Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 173599 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Amellia Dwi Santika
"Kompleks Gunungapi Rawa Danau berada di Provinsi Banten terbentuk akibat letusan dari gunungapi purba. Tersusun atas lava yang berumur kuarter berasal dari Gunung Karang, Gunung Parakasak, Gunung Tukung Gede, Gunung Marikangen dan Gunung Dano Purba yang berkaitan dengan subduksi lempeng Indo-Australia dan Eurasia di selatan Pulau Jawa. Tujuan dilakukannya penelitian ini untuk mengetahui jenis dari lava penyusun gunungapi, mengetahui evolusi magma serta tatanan tektonik pada daerah penelitian. Penelitian ini menggunakan metode petrografi dan geokimia dengan analisis X-ray Fluorescence (XRF). Daerah penelitian terdiri dari mineral plagioklas, piroksen, olivin, dan amfibol serta terdapat mikro-tekstur plagioklas berupa coarse sieve, glomerocryst, oscillatory, fine sieve, dan clear. Jenis batuan yang berada di daerah penelitian adalah andesit-basaltik, basaltik trachyandesite, andesit, trachyandesite, dasit, dan trachyte trachydacite. Daerah penelitian memiliki jenis magma yaitu kalk-alkalin. Berdasarkan diagram Harker, terlihat tren yang jelas sehingga magmanya bersifat ko-genetik. Berdasarkan keberadaan amfibolnya terbagi menjadi 3 tren yaitu tren Gunung Karang yang merupakan amfibol bearing, tren Gunung Parakasak merupakan amfibol free, dan tren Gunung Tukung Gede yang merupakan amfibol free dan amfibol bearing. Proses magmatisme yang dominan terjadi pada daerah penelitian berupa fraksinasi kristal dan Proses tektonik yang terjadi adalah subduksi busur benua yang memiliki kedalaman zona Benioff-Wadati sekitar ±118 Km - ±138 Km.

The Rawa Danau Volcanoes complex is located in Banten Province. This volcano complex was formed by ancient volcanoes eruptions. It is Composed by quarterly lava originating from Mount Karang, Mount Parakasak, Mount Tukung Gede, Mount Marikangen and Mount Dano Purba which are associated with the subduction zone of the Indo-Australian plate and Eurasian plate in the southern Java. The purpose of this study is to find out the type of lava constituents of this volcano complex, to know the evolution of magma, and the tectonic history of Rawa Danau Volcanoes Complex as the study area. This study uses petrographic method and geochemical methods with X-ray Fluorescence (XRF) analysis. The study area consists of plagioclase, pyroxene, olivine, and amphibole minerals. There are also micro-textures of plagioclase in the form of coarse sieve, glomerocryst, oscillatory, fine sieve, and clear. Divided into two groups of rocks, namely the group of amphibole bearing rocks and amphibole free rocks. The SiO2 content of this area is 55% to 71%, that is why the rock are andesite-basaltic, basaltic trachyandesite, andesite, trachyandesite, dacite, and trachyte trachydacite. The type of magma is calc-alkaline. Based on the Harker diagram, the study area has a clear trend so that the magma is co-genetic, then that trend is divided into two, namely positive trend and negative trend. However, based on the presence of amphibole mineral, it is divided into three trends, namely Karang trend, which is an amphibole bearing zone, Parakasak trend is an amphibole free zone, and Tukung Gede trend, which is an amphibole free zone and amphibole bearing zone. The dominant process of magmatism in the study area was fractional crystallization and the tectonic processes that occurred was continental arc subduction which had a Benioff-Wadati zone depth of approximately ± 118 Km - ± 138 Km."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rivo Adikusuma
"Kawasan Gunung Endut merupakan kawasan yang tersusun atas batuan beku plutonik Tersier dan batuan beku vulkanik Kuarter yang diduga merupakan hasil proses subduksi tektonik yang terjadi di selatan Jawa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis batuan beku dan menginterpretasikan jenis magma, evolusi magma, dan tatanan tektonik yang membentuk batuan beku di daerah penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis petrologi, analisis petrografi, dan analisis geokimia batuan beku menggunakan XRF. Batuan beku Gunung Endut terdiri dari beberapa satuan batuan beku yaitu batuan beku lava basaltik/andesitik, batuan beku intrusi tanggul basaltik/andesitik, dan batuan beku intrusi stok basaltik/andesitik. Analisis petrografi batuan beku Gunung Endut menunjukkan bahwa batuan lava beku terdiri dari porfiri andesit, sedangkan batuan beku intrusi terdiri dari porfiri diorit dan porfiri dasit. Tekstur mikro dari plagioklas yang terdapat pada setiap sampel menunjukkan bahwa batuan beku Gunung Endut telah mengalami pencampuran magma dengan magma primitif. Berdasarkan diagram TAS, batuan lava beku tersusun atas andesit, dasit, traki-andesit, andesit basaltik, trakhdasit trakit, dan basaltik trachy-andesit. Batuan beku intrusi terdiri dari batuan beku andesit, trachy-andesite, basaltic andesite, dan trachy trachydacite. Deret magma pembentuk batuan beku Gunung Endut merupakan gugus magma kalk-alkali yang menopang lingkungan tektonik pembentuk batuan beku Gunung Endut yaitu batas kontinen aktif.

