Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 201662 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Via Valencia Arifin
"Kanker payudara adalah penyakit di mana sel-sel di payudara tumbuh di luar kendali dan menjadi salah satu jenis kanker paling umum di dunia. Di Indonesia, kanker payudara merupakan kanker dengan prevalensi tertinggi pada wanita. Tinggi Angka kejadian kanker payudara sangat erat kaitannya dengan faktor risiko yang ada, diantaranya kelebihan berat badan dan obesitas. Pengukuran berat badan dan obesitas dapat dilakukan dengan menggunakan pengukuran yang dikenal sebagai indeks massa tubuh (BMI). Obesitas tidak hanya digambarkan sebagai penyimpanan lemak berlebih tetapi juga akumulasi jaringan adiposa yang dideregulasi. Ini bisa diidentifikasi melalui zat yang dikenal sebagai CD36. CD36 ditemukan memiliki berpotensi menjadi penanda prognostik karena perannya dalam proses metastasis kanker payudara. Tapi selain sebagai penanda prognostik yang terkait dengan metastasis, CD36 juga diduga berpotensi menjadi penanda diagnosis kanker payudara. Karena itu, Dalam studi ini, analisis hubungan antara BMI dan CD36 dan insiden dilakukan kanker payudara. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah rekam medis dari salah satu rumah sakit di Jakarta dengan total 84 subjek yang terdiri dari 3 kategori status, yaitu penderita kanker payudara, kanker selain payudara, dan sehat. Metode Keputusan Tree digunakan untuk memperoleh informasi tentang hubungan antara BMI dan CD36 terhadap kejadian kanker payudara. Selanjutnya digunakan metode Regresi Logistik untuk mengetahui peran masing-masing faktor dalam kejadian kanker payudara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara CD36 dengan kejadian kanker payudara, dimana ciri-ciri subjek dengan status kanker payudara memiliki nilai konsentrasi CD36 antara 0,17-0,34 dan di bawah 0,14 (dalam ng / mL). Kemudian diperoleh juga bahwa peningkatan skor CD36 menurunkan risiko kanker payudara awal, padahal peningkatan nilai BMI akan meningkatkan risiko.
ABSTRACT
Breast cancer is a disease in which cells in the breast grow out of control and is one of the most common types of cancer in the world. In Indonesia, breast cancer is a cancer with the highest prevalence in women. The high incidence of breast cancer is closely related to the existing risk factors, including being overweight and obese. Weight and obesity measurements can be made using a measurement known as body mass index (BMI). Obesity is not only described as excess fat storage but also the accumulation of deregulated adipose tissue. This can be identified through a substance known as CD36. CD36 was found to have potential to be a prognostic marker because of its role in the metastatic process of breast cancer. But apart from being a prognostic marker associated with metastasis, CD36 is also thought to be a potential marker of breast cancer diagnosis. Therefore, in this study, an analysis of the relationship between BMI and CD36 and incidence of breast cancer was carried out. The data used in this study were medical records from a hospital in Jakarta with a total of 84 subjects consisting of 3 status categories, namely breast cancer patients, non-breast cancer, and healthy. The Decision Tree method was used to obtain information about the relationship between BMI and CD36
against the incidence of breast cancer. Furthermore, the Logistic Regression method is used to determine the role of each factor in the incidence of breast cancer. The results showed that there was a relationship between CD36 and the incidence of breast cancer, where the characteristics of subjects with breast cancer status had a CD36 concentration value between 0.17-0.34 and below 0.14 (in ng / mL). Then it was also found that an increase in CD36 score decreased the risk of early breast cancer, whereas an increase in the BMI value would increase the risk."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raka Pradhana Fajri
"Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak ditemukan pada wanita dengan 2,3 juta kasus baru pada tahun 2020. Klasifikasi berdasarkan ekspresi reseptor hormon penting diketahui karena tiap subtipe dapat berbeda dalam karakteristik klinis, strategi pengobatan, dan prognosis. Penelitian hubungan faktor risiko usia dan IMT terhadap subtipe kanker payudara yang telah dilakukan masih menghasilkan kesimpulan yang bertentangan dan belum konklusif sehingga penelitian lebih lanjut perlu dilakukan. Penelitian ini dilakukan di RCSM pada April-Mei 2024 dengan mengakses rekam medis 180 pasien kanker payudara primer yang datang ke Poli Bedah RSCM pada tahun 2022 dan menjalani pemeriksaan patologi anatomi dan imunohistokimia. Diperoleh 180 subjek dengan 82,8% berusia >40 tahun dan 17,2% berusia ≤40 tahun. Ditemukan 51,1% subjek obesitas, 27,2% berat badan normal, 16,1% berat badan berlebih, dan hanya 5,6% berat badan kurang. Ditemukan subtipe luminal mencakup 72,8% kasus dan non-luminal 27,2% kasus. Subtipe dengan proporsi paling banyak ditemukan adalah tipe luminal B dengan 41,1%, diikuti tipe luminal A 31,7%, TNBC 17,2%, dan HER2-enriched 10%. Analisis chi-square antara usia dengan subtipe kanker payudara serta IMT dengan subtipe kanker payudara tidak menemukan hubungan yang bermakna. Tidak terdapat hubungan antara usia ataupun IMT terhadap subtipe molekuler kanker payudara yang signifikan di RSCM tahun 2022.

