Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 62541 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fitrana Kurniawan An`nur
"ABSTRAK
Sampai sekarang proses Haber Bosch adalah pilihan utama bagi industri untuk memproduksi gas nitrogen amonia. Proses ini membutuhkan suhu dan tekanan yang sangat tinggi, dan sumber hidrogen dari bahan bakar fosil, yang kemudian menghasilkan emisi gas CO2 yang sangat besar. Oleh karena itu diperlukan alternatif proses lain untuk mensintesis amonia, yang menggunakan energi lebih rendah dalam produksi dan sumber hidrogen yang ramah lingkungan. Dalam penelitian ini sistem tandem antara sel surya tersensitasi zat warna (DSSC) dan sel fotoelektrokimia (PEC) telah dikembangkan. Sel DSSC disiapkan menggunakan pewarna N719 untuk fotoanoda TiO2. Zona PEC menggunakan komposit TiO2 nanotube-BiOBr, di mana reduksi nitrogen menjadi amonia terjadi, sedangkan elektroda counternya adalah Ti3 + -TiO2 di mana oksidasi fotokatalitik air terjadi untuk menyediakan sumber proton. Zona DSSC yang dikembangkan pada sistem tandem DSSC-PEC menunjukkan efisiensi sel surya hingga 7,22%, sementara secara keseluruhan sistem ini memberikan efisiensi konversi foton menjadi amonia sekitar 0,005%. Dengan hanya menggunakan sumber energi cahaya tampak dan air sebagai sumber proton, jumlah amonia terbaik yang dapat diproduksi di bawah kondisi iradiasi di daerah DSSC dan Ti3 + -TiO2 selama 24 jam adalah 0,1 mikromol.

ABSTRACT
Until now the Haber-Bosch process is the main choice for industry to producing ammonia form nitrogen gas. The process need very high temperatures and pressures, and hydrogen source from fossil fuels, which then produce very large CO2 gas emissions. Therefore we need other alternative process to synthesize ammonia, which use a lower energy in the production and environmental friendly hydrogen source. In this study a tandem system between dyes sensitized solar cells (DSSC) and photoelectrochemical cell (PEC) has been developed. The DSSC cells were prepared using N719 dyes sensitized TiO2 photoanode. The PEC zone employed a composite of TiO2 nanotube-BiOBr, where the reduction of nitrogen into ammonia takes place, while its counter electrode was Ti3+-TiO2 where photocatalytic oxidation of water taken place to provide a source of protons.The DSSC zone of the developed DSSC-PEC tandem system showed solar cell efficiency up to 7.22%, while as a whole the system provide photon to ammonia generation approximately 0.005%. By solely visible light energy source and water as proton source, the best ammonia amount that can be produced under irradiation conditions in DSSC and Ti3+-TiO2 areas for 24 hours is 0.1 micromol."
2019
T54478
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Arifin
"Pertumbuhan populasi dan pengembangan industri menyebabkan pencemaran air semakin banyak. Salah satu sumber utama pencemaran air yaitu zat pewarna organik. Metode degradasi fotokatalis merupakan solusi efektif untuk menghilangkan zat pewarna organik dalam air, salah satu contohnya ialah metode fotokatalisis dengan menggunakan semikonduktor ZnO. ZnO sebagai fotokatalis memiliki keterbatasan yaitu rekombinasi pasangan elektron-hole yang dapat menurunkan aktivitas fotokatalitik dari ZnO. Salah satu upaya untuk menekan rekombinasi yaitu membuat struktur nanokomposit ZnO dengan logam mulia Ag dan Pt yang dapat bertindak sebagai pengikat elektron. Paduan logam AgPt dengan bentuk anisotropik juga diketahui memiliki sifat fotokatalitik lebih tinggi dari bentuk isotropik logam tunggal.
