Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 174891 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Annisa Wahyularassati
"ABSTRAK
Kabupaten Indramayu merupakan wilayah yang sangat berpotensi untuk kegiatan budidaya tambak. Wilayah yang memiliki potensi produksi terbesar budidaya tambak berada di Desa Karanganyar, Kecamatan Pasekan dan Desa Cangkring, Kecamatan Cantigi. Produksi yang besar di Kabupaten Indramayu ternyata tidak diikuti dengan daya beli dan tingkat konsumsi perikanan oleh masyarakat setempat sehingga pembudidaya butuh memasarkan produknya ke luar daerah Indramayu. Dalam kegiatan pemasarannya, produk perikanan tambak di Kabupaten Indramayu dihadapkan oleh masalah yaitu lemahnya posisi tawar karena adanya hubungan Patron-Klien dan hambatan dalam kegiatan pemasaran terkait dengan kurang baiknya infrastruktur jalan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana alur pemasaran dan pertambahan nilai yang terjadi pada tiap simpul mata rantai serta pengaruhnya pada keuntungan yang didapat. Metode pengambilan data dilakukan dengan wawancara mendalam ke tiap pelaku pemasaran dan institusi terkait di Kabupaten Indramayu. Data dianalisis secara kualitatif deskriptif dan analisis keruangan. Hasil dari penelitian ini adalah wilayah yang memiliki hubungan patron klien rendah memiliki variasi pemasaran lebih banyak yaitu 4 rantai pemasaran dan keuntungan tertinggi dibandingkan dengan wilayah dengan patron klien rendah Rantai terpanjang terbentuk dari pemasaran ke luar wilayah produksi dan rantai terpendek dari pemasaran di wilayah produksi. Semakin jauh lokasi pasar dan panjang rantai maka keuntungan yang diterima semakin kecil dan harga jual semakin tinggi.

ABSTRACT
Indramayu Regency is a region that is very potential for aquaculture activities. Areas that have the greatest production potential for pond aquaculture are in Karanganyar Village, Pasekan District and Cangkring Village, Cantigi District. The large production of Aquaculture product in Indramayu Regency was apparently not followed by purchasing power and the level of fisheries consumption by the local community. Because of that farmers need to sell their products to area other than Indramayu. In its marketing activities, aquaculture fisheries products in Indramayu Regency are faced with the problem of weak bargaining position due to Patron-Client relationships and obstacles in marketing activities related to poor road infrastructure. This study aims to analyze how marketing channels and value added occur in each chain node and its effect on the benefits obtained. The method of data collection is done by in-depth interviews with each marketing agent and related institutions in Indramayu Regency. Data were analyzed qualitatively descriptive and spatial analysis. The results of this study are regions that have a low patron client relationship bring more marketing variations, namely 4 marketing chains and higher profits compared to areas with low client patrons. The longest chain is formed from marketing outside the production area and the shortest chain of marketing in the production area. The farther the market location and the length of the chain, the lower the profit received and the higher the selling price."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Wahyu Aji Prakoso