Breast cancer is the most common type of cancer found in women with 2.3 million new cases in 2020. Classification based on hormone receptor expression is important because each subtype can differ in clinical characteristics, treatment strategies and prognosis. Research on the relationship between risk factors of age and BMI on breast cancer subtypes that has been carried out still produces conflicting conclusions and is not yet conclusive, so further research needs to be carried out. This research was conducted at RCSM in April-May 2024 by accessing the medical records of 180 primary breast cancer patients who came to the RSCM Surgical Clinic in 2022 and underwent anatomical pathology and immunohistochemical examinations. There were 180 subjects with 82.8% aged >40 years and 17.2% aged ≤40 years. It was found that 51.1% of subjects were obese, 27.2% were normal weight, 16.1% were overweight, and only 5.6% were underweight. It was found that the luminal subtype covered 72.8% of cases and non-luminal 27.2% of cases. The subtype with the highest proportion found was luminal B type with 41.1%, followed by luminal A type 31.7%, TNBC 17.2%, and HER2-enriched 10%. Chi-square analysis between age and breast cancer subtype and BMI and breast cancer subtype did not find a significant relationship. There was no significant relationship between age or BMI and breast cancer molecular subtype in RSCM in 2022."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Safarudin
"Beberapa bukti menunjukkan perubahan metabolik pada pasien kanker payudara dengan indeks massa tubuh (IMT) tinggi berhubungan resistensi insulin dan khususnya perubahan terkait produksi sitokin oleh jaringan adiposa yang merupakan kontributor utama terhadap sifat agresif dari kanker payudara yang berkembang melalui pengaruhnya terhadap angiogenesis dan stimulasi kemampuan invasif dari sel kanker. Studi kohort retrospektif yang dilakukan di Rumah Sakit Kanker Dharmais ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh IMT terhadap disease-free survival (DFS) lima tahun pasien kanker payudara.
Penelitian ini dilakukan dari bulan Agustus sampai November 2014. Sampel yang digunakan pada studi ini diambil secara konsekutif sebanyak 127 pasien. Dari studi ini, diketahui bahwa DFS lima tahun pasien kanker payudara adalah 70,0%. Berdasarkan kategori IMT, pasien kanker payudara dengan IMT tinggi (>22,9 kg/m2) memiliki DFS lima tahun yang paling besar, yaitu 75,5%, diikuti pasien dengan IMT rendah (<18,5 kg/m2) sebesar 68,6%, dan 60,4% untuk pasien dengan IMT normal (18,5?22,9 kg/m2). Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa IMT tidak memiliki asosiasi dengan kejadian kekambuhan atau metastase (HR=1,052, 95% CI 0,413-2,678) setelah dikontrol oleh variabel pendidikan, sosioekonomi, stadium, keterlibatan kelenjar getah bening, histopatologi, pekerjaan, dan subtipe biologis.

There are some evidences that the metabolic changes in breast cancer patients with high body mass index (BMI) associated with insulin resistance and, in particular, the related alteration in cytokine production by adipose tissue which are major contributors to the aggressive behavior of breast cancer that develop through their effects in angiogenesis and stimulation of invasive capasity of cancer cells. Retrospective cohort study conducted at the Dharmais National Cancer Hospital aims to determine the effect of BMI on five-year disease-free survival (DFS) breast cancer patients.