The Mount Endut area is an area composed of Tertiary plutonic igneous rocks and Quaternary volcanic igneous rocks which are thought to be the result of a tectonic subduction process that occurred in southern Java. This study aims to determine the types of igneous rocks and interpret the types of magma, magma evolution, and tectonic arrangements that form igneous rocks in the study area. The methods used in this research are petrological analysis, petrographic analysis, and geochemical analysis of igneous rocks using XRF. Mount Endut igneous rock consists of several igneous rock units, namely basaltic/andesitic lava igneous rock, basaltic/andesitic embankment intrusion igneous rock, and basaltic/andesitic stock intrusion igneous rock. Petrographic analysis of the Gunung Endut igneous rock shows that the igneous lava rock consists of andesite porphyry, while the intrusive igneous rock consists of diorite porphyry and dacite porphyry. The micro texture of the plagioclase contained in each sample shows that the igneous rock of Mount Endut has undergone magma mixing with primitive magma. Based on the TAS diagram, igneous lava rock is composed of andesite, dacite, trachy-andesite, basaltic andesite, trachyde-tracheal and basaltic trachy-andesite. Intrusion igneous rock consists of igneous andesite, trachy-andesite, basaltic andesite, and trachy trachydacite. The magma series that forms the igneous rocks of Mount Endut is a calc-alkaline magma group that supports the tectonic environment that forms the igneous rocks of Mount Endut, which is the active continent boundary."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Choirul Risman
"Daerah penelitian secara administratif berada di kawasan Gunung Endut, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Tujuan dari penelitian ini adalah membuat model konseptual panas bumi dan mengetahui karakteristik sistem panas bumi menggunakan metode pemetaan geologi dan analisis geokimia manifestasi panas bumi. Luas area pemetaan geologi adalah 36 km2 yang bertujuan untuk mengetahui struktur geologi kawasan Gunung Endut. Geomorfologi wilayah studi terdiri dari Satuan Perbukitan Karst Sedikit Curam, Satuan Bukit Vulkanik Curam, Satuan Perbukitan Vulkanik Sedikit Curam, dan Satuan Perbukitan Vulkanik Lereng. Terbentuknya alam perbukitan di wilayah studi diduga karena pengaruh aktivitas tektonik yang membentuk lingkungan vulkanik. Stratigrafi daerah penelitian disusun oleh litologi letusan gunung berapi yang terdiri dari lima satuan litostratigrafi tidak resmi, yaitu Satuan Lava Andesit, Satuan Tuf Kasar, Satuan Tuf Halus, Satuan Breksi Vulkanik, dan Satuan Batugamping. Struktur geologi yang berkembang di daerah penelitian adalah Sesar Normal Cikawah dan Sesar Horisontal Handeuelum. Sesar ini diduga memicu munculnya manifestasi panas bumi berupa mata air panas dan batuan alterasi. Analisis geokimia dilakukan pada tiga sumber air panas yaitu Cikawah, Handeuleum, dan Gajrug untuk mengetahui karakteristik sistem panas bumi Gunung Endut. Dari hasil analisis diketahui bahwa mata air panas merupakan salah satu jenis fluida klorida bikarbonat encer dan termasuk dalam fluida yang telah mencapai kesetimbangan. Hasil jenis fluida menunjukkan adanya campuran air klorida dan air permukaan. Hasil perhitungan geoindikator Na / K dan Na / Ca menunjukkan bahwa semua mata air panas keluar di zona outflow. Di wilayah studi, terdapat dua reservoir berbeda yang ditunjukkan oleh geo-indikator Cl / B. Sumber air panas Cikawah dan Handeuleum berasal dari reservoir yang sama dan sumber air panas Gajrug berasal dari reservoir yang berbeda. Temperatur reservoir pada sistem panas bumi Gunung Endut berkisar antara 107 - 127oC menggunakan geothermometer silika dan 100-160oC menggunakan geothermometer Na-K-Mg. Dari model konseptual geothermal terlihat bahwa struktur di kawasan Gunung Endut tidak langsung mengenai reservoir, fluida yang keluar berada di zona outflow sehingga sumber panas dan reservoir jauh dari sumber air panas. Sumber panas dan waduk diduga berada di sebelah timur wilayah studi karena suhu dan debit sumber air panas Cikawah relatif tinggi dibandingkan dengan sumber air panas Handeuleum.

