Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 86212 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fajar Raditya
"ABSTRAK
Latar Belakang:Penentuan jenis cairan pleura merupakan langkah awal dalam
menentukan etiologi suatu efusi pleura dan dilakukan menggunakan Kriteria Light.
Kriteria Alternatif Heffner belum banyak diteliti dan digunakan di Indonesia.
Kriteria ini memiliki kelebihan dibandingkan Kriteria Light, yaitu tidak
memerlukan pengambilan serum darah. Ultrasonografi (USG) toraks juga memiliki
nilai diagnostik dalam penentuan jenis cairan pleura serta semakin rutin dilakukan
untuk memandu torakosentesis dalam rangka mencegah komplikasi. Apabila
Ultrasonografi dapat digunakan untuk menentukan jenis cairan pleura tentunya
akan meningkatkan efisiensi pemeriksaan efusi pleura.
Tujuan: Membandingkan penambahan USG Thorax pada Kriteria Alternatif
Laboratorium dengan Kriteria Alternatif Laboratorium saja dalam mendiagnosis
eksudat/transudat pada populasi penderita efusi pleura di RSCM menggunakan
Kriteria Light sebagai baku emas.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain potong lintang dengan mengumpulkan
sampel konsekutif sebanyak 60 orang. Kriteria inklusi adalah pasien efusi pleura
dengan usia lebih dari sama dengan 18 tahun dan kriteria eksklusi adalah pasien
yang pernah dilakukan pungsi pada sisi yang sama sebelumnya. Penelitian
dilakukan di RSCM pada periode Januari-Maret 2019. Pada subyek penelitian
dilakukan pemeriksaan USG toraks dan pemeriksaan LDH,protein, dan kolesterol
cairan pleura serta LDH dan protein cairan serum darah.
Hasil: Pada pemeriksaan cairan efusi pleura menggunakan Kriteria Alternatif
Heffner didapatkan hasil Sensitivitas dan Spesifisitas sebesar 97,67 % (IK 95%
87,71-99,94) dan 94,12 % (IK 95% 71.31-99.85) . Sementara pada penambahan
USG toraks pada Kriteria Alternatif didapatkan hasil Sensitivitas dan Spesifisitas
sebesar 97,67 % (IK 95% 87,71-99,94) dan 88,24 % (IK 95% 63,56-98,54).
Simpulan: Penambahan USG Thorax pada Kriteria Alternatif Laboratorium
menurut Heffner memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang tidak lebih baik
dibandingkan dengan Kriteria Alternatif saja dalam mendiagnosis
eksudat/transudat sesuai Kriteria Light sebagai baku emas pada populasi penderita
efusi pleura di RSCM. Tetapi hasil positif USG thorax mungkin sangat membantu
untuk menentukan tatalaksana efusi komplikata lebih cepat dan efisien serta
memangkas biaya berlebihan terutama pada kasus emergensi.

ABSTRACT
Background: Determining the Nature of Pleural Effusion using Light Criteria is
the first step to find the right etiology in pleural effusion patient. The Heffner
Alternative Criteria was introduced to replace Light Criteria when there are
difficulties to obtain blood serum. The use of this new criteria is very few in
Indonesia and there are no research in Indonesian population yet. Thorax
Ultrasonography is also a routine diagnostic imaging modalities in pleural effusion.
It is used to guide safe torakosentesis procedure. The use of ultrasonography in
determining the nature of pleural effusion can increase the efficiency of pleural
effusion diagnosis.
Objective: This study analyze the diagnostic performance between Heffner
Alternative Criteria alone compare to with adding thorax USG in determining the
nature of pleural effusion using Light Criteria as gold standard.
Methods: This was a cross sectional study, using 60 consecutive samples. The
population of this study is patient in RSCM Hospital between January-March 2019.
Inclusion criteria is pelural effusion patient age 18 years old or older. Patient were
excluded if already puncture at the same side before. Thorax Ultrasonography was
done and the LDH, Protein, Cholesterol of the pleural fluid was obtained.
Results:The Sensitivity and Specificity of Heffner Alternative Criteria alone were
97,67 % (CI 95% 87,71-99,94) and 94,12 % (CI 95% 71.31-99.85). The Sensitivity
and Specificity of Heffner Alternative Criteria with added Thorax Ultrasonography
were 97,67 % (CI 95% 87,71-99,94) dan 88,24 % (CI 95% 63,56-98,54).