"Kemunculan program IPHPS sebagai model perhutanan sosial terbaru yang hak pengelolaan sepenuhnya berada di tangan masyarakat dalam kasus ini Poktan WBM pada masyarakat desa Mekarwaru, masih belum berjalan sesuai dengan kebutuhan masyarakat desa. Pokja PPS selaku mediator dalam proses perolehan lahan tani juga bertindak sebagai broker yang mencoba untuk membantu pengembangan masyarakat desa dengan membantu memperoleh SK IPHPS dan menarik investor masuk untuk berinvestasi pada lahan IPHPS. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang konsep dan praktik mengenai kendala pada program IPHPS sebagai bentuk perhutanan sosial dengan skema terbaru dan menjadi prioritas pemerintah di desa Mekarwaru. Skripsi ini berfokus untuk menganalisa tugas, peran, dan fungsi Pokja PPS sebagai broker dalam program IPHPS. Peran Pokja PPS yang dipertanyakan ini sebenarnya tidak selalu positif dan negatif melainkan dinamis tergantung situasi. Desa bukan lagi merupakan ‘komunitas’ yang homogen dimana warga masyarakatnya memiliki tujuan yang sama. Perbedaan ini antara lain disebabkan adanya diferensiasi sosial-ekonomi di masyarakat. Studi ini tidak hanya melihat sejumlah kendala yang ada dalam implementasi program IPHPS Desa Mekarwaru, tetapi jugaperan Pokja PPS sebagai broker. Peran Pokja PPS sebagai broker sangat strategis dan sentral dalam implementasi program IPHPS. Pertanyaan studi ini adalah bagaimana peran Pokja PPS dalam implementasi program IPHPS dan pasca perolehan Surat Keputusan (SK) dan apa implikasinya pada masyarakat desa Mekarwaru? Riset etnografis dilakukan penulis dalam kurun waktu Januari hingga Maret 2019 serta sebelumnya sudah datang ke desa Mekarwaru pada bulan April dan Juli 2018. Dengan mengamati aktivitas Poktan WBM sebagai kelompok tani dan Pokja PPS yang merupakan broker utama dalam program IPHPS. Studi ini menemukan bahwa Pokja PPS secara aktif menjalankan tugasnya sebagai broker dengan membantu mempertemukan negara dengan masyarakat dalam proyek pembangunan dalam hal ini perhutanan sosial. Serta menjembatani antara masyarakat dalam hal ini Poktan WBM dengan investor. Studi ini memperlihatkan bahwa broker memiliki peran sentralnya dalam program perhutanan sosial dan dapat membawa dampak yang sangat besar dalam kelanjutan serta mempengaruhi hasil akhir program yang dijalankan pemerintah.

The emergence of the IPHPS program as the latest social forestry model whose management rights are fully in the hands of the community in this case it is the Poktan WBM in the Mekarwaru village community, has not yet proceeded according to the needs of the village community. PPS Working Group as mediator in the process of acquiring farmland also acts as a broker in trying to help the development of village communities by helping to 'Legalize' SK IPHPS and attracting investors to invest in IPHPS land. This study aims to get an overview of the concepts and practices of the obstacles in the IPHPS program as a form of social forestry with the latest scheme and a priority for the government in Mekarwaru village. This thesis focuses on analyzing the tasks, roles and functions of Pokja PPS as a broker. The questionable role of the PPS Working Group whose not always positive and negative but dynamic depending on the situation. The village is no longer a homogeneous 'community' that still has the same goal because of socio-economic differentiation. By looking at the obstacles that occur in the Mekarwaru Village IPHPS program and the role of the PPS Working Group as a broker to provide understanding that the role of the PPS Working Group as a broker is very strategic and central in the running of the IPHPS program. This writing focuses on how the role of Pokja PPS in the implementation of the IPHPS program and after the acquisition of SK occurred in the Mekarwaru village community? The writing is the result of the author's ethnographic research over a period of several months, on the activities of Poktan WBM working farmers and Pokja PPS who are the main brokers in the IPHPS program. This study found that the PPS Working Group has actively carried out its duties as a broker by collecting projects, exchanging and exchanging discursive commodities from IPHPS lands and further forming narratives that can attract investors into. This study shows that the broker and its central role can have a very big impact on the progress and the final results of the programs being implemented.

