Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 136618 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dinda Annisa Ramadhani
"ABSTRACT
Penyakit ikan merupakan salah satu masalah serius dalam budidaya ikan. Penyakit ikan dapat disebabkan oleh faktor infeksi (yaitu bakteri) dan faktor non infeksi (yaitu kondisi lingkungan). Karena itu, perlu diberikan senyawa antioksidan dan antibakteri untuk ikan. Eleocharis dulcis atau dikenal sebagai purun tikus/chinese water chesnut adalah tanaman air dari Asia Tenggara yang biasa ditemukan di rawa-rawa. Dalam penelitian sebelumnya, ekstrak metanol daun Eleocharis dulcis menunjukkan aktivitas antioksidan dan ekstrak etanol Eleocharis dulcis peel dilaporkan memiliki aktivitas antibakteri. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi aktivitas antioksidan dan antibakteri terhadap Aeromonas hydrophila, Flavobacterium columnare, Edwardsiella ictaluri dan untuk menentukan kandungan fenolik total dari ekstrak etanol 70% daun Eleocharis dulcis yang diperoleh dari dua metode ekstraksi yaitu maserasi dan UEA. Uji aktivitas antioksidan ditentukan dengan menggunakan metode DPPH dan FRAP. Uji aktivitas antibakteri diukur menggunakan metode difusi cakram dan mikrodilusi. Total konten fenolik ditentukan secara spektrofotometri menurut metode Folin-Ciocalteu. Nilai IC50 dari metode DPPH adalah 46,91 dan 41,00 ppm untuk ekstrak dari maserasi dan metode UEA, masing-masing. Nilai FeEAC dari metode FRAP adalah 223,11 dan 317,95 μmol/g untuk ekstrak dari maserasi dan metode UEA, masing-masing. Dalam metode difusi, zona hambat untuk ekstrak dari maserasi dan metode UEA adalah 7 mm dan 8,8 mm terhadap Aeromonas hydrophila kemudian 6,4 mm dan 7 mm terhadap Flavobacterium columnare. Dalam metode mikrodilusi, nilai MIC adalah 1,56 mg/mL terhadap Aeromonas hydrophila untuk kedua metode ekstraksi. Selain itu, terhadap Flavobacterium columnare dan Edwardsiella ictaluri menunjukkan nilai MIC yang sama, yaitu 6,25 mg/mL untuk ekstrak maserasi dan 3,12 mg/mL untuk ekstrak UEA. Total konten fenol adalah 79,08 mg GAE/gram dan 85,02 mg GAE/gram masing-masing untuk metode maserasi dan UEA. Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa metode ekstraksi UEA dapat memperoleh ekstrak daun Eleocharis dulcis dengan aktivitas yang lebih baik, yaitu aktivitas antioksidan yang kuat meskipun aktivitas antibakteri yang lemah terhadap Aeromonas hydrophila, Flavobacterium columnare dan Edwardsiella ictaluri.

ABSTRACT
Fish disease is one of the serious problems in fish farming. Fish disease can be caused by infectious factors (ie bacteria) and non-infectious factors (ie environmental conditions). Therefore, it is necessary to provide antioxidant and antibacterial compounds for fish. Eleocharis dulcis or known as purun rat/chinese water chesnut is an aquatic plant from Southeast Asia commonly found in swamps. In a previous study, Eleocharis dulcis leaf methanol extract showed antioxidant activity and ethanol extract of Eleocharis dulcis peel was reported to have antibacterial activity. The purpose of this study was to evaluate the antioxidant and antibacterial activity against Aeromonas hydrophila, Flavobacterium columnare, Edwardsiella ictaluri and to determine the total phenolic content of 70% ethanol extract of Eleocharis dulcis leaves obtained from two extraction methods namely maceration and UAE. The antioxidant activity test was determined using the DPPH and FRAP methods. Antibacterial activity test was measured using the disk diffusion and microdilution methods. The total phenolic content was determined spectrophotometrically according to the Folin-Ciocalteu method. IC50 values ​​from the DPPH method were 46.91 and 41.00 ppm for extracts from maceration and the UAE method, respectively. The FeEAC values ​​from the FRAP method were 223.11 and 317.95 μmol/g for extracts from maceration and the UAE method, respectively. In the diffusion method, the inhibitory zone for extracts from maceration and the UAE method are 7 mm and 8.8 mm against Aeromonas hydrophila then 6.4 mm and 7 mm against Flavobacterium columnare. In the microdilution method, the MIC value is 1.56 mg/mL against Aeromonas hydrophila for both extraction methods. In addition, the Flavobacterium columnare and Edwardsiella ictaluri showed the same MIC value, ie 6.25 mg/mL for maceration extract and 3.12 mg/mL for UAE extract. The total phenol content was 79.08 mg GAE/gram and 85.02 mg GAE/gram respectively for maceration and UAE methods. Based on the results of this study, it can be concluded that the UAE extraction method can obtain Eleocharis dulcis leaf extract with better activity, namely strong antioxidant activity despite weak antibacterial activity against Aeromonas hydrophila, Flavobacterium columnare and Edwardsiella ictaluri.