This study was conducted from August to November 2014. The samples in this study were collected consecutively as many as 127 patients. From this study, it is known that the five-year DFS of breast cancer patients was 70.0%. Based on the category of BMI, breast cancer patients with high BMI (>22.9 kg/m2) had the biggest DFS, followed by low BMI (<18,5 kg/m2) and normal BMI (18,5 ? 22,9 kg/m2) that the precentages successively were 75.5%, 68.6%, and 60.4%. Multivariate analysis showed that BMI was not associated with the events of recurrence or metastases (HR 1.055; 95% CI 0.413-2.678) after being controlled by other variables, such as education, sosioeconomic, staging, lymph node involvement, histopathology, occupation, and biological subtypes.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T43328
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chairunisa Aliya Amani
"ABSTRAK
Latar Belakang: Indeks massa tubuh dapat meningkatkan risiko kanker payudara. Pada penelitian sebelumnya didapatkan bahwa indeks massa tubuh yang memasuki kategori obesitas dapat memperburuk prognosis penyakit kanker payudara. Selain indeks massa tubuh, status reseptor hormonal juga menjadi hal yang penting untuk menentukan terapi kanker payudara. Namun, belum diketahui apakah terdapat hubungan antara perubahan indeks massa tubuh sebelum dan sesudah terapi dan status reseptor hormonal terhadap respon terapi kanker payudara yang dinilai dengan ada atau tidaknya residu.
Tujuan: Mengetahui pengaruh perubahan indeks massa tubuh dan status reseptor hormonal terhadap respon terapi kanker payudara yang dinilai dengan residu pasca terapi.
Metode: Sebanyak 111 data dari rekam medis pasien diambil dengan metode consecutive sampling berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Data indeks massa tubuh didapatkan melalui berat badan dan tinggi badan yang diukur sebelum dan sesudah terapi. Pengukuran dilakukan selama rangkaian pemberian kemoterapi. Jika tinggi badan yang didapatkan pada pengukuran sebelum dan sesudah terapi berbeda, maka akan diambil rata-rata. Sedangkan data status reseptor hormonal didapatkan dengan melihat laporan pemeriksaan immunohistokimia. Untuk melihat respon pasien terhadap terapi digunakan laporan hasil pemeriksaan pencitraan.
Hasil: Berdasarkan analisis bivariat yang dilakukan, didapatkan hubungan antara perubahan indeks massa tubuh terhadap residu kanker payudara pasca terapi (p 0,018; p<0,05). Dan tidak didapatkan hubungan antara status reseptor hormonal dengan residu kanker payudara pasca terapi (p 0,803; p>0,05) serta hubungan antara status reseptor hormonal dan perubahan indeks massa tubuh secara bersamaan (p 0,087; p>0,05).
Kesimpulan: Peningkatan indeks massa tubuh dapat meningkatkan risiko residu kanker payudara pasca terapi. Sedangkan, status reseptor hormonal tidak memiliki hubungan dengan residu kanker payudara pasca terapi. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Denny Grecius
"ABSTRACT
Rasio neutrofil dan limfosit (NLR) dapat digunakan dalam mengukur progresivisitas kanker payudara seperti perubahan berat badan. Tujuan Maka dari itu, penelitian ini hendak menilai hubungan perubahan status indeks masa tubuh dengan NLR. Metode: Rancangan penelitian ini merupakan potong lintang. Sampel dibagi menjadi dua kelompok, yaitu pasien yang menjadi normoweight (indeks masa tubuh terakhir < 23,0) dan pasien yang menjadi overweight atau obese (indeks masa tubuh terakhir ≥ 23,0). Setiap sampel akan dihitung NLR pascadiagnosis dan pascaterapi minimal 6 bulan. Hasil: Pasien yang menjadi normoweight memiliki NLR pascadiagnosis median 2,510 (0,853-5,315) dan NLR pascaterapi median 2,652 (0,666-10,844). Pasien yang menjadi overweight atau obese memiliki NLR pascadiagnosis median 2,444 (0,318-21,000) dan NLR pascaterapi median 2,466 (0,632-22,750). Kesimpulan: Penelitian ini menunjukkan tidak adanya hubungan antara perubahan indeks masa tubuh dengan NLR pascadiagnosis dan NLR pascaterapi. Tidak adanya hubungan mungkin disebabkan adanya keberagaman karakteristik sampel yang didapat.