"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ari Naldi
"Untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah rumah tangga diperlukan keterlibatan seluruh elemen masyarakat termasuk dari kalangan remaja sebagai aset pembangunan berkelanjutan. Desa Paulan adalah salah satu desa di Kabupaten Karanganyar yang telah mengelola sampahnya secara mandiri. Namun, masih ditemukan prinsip-prinsip pengelolaan sampah berkelanjutan yang belum terpenuhi, salah satunya adalah kurangnya partisipasi remaja. Masalah dalam penelitian ini adalah perlunya optimalisasi partisipasi remaja untuk mewujudkan pengelolaan sampah rumah tangga yang berkelanjutan. Tujuan penelitian ini adalah mengoptimalkan partisipasi remaja untuk mewujudkan pengelolaan sampah rumah tangga yang berkelanjutan di Desa Paulan. Metode yang digunakan adalah metode riset kualitatif dengan wawancara mendalam yang didukung dengan hasil kuesioner pada tahapan pra-wawancara. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor kebiasaan/pengalaman, rasa tanggung jawab, pengetahuan dan pendidikan, agama, norma, dan budaya adalah enam faktor dominan yang dapat memengaruhi partisipasi remaja; hadirnya fasilitas pengolahan sampah di dekat sumber tidak memberikan pengaruh yang signifikan pada perubahan tingkat partisipasi remaja; dan pemerintah desa memiliki peran utama untuk memberdayakan remaja dan karang taruna dalam pengembangan sistem pengelolaan sampah yang berkelanjutan. Kesimpulan penelitian ini adalah pemerintah desa perlu menjalankan fungsinya sebagai pembina dan menyusun program pemberdayaan remaja yang dibuat secara berkelanjutan untuk mengoptimalisasi partisipasi remaja Desa Paulan dalam pengelolaan sampah rumah tangga.
.....Youths need to be involved in community participation to achieve sustainability in household waste management. Paulan Village is one of the villages in Karanganyar Regency that has managed its waste independently. However, it is still found that the principles of sustainable waste management have not been fulfilled, one of them is the lack of youth participation. The research problem is the need to optimize youth participation to realize sustainable household waste management. The research purpose is to optimize youth participation to realize sustainable household waste management in Paulan Village. The research method is qualitative method with in-depth interviews supported by questionnaire’s results at the pre-interview stage. The results of this study indicate that the factors of habit/experience, sense of responsibility, knowledge and education, religion, norms, and culture are the six dominant factors that affect Paulan’s youth participation; the presence of waste processing facilities does not significantly inlfuence youth participation; and the village government has a major role to empower youth and local youth organization (karang taruna) to achieve sustainable waste management system. The conclusion of this study is that the village government needs to develop youth empowerment program to optimize the participation of Paulan Village youth in household waste management."
Depok: Sekolah Ilmu Lingkungan Uiniversitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Narisa Nurazizah
"Tiap masyarakat tentunya berbeda-beda dalam mengonstruksi seksualitas mereka dan hal tersebut tercermin pada norma-norma yang berlaku di masyarakat tersebut. Saya berusaha menjelaskan hubungan antara konstruksi masyarakat Mekarwaru tentang seksualitas perempuan dalam titik ini pengawasan dan pengaturan seksualitas kepada perempuan. Penelitian ini menggunakan pendekatan etnografi, metode life-history, observasi partisipan, dan wawancara mendalam dengan melibatkan tidak hanya para perempuan sebagai subjek yang diawasi dan diatur, tapi juga orang tua, aparat desa, remaja Karang Taruna, serta masyarakat sekitar yang saya kategorikan menjadi gossipers sebagai bentuk triangulasi. Berdasarkan hasil penelitian saya, ada dua hal yang menjadi alat untuk mengontrol seksualitas perempuan Mekarwaru, yakni pertalian rasa malu (kinship of shame) dan gosip. Rasa malu nyatanya tak dapat muncul begitu saja, tetapi diaktifkan menggunakan gosip. Tulisan ini juga ingin menunjukan bahwa aliran kekuasaan tidak melulu secara top-down ataupun bottom-up, tapi juga horizontal. Hal ini tercermin dari pelaksanaan apel malam serta bekerjanya pertalian rasa malu [kinship of shame] dan gosip sebagai praktik village biopower untuk mewujudkan performative regulation.