"
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfi Amalia
"Eleocharis dulcis (Burm.f.) Trin. ex. Hensch. telah banyak digunakan pada pengobatan tradisional di China untuk mengobati batuk, laringitis, hepatitis, enteritis, hipertensi dan faringitis. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi ekstrak, fraksi dan isolat E. dulcis yang aktif terhadap aktivitas antioksidan dan antibakteri. Ekstraksi dilakukan secara bertingkat (heksana, etil asetat dan metanol) dengan menggunakan metode Ultrasonic Assissted Extraction (UAE). Aktivitas antibakteri diuji terhadap bakteri penyebab penyakin ikan diantaranya Aeromonas hydrophila, Aeromonas Salmonicida dan Streptococcus agalactiae. Uji aktivitas antioksidan dilakukan dengan metode DPPH. Ekstrak dan fraksi yang aktif di fraksinasi dengan kromatografi kolom dan selanjutnya diuji aktivitas antioksidan dan antibakteri. Isolat yang aktif diidentifikasi dengan LCMS, 1H-NMR, 13C-NMR dan HMBC. Hasil uji aktivitas ekstrak menunjukkan ekstrak etil asetat memiliki aktivitas paling bagus untuk antioksidan dan antibakteri dilanjutkan dengan ekstrak heksana dan metanol. Fraksinasi ekstrak heksana menghasilkan 6 fraksi dan etil asetat 8 fraksi. Fraksi EA1 menghasilkan isolat yang diidentifikasi sebagai stigmasterol. Uji antioksidan isolat tidak menunjukkan aktivitas. Uji aktivitas antibakteri, isolat memiliki aktivitas bakterisida pada konsentrasi 62,5 ppm terhadap bakteri Aeromonas hydrophila, bakteri Aeromonas salmonicida pada konsentrasi 125 ppm dan bakteri Streptococcus agalactiae pada konsentrasi 31,25 ppm. Kontrol positif kloramfenikol pada konsentrasi 30 ppm juga menunjukkan tidak adanya pertumbuhan bakteri. Hasil pengujian antibakteri dan antioksidan tanaman E. dulcis terdapat senyawa aktif yang dapat dikembangkan lebih lanjut sebagai antiobiotik untuk bakteri penyebab penyakit ikan. Ekstrak dan fraksi dari tanaman E. dulcis lebih baik dikembangkan sebagai agen antioksidan.

Eleocharis dulcis (Burm. f.) Trin. Ex. Hensch has been widely used in traditional Chinese medicine to treat coughs, laryngitis, hepatitis, enteritis, hypertension, and pharyngitis. This study aims to identify extracts, fractions, and isolates of E.dulcis, which are active in antioxidant and antibacterial activities. Extraction was carried out gradually with hexane, ethyl acetate, and methanol solvent using the Ultrasonic Assisted Extraction (UAE) method. Antibacterial activity was tested against bacteria that cause fish disease, including Aeromonas hydrophila, Aeromonas Salmonicida, and Streptococcus agalactiae. An antioxidant activity test was carried out using the DPPH method. The active extracts and fractions were fractionated by column chromatography and then tested for their antioxidant and antibacterial activities. LCMS, 1H-NMR, 13C-NMR, and HMBC identified active isolates. The results of the extract activity test showed that the ethyl acetate extract had the best antioxidant and antibacterial activity, followed by the hexane and methanol extracts. Fractionation of hexane extract yielded six fractions and eight fractions for ethyl acetate. The EA1 fraction produced an isolate that was identified as stigmasterol. The isolate tested using the DPPH method shows that it does not have activity as an antioxidant. Antibacterial activity test, isolates had bactericidal activity at a concentration of 62.5 ppm against Aeromonas hydrophila bacteria, Aeromonas salmonicida bacteria at a concentration of 125 ppm, and Streptococcus agalactiae bacteria at a concentration of 31.25 ppm. The positive control, chloramphenicol, showed no bacterial growth at 30 ppm. The results of the antibacterial and antioxidant testing of the E.dulcis plant can be concluded that an active isolate can be further developed as an antibiotic for bacteria that cause fish disease. Extracts and fractions from E. dulcis plants are better developed as antioxidant agents."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bianca Priscilia
"Penyakit ikan mengkhawatirkan para pembudidaya karena dapat menurunkan kualitas ikan dan ikan meningkatkan kematian ikan. Penyakit pada ikan bisa disebabkan oleh infeksi bakteri dan stres oksidatif yang disebabkan oleh kontaminan di lingkungan. Senyawa dari tumbuhan seperti polifenol yang memiliki aktivitas antioksidan sekaligus antibakteri Patogen ikan sangat diminati sebagai pilihan alternatif untuk mengobati kedua penyakit tersebut.
