Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 193462 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hadrians Kesuma Putra
"Konstipasi merupakan salah satu gangguan di bidang uroginekologi yang sering diabaikan oleh pasien. Diketahui bahwa kelemahan otot dasar panggul yang dapat menyebabkan prolaps kompartemen posterior merupakan salah satu penyebab konstipasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan panjang genital hiatus, badan perineum dan titik Bp terhadap konstipasi pada pasien dengan prolaps kompartemen posterior dan dampak yang ditimbulkannya terhadap kualitas hidup.
Penelitian ini menggunakan desain potong lintang dengan melibatkan penderita prolaps kompartemen posterior di poliklinik Uroginekologi Rekonstruksi RSUPN dr. Ciptomangunkusumo Jakarta. Data yang diperoleh berupa hasil anamnesis, pemeriksaan Pelvic Organ Prolapse Quantification (POP-Q), skor konstipasi Cleveland dan Colorectal-anal Impact Questionnaire-7 (CRAIQ-7). Sampel berjumlah 46 orang terbagi 2 masing-masing 23 sampel yang mengalami konstipasi dan tidak konstipasi.
Didapatkan bahwa jumlah panjang genital hiatus dan perineal body memiliki hubungan bermakna terhadap terjadinya konstipasi (p= 0,005) dan didapatkan titik potong 7,5 cm dengan sensitivitas 87% dan spesifisitas 52,2%. Uji multivariat menunjukkan bahwa jumlah panjang genital hiatus dan perineal body paling mempengaruhi terjadinya keluhan konstipasi (OR = 12,07, p = 0,024) dibanding dengan letak titik Bp yang juga bermakna terhadap terjadinya konstipasi (p = 0,003) pada titik potong -0,5 cm dengan sensitivitas 69,9% dan spesifisitas 65,2% akan tetapi hanya memiliki OR = 6,16 dan nilai p = 0,066. Akibat keluhan konstipasi sebanyak 52% sampel mengaku mengalami gangguan kualitas hidup. Jumlah panjang genital hiatus dan perineal body dan letak titik Bp mempengaruhi terjadinya konstipasi.

Constipation is one of the disorders in the uroginecology field which is often ignored by patients. It is known that pelvic floor muscle weakness which can cause posterior compartment prolapse is one of the causes of constipation. Aim of this study to know relationship among genital hiatus, perineal body and Bp point to constipation in patients with posterior prolapse and the impact it has on quality of life.
This study used a cross-sectional design using posterior compartment prolapse patients at the Uroginecology Polyclinic dr. Ciptomangunkusumo hospital at Jakarta. The data obtained consisted of history results, Quantitative examination of Pelvic Organ Prolapse (POP-Q), Cleveland constipation score and Colorectal-anal Impact Questionnaire-7 (CRAIQ-7). The sample consist of 46 people was divided into 2 each, 23 samples with constipation and were not constipated.
It was found that the number of genital hiatus and perineal bodies had a significant relationship to constipation (p = 0.005) and obtained 7.5 cm cut with a sensitivity of 87% and a specificity of 52.2%. Multivariate tests showed the number of length of body genital and perineal hiatus most affected the constipation (OR = 12.07, p = 0.024) cm comparing with Bp Point with sensitivity of 69.9% and specificity of 65.2% but only had OR = 6.16 and p = 0.066. As a result of complaints of constipation, as many as 52% of samples claimed to be able to eliminate quality of life. The number of genital hiatus and perineal lengths of the body and location of BP points can constipation.
"
2019
T55556
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sofani Munzila
"Tujuan
Menemukan metode diagnostik sederhana dalam mendeteksi vaginosis bakterial dalarn kehamilan dengan menentukan sensitivitas, spesifisitas, nilai duga positif dan negatif, rasio kemungkinan dan derajat kesesuaian pemeriksaan pH dan LEA (leukosit esetrase) vagina dengan menggunakan dipstick dibandingkan pewarnaan Gram.