Pada penelitian ini dibuat fotokatalis untuk degradasi metilen biru berupa struktur nanokomposit nanorod ZnO dengan nanopartikel AgPt dengan perbandingan mol 0:1, 1:2, 1:1, dan 1:0. Nanorod ZnO yang ditumbuhkan di atas substrat kaca dengan metode hidrotermal, sedangkan nanopartikel AgPt dibuat dengan metoda reduksi yang kemudian dideposisi di atas permukaan ZnO dengan menggunakan metode drop casting. Kecepatan degradasi tertinggi dicapai oleh ZnO/Ag1Pt1 yaitu 62,29 % dibawah penyinaran UV dan 64,49% dibawah penyinaran cahaya tampak. Keberadaan nanopartikel AgPt pada permukaan ZnO mengakibatkan terjadinya transfer elektron dari ZnO ke nanopartikel AgPt sehingga nanopartikel AgPt bertindak sebagai electron sink yang dapat menghambat laju rekombinasi seperti ditunjukkan dengan penurunan drastis intensitas fotoluminisensi. Selain itu, paduan AgPt yang berbentuk nanopartikel heksagonal dengan ukuran yang lebih seragam diduga berperan dalam meningkatkan aktivitas fotokatalitiknya.

Population growth and industrial development cause more water pollution. One of the main sources of water pollution is organic dyes. Degradation method by using semiconductor photocatalyst is one of effective solutions for removing organic dyes in water. As a photocatalyst, ZnO has limitation, namely the high recombination rate of electron-hole pairs that can decrease the photocatalytic activity of ZnO. One of the efforts to supress the recombination rate is to develop the nanocomposite structures between ZnO with noble metals such as Ag and Pt that can act as electron sinks. Moreover, AgPt metal alloys with anisotropic form are known has higher photocatalytic activity than single metal isotropic.
In this study, the photocatalysts for the degradation of methylene blue were made in the form of nanocomposite ZnO nanorods with AgPt nanoparticles with Ag/Pt mol ratio of 0:1, 1:2, 1:1, and 1:0. ZnO nanorods were grown on a glass substrate by hydrothermal method, while AgPt nanoparticles were synthesized by a reduction method and then deposited on the ZnO surface using the drop casting method. The highest degradation rate was achieved by ZnO/Ag1Pt1 up to 62.29% under UV irradiation and 64.49% under visible light irradiation. The presence of AgPt nanoparticles on the ZnO surface results in the transfer of electrons from ZnO to AgPt nanoparticles so that AgPt nanoparticles act as electron sinks that can inhibit the recombination rate as indicated by a drastic decrease in the photoluminisence intensity. Moreover, the Ag1Pt1 were formed in hexagonal particles in uniform size may also induce the higher photocatalytic activity.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
T53243
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhajri Agusfina
"Salah satu senyawa yang terkandung di dalam ekstrak kulit batang murbei putih (Morus alba) adalah apigenin. Senyawa ini diketahui mempunyai aktivitas penghambatan DPP-4 yang bermanfaat dalam pengobatan diabetes mellitus tipe 2. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki dan mengevaluasi aktivitas penghambatan DPP-4 ekstrak ionic liquid kulit batang murbei putih yang diekstraksi secara Microwave Assisted Extraction (MAE). Ionic liquid (IL) yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1-butyl-3-methylimidazolium methylsulfate (Bmim[MeSO4]) dan garam yang digunakan untuk pemisahannya adalah Na2CO3, kemudian kadar apigenin yang terdapat di dalamnya dianalisa menggunakan HPLC. Besar aktivitas penghambatan DPP-4 diukur dengan menggunakan alat Glomax-Multi Detection System (Promega, USA). Hasil penelitian menunjukan bahwa kondisi ekstraksi IL-MAE paling optimum untuk dapat menarik apigenin paling banyak adalah pada konsetrasi IL 1,25M, rasio IL (solid/liquid) 1:15, dan waktu ekstraksi selama 12,5 menit dengan kadar apigenin yang diperoleh adalah 1,98 g/g simplisia. Aktivitas penghambatan DPP-4 terbesar diperoleh pada ekstrak ionic liquid kulit batang murbei putih dengan kadar apigenin sebanyak 0,74 g/g simplisia yang memiliki aktivitas penghambatan DPP-4 sebesar 77,56%. Sementara ekstrak etanol dengan hidrolisa asam 100 ppm kulit batang murbei putih memiliki aktivitas penghambatan DPP-4 sebesar 19,9%. Apigenin standar 100 ppm memiliki aktivitas penghambatan DPP-4 sebesar 42,13%. Dari penelitian ini diketahui bahwa ekstraksi menggunakan IL-MAE dapat menarik senyawa apigenin dari kulit batang murbei putih. Aktivitas penghambatan DPP-4 ekstrak IL yang lebih tinggi dari apigenin standar diperkirakan karena adanya senyawa lain di dalam ekstrak yang juga memiliki aktivitas penghambatan DPP-4.