Berdasarkan penelitian sebelumnya, ekstrak metanol daun Kjellbergiodendron celebicum (Coord.) Merr. terbukti mengandung senyawa polifenol. Penelitian ini bertujuan untuk menguji aktivitas antioksidan dan antibakteri ekstrak etanol daun 70% Kjellbergiodendron celebicum (Coord.) Merr. yang diekstraksi menggunakan 2 metode berbeda yaitu maserasi dan UAE untuk membandingkan hasil tes, sekaligus mengerjakan penentuan kandungan fenolik total. Uji aktivitas antioksidan dilakukan dengan menggunakan metode tersebut DPPH dan FRAP, serta dilakukan uji antibakteri terhadap 3 bakteri patogen pada ikan, yaitu Aeromonas hydrophila, Edwardsiella ictaluri, dan Flavobacterium columnare menggunakan metode difusi cakram kertas dan mikrodilusi. Penentuan kandungan fenolik total dilakukan dengan menggunakan metode Folin-Ciocalteu dan kadar fenol yang diekspresikan dalam EAG
(Setara Asam Galat). Uji aktivitas antioksidan metode DPPH menunjukkan IC50 ekstrak dari metode maserasi 11,48 μg / mL dan 9,82 μg / mL dari UAE. Metode Nilai FRAP FeEAC ekstrak hasil maserasi 1,581,6 μmol / g dan ekstrak dari UAE sebesar 1.661,3 μmol / gr. Dalam metode difusi cakram kertas, diameter area hambat Ekstrak dari metode maserasi adalah 14 mm pada Aeromonas hydrophila, 9,7 mm pada Edwardsiella ictaluri, dan 13,3 mm di Flavobacterium columnare, sedangkan pada Metode UAE 17,3 mm di Aeromonas hydrophila, di Edwardsiella ictaluri dari 10,7 mm dan 13,8 mm di kolom Flavobacterium. Dalam metode mikrodilusi, ekstrak menunjukkan penghambatan pertumbuhan bakteri pada ketiga bakteri tersebut patogen dengan MIC sebesar 781,25 µg / mL untuk diekstrak dari metode maserasi dan 390,6 μg / mL untuk ekstrak dari UAE. Dalam menentukan kandungan fenolik total dari ekstrak yang dimaserasi mengandung ekstrak 224,84 mgEAG / gr sedangkan ekstrak UEA mengandung 319,36 Ekstrak mgEAG / gr. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol daun 70% Kjellbergiodendron celebicum (Coord.) Merr. memiliki aktivitas antioksidan dan antibakteri, dan ekstrak dari metode UAE memberikan aktivitas yang lebih baik dibandingkan dengan metode maserasi.

Fish disease worries farmers because it can reduce fish quality and fish increases fish mortality. Diseases in fish can be caused by bacterial infections and oxidative stress caused by contaminants in the environment. Compounds from plants such as polyphenols which have antioxidant and antibacterial activity. Fish pathogens are in great demand as an alternative option for treating both diseases.
Based on previous research, the methanol extract of the leaves of Kjellbergiodendron celebicum (Coord.) Merr. proven to contain polyphenol compounds. This study aims to test the antioxidant and antibacterial activity of the ethanol extract of leaves 70% Kjellbergiodendron celebicum (Coord.) Merr. which was extracted using 2 methods different namely maceration and UAE to compare test results, as well as to determine the total phenolic content. Antioxidant activity tests were carried out using the DPPH and FRAP methods, and antibacterial tests were carried out against 3 pathogenic bacteria in fish, namely Aeromonas hydrophila, Edwardsiella ictaluri, and Flavobacterium columnare using paper disc diffusion and microdilution methods. Determination of the total phenolic content was carried out using the Folin-Ciocalteu method and the phenol content expressed in EAG (Gallic Acid Equivalent). The DPPH antioxidant activity test showed that the IC50 extract from the maceration method was 11.48 μg / mL and 9.82 μg / mL from the UAE. Methods The value of the FRAP FeEAC extract from maceration results was 1.581.6 μmol / g and the extract from the UAE was 1.661.3 μmol / g. In the paper disc diffusion method, the diameter of the inhibitory area of ​​the extract from the maceration method was 14 mm in Aeromonas hydrophila, 9.7 mm in Edwardsiella ictaluri, and 13.3 mm in Flavobacterium columnare, whereas in the UAE method it was 17.3 mm in Aeromonas hydrophila, in Edwardsiella ictaluri from 10.7 mm and 13.8 mm in the Flavobacterium column. In the microdilution method, the extract showed inhibition of bacterial growth in the three pathogenic bacteria with an MIC of 781.25 µg / mL for extracting from the maceration method and 390.6 µg / mL for the extract from the UAE. In determining the total phenolic content of the macerated extract contained 224.84 mgEAG / gr extract while UEA extract contained 319.36 mgEAG / gr extract. From the research results, it can be concluded that the ethanol extract of the leaves of 70% Kjellbergiodendron celebicum (Coord.) Merr. has antioxidant and antibacterial activity, and the extract from the UAE method provides better activity compared to the maceration method.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggita Febrianauli
"Pengendalian penyakit pada ikan merupakan aspek penting yang harus diperhatikan dalam budidaya ikan. Ikan rentan terhadap penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri serta stres oksidatif yang dapat dipicu oleh kondisi lingkungan perairan. Senyawa metabolit sekunder yang berasal dari tanaman dapat dijadikan alternatif antioksidan dan antibakteri yang aman dibandingkan dengan senyawa sintetis. Bacopa monnieri (L.) Wettst. merupakan tanaman akuatik yang telah ditemukan secara luas pada daerah tropis dan subtropis. Pada penelitian sebelumnya diketahui bahwa ekstrak herba Bacopa monnieri (L.) Wettst. memiliki aktivitas antioksidan dan antibakteri. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kadar flavonoid total, kadar fenol total, dan aktivitas antioksidan serta antibakteri dari herba Bacopa monnieri (L.) Wettst. yang tumbuh di Indonesia. Herba Bacopa monnieri (L.) Wettst. diekstraksi dengan etanol 70% menggunakan metode Ultrasound Assisted ExtractionUAE). Penetapan kadar flavonoid total dilakukan dengan metode kolorimetri AlCl3 dengan standar kuersetin. Penetapan kadar fenol total dilakukan dengan metode Folin-ciocalteu dengan standar asam galat. Uji aktivitas antioksidan dilakukan dengan metode DPPH dan FRAP dengan standar asam askorbat sebagai kontrol positif. Pengujian aktivitas antibakteri dilakukan secara kualitatif dengan metode difusi cakram terhadap bakteri Aeromonas hydrophila dengan antibiotik kloramfenikol standar sebagai kontrol positif. Kadar flavonoid total yang diperoleh dari ekstrak herba Bacopa monnieri (L.) Wettst. sebesar 2,05 mgEK/g dan kadar fenol total sebesar 8,83 mgEAG/g. Uji aktivitas antioksidan dengan metode DPPH pada asam askorbat dan ekstrak diperoleh nilai IC50 masing-masing sebesar 2,49 dan 61,47 μg/mL. Pada uji aktivitas antioksidan metode FRAP diperoleh nilai aktivitas antioksidan pada asam askorbat dan ekstrak secara berurutan yaitu 329,09 dan 0,6 g FeSO4.7H2O ekivalen/100 g. Uji aktivitas antibakteri menunjukkan terbentuknya zona hambat oleh antibiotik kloramfenikol standar dan ekstrak masing-masing sebesar 30,5 dan 7,05 mm.