Conclusions: Adding Ultrasonography to Heffner Alternative Criteria was not
improving the already very good Sensitivity and Specificity of Heffner Alternative
Criteria alone in determining the nature of pleural effusion. But a positive result
from the Ultrasonography may reduce time and cost for the management of
complicated pleural effusion especially in emergency cases.
"
2019
T55521
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fajar Raditya
"Pendahuluan:Penentuan jenis cairan pleura menggunakan Kriteria Light merupakan langkah awal dalam diagnosis suatu efusi pleura. Kriteria Alternatif Heffner belum banyak diteliti dan digunakan di Indonesia. Kriteria ini memiliki kelebihan dibandingkan Kriteria Light, yaitu tidak memerlukan pengambilan serum darah. Ultrasonografi (USG) toraks juga memiliki nilai diagnostik dalam penentuan jenis cairan pleura dan penggunaannya semakin rutin. Apabila Ultrasonografi dapat digunakan untuk menentukan jenis cairan pleura tentunya akan meningkatkan efisiensi.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain uji diagnostik dengan sampel konsekutif sebanyak 60 orang untuk membandingkan penambahan USG Thorax pada Kriteria Alternatif Laboratorium dengan Kriteria Alternatif Laboratorium saja dalam mendiagnosis eksudat/transudat. Kriteria inklusi adalah pasien efusi pleura dengan usia lebih dari sama dengan 18 tahun dan kriteria eksklusi adalah pasien yang pernah dilakukan pungsi pada sisi yang sama sebelumnya. Penelitian dilakukan di RSCM pada Januari-Maret 2019. Pada subyek penelitian dilakukan pemeriksaan USG toraks dan pemeriksaan LDH,protein, dan kolesterol cairan pleura serta LDH dan protein cairan serum darah.
Hasil: Pada pemeriksaan cairan efusi pleura menggunakan Kriteria Alternatif Heffner didapatkan hasil Sensitivitas dan Spesifisitas sebesar 97,67 % (IK 95% 87,71-99,94) dan 94,12 % (IK 95% 71.31-99.85) . Sementara pada penambahan USG toraks pada Kriteria Alternatif didapatkan hasil Sensitivitas dan Spesifisitas sebesar 97,67 % (IK 95% 87,71-99,94) dan 88,24 % (IK 95% 63,56-98,54).
Diskusi: Kriteria Alternatif Heffner memiliki sensitifitas dan spesifisitas yang baik dalam menentukan eksudat/transudate. Nilai sensitifitas dari penambahan USG tidak lebih baik dalam mendiagnosis eksudat/transudat. Hasil gambaran efusi pleura kompleks pada USG dapat bermanfaat untuk perencanaan awal kasus eksudat.
Simpulan: Penambahan USG Thorax pada Kriteria Alternatif Laboratorium menurut Heffner memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang tidak lebih baik dibandingkan dengan Kriteria Alternatif saja dalam mendiagnosis eksudat/transudat sesuai Kriteria Light sebagai baku emas pada populasi penderita efusi pleura di RSCM

Introduction: Determining the Nature of Pleural Effusion using Light Criteria is the first step to find the right etiology in pleural effusion patient. The Heffner Alternative Criteria was introduced to replace Light Criteria when there are difficulties to obtain blood serum. The use of this new criteria is very few in Indonesia and there are no research in Indonesian population yet. Thorax Ultrasonography is also a routine diagnostic imaging modalities in pleural effusion. It is used to guide safe thoracocentesis. The use of ultrasonography thereby can increase efficiency.
Methods: This was a cross sectional diagnostic study, using 60 consecutive samples. The population of this study is patient in RSCM Hospital between January-March 2019. Inclusion criteria is pelural effusion patient age 18 years old or older. Patient were excluded if already puncture at the same side before. Thorax Ultrasonography was done and the LDH, Protein, Cholesterol of the pleural fluid was obtained.
Discussion: Heffner alternative criteria had a good sensitivity and specificity in diagnosing exudate/transudate. But the sensitivity of adding USG was not better in diagnosing exudate/transudate. USG could have benefits in early planning intervention for exudate.
