Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 126166 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Frisca Yulita Marscia
"Overbooking merupakan salah satu strategi bisnis maskapai penerbangan untuk menjual tiket pesawat melebihi kapasitas pesawat guna mengoptimalkan pendapatan. Ketidakjelasan pengaturan overbooking di Indonesia cenderung membuat maskapai penerbangan berargumen bahwa adanya penolakan boarding penumpang dalam suatu penerbangan disebabkan oleh kesalahan teknis yang mengakibatkan adanya perubahan jenis pesawat. Di sisi lain, penumpang memiliki akses terbatas ke informasi yang diberikan oleh maskapai. Selama ini, penumpang yang ditolak boarding hanya dilihat sebagai bentuk penundaan penerbangan yang penanganannya diatur dalam standar prosedur operasional maskapai. Oleh karena itu, dalam tugas akhir ini penulis mengulas tentang praktek overbooking dalam penjualan tiket pesawat dari perspektif hukum perlindungan konsumen. Penulis menggunakan metode penelitian yuridis normatif dengan menganalisis regulasi, berbagai literatur, dan kasus yang ditemukan. Penelitian ini menunjukkan bahwa praktik overbooking dapat merugikan penumpang yang tidak dapat terangkut karena kapasitas pesawat yang sudah penuh. Kemudian, pengaturan pemindahbukuan yang tidak jelas di Indonesia mencederai hak penumpang untuk mendapatkan informasi yang sebenarnya. Berdasarkan hal tersebut, pemerintah perlu merumuskan regulasi terkait overbooking yang dapat mengakomodir perlindungan konsumen di sektor penerbangan seperti di Uni Eropa dan Amerika Serikat.

Overbooking is one of the airline's business strategies to sell airplane tickets beyond the capacity of the aircraft in order to optimize revenue. The ambiguity of overbooking arrangements in Indonesia tends to make airlines argue that there is a refusal to board a passenger on a flight due to a technical error resulting in a change in aircraft type. On the other hand, passengers have limited access to information provided by the airline. So far, passengers who have been refused boarding have only been seen as a form of flight delays where the handling is regulated in the airline's standard operating procedures. Therefore, in this final project the author reviews the practice of overbooking in airplane ticket sales from the perspective of consumer protection law. The author uses a normative juridical research method by analyzing regulations, various literatures, and cases found. This research shows that the practice of overbooking can be detrimental to passengers who cannot be transported because the aircraft's capacity is already full. Then, unclear book-entry arrangements in Indonesia injure passengers' right to get real information. Based on this, the government needs to formulate regulations related to overbooking that can accommodate consumer protection in the aviation sector, such as in the European Union and the United States."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vania Matahari Citra
"Dalam kasus Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang Mandala Airlines membawa konsekuensi bagi konsumen, dimana ganti rugi yang diberikan kepada konsumen pemegang tiket yang belum sempat menggunakan tiketnya adalah berupa saham kepemilikan dalam Mandala Airlines. Dari penelitian kasus ini diperoleh hasil bahwa Mandala Airlines belum memberikan perlindungan yang semestinya bagi konsumen sesuai dengan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Dari uraian ditas, penelitian ini bertujuan untuk mengkaji konsekuensi yuridis bagi kepentingan konsumen dalam putusan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang Mandala Airlines. Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum normatif yaitu dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder yang bersifat hukum atau berupa norma hukum tertulis. Untuk menjembatani kondisi konsumen dengan posisi tawar yang lemah, maka Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 sangat diperlukan, sedangkan terjadinya Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, hukum yang tersedia adalah Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.