Disease control in fish is an important aspect that must be considered in fish farming. Fish are susceptible to diseases caused by bacterial infections and oxidative stress that can be triggered by aquatic environmental conditions. Secondary metabolite compounds derived from plants can be used as a safe antioxidant and antibacterial alternative compared to synthetic compounds. Bacopa monnieri (L.) Wettst. is an aquatic plant that has been found widely in the tropics and subtropics region. Previous studies revealed that the extract of Bacopa monnieri (L.) Wetts. herbs have antioxidant and antibacterial activity. This study aimed to determine the total flavonoid content, total phenol content, antioxidant activity, and antibacterial activity of Bacopa monnieri (L.) Wettst. herbs growing in Indonesia. Bacopa monnieri (L.) Wettst. herbs was extracted with ethanol 70% using the Ultrasound Assisted Extraction (UAE). Determination of total flavonoid content was carried out using the AlCl3 colorimetric method with quercetin as standard. Determination of total phenol content was carried out using the Folin-ciocalteu method with gallic acid as standard. Antioxidant activity assay was carried out by DPPH and FRAP methods with ascorbic acid standard as positive control. The antibacterial activity was tested qualitatively by disc diffusion method against Aeromonas hydrophila bacteria with standard chloramphenicol antibiotic as positive control. Total flavonoid content obtained from the extract of Bacopa monnieri (L.) Wettst. herbs was 2.05 mgQE/g and total phenol content was 8.83 mgGAE/g. The antioxidant activity assay using the DPPH method of ascorbic acid and extract showed IC50 values ​​of 2.49 and 61.47 μg/mL, respectively. In antioxidant activity assay with FRAP method, the antioxidant activity values ​​of ascorbic acid and extract were 329.09 and 0.6 g FeSO4.7H2O equivalent/100 g. The antibacterial activity assay showed inhibition zones by standard chloramphenicol antibiotic and extract were 30.5 and 7.05 mm, respectively."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
William Caesar Raja Mandala
"Pengemasan makanan penting dari produk makanan untuk melindungi kualitas makanan dan keamanan dari produk makanan. Material pembungkus makanan dengan ketahanan tarik, ketahanan panas, biodegradable, dan memiliki sifat antibakteri diperlukan untuk keamanan makanan dan memperpanjang waktu penyimpanan, terutama dari kontaminasi makanan akibat bakteri patogen makanan. Kini, plastik berbahan dasar minyak bumi digunakan dalam industri pengemasan makanan. Plastik ini sulit didegradasi sehingga menyebabkan masalah lingkungan yang serius. Oleh karena itu, plastik biodegradable dengan penambahan senyawa antibakteri dibutuhkan. PVA/pati crosslink sering digunakan sebagai material pengemasan makanan karena harganya murah, biodegradable, dan memiliki sifat mekanik yang baik. Daun kelor mudah dicari, harganya murah, dan memiliki sifat antibakteri yang baik. Inilah yang menyebabkan daun kelor sebagai kandidat yang baik sebagai senyawa antibakteri pada bioplastik. Oleh karena itu, pada penelitian ini dibuat bioplastik Poli(vinil alkohol) (PVA)/pati ter-crosslink dengan penambahan senyawa antibakteri dari ekstrak daun kelor. Bioplastik PVA/pati crosslink dibuat dengan terlebih dahulu daun kelor yang telah dicuci bersih dimaserasi, dikeringkan dan digerus hingga berukuran kecil dengan pelarut metanol, setelah itu ekstrak kemudian dipisahkan dengan pelarut etil asetat. Setelah dipisahkan, fasa organik dan fasa air dari ekstrak daun kelor diambil, lalu masing-masing diencerkan dengan air dengan konsentrasi 1:20 dan 2:20 (v/v), kemudian dibuat menjadi bioplastik dengan reaksi crosslink antara PVA dengan pati. Senyawa bioplastik yang terbentuk kemudian dikarakterisasi dengan instrumen FTIR, TGA, SEM, dan uji antibakteri terhadap bakteri Staphlyococcus aureus dan Escherichia coli. Bioplastik dengan ketahanan panas terbaik ialah bioplastik PVA/pati dengan ekstrak daun kelor pada fasa air dengan pengenceran 2:20, dengan ketahanan panas hingga suhu 190oC.