Each community constructs their ows sexuality, which could be reflected in their social norms that they carries and applies. Through this writing, I explained the connections between the social construction in the village of Mekarwaru regarding their women’s sexuality with the surveillance and sexuality regulation for women. I use ethnographic approach, life-history methods paired with participant observation and in-depth interview to not only the women as the subject that are being watched and regulated, but also their parents, village apparatus, Remaja Karang Taruna, and the community members that I categorizes as ‘the gossiper’ as a form of triangulation. My research shows that there’s two things that plays the role as a ‘tool’ to control Mekarwaru’s women’s sexuality, that are kinship of shame and gossip. The shame aspect could not stand by itself without the active role of gossip. Through this writing, I would also like to show that power flow is not as stagnant as ‘top-down’ or ‘down-top’, but could also be horizontal, which proven through the ’apel malam’ activity, and the work of kinship of shame with gossip as a practice of village biopower to manifest the performative regulation."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Teguh Adisantoso
"ABSTRAK
Dengan diundangkannya Undang-undang Ko,5 tahun 1960-
tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria, maka diakhirilah dualisme hukum tanah di Indonesia. Setelah tanggal berlakunya UU tersebut yaitu tanggal 24 September I960, maka Hak-hak atas tanah yang ada kemudian hanya terbatas hak-hak atas yang diatur menurut UUPA. Undang-undang Pokok Agraria, didasarkan pada Hukum Adat yakni Hukum aslinya golongan pribumi dalam bentuk tidak tertulis dan mengandung unsur-unsur
niasional yaitu bersifat kekeluargaan, berazaskan keseimbangan dan diliputi oleh suasana keagamaan. Oleh karenanya maka tidaklah mustahil sampai saat ini dalam masyarakat(terutama di pedesaan)masih menggunakan Hukum Adat dalam mengatur status hukum & perbuatan-perbuatan hukum atas tanah mereka,disamping mereka yang telah menggunakan Hukum Agraria Nasional (UXTPA & Peraturan Pelaksanaannya). Desa-Karanganyar merupakan desa yang menjadi Objek penelitian, terletak di Kabupaten Kebumen Jateng, Walaupun beberapa Program Pemerintah di bidang Hukum Agraria(misalnya Pendaftaran Tanah & Prona) belum dilaksariakan oleh aparatnya di deaa setempat, namun masyarakat desa Karanganyar sudah cukup banyak yang menyadari pentingnya serta kemudian melaksanakan Hukum Agraria Nasinal. Hal ini antara lain terbukti di dalam masalah kepastian hukum mengenai Hak-hak atas tanah,di
mana dari 1076 bidang tanah yemg ada diseluruh desa itu yang sudah didaftarkan & memperoleh Sertipikat hak tanahnya dari Kantor Agraria Kabupaten Kebumen adalah sejurnlah 678(H.Milik 12l(H.Guna Bangunan) dan 27(H.Pakai), Disamping itu terdapat hak-hak atas tanah menurut hukum adat yang sifatnya sementa-mata,misalnya Hak Usaha Bagi Hasil; Hak Menumpang atas tanah. Dalam perbuatan-perbuatan hukum atas tanah(misalnya jualbeli
hibah dll) sudah dilaksaiiakan menurut prosedur & ketentuan yang berlaku yaitu setelah dipenuhi syarat-syaratnya,kemudian pelaksanaannya dilakukan dihadapan PPAT untuk dibuat Akta riya, selanjutnya didaftarkan pada Kantor Agraria setempat. Perwakafan Hak Milik atas tanah. banyak dilakukan warga setempat, namun disayangkan semua perwakilan yang pernah dilaksanakan belum sesuai dengan Peraturan yang berlaku yaitu PP.No
28/1977 dan Peraturan Menteri Agama No.1/1978 tentang Perwakafan Taxiah Milik, Perwakafem yang ada hanya secara lisan,tdak dibuat dihadapan PPAIW untuk dibuatkan Akta Ikrar Wakaf,serta tidak didaftarkan pada Instansi Pendaftaran Tanah
Pelaksanaan Lanareform di desa Karanganyar boleh dikatakan tidak berjalan secara baik, yang antara lain disebabkan sangat sedikitnya tanah-tanah yang terkena program Landreform serta tidak dilakukan, penelitian secara teliti dan intensif oleh fihak yang berwenang. Peristiwa hukum atas tanah(misalnya pewarisan) sepandang mengenai pembagian bagian warisan dilaksana
kcin menurut kebiasaan/adat setempat, sedangkan mengenai peralihannya hak atas tanah itu kepada ahli waris setelah dibuaat surat-surat keterangan kematian dan Iain-lain yang dikuat-kaji. Oleh Kepala desa & Camat setempat, kemudian didaftarkan pada Kantor Agraria Kabupaten Kebumen.