ABSTRACT
Neutrophil-to-lymphocyte ratio (NLR) can be used to measure progressivity of breast cancer. One of the factor that also affect progression of breast cancer is body weight change. Therefore, this study wants to evaluate correlation between Body Mass Index (BMI) status change and NLR. Methods: Sample are divided into two groups, patients who became normoweight (latest BMI < 23,0) and patients who became overweight or obese (latest BMI ≥ 23,0). NLR value in postdiagnosis and post-treatment (minimum 6 months) are being evaluated in each sample. Results: Patients who became normoweight has postdiagnosis NLR median 2,510 (0,853-5,315) and post-treatment NLR median 2,652 (0,666-10,844); while in the patients who became overweight or obese has postdiagnosis NLR median 2,444 (0,318-21,000) and post-treatment NLR median 2,466 (0,632-22,750). Interpretation & conclusion: This study shows neither postdiagnosis NLR nor post-treatment NLR has correlation with BMI status change. This result may due to various sample characteristics."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saragih, Joy Samuel
"ABSTRAK
Indeks Massa Tubuh dan Rasio Platelet-Limfosit (PLR) yang tinggi menunjukkan prognosis buruk pasien kanker payudara. Peneliti menduga adanya korelasi positif antara perubahan nilai keduanya; serta nilai PLR akhir yang berbeda signifikan pada wanita dengan IMT meningkat 5%. Peneliti menggunakan desain potong-lintang dan menganalisis data rekam medis dari 2 rumah sakit di Jakarta. Perubahan IMT tidak berkorelasi dengan perubahan PLR (p>0,05); serta tidak terdapat PLR akhir yang berbeda bermakna antara kedua kelompok. Hal ini diduga disebabkan variasi regimen kemoterapi, metode pengambilan sampel dan faktor lain yang tidak diteliti.

ABSTRACT
High Body Mass Index and Platelet-Lymphocyte Ratio (PLR) show a poor prognosis of breast cancer patients. The author hypothesized that there is a positive correlation between changes in both values; and final PLR values is significantly difference in women with 5% increase in BMI. The author used a cross-sectional design and analyzed medical record data from 2 hospitals in Jakarta. Changes in BMI were not correlated with changes in PLR (p>0,05); and there were no final PLR that was significantly different between the two groups. This can be due to variations in chemotherapy regimens, sampling methods, and other factors not examined."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aditia Reza Romadhoni
"ABSTRAK
Latar Belakang: Kanker payudara akan mengekspresikan CD36 lebih rendah pada stroma kanker payudara bila dibandingkan sel sehat. CD36 berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan metastasis tumor. Pemeriksaan CD36 plasma dilaporkan pada populasi selain kanker payudara, yang bersifat kurang invasif dan hemat biaya. Belum diketahuinya pemeriksaan CD36 plasma pada kanker payudara dan diharapkan memberikan hasil yang sejalan dengan pemeriksaan histopatologis.
Tujuan: Mengetahui (1) perbedaan konsentrasi CD36 plasma pada kanker payudara dibandingkan dengan orang sehat, (2) perbedaan konsentrasi CD36 plasma pada kanker payudara berdasarkan status metastasisis, metastasis kelenjar getah bening, subtipe molekular, jenis histopatologis, grade histologi ukuran tumor, dan indeks massa tubuh.
Metode: Penelitian dengan desain potong lintang dalam periode Juni 2018 hingga Februari 2019 dan pengambilan sampel secara konsekutif. Dilakukan pemeriksaan plasma ELISA dengan reagen Bioassay Technology Laboratory. Kriteria inklusi: wanita berusia antara 18 hingga 70 tahun, kanker payudara invasif yang patologis, patologi awal: tumor ≥ 1 cm dengan status reseptor hormone dan faktor pertumbuhan epidermal positif atau negatif manusia 2 (HER2/neu), subjek bersedia menandatangani persetujuan penelitian. Kriteria eklusi: subjek yang mengalami progresifitas penyakit selama dalam pengobatan, diabetes melitus, penyakit jantung koroner, stroke, gangguan hati, gangguan ginjal. Data dianalis dalam mencari perbedaan konsentrasi CD36 plasma rerata 2 kelompok.
