonesia menempati peringkat ke-7 dengan jumlah kematian neonatal tertinggi di dunia. Sekitar 42% dari seluruh kematian neonatal terjadi pada hari pertama setelah lahir dan sekitar 75% terjadi dalam periode neonatal dini. Sebagian besar kematian neonatal dini dapat dicegah melalui akses ke pelayanan kesehatan, salah satunya kunjungan neonatal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan Kunjungan Neonatal Pertama (KN 1) dengan kematian neonatal dini di Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif menggunakan desain studi kasus-kontrol dengan menganalisis data sekunder SDKI tahun 2017. Penelitian ini menemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pemanfaatan KN 1 dengan kematian neonatal dini [OR=8,23, 95% CI=2,76-24,55]. Risiko kematian neonatal dini ditemukan lebih tinggi pada wilayah tempat tinggal perdesaan, bayi berjenis kelamin laki-laki, urutan kelahiran 2-3 dan ≥4, jarak kelahiran <24 bulan dan >35 bulan serta anak tunggal, berat badan lahir <2500 gram, ibu berpendidikan rendah, melahirkan saat berusia <20 tahun dan >35 tahun, memanfaatkan perawatan antenatal <6 kali, tidak mendapatkan imunisasi tetanus toksoid, dan tidak melakukan persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan. Adapun ditemukan bahwa wilayah tempat tinggal, jenis kelamin, urutan kelahiran, berat badan lahir, usia saat melahirkan, imunisasi tetanus toksoid, dan tempat persalinan merupakan variabel perancu yang mempengaruhi hubungan antara pemanfaatan KN 1 dengan kematian neonatal dini.

Indonesia is ranked 7th with the highest number of neonatal deaths worldwide. About 75% of all neonatal deaths occur in the early neonatal period. Early neonatal deaths can be prevented through access to health services through neonatal visits. This study aims to determine the relationship between first neonatal visits and early neonatal mortality in Indonesia. This is a quantitative study using a case-control study design by analyzing secondary data from the 2017 IDHS. This study found a significant relationship between first neonatal visits and early neonatal mortality [OR=8.23, 95% CI=2.76- 24,55]. The risk of early neonatal mortality was found to be higher in rural areas; male babies; birth order 2-3 and ≥4; birth spacing <24 months and >35 months, and an only child; birth weight <2500 grams; mother low education; gave birth at <20 years and >35 years; used antenatal care <6 times; did not receive tetanus toxoid immunization; and did not give birth in a health care facility. It was found that place of residence, sex, birth order, birth weight, age at birth, tetanus toxoid immunization, and place of delivery were confounding variables that influenced the relationship between the use of first neonatal visits and early neonatal mortality."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Hadi Budhy Setyanto
"Pada 2017, 2,5 juta anak meninggal pada bulan-bulan pertama kehidupan mereka di seluruh dunia. Berdasarkan DHS Indonesia 2017, kematian neonatal di Indonesia mencapai 15 kematian per 1.000 kelahiran hidup. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji hubungan antara Inisiasi Dini Menyusui dan Kematian Neonatal di Indonedia 2017. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah case-control dengan sumber data Indonesia Demographic and Health Survey 2017. Proporsi antara kasing dan kontrol adalah 1: 4. Sampel terdiri dari 282 kasus, yang menjadi anak terakhir dalam lima tahun terakhir dan meninggal pada bulan pertama hidupnya di data SDKI 2012. Selain itu, ada 1128 kontrol yang dapat bertahan hidup di bulan pertama hidupnya. dan memiliki kriteria yang sama dengan kasus.
