Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 200139 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nila Wahyuningsih
"Pengetahuan merupakan faktor penting untuk dipelajari guna mengetahui penyebab meningkatnya kejadian PMS dan HIV / AIDS pada kaum gay, transgender dan transgender dalam beberapa tahun terakhir. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan kaum gay, waria dan waria di Jakarta dan sekitarnya tentang pencegahan PMS dan HIV / AIDS dengan angka kejadian pada kelompok tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan desain cross sectional dengan jumlah sampel 114 orang. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner STI / HIV Prevention Knowledge dari Public Health Agency Kanada. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan pencegahan PMS dan HIV / AIDS dengan kejadian PMS pada kelompok gay, waria dan waria di Jakarta dan sekitarnya (OR = 2.807; p value = 0.017). Sedangkan tingkat pengetahuan tentang PMS dan pencegahan HIV / AIDS tidak berhubungan dengan kejadian HIV / AIDS (OR = 467; p value = 0,144). Pengetahuan memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian PMS, tetapi tidak dengan kejadian HIV / AIDS. Oleh karena itu, diperlukan penelitian lebih lanjut tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian HIV di kalangan gay, transgender dan transgender.

Knowledge is an important factor to study in order to determine the causes of the increasing incidence of STDs and HIV / AIDS in gay, transgender and transgender people in recent years. This study aims to determine the relationship between the level of knowledge of gays, waria and waria in Jakarta and its surroundings about the prevention of STDs and HIV / AIDS and the incidence rate in that group. This study used a cross sectional design approach with a sample size of 114 people. The research instrument used the STI / HIV Prevention Knowledge questionnaire from the Canadian Public Health Agency. The results showed that there was a relationship between the level of knowledge of STD prevention and HIV / AIDS with the incidence of STD in the gay, transgender and transgender group in Jakarta and its surroundings (OR = 2.807; p value = 0.017). Meanwhile, the level of knowledge about STDs and HIV / AIDS prevention was not related to the incidence of HIV / AIDS (OR = 467; p value = 0.144). Knowledge has a significant relationship with the incidence of STDs, but not with the incidence of HIV / AIDS. Therefore, further research is needed on the factors that influence HIV incidence among gay, transgender and transgender people."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Umi Solekhah
"Peningkatan pravelensi Orang dengan HIV/AIDS ODHA dari tahun ke tahun merupakan salah satu masalah kesehatan global yang serius. Antiretroviral ARV merupakan satu-satunya pilihan terapi yang tersedia bagi ODHA yang harus dikonsumsi seumur hidup dengan kepatuhan tinggi 95 guna mencapai efektfitas obat. Akan tetapi, masalah kepatuhan masih menjadi masalah utama bagi ODHA. Pengetahuan tentang penyakit dan pengobatannya merupakan faktor yang dapat mendukung tingkat kepatuhan dalam menjalani pengobatan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan tentang HIV/AIDS, terapi ARV dan infeksi oportunistik dengan tingkat kepatuhan ODHA dalam menjalani terapi antiretroviral. Digunakan metode cross sectional consecutive total sampling dengan jumlah sampel sebanyak 50 responden. Hasil penelitian ini menunjukkan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dengan tingkat kepatuhan dalam menjalani terapi ARV p value = 0.107 > 0.05.

Increasing the number of People Living with HIV AIDS PLWHA from year to year is one of the serious global health problems. Antiretroviral ARV is the only available therapeutic option for PLWHA to be consumed for a lifetime with high adherence 95 in order to achieve drug effectiveness. However, compliance issues are still a major problem for PLWHA. Knowledge about the disease and theraphy are factors that can support medication adherence.
This study aims to determine the correlation between the level of knowledge about HIV AIDS, ARV therapy and opportunistic infections and the level of adherence of PLWHA in antiretroviral therapy. The method of cross sectional consecutive total sampling was used with 50 respondents in total. The results of this study indicate there is no significant correlation between the level of knowledge and the level of adherence in undergoing antiretroviral therapy p value 0.107 0.05.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitompul, Jos Iswadi
"Penularan HIV menjadi tantangan dunia hingga saat ini yang memerlukan pencegahan yang konprehensif berbasis pengetahuan. Remaja merupakan kelompok kecil yang rentan terhadap penularan HIV. Penelitian deskriptif korelasi ini bertujuan mengidentifikasi hubungan tingkat pengetahuan dan sikap dengan perilaku pencegahan penularan HIV dengan pendekatan cross-sectional yang melibatkan 87 siswa SMA dengan teknik quota sampling. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner untuk mengukur tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku pencegahan penularan HIV. Hasil analisis bivariat dengan uji chi-square menunjukkan tingkat pengetahuan berhubungan signifikan dengan perilaku pencegahan penularan HIV/AIDS (p=0,01, α=0,05). Analisis bivariat sikap dan perilaku menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara sikap dengan perilaku pencegahan penularan HIV/AIDS (p=0,20,α=0,05). Pendidikan kesehatan perlu dimasukkan dalam kurikulum pendidikan di sekolah untuk memperkaya remaja tentang informasi kesehatan khususnya HIV/AIDS sehingga dapat memutuskan mata rantai penularan HIV/AIDS.