The research area is administratively located in the Gunung Endut area, Lebak Regency, Banten Province. The purpose of this research is to create a geothermal conceptual model and to determine the characteristics of the geothermal system using geological mapping methods and geochemical analysis of geothermal manifestations. The area of ​​the geological mapping is 36 km2 which aims to determine the geological structure of the Mount Endut area. The geomorphology of the study area consists of Slightly Steep Karst Hills Unit, Steep Volcanic Hill Unit, Slightly Steep Volcanic Hills Unit, and Slope Volcanic Hills Unit. The formation of hilly nature in the study area is thought to be due to the influence of tectonic activity which formed the volcanic environment. The stratigraphy of the study area is composed of volcanic eruption lithology which consists of five unofficial lithostratigraphic units, namely Andesite Lava Unit, Coarse Tuff Unit, Fine Tuff Unit, Volcanic Breccia Unit, and Limestone Unit. The geological structures that develop in the study area are the Cikawah Normal Fault and the Handeuelum Horizontal Fault. This fault is thought to trigger the emergence of geothermal manifestations in the form of hot springs and alteration rocks. Geochemical analysis was carried out at three hot springs namely Cikawah, Handeuleum, and Gajrug to determine the characteristics of the Mount Endut geothermal system. From the analysis, it is known that hot springs are a type of dilute bicarbonate chloride fluid and are included in fluids that have reached equilibrium. The results of the type of fluid showed a mixture of chloride water and surface water. The results of the calculation of Na / K and Na / Ca geoindicators show that all the hot springs come out in the outflow zone. In the study area, there are two different reservoirs indicated by the Cl / B geo-indicator. Cikawah and Handeuleum hot springs come from the same reservoir and Gajrug hot springs originate from different reservoirs. The reservoir temperature in the Mount Endut geothermal system ranges from 107 - 127oC using a silica geothermometer and 100-160oC using a Na-K-Mg geothermometer. From the geothermal conceptual model, it can be seen that the structure in the Mount Endut area does not directly hit the reservoir, the fluid that comes out is in the outflow zone so that the heat source and reservoir are far from the hot springs. The heat source and reservoir are thought to be in the east of the study area because the temperature and discharge of the Cikawah hot springs are relatively high compared to the Handeuleum hot springs."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andy Gusty Rangga
"Kenaikan suhu bumi adalah kejadian meningkatnya temperatur rata-rata atmosfer,
laut dan daratan Bumi. Salah satu dampak kenaikan suhu terutama pada
kenaikkan suhu antara 00C ? 2 0C adalah perubahan struktur hutan yang meliputi
komposisi dari tumbuh-tumbuhan, jumlah dan keanekaragaman dari komunitas
tumbuh-tumbuhan yang menyusun hutan, serta kondisi tanaman-tanaman yang
stres. Salah satu metode untuk memperjelas dan mempertajam visualisasi citra
adalah transformasi Tasselled Cap. Transformasi Tasselled Cap (TTC)
merupakan salah satu indeks vegetasi yang dikembangkan dengan menggunakan
band-band pada citra Landsat. Dalam metode ini integrasi berbagai macam
disiplin ilmu yang diwakili oleh para ahli di bidangnya sangat penting. Agar hasil
yang diperoleh menjadi optimal. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif
kuantitatif dengan pendekatan area sampling accuracy yang bertujuan
menganalisa pengaruh kenaikan suhu terhadap karakteristik vegetasi, tingkat
perubahannya, dan faktor apa yang mempengaruhi perubahan tersebut di CA.