Tempat
Poliklinik Obstetri Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo dan Rumah Sakit Bersalin Budi Kemuliaan. Jakarta
Bahan dan Cara Kerja
Wanita hamil sang datang ke poliklinik obstetri dengan usia kehamilan 16-24 minggu dengan atau tanpa keluhan keputihan diminta kesediaannya unruk mengikuti penelitian. Dilakukan pemeriksaan antenatal meliputi anamnesis dan pemeriksaan obstetri yang dicatat dalam formulir status penelitian (lampiran I). Pemeriksaan kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan inspekulo dan pengambilan apusan lendir servikovagina sesuai dengan prosedur (lampiran IV). Kemudian dilakukan pemeriksaan pH vagina dan kadar LEA (leukosit esterase) dengan menggunakan dipstick Uriscan dan pengambilan apusan vagina (diwarnai dengan pewarnaan Gram sebagai baku emas) untuk menilai adanya infeksi vaginosis bakterial dengan menggunakan skor Nugent. Penilaian mikroskopis vaginosis bakterial selain dilakukan oleh peneliti, dilakukan juga oleh dua orang ahli yang salah satunya ahli mikrobiologi untuk menjaga validitas dan objektivitas interpretasi. Bila dari penilaian mikroskopis didapatkan skor Nugent 7-10, maka sampel dinyalakan sebagai vaginosis bakterial positif dan dilakukan analisis selanjutnya. Hasil yang didapat dari pemeriksaan dipstick Uriscan dibandingkan dengan basil yang didapat dari pewamaan Gram, kemudian dibuat analisis sensitivitas, spesifisitas, nilai duga positif dan negatif, rasio kemungkinan dan derajat kesesuaiannya.
Hasil
Penelitian ini berlangsung sejak bulan Mei-Agustus 2006 di Poliklinik Obstetri RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo dan RS Budi Kemuliaan. Jakarta. Dari 155 sampel yang diperlukan, didapatkan 80 subyek penelitian yang sesuai dengan kriteria penerimaan dan penolakan. Sebagian besar subyek penelitian berusia 20-25 tahun dengan rerata usia 27,84 + 4,46 tahun, 47,5% adalah primigravida. Usia kehamilan sebagian besar dalam kelompok 16-20 minggu, dengan rerala usia kehamilan 19,98-2,58 minggu. Keluhan keputihan dijumpai pada 41 orang, namun hanya 18 orang dengan keputihan berbau. Pada penelitian ini didapatkan sebanyak 32,5% subyek dengan vaginosis bakterial positif. Dengan menggunakan uji Chi Square didapatkan adanya hubungan yang bermakna (p=4,001) antara pH vagina dengan kejadian vaginosis bakterial. namun didapatkan hubungan yang tidak bermakna (p=0,46) antara LEA vagina dengan basil pemeriksaan Gram. Sensitivitas pemeriksaan LEA (leukasit esterase) vagina dengan menggunakan dipstick (titik potong LEA +2) adalah 42,3%. spesifisitas 61%, niiai duga positif 343% dan nilai duga negatif 68.7%. Rasio kemungkinan positif l.1 dan kemungkinan negatil' 0.92. Derajat kesesuaian 55% dengan nilai kappa 0,032. Pada kurva ROC LEA vagina didapatkan nilai AUC 0.51 yang artinya tes tersebut memiliki akurasi yang buruk dalam membedakan kelompok yang sakit dengan yang bukan. Sensitivitas pemeriksaan pH vagina dalam mendeteksi VB sebesar 61%, spesifisitas 79%, nilai duga positif 59%, dan nilai duga negatif 81%. Rasio kemungkinan positif 3,1 dan kemungkinan negatif 0,48. Pada kurva ROC pH vagina didapatkan nilai AUC 0,70 yang berarti akurasi pemeriksaan pH cukup baik dalam membedakan kelompok VB positif dan yang bukan. Dengan memakai 2 kriteria pemeriksaan yaitu pH >5 dan LEA positif +2 didapatkan angka sensitivitas 50%, spesifisitas 64%, nilai duga positif 67%, dan nilai duga negatif 47%. Rasio kemungkinan positif 1,4 dan kemungkinan negatif 0,79.