HIV transmission is challenging the world to date and need base prevention conprehensive prooer knowledge. Teenagers are a small group who are vulnerable to HIV infection. This correlation descriptive study aimed to identify the correlation between knowledge and attitudes to HIV prevention behaviour with a cross-sectional approach involving juvenile respondents with a high school 87 students with quota sampling technique. The research instrument used questionnaires to measure the level of knowledge, attitudes, and behaviors to prevent HIV transmission. Results of bivariate analysis with chi-square test showed that there was a significant relationship between knowledge with behavior of the prevention of HIV/AIDS (p=0,01 α=0,05). Bivariate analysis of attitudes and behavior showed there was no significant relationship between attitude with behavior prevention of HIV/AIDS (p=0,20 α=0,05). Health education should be included in the education curriculum in schools to enrich the youth about health information in particular HIV/AIDS so that they can break the chain of transmission of HIV/AIDS."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
S47572
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arum Zulaikhah
"Kasus baru HIV di Indonesia cenderung terus mengalami peningkatan. Sedangkan, tren di dunia mengalami penurunan. LSL merupakan kelompok risiko tinggi. Pencegahan penularan HIV dilakukan dengan perubahan perilaku. Studi ini menggunakan studi crossectional pada 1.161 sampel hasil STBP 2015 pada kelompok LSL. Variabel independennya adalah pengetahuan tentang pencegahan dan penularan HIV-AIDS, dan pengetahuan status HIV diri sendiri. Variabel dependennya adalah perilaku seks berisiko HIV-AIDS yang terdiri dari perilaku jumlah pasangan seks>1 dan penggunaan kondom tidak konsisten. Variabel lain terdiri dari umur, status pekerjaan, pendidikan, akses ke pelayanan pencegahan penularan HIV-AIDS, dan akses internet tentang pencegahan dan penularan HIV-AIDS. Penelitian ini menggunakan analisis univariat, dan bivariat. Analisis bivariat menunjukkan tidak ada hubungan antara variabel independen, dan variabel lain dengan perilaku seks berisiko HIV-AIDS. Terdapat hubungan pengetahuan status HIV diri sendiri dan pelayanan pencegahan penularan HIV-AIDS dengan jumlah pasangan seks>1 PR=0,85(0,74-0,99) dan PR=0,83(0,72-0,96). Hal ini kuat hubungannya dengan perceived behavioral control pada LSL. Hubungan antara pengetahuan status HIV, pelayanan pencegahan dan penularan HIV-AIDS, serta akses terhadap internet tentang pencegahan penularan HIV-AIDS dengan penggunaan kondom yang tidak konsisten PR=1,14(1,02-1,28), PR=1,18(1,06-1,33), PR=1,16(1,02-1,31). Maka, perlu program peningkatan pengetahuan status HIV diri sendiri, penguatan pelayanan pencegahan penularan HIV-AIDS.