Food packaging is an essential part of food products to protect food quality and safety of food products. Food packaging materials with sufficient thermal stability, mechanical strength, and antibacterial properties is necessary for food safety and extending the shelf life of packaged foods, especially from food contamination by foodborne pathogens. Currently, petroleum-based plastics used to the food packaging industry. However, this kind of plastic is non-degradable and can cause a more serious environmental problem. Therefore, biodegradable plastic with the addition of antibacterial is needed. PVA/starch crosslinked bioplastic is commonly used as a food packaging material because its cheap, biodegradable and have excellent mechanical properties. Kelor (Moringa oleifera) leaf has an antibacterial ability due to its active compounds such as tannin and flavonoid. Kelor leaf is also cheap and easy to find in Indonesia, making it a right candidate for an antibacterial compound for food plastics. Hence, in this research, we made bioplastic PVA/starch crosslink with the addition of antibacterial compound from kelor leaf. Bioplastic PVA/starch crosslink made by maceration of kelor leaf with methanol solvent, then the product separated by extraction with a mixture of ethyl acetate concentrated and water solvent. After being separated, water and organic phase of each extract were diluted by distilled water with concentration 1:20 and 2:20 (v/v), and each concentration was made bioplastic by cross-linking poly(vinyl alcohol) and starch. Each plastic product was characterized by FTIR, SEM, and antibacterial test with S.aureus and E.coli. The best heat-resistant bioplastic was PVA/starch bioplastic with Kelor leaf extract in the water phase with a dilution of 2:20, which has heat resistance up to 190oC."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggita Dwi Suryani
"Resistensi antibiotik menjadi salah satu permasalahan kesehatan yang telah mengancam kesehatan dunia. Perkembangan resistensi antibiotik juga mengakibatkan meningkatnya permintaan agen antimikroba baru. Beberapa tahun terakhir, tanaman obat telah banyak dieksplorasi oleh para peneliti sebagai langkah awal dalam penemuan obat antimikroba baru. Bahkan, sebanyak 50% agen antibakteri yang disetujui oleh FDA berasal dari produk alami. Tujuan penelitian ini dilakukan untuk menguji potensi daya antibakteri dari ekstrak kulit kayu masoyi yang diperoleh dengan metode Ultrasound-Assisted Extraction menggunakan pelarut n-heksana, etil asetat, dan etanol 96% terhadap bakteri patogen yaitu Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, serta Pseudomonas aeruginosa. Berdasarkan penelitian sebelumnya, ekstrak etanol, etil asetat, dan n-heksana kulit kayu masoyi menunjukkan adanya aktivitas antibakteri terhadap bakteri patogen seperti E. coli, S. typhimurium, B. cereus, dan S. aureus. Uji aktivitas antibakteri dilakukan dengan menggunakan dua metode yaitu metode difusi cakram kertas dan metode makrodilusi. Hasil dari uji difusi cakram kertas menunjukkan bahwa ekstrak n-heksana memiliki aktivitas antibakteri lebih baik dengan potensi lemah hingga kuat (1,05-10,33 mm) dibandingkan dengan ekstrak etil asetat (0,82-4,63 mm) dan etanol 96% (0,5-3,81 mm) yang hanya berpotensi lemah terhadap bakteri S. aureus, S. epidermidis, dan P. aeruginosa. Konsentrasi hambat minimal ditentukan dengan metode makrodilusi. Hasil uji makrodilusi menunjukkan bahwa ekstrak n-heksana, etil asetat, dan etanol 96% semuanya menunjukkan aktivitas antibakteri yang lemah dengan nilai KHM > 1.000 µg/mL terhadap bakteri S. aureus, S. epidermidis, dan P. aeruginosa.