One of the compounds contained in the extract of white mulberry bark (Morus alba) is apigenin. This compound is known to have inhibitory activity for DPP-4 which is useful in the treatment of type 2 diabetes mellitus. The aim of this study was to investigate the DPP-4 inhibitory activity in the ionic liquid extract of white mulberry bark extracted by Microwave Assisted Extraction (MAE). The Ionic liquid used in this study was 1-butyl-3-ethylimidazolium methylsulfate (Bmim[MeSO4]) and the salt used for its separation is Na2CO3 then analyzed levels of apigenin contained using HPLC. The activity of DPP-4 inhibitory measured by using The Glomax-Multi Detection System (Promega, USA). The results showed that the most optimum IL-MAE extraction conditions to be able to attract the most apigenin were at the concentration of 1.25M IL, ratio of IL (solid / liquid) 1:15, and extraction time for 12.5 minutes with apigenin levels obtained was 1.98 g/g simplicia. The largest DPP-4 inhibitory activity was obtained on ionic liquid extract of white mulberry bark with apigenin levels of 0.74 g/g simplicia which had DPP-4 inhibition activity of 77.56%. While the ethanol extract with 100 ppm acid hydrolysis of white mulberry bark has DPP-4 inhibition activity of 19.9%. The 100 ppm standard Apigenin has DPP-4 inhibition activity of 42.13%. From this study it is known that extraction using IL-MAE can attract apigenin compounds from white mulberry bark. IL extract inhibitory activity of DPP-4 higher than standard apigenin is estimated because of the presence of other compounds in the extract which also have DPP-4 inhibitory activity."
2019
T53123
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Robert Ronal Widjaya
"Indonesia mempunyai banyak sumber daya alam, salah satunya adalah tanah liat yang sangat potensial dijadikan katalis pada proses konversi ethanol menjadi gasolin yang digunakan sebagai bahan bakar alternatif pengganti bahan bakar dari fosil. Tanah liat yang disebut juga dengan bentonit, dapat dimodifikasi strukturnya dengan metode pilarisasi logam, karena relatif sederhana dan mudah untuk dilakukan. Paduan logam Sn-Cr/Bentonit memiliki sifat keasaman yang cukup tinggi serta tahan terhadap kandungan air yang banyak, sehingga dapat memproses umpan yang mengandung kadar air yang cukup besar dari campuran ethanol-air dan juga mempunyai umur katalis yang panjang.
Tujuan penelitian ini untuk mensintesis dan mengevaluasi kinerja katalis Sn-Cr/bentonit yang digunakan pada proses konversi ethanol menjadi gasolin. Pengukuran X-ray Diffraction, X-ray Absorption Spectroscopy, Thermogravimetry Analysis, Fourier Transform Infra Red, X-ray Fluorescence, Brunauer Emmett Teller, Scanning Electron Microscope / Energy-Dispersive X-ray, Field Emission Scanning Electron Microscopy/Electron dispersion X-ray Spectroscopy, dan Gas Chromatography-Mass Spectrometry digunakan dalam penelitian.
Dari analisa hasil pengukuran didapatkan kenaikan jarak basal bentonit dari 12,83Å menjadi 25,67Å, peningkatan luas permukaan spesifik dan volume pori masing-masing 23,8 m2/g menjadi 199,2 m2/g dan 9,9x10-3 cm3/g menjadi 81x10-3 cm3/g. Muatan logam yang terbentuk, didominasi logam Sn4+ dan Cr3+ dengan daya tahan termal maksimal sebesar 700°C. Sn-Cr/bentonit memiliki dua tipe keasaman Bronsted dan Lewis yang keduanya dibutuhkan untuk proses konversi ethanol menjadi gasolin.