HIV new cases in Indonesia increasing, while global is decreasing. MSM is high risk group. Prevention of HIV transmission can to be done with behavioral change. This study applied crossectional study on 1,161 samples of 2015 IBBS results in MSM. Independent variables in this study are knowledge about prevention and transmission of HIV-AIDS, and knowledge of their own HIV status. The dependent variable is HIV-AIDS sexual behavior risk, such as having partner>1 and inconsistency of condom use. Other variables are age, jobs status, education level, access to prevention and transmission of HIV-AIDS services, and internet access about prevention and transmission HIV-AIDS. This research implemented univariate and bivariate analysis. Result of bivariate analysis reflects that there is no association between independent and other variables with HIV-AIDS risk sexual behavior. There is a relationship between knowledge of their own HIV status and services for prevention, transmission of HIV-AIDS with the number of sex partners>1 PR=0.85(0.74-0.99) and PR=0.83(0.72-0.96). This has significant association with perceived behavioral control among MSM. Association between knowledge of their HIV status and knowledge about prevention and transmission of HIV-AIDS as well as access to internet with incosistency condom use are PR=1,14(1,02-1,28), PR=1,18(1,06-1,33), PR=1,16(1,02-1,31). Hence, program strengthening for increasing knowledge of HIV status as well as HIV-AIDS prevention and transmission are essential."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Mutiara Artifa
"ABSTRAK
Prevalensi perilaku seksual berisiko HIV AIDS atau PMS pada remaja di Indonesia dan dunia masih mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal ini dikarenakan rendahnya pengetahuan seksualitas dan kesehatan reproduksi tentang penyebab dan dampak dari perilaku seksual pada remaja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan seksualitas dengan perilaku seksual berisiko HIV/AIDS atau PMS Di SMA Yayasan Islam X Jakarta Timur. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dengan 138 sampel dengan menggunakan teknik total sampling. Penelitian ini menggunakan instrumen kuesioner tentang teori seksualitas serta bentuk perilaku seksual berisiko yang dimodifikasi oleh peneliti. Hasil analisis statistik menggunakan chi-square menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan seksualitas memiliki hubungan bermakna dengan perilaku seksual berisiko HIV/AIDS atau PMS X2=5,133, p-value= 0,023, ? = 0,05. Penelitian ini merekomendasikan pada pemerintah, tenaga kesehatan dan sekolah untuk meningkatkan pengetahuan tentang seksualitas fokusnya pada penyebab dan dampak perilaku seksual berisko HIV/AIDS atau PMS agar dapat menurunkan jumlah perilaku seksual berisiko pada remaja di Indonesia.

ABSTRACT
Prevalence of HIV AIDS or STDs risk sexual behaviour in Indonesia and world rsquo s adolescents have high incidence every year. Those are due to low knowledge of sexuality and reproductive health about the causes and effects of sexual behavior in adolescents. This study aimed to identify the relationship between level of sexuality knowledge and HIV AIDS or STDs risk sexual behaviour in SHS Islamic X Jakarta Timur. The research used cross sectional design with 138 samples with total sampling method. This research used questionnaire as an instrument about the theory of sexuality as well as forms of risky sexual behavior modified by researchers. Statistic analyze used chi square with the result that level of sexuality knowledge had correlation with sexual behavior at risk of HIV AIDS or STDs X2 5,133, p value 0,023, 0,05. This study recommends governments, health workers and schools to improve the sexuality knowledge focuses on the causes and effects of HIV AIDS or STDs risk sexual behaviour in order to reduce the amount of risky sexual behavior in adolescents in Indonesia."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Selita Restuningtyas
"Pengetahuan tentang HIV / AIDS perlu diberikan kepada remaja untuk mengurangi terjadinya perilaku berisiko oleh remaja. Penelitian deskriptif analitik korelatif ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan HIV / AIDS dan perilaku berisiko dengan pendekatan cross-sectional yang melibatkan 418 siswa dari 10 SMA Negeri di Kota Bogor dengan menggunakan teknik proporsional stratified random sampling. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner IAQ-E (International AIDS Questionnaire English Version) untuk mengukur tingkat pengetahuan dan kuesioner YRBS (Youth Risk Behavior Survey) tentang perilaku berisiko pada remaja. Hasil analisis bivariat dengan uji Spearman menunjukkan bahwa pengetahuan HIV / AIDS berhubungan bermakna dengan perilaku berisiko (p = 0,009 α = 0,05; r = 0,128). Pendidikan kesehatan perlu dimasukkan dalam kurikulum pendidikan di sekolah untuk mengembangkan pengetahuan remaja tentang informasi kesehatan khususnya HIV / AIDS sehingga dapat mengurangi perilaku berisiko HIV / AIDS sejak usia dini.

Knowledge about HIV / AIDS needs to be given to adolescents to reduce the occurrence of risky behavior by adolescents. This descriptive correlative analytic study aims to determine the relationship between HIV / AIDS knowledge and risky behavior using a cross-sectional approach involving 418 students from 10 public high schools in Bogor City using proportional stratified random sampling technique. The research instrument used the IAQ-E (International AIDS Questionnaire English Version) questionnaire to measure the level of knowledge and the YRBS (Youth Risk Behavior Survey) questionnaire about risk behavior in adolescents. The results of the bivariate analysis using the Spearman test showed that knowledge of HIV / AIDS was significantly associated with risky behavior (p = 0.009 α = 0.05; r = 0.128). Health education needs to be included in the education curriculum in schools to develop youth knowledge about health information, especially HIV / AIDS so that it can reduce HIV / AIDS risk behavior from an early age."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vita Fatimah
"Human Immunodeficiency Virus merupakan salah satu masalah kesehatan global yang menyerang kekebalan tubuh. Sedangkan gay merupakan salah satu faktor resiko utama yang dapat menyebabkan seseorang terserang HIV/ AIDS. Gay dan HIV/ AIDS, umumnya mendapatkan sikap negatif dari lingkungan masyarakat termasuk tenaga kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran tingkat pengetahuan dan sikap calon tenaga keperawatan terhadap klien gay dan HIV/ AIDS. Penelitian dilakukan dengan menggunakan desain deskriptif dengan sampel berjumlah 266 mahasiswa. Sampel dipilih dengan menggunakan metode stratified random sampling.