Results:The Sensitivity and Specificity of Heffner Alternative Criteria alone were 97,67 % (CI 95% 87,71-99,94) and 94,12 % (CI 95% 71.31-99.85). The Sensitivity and Specificity of Heffner Alternative Criteria with added Thorax Ultrasonography were 97,67 % (CI 95% 87,71-99,94) dan 88,24 % (CI 95% 63,56-98,54).
Conclusions:Adding Ultrasonography to Heffner Alternative Criteria was not improving the already very good Sensitivity and Specificity of Heffner Alternative Criteria alone in determining the nature of pleural effusion."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Patrianef Darwis
"Introduction: In 2010, the American Venous Forum developed a Venous Clinical Severity Score (VCSS) scoring system to assess the severity of Chronic Venous Insufficiency (CVI), where this system was said to be more comprehensive than the CEAP system. However, VCSS validation was still lacking. The purpose of this study was to examine VCSS for reflux and leg vein diameter based on ultrasonography. Method: This study was a cross-sectional diagnostic test on women workers with standing work positions of 114 people (228 limbs) in Jakarta. VCSS assessment and ultrasound examinations were carried out on all subjects. The relationship between VCSS with reflux and leg vein diameter was analyzed using an odds ratio with a 95% confidence interval. Results: From 228 examined limbs, the VCSS score of 0-3 was 18.4%, and the score of ≥4 was 81.6%. Reflux was found in 21.9% of the limbs. There was a significant relationship between VCSS and reflux in leg veins. The diameter of the great saphenous vein was between 2.1-12.2 mm, the femoral vein was 7.1-17 mm, the popliteal vein as 3-11.4, and the small saphenous vein was 1.7-7mm. When VCSS was analyzed for association with venous diameter, a significant relationship was found. VCSS sensitivity compared with reflux based on USG was 78%, specificity was 98.31%, positive predictive value was 92.86%, and the negative predictive value was 93.86%.Conclusion: From the results of this study, it was concluded that the VCSS score could be used as a method for assessing chronic venous insufficiency. Although VCSS is was to assess the severity of the chronic venous disease, VCSS can also be used for screening because it shows a good relationship with the reflux and venous diameter of the limbs based on ultrasound."
Jakarta: PESBEVI, 2020
616 JINASVS 1:1 (2020)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Khairun Niswati
"ABSTRAK
Tujuan Mengetahui perbandingan sensitivitas antara pemeriksaan USG dan radiografi spot dalam menilai lesi proses aktif di tulang iga berdasarkan hasil pemeriksaan skintigrafi planar tulang pada pasien dengan keganasan. Metode Penelitian analitik potong lintang ini dilakukan terhadap 13 pasien keganasan dengan proses aktif pada iga yang ditemukan pada pemeriksaan skintigrafi planar tulang. Pemeriksaan radiografi spot dan ultrasonografi dilakukan terhadap 54 lesi yang ditemukan Pada tiap pemeriksaan, dinilai proses yang mendasari terjadinya proses aktif. Sensitivitas radiografi spot dan USG dibandingkan. Hasil Pada radiografi spot didapatkan 5 (9,3%) lesi akibat fraktur pada 1 (1,9%) lesid an 4 (7,4%) lesi. Ultrasonografi menggambarkan 19 (35,2%) lesi akibat fraktur pada 2 (3,7%) lesi dan metastasis 17 (31,5%). Ultrasonografi terbukti memiliki sensitivitas yang lebih tinggi dibanding radiografi spot dalam menilai proses yang mendasari proses aktif pada iga (McNemar p=0,001) Kesimpulan Ultrasonografi terhadap iga merupakan modalitas yang baik untuk menilai proses yang mendasari proses aktif pada iga yang ditemukan pada skintigrafi planar tulang pada pasien keganasan.