Antibiotic resistance is one of the health problems that has threatened global health. The development of antibiotic resistance has also led to an increased demand for new antimicrobial agents. In recent years, medicinal plants have been extensively explored by researchers as a first step in the discovery of new antimicrobial drugs. As many as 50% of FDA-approved antibacterial agents are derived from natural products. This study aimed to test the antibacterial potential of masoyi bark extract obtained by ultrasound-assisted extraction using n-hexane, ethyl acetate, and ethanol 96% as solvents against pathogenic bacteria, i.e., Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, and Pseudomonas aeruginosa. Previously, extracts of ethanol, ethyl acetate, and n-hexane from masoyi bark were reported for antibacterial activity against pathogenic bacteria such as E. coli, S. typhimurium, B. cereus, and S. aureus. The antibacterial activity test was carried out using two methods, which were the disc diffusion method and the macro dilution method. The results of the paper disk diffusion test showed that the n-hexane extract had a better antibacterial activity with weak to strong potency (1.05-10.33 mm) than the ethyl acetate extract (0.82-4.63 mm) and ethanol 96% extract (0.5-3.81 mm) which had only a weak potential against S. aureus, S. epidermidis, and P. aeruginosa. Minimum inhibition concentration was determined by a macro dilution method. The results showed that the extracts of n-hexane, ethyl acetate, and ethanol 96% all exhibited weak antibacterial activity with MIC values > 1,000 µg/mL against S. aureus, S. epidermidis, and P. aeruginosa bacteria."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annissatul Fitria
"Bakteri Aeromonas hydrophila merupakan bakteri sering menimbulkan wabah penyakit pada ikan budidaya. Lingkungan yang buruk juga dapat menyebabkan stres oksidatif pada ikan. Ipomoea aquatica mengandung senyawa fenol dan flavonoid yang telah terbukti memiliki aktivitas antioksidan dan antibakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar fenol dan flavonoid total, serta untuk menguji aktivitas antioksidan dan antibakteri terhadap ekstrak etanol 80% daun, batang, dan akar I. aquatica secara terpisah yang diekstraksi dengan metode ekstraksi UAE. Penetapan kadar fenol total dilakukan dengan metode Folin-Ciocalteu, sedangkan penetapan kadar flavonoid total dilakukan dengan metode kolorimetri AlCl3. Pengujian aktivitas antioksidan dilakukan dengan metode DPPH dan FRAP. Pengujian aktivitas antibakteri dilakukan dengan metode difusi cakram. Hasil penetapan kadar fenol total pada bagian daun sebesar (210,33 mg EAG/g ekstrak), batang (83,76 mg EAG/g ekstrak), dan akar (93,62 mg EAG/g ekstrak), sedangkan penetapan kadar flavonoid total memberikan hasil pada bagian daun sebesar (46,67 mg EK/g ekstrak), batang (14,43 mg EK/g ekstrak), dan akar (21,63 mg EK/g ekstrak). Hasil uji aktivitas antioksidan DPPH menunjukkan nilai IC50 pada daun sebesar (9,93 μg/mL), batang (18,10 μg/mL), dan akar (17,91 μg/mL), sedangkan hasil pengujian aktivitas antioksidan FRAP pada bagian daun sebesar (74,17 g Fe2SO4 ekuivalen/ 100 g ekstrak), batang (26,44 g Fe2SO4 ekuivalen/ 100 g ekstrak), dan akar (46,47 g Fe2SO4 ekuivalen/ 100 g ekstrak). Hasil pengujian aktivitas antibakteri dengan metode difusi cakram menunjukkan adanya aktivitas antibakteri dengan diameter zona hambat sebesar 10,95 mm pada daun dan 9,35 mm pada batang, sedangkan ekstrak akar kangkung air tidak memiliki aktivitas antibakteri. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun, batang, dan akar kangkung air memiliki aktivitas antioksidan, sedangkan aktivitas antibakteri hanya dimiliki oleh ekstrak daun dan batang kangkung air.

Aeromonas hydrophila is a bacterium that often causes disease outbreaks in cultured fish. A bad environment can also cause oxidative stress in fish. Ipomoea aquatica contains phenolic and flavonoid compounds that have been shown to have antioxidant and antibacterial activity. This study aims to determine the total phenol and flavonoid levels, as well as to test the antioxidant and antibacterial activity of the 80% ethanol extract of the leaves, stems, and roots of I. aquatica which were extracted using the UAE extraction method. Determination of total phenol content was carried out using the Folin-Ciocalteu method, while the determination of total flavonoid content was carried out using the AlCl3 colorimetric method. Antioxidant activity testing was carried out using the DPPH and FRAP methods. Antibacterial activity was tested by disc diffusion method. The results of the determination of total phenol levels in the leaves (210.33 mg EAG/g extract), stems (83.76 mg EAG/g extract), and roots (93.62 mg EAG/g extract), while the determination of total flavonoid levels gave results in the leaves (46.67 mg EK/g extract), stem (14.43 mg EK/g extract), and roots (21.63 mg EK/g extract). The results of the DPPH antioxidant activity test showed IC50 values in leaves (9.93 g/mL), stems (18.10 g/mL), and roots (17.91 g/mL), while the results of testing for FRAP antioxidant activity in leaves of (74.17 g Fe2SO4 equivalent/ 100 g extract), stem (26.44 g Fe2SO4 equivalent/ 100 g extract), and roots (46.47 g Fe2SO4equivalent/ 100 g extract). The results of the antibacterial activity test using the disc diffusion method showed antibacterial activity with an inhibition zone diameter of 10.95 mm on leaves and 9.35 mm on stems, while water spinach root extract had no antibacterial activity. Based on the results of these studies, it can be concluded that the extracts of water spinach leaves, stems, and roots have antioxidant activity, while the antibacterial activity is only possessed by water spinach leaf and stem extracts."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hikmah Afani
"Kontaminasi makanan terhadap mikroorganisme, terutama bakteri merupakan penyebab terbesar terjadinya keracunan makanan. Agen antibakteri dengan kandungan senyawa alami menarik perhatian, salah satunya mikroalga. Namun, informasi mengenai potensi antibakteri dari mikroalga masih terpaku pada beberapa spesies. Oleh karena itu, skrining aktivitas antibakteri dilakukan untuk menemukan potensi dari spesies baru. Ekstraksi metabolit mikroalga secara bertingkat menggunakan n-heksan, etil asetat, dan etanol. Kemudian, pengujian dilakukan dengan metode resazurin reduction (RR)assay untuk menentukan aktivitas antibakteri dan Gas Chromatography Mass Spectrophotometry (GCMS) Shimadzu GCMS-QP 2010 Ultra dengan fase diam Rtx-5MS untuk analisis senyawa aktif. Hasil menunjukkan isolat Chlorella vulgaris InaCC M205 dapat menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli InaCC B5 dan Staphylococcus aureus InaCC B4, isolat Tetraselmis subcordiformis InaCC M206 dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus InaCC B4 dan Bacillus cereus InaCC B9, serta isolat Nannochloropsis oceanica InaCC M207 juga dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus InaCC B4 dan Bacillus cereus InaCC B9. Kandungan senyawa aktif yang ditemukan berupa methyl palmitate, methyl linoleate, methyl cis-7,10,13,16,19-docosapentaenoate, dan methyl cis-11,14,17-Icosatrienoate.