Kesimpulan
Pemeriksaan pH dan LEA vagina dengan dipstick dapat digunakan dalam mendeteksi vaginosis bakterial secara cepat dan sederhana dalam klinik. Pemeriksaan pH vagina memiliki sensitivitas yang lebih balk dibandingkan LEA vagina. Namun dibandingkan pewaranaan Gram, sensitivitas dan spesifisitas pemeriksaan ini masih belum memuaskan. Parka penelitian lanjutan untuk memenuhi jumlah sampel yang diperlukan sehingga didapatkan angka sensitivitas yang lebih relevan dan valid."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T18045
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Febrine Rahmalia
"ABSTRAK
Latar belakang. Prevalensi infeksi protozoa usus di Indonesia masih tergolong tinggi. Banyak faktor yang mempengaruhi infeksi protozoa usus, salah satunya adalah faktor perilaku masyarakat terutama dalam hal sanitasi dan higienitas. Faktor perilaku masyarakat tersebut diduga tercermin dari tingkat pendidikan seseorang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan dengan kejadian infeksi protozoa usus pada penduduk di TPA Bantar Gebang.
Metode. Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional yang dilakukan di TPA Bantar Gebang pada bulan Mei 2013. Tingkat pendidikan diperoleh dari pengisian kuesioner. Angka infeksi protozoa usus diperoleh dari pemeriksaan tinja.
Hasil. Dari 41 responden (30 kelompok pendidikan rendah dan 11 kelompok pendidikan tinggi) diperoleh prevalensi infeksi protozoa usus sebesar 85,4%. Dalam 41 sampel ditemukan Blastocystis spp (78%), Giardia lamblia (19,5%), dan Entamoeba coli (14,6%). Angka kejadian infeksi protozoa usus pada kelompok pendidikan rendah 86,7%, sementara pada kelompok pendidikan tinggi 54,5%. Terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan infeksi protozoa usus (p= 0,003). Terdapat pula hubungan antara tingkat pendidikan dengan infeksi Blastocystis spp (p= 0,042). Dua spesies lainnya tidak memiliki hubungan dengan tingkat pendidikan, Entamoeba coli (p= 0,167) dan Giardia lamblia (p= 0,412).
Kesimpulan. Terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan infeksi protozoa usus. Prevalensi infeksi protozoa usus lebih banyak pada kelompok berpendidikan rendah.

ABSTRACT
Background. The prevalence of intestinal protozoan infection in Indonesia is still high. There are many factors that influence intestinal protozoan infection, one of which is people’s sanitary habit. The people’s sanitary habit is believed to be reflected by their level of education. The purpose of this study is to know the association between the level of education and intestinal protozoan infection in TPA Bantar Gebang.
Methodology. This cross sectional study took place at TPA Bantar Gebang on May 2013. The level of education was taken by questionnaire. The intestinal protozoan infection was taken by stool examination.
Result. From 41 respondents (30 respondents from lower educational level and 11 respondents from higher educational level), the prevalence of intestinal protozoan infection was approximately 85,54%. In those 41 samples, Blastocystis spp (78%), Giardia lamblia (19,5%), and Entamoeba coli (14,6%) was found. The prevalence of intestinal protozoan infection was 86,7% and 54,5% in respondents with lower educational level and higher educational level respectively. There was an association between level of education and intestinal protozoan infection (p= 0,003). There was also an association between level of education and Blastocystis spp infection (p= 0,042), but there was no association between level of education and Entamoeba coli (p= 0,167) or Giardia lamblia (p= 0,412).
Conclusion. There was a correlation between level of education and Intestinal Protozoan Infection. The prevalence of intestinal protozoan infection was higher in people with lower level of education."
2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri Mulyana
"Pengaruh hormon mengaktifkan kelenjar sebasea saat remaja, dan meningkatkan kelembaban genitalia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja awal tentang kesehatan organ reproduksi wanita dan perilaku vulva hygiene. Penelitian ini berjenis kuantitatif dengan desain deskriptif sederhana. Sampel penelitian mencakup 108 siswi kelas tujuh dan delapan, dengan teknik simple random sampling. Hasil penelitian menunjukkan, mayoritas pengetahuan remaja cukup (62,0%) dan perilaku vulva hygiene baik (51,9%). Informasi mempengaruhi pengetahuan, yang menentukan perilaku. Peneliti menyarankan pemberian informasi kesehatan reproduksi oleh peer group secara berkala, mahasiswa keperawatan juga perlu mempelajari keterampilan menyampaikan materi kesehatan reproduksi bagi remaja secara efektif.