Suspension of Payment of Mandala Airlines brings consequences for consumers, where the compensation provided to the consumer ticket holders who have not had to use the ticket is in the form of stock ownership in Mandala Airlines. From this case study obtained results that Mandala Airlines has not given proper protection for consumers in accordance with that stipulated in Law No. 8 of 1999 on Consumer Protection. From the description, this research aims to ascertain legal consequences for the interests of consumers in decision Suspension of Payment Mandala Airlines. This research used normative legal research method by examining literatures or other secondary data related to law and any form of written legal norms. To connect the consumer condition with a weak bargaining position, the Law No. 8 of 1999 on Consumer Protection is necessary, while the Suspension of Payment, available law is Law No. 37 of 2004 on Bankruptcy and Suspension of Payment."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Alif Taufiq
"Praktik Denied Boarding pada maskapai penerbangan menjadi salah satu praktik yang diberlakukan kepada masyarakat. Denied boarding terjadi ketika maskapai menolak mengizinkan seorang penumpang yang sudah memiliki tiket untuk naik pesawat yang sama karena alasan operasional atau kebijakan. Penelitian ini bertujuan untuk meninjau aspek hukum yang melindungi konsumen dalam kasus denied boarding khususnya kasus involuntary denied boarding serta menganalisis kepatuhan maskapai terhadap regulasi perlindungan konsumen yang berlaku. Metode pendekatan yuridis normatif dan empiris digunakan dalam penelitian ini. Data sekunder dianalisis melalui peraturan perundang-undangan, penyelsaian kasus terkait, serta dokumentasi dan kebijakan internal maskapai penerbangan terkait perlindungan konsumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di Indonesia belum terdapat kerangka hukum yang ditetapkan dengan jelas untuk melindungi konsumen dari praktik involuntary denied boarding yang tidak adil dan merugikan, juga terkait implementasi dan kepatuhan maskapai penerbangan terhadap regulasi perlindungan konsumen masih menimbulkan permasalahan. Dalam penelitian ini akan disajikan juga ketentuan dan bentuk implementasi terkait kasus involuntary denied boarding dari luar negeri yakni dari Malaysia, Uni Eropa dan Amerika Serikat. Akan diberikan deskripsi tentang tantangan hukum yang dihadapi oleh konsumen dan upaya hukum yang dapat diambil untuk menegakkan hak-hak mereka. Rekomendasi untuk meningkatkan efektivitas regulasi dan penegakan hukum dalam melindungi konsumen dari involuntary denied boarding juga dibahas. Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang hak-hak mereka sebagai konsumen penerbangan dan mendorong maskapai penerbangan untuk lebih mematuhi peraturan perlindungan konsumen yang berlaku demi menciptakan pengalaman penerbangan yang lebih adil dan bermartabat bagi semua pihak. Dengan meningkatnya kesadaran dan kepatuhan, diharapkan praktik denied boarding pada maskapai penerbanganbisa memiliki resolusi terbaik, memberikan manfaat positif bagi konsumen dan industri penerbangan secara keseluruhan.

Denied Boarding practice in airlines has become one of the practices imposed on society. Denied boarding occurs when an airline refuses to allow a passenger who already has a ticket to board the same flight due to operational or policy reasons. This research aims to review the legal aspects that protect consumers in cases of denied boarding, particularly in cases of involuntary denied boarding, and analyze airlines' compliance with applicable consumer protection regulations. Normative and empirical juridical approaches are used in this study. Secondary data is analyzed through legislation, case settlements, as well as documentation and internal policies of airlines related to consumer protection. The research findings indicate that in Indonesia, there is no clearly established legal framework to protect consumers from unfair and detrimental involuntary denied boarding practices, and issues related to the implementation and compliance of airlines with consumer protection regulations persist.This study also presents provisions and implementation forms related to involuntary denied boarding cases from foreign countries, namely Malaysia, the European Union, and the United States. Descriptions of legal challenges faced by consumers and legal remedies available to enforce their rights will be provided. Recommendations to enhance the effectiveness of regulations and law enforcement in protecting consumers from involuntary denied boarding are also discussed.This research aims to increase public awareness of their rights as airline consumers and encourage airlines to better comply with applicable consumer protection regulations, creating a fair and dignified flying experience for all parties involved. With increased awareness and compliance, it is hoped that denied boarding practices in airlines can be resolved in the best possible way, bringing positive benefits to consumers and the aviation industry as a whole."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lumbantobing, Adrian Hasian
"Skripsi ini membahas mengenai prosedur keterlambatan yang harus dilakukan oleh pihak Lion Air sebagai bentuk perlindungan konsumen bagi para penumpang. Keterlambatan maskapai penerbangan menjadi masalah setiap tahunnya dalam dunia penerbangan di Indonesia. Analisis ini dikaitkan dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen dan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 89 Tahun 2015 Tentang Penanganan Keterlambatan (Delay Management) Pada Badan Usaha Angkutan Udara Niaga Berjadwal Di Indonesia. Lion Air tidak responsif dalam penanganan keterlambatannya, hal ini membuat pemerintah turun tangan dalam masalah ini sehingga Lion Air secepatnya memberikan alasan keterlambatan tersebut dan memberikan kompensasi kepada para penumpang pada hari ketiga. Hal ini melanggar ketentuan-ketentuan yang tertera dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen dan Peraturan Menteri Perhubungan tersebut. Kasus ini dikaitkan pula dengan ketentuan jangka waktu pemberian kompensasi yang tidak diatur dalam peraturan menteri ini. Sehingga dapat disimpulkan Pihak Lion Air terlambat dalam penanganan ini walaupun tanggung jawab dalam pemberian kompensasi sudah dilakukan.