Hasil: Pada 118 subjek, perbedan median konsentrasi CD36 plasma pada kanker payudara dan sehat, yakni 0,21 dan 0,57, p < 0,05. Selain itu, tidak terdapat perbedaan median konsentrasi CD36 plasma pada kanker payudara berdasarkan status metastasis, metastasis kelenjar getah bening, subtipe molekular, jenis histopatologis, grade histologi, ukuran tumor dan indeks massa tubuh.
Kesimpulan : Median konsentrasi CD36 plasma populasi kanker payudara lebih rendah dibandingkan populasi orang sehat. Tidak terdapat perbedaan bermakna konsentrasi CD36 plasma pada kanker payudara berdasarkan status metastasis, metastasis kelenjar getah bening, subtipe molekular, jenis histopatologis, grade histologi, ukuran tumor, dan indeks massa tubuh.

ABSTRACT
Background: Breast cancer will express low CD 36 within stroma tumor cell. CD36 is involved in tumorigenesis. Research of soluble CD36 plasma has been done in another population. It is unclear whether profile of plasma CD36 concentration in breast cancer will give the same with histopatology result.
Aim, (1) to investigate the differences of plasma CD 36 concentration of the breast cancer patients, compared with the healthy, (2) to analyze profile of plasma CD36 concentration in breast cancer patients based on metastatic status, lymph node metastatic, molecular subtype, histopathologic type, invasive cancer histologic grade, lymphovascular invasion, Ki-67 index, and body mass index.
Methods: This is a cross-sectional study during June 2018 to February 2019 with a consecutive sampling method. Plasma was analyzed using Bioassay Technology Laboratory ELISA reagen. Inclusion criteria included women aged 18 to 70 years old, having pathological invasive breast cancers, having beginning pathological manner of tumor size ≥ 1 cm with the hormonal receptor status and positive epidermal grow factor or negative human-2 (HER2/neu), and subjects were willing to sign the informed consent sheets. Exclusion criteria included subjects with disease progressivity during therapy, diabetes mellitus, stroke, liver, and renal disfunctions. Data was analyzed using SPSS for windows version 20 to get two means difference of plasma soluble CD36.
Results: From 118 subjects, Median of plasma CD36 in breast cancer, and healthy subjects show 0.21, and 0.57, with p value < 0,05. There are insignificant differences profile of plasma CD36 concentration patients based on metastasic status, lymph node metastatic, molecular subtype, histopathologic type, invasive cancer histologic grade, and body mass index.
Conclusion: Plasma CD36 concentration of breast cancer is lower than the healthy population. There are insignificant differences of plasma CD36 concentration profile breast cancer patients based on metastatic status, lymph node metastatic, molecular subtype, histopathologic type, invasive cancer histologic grade, and body mass index."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T58885
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tiara Pramudita
"Ketidaknyamanan seringkali dirasakan pasien kanker payudara seiring perjalanan penyakit dan efek samping pengobatan. Kesejahteraan spiritual dianggap dapat menjadi mekanisme koping dalam menghadapi situasi sulit sehingga dapat membantu meningkatkan kenyamanan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara kesejahteraan spiritual dengan kenyamanan. Desain penelitian berupa analitik korelasi dengan pendekatan cross-sectional, melibatkan 92 responden yang dipilih dengan teknik consecutive sampling. Studi ini menggunakan kuesioner SWBQ (Spiritual Well-Being Questionnaire) dan PKKP (Pengkajian Kenyamanan Kanker Payudara). Hasil penelitian menunjukkan 52,2% responden memiliki kesejahteraan spiritual tinggi serta terdapat proporsi yang imbang antara responden yang merasa nyaman dan yang tidak nyaman. Hasil uji chi-square didapatkan adanya hubungan antara kesejahteraan spiritual dengan kenyamanan pasien kanker payudara dengan p-value 0,007 (p < 0,05). Dapat disimpulkan bahwa kesejahteraan spiritual menjadi aspek penting dalam asuhan keperawatan untuk meningkatkan kenyamanan pasien kanker payudara.