Hasil penelitian diperoleh hasil bahwa 60,5% mahasiswa memiliki tingkat pengetahuan baik terhadap HIV, 55,3% memiliki sikap negatif terhadap HIV, 65,8% memiliki tingkat pengetahuan baik terhadap gay, dan 53,8% memiliki sikap positif terhadap gay. Hasil penelitian ini merekomendasikan perlu adanya peningkatan kegiatan seperti pelatihan kepada mahasiswa keperawatan untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap terhadap klien gay dan HIV/ AIDS.

Human Immunodeficiency Virus is one of global health problem that attact body immun. While gay is one of the main risk factors of HIV/ AIDS. Gay and HIV/ AIDS received negative attitudes from community, including from health providers. This study aims to see the description of knowledge and attitude of nursing students toward gay and HIV/ AIDS client. The research was conducted by using descriptive design. The sample of this study was 266 students selected using stratified random sampling.
The result showed that 60,5%  of students had good knowledge about HIV, 55.3% students had negative attitude toward HIV, 65,8% students had good knowledge toward gay, and 53,8% students had positive attitude toward gay.The result of this study recommended to increase some training activity among nursing students to improve their knowledge and attitude toward gay and HIV/ AIDS client.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sofina Izzah
"Lelaki seks dengan lelaki (LSL) adalah populasi kunci terinfeksi HIV tertinggi di Indonesia terutama di DKI Jakarta pada tahun 2018. Namun, hingga tahun 2018, prevalensi HIV dari departemen kesehatan hanya mencapai 47% dari prediksi. Hal tersebut kemungkinan terjadi karena terdapat beberapa hambatan untuk mengakses VCT seperti tingkat pengetahuan dan stigma terkait HIV/AIDS. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara pengetahuan dan stigma terkait HIV/AIDS terhadap perilaku periksa VCT pada LSL di DKI Jakarta. Metode penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain deskriptif analitik korelasi secara cross sectional. Sampel yang diteliti berjumlah 86 orang dengan metode convenience sampling. Instrumen yang dipakai adalah instrumen pengetahuan terkait HIV/AIDS dan VCT, Stigma terkait HIV yang dimodifikasi, dan Perilaku periksa VCT. Hasil analisis Chi-square menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan terkait HIV/AIDS dan VCT dengan perilaku periksa VCT (p= 0,000; α= 0,05). Selain itu, juga terdapat hubungan antara stigma terkait HIV/AIDS dengan perilaku periksa VCT (p= 0,000; α= 0,05). Dukungan dan edukasi terkait HIV/AIDS dan VCT dapat menjadi rekomendasi bagi perawat dan mahasiswa keperawatan sebagai upaya promotif dan preventif untuk meningkatkan pengetahuan, mengurangi stigma yang ada, dan membangun kesadaran LSL untuk memanfaatkan VCT dengan baik.

Men who have sex with men (MSM) are the highest key populations infected with HIV in Indonesia, especially in DKI Jakarta in 2018. However, until 2018, the prevalence of HIV from Indonesian’s health department only reached 47% of predictions. That is probably due to several obstacles to accessing VCT such as the level of knowledge and stigma related with HIV/AIDS. This study aims to identify the relationship between knowledge and stigma related HIV/AIDS towards VCT behavior among MSM in DKI Jakarta. The method of this research is quantitative with descriptive analytic correlation design through cross sectional. The samples studied were 86 people with the convenience sampling method. The instruments used were knowledge instruments related to HIV/AIDS and VCT, HIV-related stigma which has been modified, and VCT check behavior. The results of Chi-square analysis showed that there was a relationship between knowledge related to HIV/AIDS and VCT towards VCT check behavior (p = 0,000; α = 0.05). In addition, there is also a relationship between the HIV/AIDS-related stigma towards VCT check behavior (p = 0,000; α = 0.05). HIV / AIDS and VCT support and education can be a recommendation for nurses and nursing students as promotive and preventive efforts to increase knowledge, reduce existing stigma, and build awareness of MSM to utilize VCT properly."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irwan Martua Hidayana
"ABSTRAK
Beberapa studi epidemiologi yang pernah dilakukan di Indonesia memperlihatkan bahwa prevalensi HIV/AIDS rendah dan beberapa PMS, seperti chlamidia, cukup problematik. Dari penelitian ini juga terungkap bahwa beberapa kegiatan surveilans sentinel sedang berjalan yang seringkali tumpang tindih. Pekerja seks di Surabaya misalnya mengeluhkan bahwa mereka dites oleh beberapa tim peneliti yang berbeda.