This study discusses the delay procedure that must be taken by Lion Air as a form of consumer protection for passengers. Airlines delay has become an annual problem in air transport business in Indonesia. This study discusses such problem by analyzing Law no. 8 of 1999 on Consumer Protection and Regulation Minister of Transportation no. 89 of 2015 on Flight Delay Management on Scheduled Commercial Air Transport Business Entity in Indonesia. The unresponsive Lion Air had only provided the reason for the delay and compensation for the passengers on the third day of delay, after directly pushed by the Government. Such action violated Consumer Portection Law and the Regulation Minister of Transportation. This study also discusses the time period for the obligation to give compensation which is not regulated under the Regulation Minister of Transporation. In conclusion, Lion Air was late in handling the problem despite the compensation that they had provided."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2015
S60944
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maudy Rahma Pranadia
"Permasalahan dalam skripsi ini ialah bagaimana permasalahan terkait barang bawaan penumpang baik itu bagasi kabin dan bagasi tercatat yang dialami oleh konsumen pengguna jasa angkutan udara di Indonesia, apakah maskapai penerbangan Qatar Airways dapat memberikan tanggung jawab atas hilangnya bagasi kabin milik Leo Mualdy Christoffel, serta bagaimana pelaksanaan tanggung jawab dari pihak maskapai penerbangan Qatar Airways dalam kasus Qatar Airways v Leo Mualdy Christoffel. Bentuk penulisan yang dilakukan dalam penelitian ini ialah penelitian yuridis normatif dengan cara menganalisis bahan pustaka atau dokumen siap pakai. Hasil penelitian menjelaskan bahwa permasalahan yang kerap terjadi terkait dengan barang bawaan penumpang maskapai penerbangan ialah terjadinya kehilangan terhadap barang bawaan penumpang baik bagasi tercatat maupun bagasi kabin. Maskapai penerbangan Qatar Airways dapat memberikan tanggung jawab terhadap kerugian yang dialami oleh konsumen karena tindakan yang dilakukan oleh Qatar Airways yang telah lalai dalam menerapkan pelayanan jasa serta standar mutu yang sangat merugikan konsumen. Qatar Airways sebagai pelaku usaha penerbangan harus bertanggung jawab untuk melakukan ganti rugi atas kerugian yang dialami oleh konsumen menurut Undang-Undang Perlindungan Konsumen dan Undang-Undang Penerbangan. Penulis memiliki beberapa saran terkait permasalahan dalam skripsi ini yaitu Kementerian Perhubungan harus menindak tegas segala bentuk pelanggaran karena hal tersebut merugikan konsumen penerbangan di Indonesia, perlunya perlindungan hukum terhadap penumpang pesawat udara sebagai konsumen yang merasa hak-hak nya dirugikan, serta maskapai Qatar Airways harus meningkatkan sistem keamanan dalam kabin pesawat dengan penyediaan alat pengamanan dalam kabin serta pihak maskapai harus menindak secara tegas oknum-oknum yang melakukan pencurian.