Untuk lebih meningkatkan minat masyarakat desa Karanganyar di dalam segi Kepastian hukum mengenai Hak-hak/pebuatan-perbuatn hukum atas tanah yakni melalui Pendaftarannya di Kantor Agraria seksi Pendaftaran Tanah, maka perlu diadakan penyuluhan & bimbingan oleh aparat-aparat Agraria tentang pentingnya memperoleh jaminan Kepastian Hukum Pertanahan dalam masa pembangunan saat ini."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1984
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Devita
"Penggunaan pestisida oleh para petani di Desa Nunuk untuk tanaman di sawah mereka bukanlah sebuah hal yang baru. Hal ini sudah sejak lama dilakukan, bahkan berbagai program pengendalian hama terpadu yang bertujuan untuk mengurangi penggunaan pestisida kimia ini nampaknya tidak membawa banyak perubahan dalam praktik penggunaan pestisida oleh para petani ini. Hal ini bukannya tanpa alasan. Ada kesamaan dalam skema para petani yang melandasi terus dilakukannya praktik ini, skema kognitif yang membuat para petani berada pada kerangka dunia yang disederhanakan, yaitu mengenai bagaimana mereka sendiri membayangkan dunia ini semestinya?terutama terkait padi dan sawah. Ini adalah sebuah proses kognitif, yang kemudian menghasilkan variasi dalam perilaku petani memilih dan menggunakan pestisida. Penelitian skripsi yang melewati tidak kurang dari dua kali masa panen ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan connectionism sebagai kerangka analisisnya. Teknik pengumpulan datanya adalah dengan observasi dan wawancara mendalam kepada para informan di sebuah desa yang menjadi bagian dari wilayah Kabupaten Indramayu, Jawa Barat.

Pesticide usage by farmers in Nunuk Village is not a new thing. This has been going on for a long time, even the integrated pest management programs with the objective of diminishing chemical pesticides usage among farmers seem to have no significant influence in changing farmers pesticide practices. This isn't without reason. There's a similarity in their schemas which makes this practice continue, a cognitive scheme which makes the farmers exist in such a simplified world, that is about how they imagine what this world should be-mainly about paddy and their rice fields. This, including the various practices in selecting and using pesticides, is a cognitive process. This research which was undertaken through not less than two harvests season uses qualitative method with connectionism as the analytical framework. The data has been collected through observation and in-depth interviews with the informants in a village which administratively is a part of Indramayu district, West Java.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
S57577
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Melok Roro Kinanthi
"[ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk memeroleh gambaran dan pemahaman mengenai faktor-faktor berperan dalam komitmen pernikahan para Tenaga Kerja Wanita (TKW) di desa Dadap, Indramayu dan bagaimana dinamikanya, dengan menggunakan kerangka teori Bioekologi. Menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain studi kasus, data dalam penelitian ini dikumpulkan melalui wawancara, pengamatan partisipatif dan analisis dokumen terhadap berbagai sumber, seperti TKW, perangkat desa, budayawan setempat, warga, dan staf lembaga pemerintahan terkait. Sebagai informan kunci, TKW yang terlibat dalam penelitian ini berjumlah 11 orang, terdiri dari mereka yang masih mempertahankan pernikahan dan yang telah mengakhirinya. Partisipan dipilih secara purposive dan snowball. Menggunakan teknik analisis dari Miles, Huberman, dan Saldana (2014), temuan yang didapat dalam penelitian ini adalah tampaknya context makrosistem merupakan pre-determined bagi interaksi antara berbagai context lingkungan yang mengelilingi partisipan, yakni mikrosistem, mesosistem, eksosistem, dan karakteristik personal partisipan itu sendiri, yang mana berbagai interaksi tersebut berperan dalam dinamika komitmen pernikahan partisipan. Diantara berbagai context lingkungan yang saling berinteraksi tersebut, tampaknya interaksi antara individu dengan mikrosistemnya, dalam hal ini pasangan, atau yang dinamakan proximal process, dan karakteristik personal yang dihasilkan dari proximal process tersebut menjadi penentu utama komitmen pernikahan partisipan.