Studi ini menemukan bahwa neonatal yang tidak melakukan Inisiasi Menyusui Dini memiliki 3,56 kali (95% CI = 2,65 - 4,78) peluang lebih tinggi kematian neonatal daripada neonatal yang melakukan Inisiasi Menyusui Dini. Kemudian, setelah dikontrol oleh variabel usia ibu saat kelahiran, berat lahir, dan bantuan persalinan, neonatal yang tidak melakukan Inisiasi Menyusu Dini memiliki 2,87 kali (95% CI = 1,85 - 4,45) peluang lebih tinggi kematian neonatal daripada neonatal yang melakukan Inisiasi Dini Menyusui. Strategi untuk meningkatkan kelangsungan hidup neonatal harus memberdayakan ibu, keluarga, dan masyarakat untuk melakukan dan mendukung inisiasi menyusui dini untuk memastikan kesehatan dan meningkatkan kekebalan neonatal. Komitmen pemerintah juga penting untuk mengatasi ketersediaan yang harus dilakukan dan mendukung inisiasi menyusui dini di setiap layanan kesehatan. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alya Adhityashma Wahono
"Latar belakang: Saat ini, kematian neonatal masih menjadi masalah kesehatan masyarakat nasional dan global sehingga diperlukan upaya untuk menurunkannya. Salah satunya melalui pemanfaatan antenatal care (ANC). Dalam ANC terdapat 10 komponen pelayanan kesehatan yang harus diberikan kepada ibu hamil, termasuk imunisasi tetanus toksoid (TT) yang penting untuk mencegah tetanus neonatorum (TN) yang memiliki fatality rate yang tinggi. Di Indonesia, persentase TT2+ pada ibu hamil menurun, sedangkan kasus TN mulai meningkat kembali.
Tujuan: Untuk mengetahui hubungan imunisasi TT pada ibu hamil dengan kematian neonatal di Indonesia.
Metode: Penelitian ini menggunakan data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017 dengan desain studi cross sectional. Sampel dari penelitian ini terdiri dari 10.028 wanita usia subur yang melahirkan bayi dalam rentang tahun 2012 – 2017 dengan kondisi bayi lahir hidup dan tunggal. Analisis data dilakukan dengan analisis survei kompleks menggunakan uji chi square dan regresi logistik.
Hasil: Prevalensi kematian neonatal di Indonesia mencapai 0,8%. Ada sebanyak 28,6% ibu yang belum pernah mendapatkan, 17,7% ibu yang hanya menerima satu kali, dan 53,7% ibu yang telah mendapatkan ≥2 dosis imunisasi TT selama kehamilannya. Berdasarkan uji statistik, baik sebelum maupun setelah dikontrol dengan variabel confounding, diperoleh bahwa bayi yang dilahirkan dari ibu yang tidak pernah mendapatkan imunisasi TT berpeluang tinggi untuk mengalami kematian neonatal daripada bayi yang ibunya telah mendapatkan imunisasi TT 2 kali atau lebih (AOR 1,89; 95% CI 1,11 – 3,23). Di sisi lain, pada ibu yang hanya satu kali menerima imunisasi TT tidak ditemukan adanya asosiasi dengan kematian neonatal (AOR 0,67; 95% CI 0,29 – 1,54).
Kesimpulan: Menambah bukti tentang pentingnya imunisasi TT pada ibu hamil dalam upaya mencegah kematian neonatal.

Background: Currently, neonatal mortality remains a significant public health issue both nationally and globally. Therefore, efforts are needed to reduce it. One effective strategy is the utilization of antenatal care. ANC encompasses 10 essential health services that should be provided to pregnant women, including the administration of tetanus toxoid (TT) immunization, which is crucial for preventing neonatal tetanus (NT) with a high fatality rate. In Indonesia, the percentage of TT2+ immunization among pregnant women has decreased, while NT cases have risen again.
Objective: To determine the association between TT immunization in pregnant women and neonatal mortality in Indonesia.
Method: This study utilized data from the 2017 Indonesia Demographic and Health Survey (IDHS) with a cross-sectional study design. The sample consisted of 10.028 women of childbearing age who gave birth to live and single babies between 2012 and 2017. Data analysis was performed using complex survey analysis with chi-square tests and logistic regression.
Result: The prevalence of neonatal mortality in Indonesia is 0.8%. Among the mothers, 28.6% had never received TT immunization, 17.7% had received it only once, and 53.7% had received two or more doses of it during their pregnancy. Based on statistical tests, both before and after controlling for confounding variables, it was found that babies born to mothers who had never received TT immunization had a higher likelihood of experiencing neonatal mortality compared to babies whose mothers had received TT immunization twice or more (AOR 1.89; 95% CI 1.11 – 3.23). On the other hand, no association was found between mothers who received only one dose of TT immunization and neonatal mortality (AOR 0.67; 95% CI 0.29 – 1.54).
Conclusion: Add more evidence about the importance of TT immunization in pregnant women to prevent neonatal mortality.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>