Dalam meninjau kegiatan-kegiatan HIV/AIDS dan PMS yang ada, ditemukan 2 bidang yang masih lemah yaitu advokasi dan pengembangan kebijakan strategi. Pengembangan penelitian sebaiknya diarahkan untuk memperbaiki 2 bidang penting ini.
Penelitian-penelitian berikut sebaiknya mengkombinasikan metode kualitatif dan kuantitatif, tetapi bukan merupakan kombinasi antara penelitian epidemiologi dengan penelitian sosial/behavorial karena bisa menimbulkan persoalan. Orang akan cemas atau khawatir karena adanya komponen surveilans dan mungkin tidak akan terbuka dan jujur dalam penelitian behavioral atau perilaku.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan kegiatan dan penelitian tentang PMS dan HIV/AIDS. Pertama, masalah etika yang menyangkut kerahasiaan dan anonimitas dalam penelitian, termasuk akuntabilitas dan transparansi. Kedua, aspek gender yang belum nampak kuat dalam berbagai kegiatan PMS dan HIV/AIDS yang ada sekarang. Organisasi-organisasi perempuan banyak yang masih manganggap bidang ini tidak sebagai prioritas. Ketiga, proses partisipatoris yaitu dengan melibatkan kelompok sasaran, misalnya pekerja seks atau waria dan juga LSM, dalam perencanaan program. Keempat, pengembangan jaringan di antara lembaga pemerintah, LSM dan universitas yang bergerak daiam kesehatan reproduksi untuk mengurangi tumpang tindih kegiatan, bahkan konflik. Kelima, pengembangan self-help activities di dalam kelompok sasaran, misalnya kelompok Berdaya di Surabaya atau Bandungwangi di Jakarta."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2000
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Adrian
"Bunuh diri merupakan kegawatdaruratan psikiatri yang lazim ditemukan pada pasien HIV/AIDS dan dihubungkan dengan berbagai faktor. Namun, studi ini belum pernah dilakukan di Indonesia, padahal studi ini penting untuk diteliti untuk menentukan faktor-faktor yang harus diintervensi sehingga terbentuk pelayanan yang optimal terhadap pasien HIV. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara ide bunuh diri dengan faktor-faktor yang memengaruhinya pada pasien HIV/AIDS. Metode penelitian adalah dengan cross-sectional. Subjek dikumpulkan sebagai sampel menggunakan teknik consecutive sampling. Kriteria inklusi adalah orang dewasa berusia 18-65 tahun dengan diagnosis HIV/AIDS yang sedang menjalani pengobatan ARV di Poliklinik Khusus HIV/AIDS RSCM. Analisis data bivariat menggunakan uji Chi-square dan Fisher exact test, serta analisis multivariat menggunakan uji regresi logistik. Dari total 86 subjek, 20 23,3 diantaranya memiliki ide bunuh diri. Melalui uji Chi-square, hubungan terbukti bermakna pada 5 variabel, yaitu depresi p=0,000, ansietas p=0,001, tidak menikah p=0,007, jumlah CD4.
Suicide is a psychiatric emergency commonly found in HIV AIDS patients and is associated with various factors. However, this study has not been conducted in Indonesia. Besides, this study is important to determine the factors which must be intervened to establish optimum service for HIV AIDS patients. The aim of this study is to find the association between suicidal ideation and its determinant factors in HIV AIDS patients. Observational study with cross sectional method was conducted. Samples were collected using consecutive sampling technique. The inclusion criteria were adults aged 18 65 with HIV AIDS diagnosis and currently undergoing ARV treatment at Poliklinik Khusus HIV AIDS RSCM. Univariate analysis was performed using Chi square and Fisher exact test, while multivariate analysis was performed using logistic regression test. Of the total 86 subjects, 20 23.3 had suicidal ideation. Chi square test proved significant association on 5 variables depression p 0,000, anxiety p 0,001, being unmarried p 0,007, CD4 count."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>