Discomfort is often felt by breast cancer patients along with the course of the disease and the side effects of the treatment. Spiritual well-being is considered to be a coping mechanism in dealing with difficult situations so that it can help increase comfort. This study aims to identify the relationship between spiritual well-being and comfort. The research design is analytic correlation with a cross-sectional approach, involving 92 respondents selected by consecutive sampling technique. This study used the instrument of SWBQ (Spiritual Well-Being Questionnaire) and PKKP (Breast Cancer Convenience Assessment) questionnaires. The results showed that 52.2% of respondents had high spiritual well-being and there was an even proportion of respondents who felt comfortable and those who were uncomfortable. The results of the chi-square test found that there was a relationship between spiritual well-being and the comfort of breast cancer patients with a p-value of 0.007 (p <0.05). It can be concluded that spiritual well-being is an important aspect of nursing care to increase the comfort of breast cancer patients."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tandjung, Rini Agustien
"Latar Belakang: Akhir-akhir ini peristiwa epigenetik turut berperan menjadi penyebab keganasan. Peristiwa epigenetik meliputi metilasi DNA dan modifikasi histon. Gen penekan tumor adalah salah satu golongan gen yang merupakan target utama kcrusakan DNA. Contohnya gen penekan tumor dapat tidak berfungsi karena termutasi, termetilasi dan mengalami LOH (Loss of heterozygosity), gen WRN adalah termasuk gen penekan tumor. Gen WRN termutasi pada penyakit Werner Syndrome, gen WRN yang terletak pada kromosom 8p 11.2-12 sering mengalami LOH dan pada lokus genetik ini terdapat pada pasien usia muda kanker payudara, laporan terakhir mcnyatakan bahwa gen WRN dapat mengalami metilasi, semua kejadian pada gen WRN tersebut dapat mengarah ke kanker.
Tujuan: Penelitian ini untuk mengetahui karakteristik status gen WRN yang temietilasi pada pasien kanker payudara di Rumah sakit Kanker Dharmais dan hubungan gen WRN yang termetilasi tersebut dengan ekspresi mRNA nya.
Desain: Analitik.
Metode: Jaringan segar kanker payudara di isolasi sehingga didapat DNA dan RNA. Untuk mengecek kualitas DNA yang didapat dilakukan PCR konvensional dengan primer Interferon-Gamma. Dilanjutkan perlakuan sodium bisuliit, untuk mengkonversi sitosin yang tidak termetilasi menjadi urasil sedangkan sitosin yang termetilasi tetap menjadi sitosin. Primer myod-1 untuk megecek hasil perlakuan sodium bisuliit kemudian dilakukan teknik MSP dengan masing-masing Primer metilasi dan Primer tidak metisi. RNA yang didapatdi reverse rranscripiase menjadi cDNA kemudian di perlakukan bersama cDNA B-actin diperiksa dcngan Real Time PCR. Uji Mann- Whitney U dipakai untuk menguji hubungan antara gen WRN yang termetilasi dengan ekspresi mRNA dan uji Fisher untuk menguji hubungan antara gen WRN yang temietilasi dcngan data klinik meliputi usia penderita, hasil pemeriksaan lmmunohistokimia (ER, PR, IIer2, p53) dan TNM.
Hasil: Gen WRN yang termetilasi sebanyak 9 sampel dari 60 sampel (l5%). Ekspresi mRNA yang dapat dinilai datanya sebanyak 49 sampel dari 60 sampel (8 I ,67%) dan Rasio ekspresi WRN terhadap B-actin sekitar 0,00 hingga 27,75.
Kesimpulan: Tidak ada hubungan antara gen WRN yang tcrmetilasi dengan ekspresi mRNA dengan P = 0,61 dan tidak ada hubungan antara gen yang termetilasi dengan data klinik yang terdiri dari hasil pemeriksaan ER, PR, Her2, Triple negatif, p53, dan TNM, tapi ada hubungan yang signiiikan antara usia pcnderita yang muda (dibawah dan sama dcngan 40 tahun) dengan gen WRN yang termctilasi dengan P = 0,02.

Background: Epigenetic events including DNA methylation and histone modifications contribute to the cause of malignancy. Tumor suppressor genes belong to class of genes which may be subjected to DNA damage or modification. For instance, tumor suppressor gene may be inactivated by mutation, methylation and LOH ( Loss of heterozigosity), the WRN gene is an example of tumor suppressor gene. Mutated in the premature aging Werner syndrome, WRN gene is located on chromosome 8p 11.2-12. Futhermorc, L01-I in this genetic locus is found in a subset of early onset breast cancer patients. Recent report also indicated that WRN gene may be susceptible to methylation. These data suggest that WRN gene inactivation may lead to cancer.