Rawa Danau. Pengaruh kenaikkan suhu terhadap karakteristik vegetasi
menunjukkan indikasi perubahan terhadap tingkat kecerahan, kerapatan dan
kelembaban vegetasi yang dicirikan dengan perubahan tutupan lahan di CA. Rawa
Danau. Selain karena pengaruh suhu, karakteristik vegetasi dipengaruhi pula oleh
permukiman penduduk."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
S34078
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Abdurahim
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2004
S31241
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deden Rudaya
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2004
S31297
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Evi Komala Sari
"Sistem panas bumi Gunung “X” merupakan salah satu prospek panas bumi yang terletak di perbatasan antara Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur, Indonesia. Hal ini diketahui dari adanya 11 manifestasi berupa air panas dan fumarol. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan sistem panas bumi berdasarkan analisa terintegrasi data geologi, geokimia, petrografi dan geofisika. Metode analisis geofisika yang digunakan adalah metode gravitasi yang menggunakan data GGMplus dan metode magnetotellurik (MT). Data gravitasi GGMplus menunjukkan adanya struktur berupa patahan pada area yang diduga memiliki tingkat permeabilitas yang tinggi. Struktur yang terdeteksi pada pengolahan data gravity GGMplus juga dapat berperan sebagai struktur pengontrol keluarnya manifestasi panas bumi. Kemudian, interpretasi geokimia menunjukkan Air Panas Nglerak (APN) berada pada zona outflow yang didukung dengan hadirnya mineral alterasi klorit sedangkan fumarol Chadradimuka berada pada zona upflow yang didukung dengan adanya mineral goethite. Berdasarkan analisis gas fumarol TKC menggunakan diagram CAR-HAR, Gunung “X” memiliki rentang suhu antara 250-289 C yang mengartikan Gunung “X” memiliki entalpi yang tinggi. Dari hasil inversi 3-D magnetotellurik menunjukkan adanya pola persebaran claycap pada elevasi 500 sampai - 500 meter dengan ketebalan sekitar 1 kilometer. Persebaran claycap ini memiliki pola updome di bawah titik MT-22, MT-18 dan MT-17. Pada model konseptual terintegrasi menunjukkan pusat reservoir berada di area puncak dan mengalir secara lateral mengarah ke Barat daya sampai Barat Gunung “X”.

“X” geothermal field is one of the geothermal prospects located on the border Provinces of Central Java and East Java, Indonesia. This is known from the presence of 11 manifestations in the form of hot water and fumaroles. This study aims to describe a geothermal system based on an integrated analysis of geological, geochemical, petrographic and geophysical data. The geophysical analysis method used is the gravity method using GGMplus data and the magnetotelluric (MT) method. The GGMplus gravity data shows that there is a structure in the form of a fault in an area that is thought to have a high level of permeability. The structure detected in the GGMplus gravity data processing can also act as a controlling structure for geothermal manifestations. Then, the geochemical interpretation shows that the Nglerak Hot Spring (APN) is in the outflow zone which is supported by the presence of chlorite alteration minerals while the Chadradimuka fumaroles are in the upflow zone supported by the presence of goethite minerals. Based on TKC fumarole gas analysis using the CAR-HAR diagram, “X” geothermal field has a temperature range between 250-289 C, which means that “X” geothermal field has a high enthalpy. The results of the 3-D magnetotelluric inversion show that there is a distribution pattern of claycap at an elevation of 500 to -500 meters with a thickness around 1 kilometer. This claycap distribution has an updome pattern below the MT-22, MT-18 and MT-17 points. The integrated conceptual model shows that the center of the reservoir is in the peak area and flows laterally towards the southwest to the west of Mount "X"."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Suwanda