The problem explained within this thesis is about the carriages carried by passengers of airline companies whether it 39 s listed baggage or cabin baggage experienced by indonesian users of international airline service, whether Qatar Airways capable of the liability caused by the loss of baggage belonging to Leo Mualdy Christoffel that was stored on the cabin, and how the liability is enforced. The Writing form for this thesis is normative juridical, by analyzing Literatures and ready documents. The research points out the problem that is often experienced with passenger 39 s baggage is the loss of carriages whether it 39 s listed or not cabin. Qatar Airways airline service may give responsibility for losses suffered by consumers due to the action taken by Qatar Airways which has been negligent in applying the standard of service and quality that is very detrimental to consumers. Qatar Airways as flight business operators should be responsible for conducting compensation for losses suffered by consumers under the Consumer Protection Law and the Law on Aviation. The author has suggestions related to problems in this thesis which is for the Ministry of Transportation must take stern action against any violation because it is detrimental to consumers low in Indonesia, the need for legal protection against air passengers as consumers feel the rights of its impaired, Qatar Airways must improve security systems within the aircraft cabin with the provision of security equipment in the cabin and the airline should minimize those who commit theft."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2017
S66374
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Wahyuni
"Tidak terima perlakuan diskriminatif tersebut, Ridwan layangkan gugatan perbuatan perdata kepada Lion Air. Selain itu, Ridwan juga mengugat PT Angkasa Pura II dan Kementerian Perhubungan di pengadilan. Bagaimana pengaturan terhadap pelayanan maskapai penerbangankepada konsumen yang memiliki keterbatasan fisik (cacat) di Indonesia, serta Apakah putusan No. 231/Pdt.G/2011/PN.Jkt.Pst. sudah sesuai dengan ketentuan peraturan yang ada di Indonesia, untuk menjawab permasalahan tersebut dengan menggunakan metode penelitian normatif, yang menekankan pada penggunaan data sekunder atau berupa norma hukum tertulis. Dengan menggunakan bahan hukum primer adalah bahan-bahan hukum yang mempunyai kekuatan mengikat pada masyarakat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah undang-undang serta peraturan dibawahnya serta bahan hukum sekunder adalah bahan-bahan yang memberikan informasi atau hal-hal yang berkaitan dengan isi bahan hukum primer serta implementasinya, yaitu bulu, makalah, skripsi, laporan penelitian, dan artikel hukum, sehingga dapat diketahui Indonesia sudah memiliki beberapa instrumen peraturan perundang-undangan yang memberikan perlindungan hukum terhadap penumpang pesawat udara, antara lain Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan, Peraturan Pemerintah No. 70 tahun 2001 Tentang Kebandarudaraan, Keputusan Menteri No. KM 48 tahun 2002 tentang Penyelenggaraan Bandar Udara Umum serta Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

No thank those discriminated against, Ridwan layangkan civil action lawsuit to Lion Air. In addition, Ridwan also mengugat PT Angkasa Pura II and the Ministry of Transportation in court. How regulation of airline services penerbangankepada consumers who have physical limitations (disability) in Indonesia, and this decision No.. 231/Pdt.G/2011/PN.Jkt.Pst. is in conformity with the provisions of the existing regulations in Indonesia, to address these problems by using normative research, which emphasizes the use of secondary data or the form of a written legal norms. By using primary legal materials are materials that have the force of law binding on society and the materials used in this study are the laws and regulations under it as well as secondary legal materials are materials that provide information or other matters relating to the content of the material primary law and its implementation, the feathers, papers, theses, research reports, and articles of law, so as to know Indonesia already has several instruments of legislation that gives legal protection to passenger aircraft, including law No. 1 Year 2009 on Flights, Government Regulation. 70 year 2001 about airport affairs, Ministerial Decree. KM 48 of 2002 on the Implementation of Public Airport and Law No. 8 of 1999 on Consumer Protection."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2013
S45125
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aditya Dwiyandi Putra
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas mengenai bagaimana perlindungan hukum yang diberikan
terhadap pemegang tiket sebagai kreditor PT. Mandala Airlines dalam hal
dikabulkannya PKPU, dan bagaimana dampak hukum terhadap PT. Mandala
Airlines atas dikabulkannya permohonan PKPU. Penelitian ini menggunakan
pendekatan yuridis normatif. Penulis memperoleh kesimpulan bahwa pada
dasarnya lembaga PKPU memang ditujukan memberikan perlindungan hukum
bagi kreditor dalam bentuk jaminan pembayaran yang adil secara pro rata.
Dikabulkannya PKPU menyebabkan beberapa akibat hukum bagi debitor yaitu
berpindahnya kewenangan mengurus harta, hak untuk melakukan pemutusan
hubungan kerja, terhadap perjanjian untuk menyerahkan barang dan terhadap
debitor penyewa serta akibat hukum lainnya yang berhubungan terhadap utangutang
debitor.

ABSTRACT
This thesis discusses the legal protection of the ticket holders as creditors of PT
Mandala Airlines consequent to the granting of its PKPU, and the legal impact for
PT Mandala Airlines upon the granting of its PKPU. This thesis uses normative
juridical as its research method. Author concludes the purpose of PKPU itself is to
give creditors a legal protection in the form of a guarantee of pro rata payments.
The granting of PKPU results in legal impacts such as authority changeover, the
right of work termination, the hand-over goods to the debtor and other legal
impacts relating to the debtors’ debts."