Diketahui juga sebaran unsur yang terkandung pada bentonit, antara lain Si, Al, O, Mg, Na, Ca, Sn dan Cr. Konversi ethanol menjadi gasolin dengan katalis Sn-Cr/bentonit didapatkan kandungan senyawa utama yang mirip dengan bensin komersial. Hasil cairan yang terkonversi didapatkan nilai yang cukup baik, yaitu 60 ml dari 100 ml umpan bahan baku berupa ethanol atau memberikan hasil sebesar 60 %.

Indonesia has many natural resources, one of them is clay. The clays are very potential to be used as a catalyst in ethanol to gasoline conversion process, which was used as an alternative fuel substitute for fossil fuel. The Clay was also called bentonite and it can be modified the structure by metals pilarization method, because this method is simple and feasible relatively. Sn-Cr/bentonite metal alloys have high acidity properties and resistant to water content, so that they can process the feeds that contain large moisture content from the mixture of ethanol-water and they have long life catalyst.
The purpose of this research was to synthesis and evaluate the performance Sn-Cr/bentonite catalyst which was used in ethanol to gasoline conversion process. Measurement of X-ray Diffraction, X-ray Absorption Spectroscopy, Thermogravimetry Analysis, Fourier Transform Infra Red, X-ray Fluorescence, Brunauer Emmett Teller, Scanning Electron Microscope / Energy-Dispersive X-ray, Field Emission Scanning Electron Microscopy/Electron dispersion X-ray Spectroscopy, dan Gas Chromatography-Mass Spectrometry was used in this research.
The measurement results showed enhancement the basal spacing of bentonite from 12.83Ǻ to 25.67Ǻ, and enhancement in specific surface area from 23.8 m2/g to 199.2 m2/g and pore volume from 9,9x10-3 cm3/g to 81x10-3 cm3/g. The metal content formed was dominated by Sn4+ and Cr3+ and 700 °C maximum thermal resistance. Sn-Cr/bentonite has two types of acidity, Bronsted and Lewis. They were needed for ethanol to gasoline conversion process.
The distribution of bentonite element contents, such as Si, Al, O, Mg, Na, Ca, Sn dan Cr. The ethanol to gasoline conversion by Sn-Cr/bentonite catalyst, it was obtained compounds similar to commercial gasoline. The converted ethanol results, it was obtained good value, which was 60 ml gasoline of 100 ml of ethanol or the yield is 60%.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
D2683
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nelly Malik Lande
"Baterai merupakan salah satu komponen penting pada sistem fotovoltaik. Tujuan pokok baterai pada sistem fotovoltaik adalah menyimpan energi listrik yang dibangkitkan modul surya pada saat matahari bersinar, dan mengeluarkan kembali energi listrik pada saat modul surya tidak dapat lagi memenuhi permintaan energi listrik oleh beban.Investasi baterai pada sistem fotovoltaik sangat mahal, diperkirakan 40% dari biaya investasi diperuntukkan untuk baterai. Karena itu untuk menjaga agar baterai tahan lama maka perlu diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi umur baterai. Baterai kehilangan kapasitas dari waktu ke waktu dan dipertimbangkan baterai tidak efektif lagi ketika 20 persen dari kapasitas aslinya hilang, meskipun masih tetap dapat digunakan. Penelitian ini difokuskan pada pengaruh suhu ambient terhadap umur efektif baterai yaitu lama waktu yang dipakai baterai VRLA untuk menghabiskan 20 persen dari kapasitas aslinya. Dari hasil analisis dapat diketahui bahwa umur efektif baterai VRLA jika beroperasi pada suhu ambient 25°C sebesar 2,089 tahun. Sedangkan, pada suhu ambient 40°C sebesar 1,617 tahun.