Food contamination of microorganisms, especially bacteria is the biggest cause of food poisoning. Antibacterial agents with the content of natural compounds attract attention, one of which is microalgae. However, information regarding the antibacterial potential of microalgae is still fixated on some species. Therefore, screening of antibacterial activity is carried out in order to discover the potential of new species. Extraction of microalgae metabolites in a serial using n-hexane, ethyl acetate, and ethanol. Then, testing was carried out using resazurin reduction (RR) assay method to determine antibacterial activity and Gas Chromatography Mass Spectrophotometry (GCMS) Shimadzu GCMS-QP 2010 Ultra with a stationary phase of Rtx-5MS for active compound analysis. The results showed that Chlorella vulgaris InaCC M205 inhibit the growth of Escherichia coli InaCC B5 and Staphylococcus aureus InaCC B4, Tetraselmis subcordiformis InaCC M206 inhibit the growth of Staphylococcus aureus InaCC B4 and Bacillus cereus InaCC B9, as well as Nannochloropsis oceanica InaCC M207 also inhibits the growth of Staphylococcus aureus InaCC B4 and Bacillus cereus InaCC B9. The active compounds found are methyl palmitate, methyl linoleate, methyl cis-7,10,13,16,19-docosapentaenoate, and methyl cis-11,14,17-Icosatrienoate."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Nathania
"Infeksi yang disebabkan oleh virus dengue atau juga diketahui sebagai demam berdarah, adalah masalah kesehatan yang sangat signifikan dengan adanya sebanyak 150.000 kasus per tahun. saat ini, belum ada vaksin maupun antiviral yang ada untuk mencegah maupun untuk pengelolaan penyakit. Hal-hal ini lah yang meningkatkan urgensi untuk menginvestigasi kemungkinan adanya aktifitas antiviral dalam ekstrak natural yang dapat digunakan sebagai intervensi terapeutik. Garcinia dulcis (G. dulcis) adalah tumbuhan yang berasal dari Indonesia dan negara Asia Tenggara lainnya. Tumbuhan ini diketahui memiliki aktifitas antimalarial dan antioxidan yang tinggi.
Tujuan dari riset ini adalah untuk meneliti efektifitas ekstrak daun G. dulcis sebagai antiviral terhadap virus dengue (DENV). Dalam percobaan ini, DENV dengan serotype 2 NGC dan Huh-7 cell line digunakan untuk antiviral assay. Maximal inhibitory concentration (IC50), didapatkan dengan cara memberikan perlakuan dengan berbagai konsentrasi G. dulcis (80μg/ml, 40μg/ml, 20μg/ml, 10μg/ml and 5μg/ml) terhadap sel Huh-7 yang sudah diinfeksikan oleh DENV-2 NGC. Jumlah inhibisi terhadap replikasi DENV ditentukan dengan menggunakan focus assay. Dimethyl sulfoxide (DMSO), digunakan sebagai kontrol positif. Sitotoksisitas (CC50) dicari menggunakan MTT assay. Pada perlakuan dengan konsentrasi G. dulcis sebesar 80μg/ml dan 40μg/ml, DENV terhambat secara signifikan sebanyak 92.8% (p=0.01) dan 71.3% (p=0.02) secara berurutan. Selanjutnya, pada konsentrasi 20μg/ml, DENV terhambat sebesar 11.7% (p=0.83).
Hasil dari percobaan ini, menunjukkan bahwa IC50, CC50, dan SI dari G. dulcis adalah sebesar 44.7μg/ml, 314.8μg/ml, dan 7.04 secara berurutan. Ekstrak daun G. dulcis menunjukkan aktivitas penghambatan yang signifikan terhadap DENV pada konsentrasi 80 μg/ml dan 40 μg/ml dan sitotoksisitas yang rendah. Rendahnya sitotoksisitas merupakan karakteristik yang menguntungkan untuk menjadi antiviral. Maka, sub-fraksi dari G. dulcis harus dicari untuk dapat menemukan senyawa murni yang dapat mennghambat replikasi DENV dengan efektif. Selain itu, investigasi lebih lanjut pada batang, kulit dan benih G. dulcis dapat dilakukan. Ekstrak natural perlu diperlajari secara ekstensif perlu dilakukan untuk menemukan antiviral yang efektif untuk menangani infeksi DENV.

Dengue virus (DENV) infection is a major health problem in Indonesia, with more than 150,000 cases occurring annually. Currently, no approved vaccines or antivirals are available to prevent or manage the disease. This urges the need to investigate possible antiviral activity of natural extracts to be used as therapeutic management for DENV infection. Garcinia dulcis (G. dulcis) is a plant native to Indonesia and other Southeast Asia countries; it is known to have antimalarial and high antioxidant activities.