Objective : This study aims to examine the characteristic of a methylation status of WRN gene in breast cancer patients at Dhamiais National Cancer Hospital and the relationship between WRN gene methylation with its mRNA expression.
Design: Analytical.
Methods: DNA and RNA were isolated from archieved frozen breast cancer tissue sample. DNA quality was checked by PCR amplification of Interferon gamma gene. To determine promoter methylation, DNA was treated with bisultite to distinguish methylated cytosine from unmethylatated ones. The quality of converted DNA was determined by amplification of Myod-1 locus with contain cytosine rich sequences that are susceptible to uracil conversion upon bisultite treatment. Subsequently, WRN methylation was determined using Methylation Specific PCR (MSP) using 2 set of primers recognizing either methylated or unmethylated WRN sequence. WRN expression was determined bythe level of cDNA upon conversion of total, RNA using reverse transcriptase. Expression of WR.N was calibrated to B-actin expression using Real-Time PCR and Pffafl method. Mann-Whitney U test was used to examine the relationship between WRN gene methylation and its mRNA expression. Fisher test was used to examine the relationship between WRN gene methylation status with clinical data include age, lmmunohistokimia test (ER,PR,I-ler2,p53) and TNM.
Results: WRN gene is methylated in nine samples out of 60 samples (I5%). mRNA expression data was assessed from 49 samples out of 60 samples only (8l,67%). Although there is a trend of mRNA silencing in methylated WRN gene, the relationship does not reach statistical significance. WRN expression ratio of B- actin around 0,00 to 27,75.
Conclusion: There is no relationship between the WRN gene methylation and mRNA expression, P = 0.61 and no relationship between the WRN gene methylated with clinical data that consists of ER, PR, Ht-:r2, Triple negative, p53, and TNM. Interestingly, WRN methylation was found more frequently in early onset breast cancer patients, P=0,02.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2010
T32357
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Triana Arisdiani
"Kanker payudara merupakan salah satu tumor ganas pada jaringan payudara yang paling sering menyerang wanita dan menjadi salah satu penyakit serius di dunia yang mengancam jiwa. Insiden kanker payudara dilaporkan meningkat dari tahun ke tahun. Karya Ilmiah Akhir (KIA) ini adalah sebagai laporan praktik residensi keperawatan medikal bedah peminatan onkologi di RS Kanker Dharmais Jakarta yang berisi tentang: (1) penerapan teori Peaceful End of Life (PEOL) pada pasien kanker payudara, (2) intervensi menghirup aromaterapi jahe sebagai evidence based nursing untuk mengurangi mual muntah akibat kemoterapi pasien kanker payudara (3) proyek inovasi penggunaan Modified Early Warning Score (MEWS) sebagai alat deteksi awal terhadap perburukan kondisi pasien. Kesimpulan: bahwa teori Peaceful End Of Life tepat digunakan dalam perawatan paliatif pasien kanker. Intervensi menghirup aromaterapi jahe dapat digunakan sebagai salah satu alternatif pilihan manajemen mual muntah nonfarmakologi. Instrumen MEWS dapat diterapkan pada unit emergensi dan dapat membantu mengidentifikasi pasien dengan risiko perburukan kondisi yang membutuhkan peningkatan level perawatan seperti rawat inap atau masuk ICU.

Breast cancer is a malignant tumor of the breast tissue that most often affects women and become one of serious diseases in the world and life-threatening. The incidence of breast cancer was reported increase year to year. This final paper clinical practice is a clinical report Medical Surgical nursing specialization in oncology at the Cancer Hospital Dharmais Jakarta which consist of : (1) the application of the theory of Peaceful End of Life (PEOL) in breast cancer patients, (2) intervention inhaling aromatherapy ginger as evidence based nursing to reduce nausea and vomiting due to chemotherapy in breast cancer patients (3) innovation projects implement the Modified Early Warning Score (MEWS) as a tools for early detection of the deterioration of the patient's condition. Conclusion: The theory of Peaceful End of Life is appropriate to use in the palliative care of cancer patients. Ginger aromatherapy can be used as an alternative nonpharmacological management of nausea and vomiting. MEWS instruments can be applied to the emergency unit and may help identify patients at risk to worsening condition require increased levels of care such as hospitalization or ICU.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>