The battery is one of the important components in the photovoltaic system. The main objective is the battery on a solar system stores electrical energy generated in the solar modules when the sun shines, and pulled back electrical energy when the solar module can no longer meet the demand of electrical energy by the load.Battery investment in solar systems is very expensive, estimated that 40% of the investment earmarked for the battery. Therefore, to keep the long lasting battery it is necessary to know the factors that affect battery life. Batteries lose capacity over time and takes into account the battery is no longer effective when 20 percent of its original capacity is lost, although it can still be used. This study focused on the effect of ambient temperature on effective life of VRLA batteries that can estimate the effective life of the battery. From the analysis results it can be seen that a long time VRLA batteries used to spend 20 percent of its original capacity at ambient temperature of 25°C for 2,089 years. While at ambient temperatureof 40 ° C for 1,617 years.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T35037
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Waringin Margi Yusmaman
"ABSTRAK
TiO2 sebagai bahan semikonduktor yang mempunyai sifat fotokatalitik dan efektif dalam
proses inaktivasi bakteri tanpa pemakaian bahan kimia maupun panas. Penelitian ini
bertujuan mensintesis nanokomposit TiO2 termodifikasi asam oleat yang terdispersi pada
polyvinyl butyral yang mempunyai sifat antibakteri. TiO2 nanopartikel (TiO2 bare), TiO2
nanopartikel yang termodifikasi oleh asam oleat (OA-TiO2) dan TiO2 nanopartikel yang
termodifikasi oleh asam sitrat (CA-TiO2) disintesis dengan metode solvotermal dengan
pelarut etanol. Karakterisasi FTIR menyatakan terdapat vibrasi ikatan Ti-O-Ti pada
bilangan gelombang 450-800 cm-1 pada setiap sampel, bilangan gelombang 2800-3000
cm-1 menunjukkan vibrasi ulur C-H pada grup fungsional CH, CH2 dan CH3 dan bilangan
gelombang 1300-1400 cm-1 menunjukkan ikatan gugus karbonil pada masing-masing
sampel. SEM EDS menunjukkan % wt unsur Ti pada TiO2, OA-TiO2 dan CA-TiO2
berturut-turut 59.09%, 45.86% dan 50.48%, UV-Vis DRS memberikan informasi ketiga
sampel responsif terhadap sinar UV dengan nilai energi celah 3.20 eV, 3.24 eV dan 3.20
eV. XRD menyatakan ketiga sampel merupakan TiO2 fase anatase dengan panjang kisi
a=b=0.948 nm dan panjang kisi c=0.378 nm. Bidang yang muncul (101), (004), (200),
(105) dan (204). TEM memperlihatkan satuan partikel dengan ukuran panjang 4-14 nm
dan lebar 3-9 nm. HRTEM menunjukkan jarak antar bidang kristal sebesar 0.350 nm pada
bidang (101), 0.23 nm untuk bidang (004) dan 0.20 nm pada bidang (200). SAED
menunjukkan jarak antar bidang sebesar 0.30 nm untuk bidang (101), 0.20 nm untuk
bidang (004) dan 0.16 nm untuk bidang (200), PSA menunjukkan ukuran partikel sebesar
122 nm (TiO2), 220 nm (OA-TiO2 dan CA-TiO2). Pengujian sudut kontak air
menunjukkan penurunan sudut kontak air terbesar pada sampel berturut-turut TiO2, OATiO2
dan CA-TiO2. Sifat antibakterial diuji dengan bakteri gram negatif yaitu E. Coli
dengan metode Angka Lempeng Total (ALT) menunjukkan sifat antibakterial terbaik
pada sampel film OA-TiO2/PVB.

ABSTRACT
TiO2 as semiconductor material is photo catalytic and effective in inactivation process
without using chemicals or heat. This research aims to synthesize oleic acid-modified
TiO2 Nanocomposite dispersed on Polyvinyl butyral using simple method and it has the
nature of photocatalytic activity and antibacterial. TiO2 nanoparticle (TiO2 bare), TiO2
nanoparticle modified by oleic acid (OA-TiO2), and TiO2 nanoparticle modified by citric
acid (CA-TiO2) are synthesized with solvothermal method using ethanol as the solvent.