Faktor lingkungan berperan sebagai pemicu timbulnya konflik dalam pernikahan partisipan dan sebagai faktor yang melatari proximal process dan karakteristik personal partisipan. Sementara itu, keputusan untuk tetap berkomitmen dan bagaimana partisipan merespon situasi sulit tersebut lebih banyak ditentukan oleh proximal process dan karakteristik personal partisipan yang dihasilkan dari proximal process itu sendiri. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa teori Bioekologi dapat menjelaskan komitmen pernikahan TKW di desa Dadap, Indramayu.;

ABSTRACT
The objective of this research is to obtain a description and understanding of certain aspects portraying a marriage commitment on Indonesian female migrant worker (TKW) in the village of Dadap, Indramayu, as how dynamic those are, by utilizing the Bioecology theory framework. Utilizing a qualitative approach and having a case study design, data contained in this research are compiled by a means of interview, participatory observation, and documentary analysis against any resources, such as TKW, official community, society, and relevant government institution staff. As the key informant, TKW involved in this research comprised of 11 persons, some who keep striving their marriage and others are already divorced. Participants are selected purposively and snowball. Utilizing an analysis technique by Miles, Huberman, and Saldana (2014), the finding on this research exposes a macrosystem context which constitutes a pre-determined of interaction among environment context surrounded to participants, i.e. microsystem, mesosystem, exosystem, and their personal characteristic, of which those interaction play its role on a dynamic commitment of participants marriage.Among those interacted environment context, it appears interaction between individual with her microsystem (spouse), or it is called as proximal process, and personal characteristic resulted from a proximal process plays a major determination to participant marriage commitment.
Environment aspect plays its role as a trigger of conflict within a marriage of participants, and as an aspect contributing proximal process and participant personal characteristic. While the decision to maintain a commitment and how participants respond to particular difficult situation are more determined by proximal process and personal participants characteristic resulting from its proximal process;The objective of this research is to obtain a description and understanding of certain aspects portraying a marriage commitment on Indonesian female migrant worker (TKW) in the village of Dadap, Indramayu, as how dynamic those are, by utilizing the Bioecology theory framework. Utilizing a qualitative approach and having a case study design, data contained in this research are compiled by a means of interview, participatory observation, and documentary analysis against any resources, such as TKW, official community, society, and relevant government institution staff. As the key informant, TKW involved in this research comprised of 11 persons, some who keep striving their marriage and others are already divorced. Participants are selected purposively and snowball. Utilizing an analysis technique by Miles, Huberman, and Saldana (2014), the finding on this research exposes a macrosystem context which constitutes a pre-determined of interaction among environment context surrounded to participants, i.e. microsystem, mesosystem, exosystem, and their personal characteristic, of which those interaction play its role on a dynamic commitment of participants marriage.Among those interacted environment context, it appears interaction between individual with her microsystem (spouse), or it is called as proximal process, and personal characteristic resulted from a proximal process plays a major determination to participant marriage commitment.