Hormonal changes activate sebacea glands and increase genitalia moisture. The study aimed to find the knowledge level of female reproductive health and vulva hygiene behaviour in early female adolescents. The method of this research was quantitative descriptive. The data were collected from 108 female students in seventh and eighth grade by simple random sampling. Result showed that most respondents had sufficient knowledge (62,0%) and good vulva hygiene behaviour (51,9%). Information influence knowledge, that determine human behaviour. Researcher suggested that delivering information about reproductive health by peer group should be done regularly, nursing students also need to learn communication skill in deliver reproductive health materials for adolescents effectively."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
S43300
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Isa Fuad Affan
"Pendahuluan dan tujuan: Keganasan ginekologis adalah salah satu penyebab kematian tersering pada perempuan. Hidronefrosis atau uropati obstruktif merupakan salah satu temuan tersering pada pasien dengan keganasan ginekologis. Penelitian ini bertujuan menjelaskan profil pasien uropati obstruktif yang disebabkan oleh keganasan ginekologis yang ditatalaksana di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo tahun 2019 sampai 2021 Metode: Dari Januari 2019 sampai Januari 2021, pasien uropati obstruktif dengan keganasan ginekologis yang menjalani prosedur pemasangan DJ stent atau nefrostomi dimasukkan dalam studi prospektif ini. Pasien dengan riwayat diversi urin maupun penyakut lain yang mungkin menyebabkan obstruksi saluran kemih dieksklusi dari penelitian. Hasil: Terdapat 121 pasien keganasan ginekologis dengan uropati obstruktif yang diteliti pada penelitian ini. Persentase pasien dengan pemasangan DJ stent bilateral, kanan, dan kiri adalah 72%, 18%, dan 10%. Mayoritas kasus adalah pasien dengan hidronefrosis grade 3 atau grade 4. Nefrostomi dilakukan pada 69,4% kasus, dan hanya 17% diantaranya yang mengalami episode polyuria. Kesimpulan: Mayoritas kasus uropati obstruktif disebabkan oleh keganasan serviks, dengan dominansi obstruksi bilateral. Nefrostomi adalah metode diversi urin pilihan pada penelitain ini.

Introduction and Objectives: Gynecological malignancies are one of the most common causes of death from cancer in women. Hydronephrosis or obstructive uropathy is the most common finding in patients with gynecological malignancy. This study aimed to describe the profile of obstructive uropathy patients causes of gynecology malignancies treated in our center from 2019 to 2021. Method: From January 2019 to January 2021, obstructive uropathy patients with gynecological malignancies who underwent DJ stent or nephrostomy insertion procedures at Cipto Mangunkusumo Hospital were included in this prospective study. Patients with a history of urinary diversion or other diseases that may cause urinary tract obstruction were excluded. Results: One hundred and twenty-one patients with gynecological malignancies with obstructive uropathy were included. The percentages of bilateral, right-, and left-sided stent positions were 72%, 18%, and 10%, respectively. Most of them were grade 3 or grade 4 hydronephrosis. Percutaneous nephrostomy was mainly used for 69,4%, and only 17% of patients experienced a polyuria episode. Conclusion: Most cases of obstructive uropathy were caused by cervical malignancies, with bilateral obstruction due to cervical cancer occurring in most cases. Nephrostomy is the method of choice for urinary drainage in our center."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Noviyani Sugiarto
"Latar Belakang. Malnutrisi pada pasien kanker ginekologi merupakan masalah besar yang dapat mempengaruhi tingkat kelangsungan hidup pasien. Sayangnya, belum banyak penelitian yang dilakukan. Tujuan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perubahan status gizi pasien kanker ginekologi sebelum dan sesudah perawatan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Metode. Studi yang dilakukan adalah dengan kohort prospektif yang melibatkan pasien kanker ginekologi yang dirawat di bangsal ginekologi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta. Penelitian dilakukan dari bulan Juni 2016 sampai Mei 2017. Kami menggunakan teknik sampling konsekutif, food record, dan pengukuran antropometri lengkap untuk pengumpulan data. Kami menggunakan parameter indeks massa tubuh IMT untuk menilai kategori malnutrisi, dan pemeriksaan antropometri dan laboratorium untuk parameter status nutrisi lainnya. Untuk menganalisis data nutrisi, kami menggunakan NutriSurvey 2007 dan untuk data lain yang kami gunakan SPSS IBM 21.0. Hasil. Ada 96 subyek yang menjalani dan menyeselesaikan semua pemeriksaan dan data untuk penelitian ini. Proporsi malnutrisi berdasarkan IMT adalah 24 , sedangkan berdasarkan Malnutrisi Skrining Alat MST , prevalensi malnutrisi adalah 62,5 . Berdasarkan penurunan IMT, 20,8 pasien mengalami penurunan IMT setelah pengobatan. Lingkar Lengan Atas LILA dan serum albumin pasien menurun secara signifikan setelah pengobatan. Kesimpulan. Lingkar Lengan Atas LILA dan serum albumin pasien menurun secara signifikan setelah perawatan.