FTIR characterization shows that there are Ti-O vibration at wavenumber 450-800 cm-1,
C-H stretching vibration in CH, CH2, and CH3 functional group at 2800-3000 cm-1
wavenumber, and carboxyl group at wavenumber 1300-1400 cm-1. SEM EDS shows %
wt of Ti element in TiO2, OA-TiO2 and CA-TiO2 respectively 59.09%, 45.86% and
50.48%. The UV-Vis DRS provides information that all three samples responsive to UV
light with 87.3% absorbance at wave length 206 nm for TiO2, 91.0% absorbance at wave
length 219 nm for OA-TiO2 and 77.3% absorbance at wave length 202.5 nm for CA-TiO2.
XRD shows that all three samples are anatase phase TiO2 with lattice length a=b=0.948
nm and c=0.378 nm. The appearing fields are (101), (004), (200), and 204. TEM shows
particle unit with a length of 4-14 nm and width of 3-9 nm. HRTEM shows distance
between crystal fields, it is 0.350 nm on (101), 0.23 nm on (004) and 0.16 nm on (200).
PSA shows particles size of 122 nm (TiO2), 220 nm (OA-TiO2 and CA-TiO2). The testing
of water contact angle shows degradation of water contact angle that decrease by 12° per
30 minutes for TiO2 sample, 10° for OA-TiO2 sample and 10° for CA-TiO2 sample.
Antibacterial characteristic is tested using gram negative bacteria that is E. Coli with Total
Plate Count (TPC).

"
2019
T52727
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silvia Rahmi Ekasari
"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis efektivitas penyisihan amonia dengan kombinasi proses absorbsi dalam membran dan oksidasi lanjut menggunakan reaktor hibridaozon plasma. Serta mengetahui pengaruh penambahan proses oksidasi lanjut dalam reaktor hibrida ozon plasma terhadap proses penyisihan amonia dalam kontaktor membran menggunakan larutan penyerap asam sulfat (H2SO4). Variabel proses pada proses penyisihan amonia menggunakan membran adalah laju alir umpan (3, 4, 5 LPM), pH larutan umpan (10, 11, 12), temperatur umpan (20, 30, 40oC) dan jumlah serat membran (50, 60, 70 serat).
Penambahan proses oksidasi lanjut dalam reaktor hibrida ozon plasma dapat meningkatkan jumlah amonia yang akan disisihkan oleh kontaktor membran. Konfigurasi gabungan absorbsi dalam membran dan proses oksidasi lanjut dalam RHOP dapat meningkatkan penyisihan amonia menjadi 81,3% dengan konsentrasi amonia tersisa 149.568 ppm sedangkan pada proses tunggal membran yang hanya dapat menyisihkan amonia sebesar 63,9 %. Kodisi operasi optimum dalam penelitian ini diperoleh pada temperatur 400C, pH 11 dan jumlah serat membran 70.

In this experiment liquid waste ammonia will be removedby combination of the absorption process in the membrane and advanced oxidation using RHOP (ozone-plasma hybrid reactor). The effect addition of advanced oxidation processes in RHOP for ammonia removal process in the membrane contactor using absorbent solution of sulfuric acid (H2SO4). Process variables on ammonia removal process using membranes is feed flow rate (3, 4, 5 LPM), the pH of feed solution (10, 11, 12), feed temperature (20, 30, 40 °C) and the amount of fiber membrane (50, 60, 70 fibers).