Environment aspect plays its role as a trigger of conflict within a marriage of participants, and as an aspect contributing proximal process and participant personal characteristic. While the decision to maintain a commitment and how participants respond to particular difficult situation are more determined by proximal process and personal participants characteristic resulting from its proximal process, The objective of this research is to obtain a description and understanding of certain aspects portraying a marriage commitment on Indonesian female migrant worker (TKW) in the village of Dadap, Indramayu, as how dynamic those are, by utilizing the Bioecology theory framework. Utilizing a qualitative approach and having a case study design, data contained in this research are compiled by a means of interview, participatory observation, and documentary analysis against any resources, such as TKW, official community, society, and relevant government institution staff. As the key informant, TKW involved in this research comprised of 11 persons, some who keep striving their marriage and others are already divorced. Participants are selected purposively and snowball. Utilizing an analysis technique by Miles, Huberman, and Saldana (2014), the finding on this research exposes a macrosystem context which constitutes a pre-determined of interaction among environment context surrounded to participants, i.e. microsystem, mesosystem, exosystem, and their personal characteristic, of which those interaction play its role on a dynamic commitment of participants marriage.Among those interacted environment context, it appears interaction between individual with her microsystem (spouse), or it is called as proximal process, and personal characteristic resulted from a proximal process plays a major determination to participant marriage commitment.
Environment aspect plays its role as a trigger of conflict within a marriage of participants, and as an aspect contributing proximal process and participant personal characteristic. While the decision to maintain a commitment and how participants respond to particular difficult situation are more determined by proximal process and personal participants characteristic resulting from its proximal process]"
2015
D2060
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andrean Alberto
"Perubahan sistem budidaya udang vaname dari sistem tradisional menjadi sistem intensif membawa dampak terhadap lingkungan. Penerapan budidaya secara intensif dapat meningkatkan produksi namun membawa dampak lain diantaranya pencemaran lingkungan oleh efluen tambak. Di BLUPPB Karawang efluen tambak langsung dibuang ke perairan umum tanpa dilakukan pengelolaan terlebih dahulu. Untuk melakukan pengelolaan diperlukan data analisis nilai fisik dan kimia perairan tambak. Penelitian dilakukan pada bulan November 2015 sampai dengan April 2016 di Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya BLUPPB Karawang, Jawa Barat. Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan data analisis kondisi fisik dan kimia air pemeliharaan serta efluen tambak udang dan data analisis kandungan logam berat pada sedimen di saluran outlet tambak agar dapat dilakukakan pengelolaan. Sampel diambil pada 3 lokasi air pemeliharaan, efluen tambak dan sedimen di saluran outlet tambak dan dianalisis berdasarkan baku mutu yang ditetapkan. Hasil penelitian menunjukkan nilai parameter fisik dan kimia pada air pemeliharaan cenderung terjaga dengan baik, akan tetapi nilai parameter fisik TSS sebesar 203 ppm, kekeruhan sebesar 51 NTU dan paramater kimia BOD sebesar 46 ppm berada melebihi baku mutu yang ditetapkan dalam KEPMENKP NO:28/MEN/2004. Rata-rata hasil pengukuran logam berat pada sedimen di saluran outlet tambak untuk logam Zn sebesar 1,66 ppm, Cu sebesar 0,73 ppm dan Cr sebesar 1,74 ppm, ketiga logam berat tersebut berada dibawah batas maksimum yang di tetapkan dalam standar baku mutu IADC/CEDA 1997 . Kata kunci: Udang vaname, Tambak, Efluen, Logam berat, Baku mutu, BLUPPB Karawang.