"Geomorfologi mempelajari relief muka bumi melalui klasifikasi dan pemeriannya (Lobeck, 1939). R.A- van Zuidam melakukan analisis terrain secara geomorfologi ditinjau dari 3 aspek, yaitu jenis relief, genesis dan jenis batuan genesis, A.J. Pannekoek menggolongkan fisiografi pulau Jawa dalam 3 zona, yaitu zona Utara, Tengah dan Selatan- Wilayah kompleks gunung api Danau termasuk zona fisiografi Utara yang merupakan wilayah lipatan. Van Bemmelen menyatakan, bahwa wilayah kompleks gunung api Danau merupakan bagian sisi Barat zona Bogor yang telah memperlihatkan perbedaan dengan garis-garis fisiografi tipe Jawa. Kompleks gunung api ini pusatnya disebut kaldera Danau (kepundan atau gunting api Danau). Bagian puncak gunung api ini mula-mula tinggi, bukan ditenggelamkan melainkan tepinya sendiri yang rendah mempunyai lereng luar yang landai dengan bagian dalam tebing yang terjal serta mengelilingi danau yang hanya sebagian saja berisi air, terletak pada ketinggian hanya beberapa meter (90 m) di atas permukaan laut- Dalam pada itu beberapa sisa-sisa yang tidak teratur dari gunung-gunung api yang lebih tua ini muncullah dari lereng sebelah luar sejumlah gunung-gunung api, beberapa di antaranya menutup bagian selatan tepi kepundan. Yang terbesar adalah gunung Karang (1778 m) dengan kerucutnya yang teratur dan mudah dikenal. (Pannekoek, Outline of the Geomorphology of Java, p- 318-319)
Tujuan penelitian ini ingin melihat unit-unit kompleks gunung api Danau dan aspek aliran sungainya tiap unit geomorfologi. Adapun permasalahan yang hendak dibahas, terdiri dari
1. Unit-unit geomorfologi apa yang dijumpai di kompleks gunung api Danau ?
2. Bagaimana bentuk-bentuknya yang masih nampak sekarang ?
3. Bagaimana pola aliran dan kerapatan aliran sungainya tiap unit geomorfologi "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1990
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abriyanto Putra Setiawan Nugraha
"Batu bara sebagai sumber daya energi yang keberadaannya melimpah di Indonesia dengan estimasi cadangan 26,2 ton menurut data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, namun memiliki nilai harga yang rendah (75,84 dolar per ton berdasarkan data ESDM bulan Januari 2021) yang membuat peningkatan permintaan batu bara dalam pemanfaatannya di industri energi. Dalam pemanfaatannya, mengetahui kualitas batu bara menjadi salah satu faktor yang penting. Penelitian yang dilakukan pada daerah Bayah Bagian Selatan ini difokuskan untuk mengetahui dua rumusan masalah peneliti yaitu mengenai karakteristik maseral dan analisis proksimat, ultimat, dan maseral pada batu bara di daerah Bayah bagian Selatan. Berdasarkan hasil analisis, maseral yang terdapat pada batu bara didaerah penelitian didominasi oleh maseral vitrinit. Submaseral vitrinit yang terkandung pada batu bara antara lain desmocollinite dan telocollinite. Selain vitrinit, maseral yang dominan terkandung yaitu inertinite. Sedangkan hasil analisis proksimat pada penelitian menunjukkan batu bara daerah penelitian didominasi kandungan abu yang dominan pada 6 sampel, kecuali pada 2 sampel lainnya. Terakhir, kadar sulfur yang didapat dari hasil analisis ultimat batu bara ada yang aman untuk digunakan pada industri dan ada yang tidak aman.

Coal as an energy resource which is abundant in Indonesia with reserves estimation 26.2 ton refers to data of Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, but has a low price value (75,84 dollars per ton based on data ESDM, January 2021) has increases people's needs of energy. In its utilization, knowing the quality of a coal is an important factor. This research was conducted in the Southern Bayah area focused on finding two formulations of namely, the microscopic characteristics of coal and proximate, ultimate, and maceral analysis of coal in the South Bayah area. Based on the results of the analysis, the maceral found in the coal in the area studied was dominated by vitrinite maceral. The vitrinites contained include, desmocollinite and telocollinite. Apart from vitrinite, the dominant maceral contained is inertinite. Meanwhile, the results of the proximate analysis in the study showed that the coal in the study area was dominated by the dominant ash content which found in all 6 samples, except for 2 samples. Finally, the sulfur content obtained from the ultimate analysis of coal determined some coal sample safe to be used in industry.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>