The addition of advanced oxidation processes in a hybrid ozone plasma reactor can increasing the amount of ammonia that will be set aside by the membrane contactor. Configuring the combined absorption in the membrane and advanced oxidation processes in RHOP can increase ammonia removal to 81.3 % with concentrations149.568 ppm, compared with the single membrane process that can only be set aside ammonia by 63,9 %. Optimum operation in this study were obtained at a temperature of 400C, pH 11, and the number of fibers 70.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T33016
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Alexander
"Penanganan limbah organik beracun dapat dilakukan dengan cara fisis, biologis, dan kimiawi. Ketiga proses ini belum memperlihatkan hasil yang optimal, tidak ekonomis dan dapat terjadi pembentukan senyawasenyawa yang lebih toksik, sehingga harus dikembangkan cara baru yang lebih optimal. Cara ini dikenal sebagai Advance Oxidation Process (AOP). AOP untuk sistem homogen adalah penggunaan O3, H2O2, atau kombinasi keduanya dengan atau tanpa irradiasi UV, O3/UV, H2O2/UV, O3/H2O2/UV. AOP untuk sistem heterogen adalah penggunaan semikonduktor dengan irradiasi UV atau sinar matahari. AOP juga memiliki keterbatasan, khususnya untuk sistem homogen yang relatif mahal karena tidak bisa dipakai ulang tetapi tidak untuk sistem heterogen yang dapat dipakai ulang. Dari berbagai semikonduktor yang telah diuji coba, Ti02 lebih disukai karena lebih inert.
Pada penelitian ini diamati senyawa intermediet hasil degradasi PCP dengan UV/Ti02. yang diimobilisasi pada plat titanium dengan variasi waktu, dengan menggunakan pH meter, spektrofotometri UV-Vis dan HPLC-UV. Hasil evaluasi data pH menunjukkan adanya senyawa intermediet yang bersifat asam, hasil ini didukung data HPLC-UV yang menunjukan adanya asam oksalat."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2003
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ritonga, Bastian
"Pertambangan emas secara tradisional di Kecamatan Huta Bargot, Mandailing Natal, Sumatera Utara telah dilakukan + 12 tahun terakhir. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara karakteristik lingkungan (kadar merkuri air) dan karakteristik responden (umur, lama tinggal, lama kerja, lama berkerja/hari) dengan kadar merkuri rambut pekerja tambang emas tradisional di kecamatan Huta Bargot. Penelitian ini dilaksanakan di 6 desa yaitu Desa bangun sejati, Desa Binanga, Desa Hutabargot setia, Desa Hutarimbaru, Desa Kumpulan setia dan Desa Huta Bargot Nauli pada bulan Maret 2019 dengan desain cross sectional terhadap 60 orang pekerja tambang emas tradisional. Untuk memilih sampel terpilih digunakan metode quate sampling dengan jumlah sampel tiap desa sebanyak 10 orang Sampel dari tiap desa dipilih menggunakan metode purposive sampling. Kadar merkuri rambut pekerja masih dalam ambang baku mutu dengan rata-rata kadar merkuri 0,2117 µg/g. Dari 6 sampel air sungai yang diperiksa, 3 sampel air berada di atas baku mutu (> 0,001 mg/L ). Dari hasil analisis bivariat menunjukkan hubungan lama tinggal dengan kadar merkuri rambut. Hasil analisis multivariat diperoleh hubungan antara lama tinggal dengan kadar merkuri pada rambut (nilai p = 0,034)dengan OR=10,737 yang artinya pekerja tambang emas yang lama tinggal > 20 tahun memiliki peluang memiliki kadar merkuri rambut > 0,24 µg/g dibandingkan pekerja tambang yang lama tinggal < 20 tahun.

Traditional gold mining in Huta Bargot Subdistrict, Mandailing Natal, North Sumatra has been carried out  the last 12 years. The purpose of this study was to determine the factors that influence the mercury levels of traditional gold mine workers in the Huta Bargot sub-district. The research was carried out in 6 villages, bangun sejati, Binanga, Hutabargot setia, Hutarimbaru, Kumpulan setia and Huta Bargot Nauli Village in March 2019 with a cross sectional design for 60 traditional gold mining workers. To select the selected sample, the quate sampling method was used with a total sample of 10 villages. Samples from each village were selected using the purposive sampling method. Workers' mercury levels are still within the threshold of quality standards with an average mercury level of 0.2117 µg / g. 3 of 6 water samples were above the quality standard (> 0.001 mg / L). From the results of bivariate analysis shows the length of stay with hair mercury levels. The results of multivariate analysis found a relationship between length of stay with mercury levels in hair (p value = 0,034) with OR = 10.737, which means gold miners who live> 20 years have the opportunity to have a hair mercury level of > 0.24 µg / g compared to miners <20 years."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T52671
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>