Vaname shrimp culture system that changes from the traditional system into an intensive system had an impact on the environment. Application of intensive cultivation to increase production also bring other impacts including environmental pollution such as effluent ponds. In BLUPPB Karawang, pond effluent directly discharged into public waterways without any prior treatment. Ponds management physical and chemical parameters measurement are needed to maintain good quality of pond water in the effluent. The study was conducted from November 2015 until April 2016 at Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya BLUPPB Karawang, West Java. The purpose of this study was to obtain data on physical and chemical parameters in pond and effluent water, to analyze heavy metals content in sediment of the pond at outlet channel. Samples were taken at three locations pond, effluent ponds and pond sediments at the outlet channel . All values were compared with standart reference. The results showed that the value of physical and chemical parameters in pond water tend to be well maintained, but in the effluent the value of the physical parameters such as TSS was 203 ppm, turbidity was 51 NTU and parameters of chemical BOD was 46 ppm. This values exceeded the quality standards established by KEPMENKP NO 28 MEN 2004. The average results of the measurement of heavy metals in sediment in the pond outlet channel for the metal were 1.66 ppm for Zn, 0.73 ppm for Cu and 1.74 ppm for Cr. Those values of heavy metals are below the maximum limits set within the standards quality by IADC CEDA 1997 . Keywords Vaname shrimp, Pond, effluents, Heavy metals, Quality standards, BLUPPB Karawang."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andrean Alberto
"Perubahan sistem budidaya udang vaname dari sistem tradisional menjadi sistem intensif membawa dampak terhadap lingkungan. Penerapan budidaya secara intensif dapat meningkatkan produksi namun membawa dampak lain diantaranya pencemaran lingkungan oleh efluen tambak. Di BLUPPB Karawang efluen tambak langsung dibuang ke perairan umum tanpa dilakukan pengelolaan terlebih dahulu. Untuk melakukan pengelolaan diperlukan data analisis nilai fisik dan kimia perairan tambak. Penelitian dilakukan pada bulan November 2015 sampai dengan April 2016 di Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang, Jawa Barat. Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan data analisis kondisi fisik dan kimia air pemeliharaan serta efluen tambak udang dan data analisis kandungan logam berat pada sedimen di saluran outlet tambak agar dapat dilakukakan pengelolaan. Sampel diambil pada 3 lokasi (air pemeliharaan, efluen tambak dan sedimen di saluran outlet tambak) dan dianalisis berdasarkan baku mutu yang ditetapkan. Hasil penelitian menunjukkan nilai parameter fisik dan kimia pada air pemeliharaan cenderung terjaga dengan baik, akan tetapi nilai parameter fisik TSS sebesar 203 ppm, kekeruhan sebesar 51 NTU dan paramater kimia BOD sebesar 46 ppm berada melebihi baku mutu yang ditetapkan dalam KEPMENKP NO:28/MEN/2004. Rata-rata hasil pengukuran logam berat pada sedimen di saluran outlet tambak untuk logam Zn sebesar 1,66 ppm, Cu sebesar 0,73 ppm dan Cr sebesar 1,74 ppm, ketiga logam berat tersebut berada dibawah batas maksimum yang di tetapkan dalam standar baku mutu IADC/CEDA (1997).

Vaname shrimp culture system that changes from the traditional system into an intensive system had an impact on the environment. Application of intensive cultivation to increase production also bring other impacts including environmental pollution such as effluent ponds. In BLUPPB Karawang, pond effluent directly discharged into public waterways without any prior treatment. Ponds management (physical and chemical parameters) measurement are needed to maintain good quality of pond water in the effluent. The study was conducted from November 2015 until April 2016 at Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang, West Java. The purpose of this study was to obtain data on physical and chemical parameters in pond and effluent water, to analyze heavy metals content in sediment of the pond at outlet channel. Samples were taken at three locations (pond, effluent ponds and pond sediments at the outlet channel). All values were compared with standart reference. The results showed that the value of physical and chemical parameters in pond water tend to be well maintained, but in the effluent the value of the physical parameters such as TSS was 203 ppm, turbidity was 51 NTU and parameters of chemical BOD was 46 ppm. This values exceeded the quality standards established by KEPMENKP NO: 28 / MEN / 2004. The average results of the measurement of heavy metals in sediment in the pond outlet channel for the metal were 1.66 ppm for Zn, 0.73 ppm for Cu and 1.74 ppm for Cr. Those values of heavy metals are below the maximum limits set within the standards quality by IADC / CEDA (1997)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
T47217
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>