Background. Cancer malnutrition in gynecologic cancers cases were big problem that can affect survival rate. Unfortunately, not many studies has been done. Objective. The aim of this study is to find out the nutritional status changes of gynecologic cancer patients before and after treatment in Gynecology Ward Cipto Mangunkusumo Hospital. Method. This is a prospective cohort study on gynecologic cancer patients treated in Gynecology Ward Cipto Mangunkusumo Hospital Jakarta. The study was done from June 2016 to May 2017. We used consecutive sampling techniques, food record, and complete anthropometric measurement for data collection. We used body mass index BMI parameter for appraising malnutrition categories, and anthropometric and laboratory examination for other parameters. For analysing data, we used NutriSurvey 2007 for nutritional data and SPSS IBM 21.0.for other data. Results. There were 96 subjects underwent all examination and data completion for the study. Proportion of malnutrition with BMI was 24 , while based on Malnutrition Screening Tool MST was 62,5 . There were 20,8 patients that experience reduction of BMI after treatment. Mid upper arm circumference MUAC and albumin serum of patients decrease significantly after treatment. Conclusion. Mid upper arm circumference MUAC and albumin serum of patients decrease significantly after treatment."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Laitupa, Sitti Asma Kurniyati
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
T49330
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Latar Belakang :
Prolaps organ panggul adalah penurunan dari organ visera pelvik (panggul) akibat dari turunnya fungsi sistem penyokong panggul. Hal ini jarang mengakibatkan hal yang serius, tetapi menjadi faktor penting pada kualitas hidup pasien. Walaupun etiologi dan faktor risiko dari prolaps organ panggul bersifat multifaktorial, kebanyakan menerima bahwa otot dasar panggul, yaitu levator ani, berperan sangat penting dalam menyokong dasar panggul.
Penelitian-penelitian sebelumnya menyebutkan adanya hubungan antara derajat prolaps organ panggul dengan fungsi dan integritas otot levator ani yang dinilai dengan pemeriksaan USG dan perineometer. Namun saat ini di indonesia tidak ada penelitian yang secara lengkap menggambarkan hal diatas tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat perbandingan antara kekuatan otot, area hiatus, dan avulsi otot levator ani pada penderita derajat prolaps organ panggul derajat ringan dan derajat berat.
Metode:
Penelitian analitik observasional, dengan disain kasus-kontrol. subjek penelitian 60 wanita, 30 wanita dengan derajat prolaps ringan, 30 wanita prolaps derajat berat. Untuk melihat perbandingan antara kekuatan otot levator ani pada saat kontraksi dan istirahat, area hiatus dan avulsi otot levator ani pada pasien normal dan prolaps organ panggul derajat ringan dibandingkan dengan prolaps organ panggul derajat berat.
Hasil:
Pada penelitian ini didapatkan perbedaaan bermakna (p<0,001) antara kekuatan otot levator ani baik saat istirahat maupun kontraksi pada kelompok kasus (derajat berat) dan kelompok kontrol (derajat ringan). Nilai median dari kekuatan otot pada kelompok kasus saat istirahat dan kontraksi berturut-turut adalah 2,0 dan 5,33 mmHg sementara pada kelompok kontrol sebesar 6,0 dan 11,30 mmHg. Didapatkan perbedaaan bermakna antara area hiatal otot levator ani pada kedua kelompok (p<0,001). Nilai median kelompok derajat berat sebesar 35,07 cm2 (20,7-61,8 cm2) sementara kelompok derajat ringan sebesar 20,75 cm2 (9,04 - 41,52 cm2). Tidak didapatkan perbedaaan bermakna antara kejadian avulsi pada kedua kelompok (p = 0,162). Pada kelompok derajat berat angka kejadian avulsi sebanyak 10%.