The objective of this research is to investigate the effectivity of G. dulcis leaves extract as a viable antiviral against DENV. In this study, we used DENV serotype 2 NGC and Huh-7 cells line for antiviral assay. Maximal inhibitory concentration (IC50) was determined by applying various concentrations of G. dulcis (80μg/ml, 40μg/ml, 20μg/ml, 10μg/ml and 5μg/ml) to DENV-2 NGC-infected Huh-7 cells with 6 times replication. Inhibition of DENV replication was determined by focus assay from G. dulcis treated supernatant. We used dimethyl sulfoxide (DMSO) on dengue-infected cells as positive control. The cytotoxicity (CC50) was determined by MTT assay. Upon treatment with 80μg/ml and 40μg/ml of G. dulcis extract, DENV infection was significantly inhibited as much as 92.8% (p=0.01) and 71.3% (p=0.02) respectively. At concentrations of 20μg/ml, DENV was insignificantly inhibited by 11.7% (p=0.83).
The result showed, that IC50, CC50, and SI of G. dulcis extract were 44.7μg/ml, 314.8μg/ml, and 7.04, respectively. G. dulcis leaves extract showed significant inhibitory effect towards dengue virus in vitro at concentrations of 80 μg/ml and 40 μg/ml and it has low cytotoxicity. Low cytotoxicity is a characteristic that can be advantageous for an antiviral agent. Thus, sub-fractions of G. dulcis leaves needs to be done to find pure compound that effectively inhibit DENV replication. Alternatively, further investigations on stems, barks and seeds of G. dulcis can also be done. Extensive studies on natural extracts should be continued to develop an antiviral in managing DENV infection."
Depok: Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Oryza Gryagus Prabu
"Kulit buah manggis diketahui memiliki efek antibakteri, khususnya bakteri Propionibacterium acnes. Bakteri Propionibacterium acnes merupakan bakteri gram positif yang bersifat anaerob obligat. Bakteri ini merupakan flora normal pada kulit namun merupakan agen penyebab munculnya jerawat/acne vulgaris. Selain itu, infeksi P. acnes juga dapat menyebabkan sindrom SAPHO (synovitis, acne, pustulosis, hyperostosis, osteitis), osteomyelitis, infeksi gigi, rheumathoid arthritis, peritonistis, inflamasi prostat, sarkoidosis, dan infeksi yang berkaitan dengan alat seperti kateter, implan, dan lainnya. Resistensi pada bakteri P.acnes terhadap antibiotik juga merupakan masalah yang cukup penting di dunia yang berkaitan dengan pemakaian antibiotik yang tidak rasional. Pada penelitian ini aktivitas antibakteri ekstrak kulit buah manggis digunakan dengan Agar Brucella yang ditanami dengan bakteri dan ditambahkan sumuran dengan ekstrak sebagai uji.
Uji yang digunakan adalah ekstrak kulit buah manggis dengan pengenceran 10 kali, 15 kali, 20 kali, 30 kali, dan 40 kali yang dibandingkan dengan kontrol negatif akuades serta kontrol positif tetrasiklin yang dibagi menjadi beberapa pengeceran yaitu 10 kali, 15 kali, 20 kali, 30 kali, dan 40kali. Hasil yang didapat kemudian dilakukan uji statistik menggunakan One Way Anova yang didapatkan bahwa ekstrak kulit buah manggis mempunyai aktivitas antibakteri hubungan yang berbeda bermakna dengan kontrol negatif pada pengenceran 10 kali (p<0.001), 15 kali (p<0.001), 20 kali (p<0.001), dan 30 kali (p<0.001), sedangkan ekstrak pengenceran 40 kali tidak mempunyai aktivitas antibakteri (p=1.000). Namun, ekstrak kulit buah manggis jika di bandingkan dengan antibiotik tetrasiklin mempunyai aktivitas yang lebih rendah.

Mangosteen pericarp is known to have antibacterial effects, especially against Propionibacterium acnes bacteria. Propionibacterium acnes is a gram-positive bacteria that are obligate anaerobes. These bacteria are normal flora of the skin but is a causative agent of pimples/acne vulgaris. In addition, P. acnes could also cause SAPHO syndrome (synovitis, acne, pustulosis, hyperostosis, osteitis), osteomyelitis, dental infections, arthritis rheumathoid, peritonistis, prostate inflammation, sarcoidosis, and infections associated with medical devices such as catheters, implants, and more. P. acnes resistance to antibiotics is also a significant problem in the world related to the irrational use of antibiotics. In this study, the antibacterial activity of mangosteen pericarp extract is examined with Brucella Agar in which there are well-filled of test solution such as extract, placebo, and/or positive control to show that it could inhibit the growth of P.acnes by measuring the inhibitory zone diameter.
The tests are using mangosteen pericarp extract with 10, 15, 20, 30, and 40 times dilution compared to the negative control and positive control tetracycline which is divided into a number of dilution that are 10x, 15x, 20x, 30x, and 40x. After the tests were measured by assessing the inhibitory zone diameter produced by each test. The results then performed statistical tests using One Way Anova showed that mangosteen pericarp extract has antibacterial activity with significantly different to the negative control at 10 times dilution (p<0.001), 15 times (p<0.001), 20 times (p<0.001), and 30 times (p<0.001), whereas 40 time dilution extract didn?t have antibacterial activity (p = 1.000). However, mangosteen pericarp extract has lower activity than tetracycline.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteraan Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>