2015
S58493
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Vanya Maulidina Risha
"Skripsi ini membahas mengenai dugaan pelanggaran praktek diskriminasi yang
dilakukan oleh PT. Garuda Indonesia, Tbk (Garuda Indonesia) sebagaimana yang
diatur pada Pasal 19 huruf d Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999. Garuda
Indonesia, sebagai maskapai yang dipilih oleh banyak konsumen, diduga
melakukan praktek diskriminasi dalam melakukan penjualan tiket rute Middle East
Asia. Perkara ini kemudian menggunakan perubahan perilaku sebagai proses
penanganan perkara untuk pertama kalinya sejak diatur pada Peraturan Komisi
Pengawas Persaingan Usaha Nomor 1 Tahun 2019. Dalam penelitian ini, penulis
menganalisis mengenai pembuktian dari dugaan pelanggaran tersebut serta
penerapan dari perubahan perilakunya. Metode penelitian yang digunakan adalah
yuridis normatif dengan pendekatan kualitatif. Dari penelitian yang dilakukan,
penulis memperoleh kesimpulan bahwa dugaan pelanggaran praktek diskriminasi
tidak dapat dibuktikan dan dalam penerapan perubahan perilaku ditemukan
beberapa permasalahan. Dengan demikian, menurut penulis diperlukan adanya
pedoman yang mengatur lebih lanjut mengenai perubahan perilaku.

This thesis discusses the alleged infringement of discriminatory practices conducted
by PT. Garuda Indonesia, Tbk (Garuda Indonesia) as stipulated in Article 19 letter
d of Law Number 5 Year 1999. Garuda Indonesia, as the chosen airline by many
customers, is suspected of engaging in discriminatory practices in selling tickets for
Middle East Asia routes. This case then uses a change of behavior as a case handling
process for the first time since it is regulated in the Regulation of The Commission
for the Supervision of Business Competition Number 1 Year 2019. In this research,
the author analyzes whether the alleged infringement could be proven and how the
change of behavior is implemented. The research method used is normative
juridical with a qualitative approach. From the research conducted, the author
concluded that the alleged infringement of discriminatory practices could not be
proven and several problems were found in using the change of behavior. Thus,
according to the author, there is a need for guidelines that further regulate the
change of behavior.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Elisabeth Saragionova Narotama Allaganio
"ABSTRAK
UU No. 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan mewajibkan setiap penyedia
jasa angkutan udara untuk menyediakan asuransi dalam bentuk Asuransi Jasa
Raharja. Di samping menerapkan Asuransi Jasa Raharja, Lion Air menyediakan
sistem pertanggungan yang disebut Asuransi Perjalanan Lion Air. Dengan
menggunakan metode penelitian kualitatif, penelitian ini mengkaji status Asuransi
Perjalanan Lion Air merujuk pada Asuransi Jasa Raharja sebagai asuransi wajib,
pemenuhan hak-hak konsumen pengguna jasa, serta perlindungan terhadap
konsumen yang tidak membayar Asuransi Perjalanan Lion Air. Pengumpulan data
melalui kuesioner menunjukkan sebagian besar responden tidak mengetahui
adanya Asuransi Jasa Raharja dalam jasa penerbangan dan tidak membaca
keterangan lebih lanjut mengenai Asuransi Perjalanan Lion Air sebelum
melakukan transaksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Asuransi Perjalanan
Lion Air merupakan asuransi tambahan; hak atas informasi serta hak untuk
mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen tidak dipenuhi; serta tersedianya
pertanggungjawaban dari pihak penyedia jasa penerbangan dan Jasa Raharga bagi
konsumen yang tidak membayar Asuransi Perjalanan Lion Air. Dengan demikian,
disarankan agar penyedia jasa pengangkutan memberikan informasi yang jelas
dan tidak rumit, di sisi lain mendorong konsumen memperlengkapi diri akan
informasi mengenai jasa yang ditawarkan.

Abstract
Law No. 1 Year 2009 on Aviation stipulated that carriers shall be obligated
to insure their liabilities towards passengers in the form of Jasa Raharja Insurance.
Aside from providing Jasa Raharja Insurance, Lion Air provides Lion Air Travel
Insurance. Based on qualitative research method, this study examines the status of
Lion Air Travel Insurance related to Jasa Raharja Insurance; the fulfillment of
consumer rights as well as the protection of consumers who do not pay for Lion
Air Travel Insurance. The questionnaires showed that most of the respondents
were not aware of the existence of Jasa Raharja Insurance in aviation service and
did not read further details about Lion Air Travel Insurance before transaction.
The study showed that Lion Air Travel Insurance is an additional insurance;
consumer?s rights on information and education are not fulfilled; and the vested
liability on Jasa Raharja along with the carrier to provide insuance for consumer
who does not pay for Lion Air Travel Insurance. Therefore, carrier should give a
clear information for the consumers. On the other hand, consumers are
encouraged to equip themselves with the information on the services offered.
"
2012
S42452
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>