Kesimpulan:
Terdapat perbedaan bermakna antara kekuatan otot dan area hiatus otot levator ani pada penderita prolaps organ panggul derajat berat dan ringan. tidak terdapat perbedaan bermakna pada avulsi otot levator ani pada kedua kelompok.

Pelvic organ prolapse is a herniation of visceral pelvic organ as a result of weakening of pelvic supporting system function. This rarely leads to serious health problem, however it is an important factor when it comes to patient’s quality of life. Even though the aetiology and risk factors of pelvic organ prolapse are multifactorial, levator ani muscle is believed playing substantial role in supporting pelvic system.Previous studies have shown that there was correlation between the degree of pelvic organ prolapse and levator ani muscle function and integrity assessed with USG and perineometer examination. Unfortunately, research focusing on this study is still limited in Indonesia. The aim of this study is to see comparison between muscle strength, hiatal area, anal levator muscle avulsion in mild and severe degree of pelvic organ prolapse.
Method:
This is observational comparative analytic study with case-control design. There were 60 participants involved. We devided them into two groups. Thirty participants with mild prolapse were assigned to control group and the rest with severe prolapse were assigned to second group. We compared the levator ani muscle stregth between mild prolapse with severe prolapse during contraction and relaxation, also hiatal area and avulsion.
Result:
In this study we found that there was a significant difference (p<0.001) in levator ani strentgh during contraction and relaxation between case (severe prolapse) and control group (mild prolapse). The median score of muscle strength during relaxation and contraction were 2.0 and 5.33 mmHg, respectively. Meanwhile, the score of 6.0 and 11.30 mmHg were revealed in control group. A significant difference was found between levator ani hiatal area in case and control group (p<0.001). The median score was 20.75 cm2 (9,04 – 41,52) for control group and 35,07 cm2 (20,7 – 61,8) for case group. There was no significant difference between avulsion incidence in case and control group (p=0.162). In case group, the incidence of avulsion was 10 %.
Conclusion:
There is a significant difference in muscle strength and hiatal area levator ani in pelvic organ prolapse. There is no difference in levator ani avulsion between 2 groups."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Wijayanti
"ABSTRAK
Kanker merupakan salah satu penyakit dengan angka kematian yang tinggi. Kasus
kanker di dunia tiap tahun terus meningkat. Kekambuhan akan kanker sendiri ini
menimbulkan ketakutan pada pasien. Takut kekambuhan kanker adalah salah satu
masalah psikologis yang paling penting diantara pasien kanker. dukungan sosial
merupakan strategi koping penting untuk dimiliki keluarga saat mengalami stress.
Dukungan sosial keluarga dapat berfungsi sebagai strategi preventif untuk
mengurangi stress dan konsekuensi negatifnya. Metode penelitian menggunakan
desain kuantitatif dengan pendekatan cross sectional, dengan jumlah sampel 153
penyintas kanker ginekologi menggunakan kuesioner ILES dan FCRI dan
dianalisis menggunakan korelasi pearson. Hasil penelitian diperoleh adanya
hubungan yang signifikan antara dukungan sosial dengan ketakutan kambuh
penyintas kanker ginekologi dengan p value 0,001 dengan dukungan emosional
yang paling besar diterima oleh penyintas kanker. Kesimpulan semakin besar
dukungan sosial semakin berkurang ketakutan kambuh kanker, sehingga
diharapkan dukungan sosial lebih ditingkatkan pada penyintas kanker ginekologi.

ABSTRACT
Cancer is one disease with a high mortality rate. Cases of cancer in the world
each year continue to increase. This recurrence of cancer itself creates fear in the
patient. The fear of cancer recurrence is one of the most important psychological
problems among cancer patients. social support is an important coping strategy
for the family when it comes to stress. Family social support can serve as a
preventive strategy to reduce stress and its negative consequences. The research
method used a quantitative design with cross sectional approach, with the number
of samples of 153 survivors of gynecological cancer using the ILES and FCRI
questionnaires and analyzed using Pearson correlation. The result of the research
showed that there was a significant correlation between social support and fear of
relapse of gynecological cancer survivors with p value 0,001 with the greatest
emotional support received by survivors of cancer. Conclusions The greater the
social support the less the fear of recurrence of cancer, so it is expected more
enhanced social support in survivors of gynecological cancer."
2018
T49008
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astri Anggun Prinarti
"Infeksi Saluran Reproduksi (ISR) semakin disadari telah menjadi masalah kesehatan dunia yang berdampak kepada laki-laki dan perempuan. Pada perempuan, ISR jauh lebih tinggi dibandingkan laki-laki (WHO, 2000). Di Poli Divisi Infeksi Menular Seksual Departemen Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Perjan RS Dr. Cipto Mangunkusumo, pada tahun 2004, Infeksi Genitalia Non Spesifik (IGNS) pada wanita merupakan penyakit yang terbanyak yaitu 104 dari 541 kunjungan baru pasien wanita (IDAI, 2013). Infeksi saluran reproduksi dapat terjadi tidak hanya ditemukan pada pekerja seks komersial seperti asumsi masyarakat kebanyakan namun sudah banyak ditemukan pada wanita remaja (Depkes, 2008). Tinggal di daerah tropis seperti Indonesia yang panas membuat kita sering berkeringat. Keringat ini membuat tubuh kita lembab, terutama pada organ seksual dan reproduksi yang tertutup dan berlipat. Akibatnya bakteri mudah berkembang biak dan eksosistem di vagina terganggu sehingga menimbulkan bau tak sedap serta infeksi. Untuk itulah kita perlu menjaga keseimbangan ekosistem vagina (Depkes, 2000).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilkau menjaga kebersihan organ saluran reproduksi pada remaja putri di Sekolah Menengah Pertama di Kecamatan "A" Jakarta Utara. Perilaku yang termasuk didalam menjaga yaitu hygiene menstruasi, pencegahan infeksi dan pola kebiasaan sehari-hari remaja putri.Penelitian ini menggunakan analisis data pendekatan kuantitatif dengan analisis bivariat. Data yang dikumpulkan adalah data primer yang diperoleh dengan menyebarkan kuesioner. Pemilihan informan dilakukan dengan metode rapid survey dengan sampel klaster bertingkat.
Hasil penelitian diperoleh hasil yaitu jumlah responden yang berperilaku kurang baik dalam menjaga kebersihan organ saluran reproduksinya sebesar 137 responden dengan presentase 65%, dilihat dari rata-rata responden yang dapat menjawab dengan benar. Responden terpapar media tinggi memiliki peluang 1.3 kali berperilaku menjaga kebersihan organ saluran reproduksi yang benar dibandingkan dengan responden yang tidak terpapar media. Hasil dari kelengkapan sarana yaitu responden dengan sarana lengkap memiliki peluang 0.7 kali memiliki perilaku menjaga kebersihan organ saluran reproduksi benar dibandingkan responden dengan sarana tidak lengkap.

Reproductive Tract Infections (ISR) has become increasingly aware of health issues that affect the world of men and women. In women, the ISR is much higher than men (WHO, 2000). In the Division of Sexually Transmitted Infections Poly Department of Dermatology and Venereology Hospital Dr Testament. Cipto Mangunkusumo, in 2004, Genitalia Non Specific Infections (IGNS) in women is a disease that is 104 of the 541 most recent visit female patients (IDAI, 2013). Reproductive tract infections can occur not only found on commercial sex workers such assumptions, but most people are already common in adolescent women ( DepKes, 2008). Living in tropical regions such as Indonesia that heat makes us sweat often. Sweat makes our bodies moist, especially on sexual and reproductive organs were closed and folded. As a result, easy to breed bacteria in the vagina undisturbed ecosystems and causing odor and infection . For that we need to maintain the balance of the vaginal ecosystem (DepKes, 2000).
This study aims to determine perilkau maintain the cleanliness of the reproductive tract organs in girls at junior high schools in the District "A" North Jakarta . Behavior including menstrual hygiene in maintaining namely , prevention of infection and pattern of daily habits putri.Penelitian teen uses quantitative data analysis approach with bivariate analysis. The data collected is primary data obtained by distributing questionnaires. The selection of informants was conducted using a rapid survey with stratified cluster sample.
The research results that the number of respondents who behave poorly in maintaining the cleanliness of the reproductive tract organs by 137 respondents with a percentage of 65 %, judging from the average respondent to answer correctly. Respondents had a high media exposure opportunities hygiene 1.3 times behave correct reproductive tract organs as compared to respondents who were not exposed to the media. Results of completeness means that respondents with complete facilities had 0.7 times the chance of having behavior hygiene reproductive tract organs correctly than respondents with no means complete.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S53250
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>