ABSTRACT
Objective Our aim was to compare the sensitivity between spot radiography and ultrasonography in evaluating active process on ribs in patients with malignancy. Methodes In this analytic cross sectional study, thirteen subjects with malignancy with active process on ribs seen on bone scintigraphy were selected. Spot radiography and high-resolution sonography were performed on 54 active process. In each examination, active process were reviewed for underlying process. The sensitivity of spot radiography and ultrasound were compared. Results Spot radiography revealed 5 (9.3%) to be fracture in 1 (1.9%) lesion and metastasis in 4 (7.4%) lesions. Ultrasound revealed 19 (35.2%) lesions to be fracture in 2 (3.7%) and metastasis in 17 (31.5%). Ultrasound was proven to have higher sensitivity compared to spot radiography in evaluating the underlying process of active process on ribs seen in bone scintigraphy (McNemar=0.001). Conclusion High-resolution sonography of the ribs is a useful modality in evaluating ribs active process seen in bone scintigraphy in patients with malignancy."
2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hagen-Ansert, Sandra L.
St. Louis: Mosby, 1983
616.075 43 HAG t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Odwin, Charles S.
New York: McGraw-Hill, 2012
616.07 ODW l
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Sidharta
Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
R 616.075 4 SID a
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Diki Arma Duha
"Pendahuluan: Dalam memberikan panduan pencitraan pada nefrolitotomi perkutan (PCNL), ultrasonografi telah menjadi alternatif panduan dalam PCNL bebas sinar-x yang akan mengurangi radiasi baik pada pasien maupun operator. Meta-analisis ini menilai literatur secara kritis dengan membandingkan keamanan dan kemanjuran PCNL bebas sinar-x dan PCNL yang dipandu fluoroskopi dengan sub-analisis dalam posisi terlentang dan tengkurap.
Metode: Pencarian literatur secara sistematis dilakukan menggunakan Wiley Library, Clinicalkey, dan Pubmed. Studi yang membandingkan fluoroskopi dan PCNL bebas sinar-x hingga Agustus 2020 disertakan. Hasil yang diukur termasuk tingkat bebas batu, waktu operasi, perdarahan, komplikasi, dan lama rawat rumah sakit. Meta-analisis dilakukan pada setiap hasil.
Hasil: Dari 283 artikel yang teridentifikasi dari skrining, tujuh artikel dimasukkan ke dalam analisis kuantitatif dan kualitatif. Tingkat bebas batu (p=0,50), waktu operasi (p=0,83), perdarahan (p=0,41), komplikasi (p=0,20), dan lama rawat inap (p=0,27) pada kedua kelompok secara statistik tidak berbeda. Dalam sub-analisis, ditemukan bahwa komplikasi dan perdarahan signifikan secara statistik pada kelompok rawan, p=0,05 dengan OR 0,17 (95%CI 0,03-1,00) dan p=0,02 dengan OR 0,52 (95%CI 0,30-0,92) masing-masing.
Kesimpulan: Bukti yang mendukung pendekatan pencitraan yang lebih baik masih terbatas saat ini. Namun, sebagai pendekatan alternatif untuk PCNL dengan ultrasonografi bebas x-ray, hal ini menawarkan keamanan yang lebih baik pada posisi tengkurap dan keamanan yang sebanding pada kelompok terlentang. Efikasi antara kedua kelompok ditemukan sebanding baik dalam sub-analisis terlentang dan tengkurap.

Introduction: There are imaging guidances used for percutaneous nephrolithotomy (PCNL), Ultrasonography has been an alternative for guidance in x-ray free PCNL that would reduce radiation both in patients and operators. This meta-analysis critically appraises the literature comparing the safety and efficacy of x-ray free and fluoroscopy-guided PCNL with sub-analysis in supine and prone position.
Method: A systematic literature search using Wiley Library, Clinicalkey, and Pubmed. Studies comparing fluoroscopy and x-ray free PCNL up to August, 2020 were included. The outcome measured included the stone-free rate, operative time, bleeding, complication, and hospital length. Meta-analysis was conducted for each of the outcomes.
Result: Of 283 articles identified from screening, seven were included in quantitative and qualitative analysis. The stone-free rate (p=0.50), operative time (p=0.83), bleeding (p=0.41), complication (p=0.20), and hospital length of stay (p=0.27) in both groups statistically indifferent. In sub-analysis, we found that complication and bleeding statistically significant in prone group, p=0.05 with OR 0.17 (95%CI 0.03-1.00) and p=0.02 with OR 0.52 (95%CI 0.30-0.92) respectively.
Conclusion: Evidence supporting a better imaging approach remains limited at present. However, as an alternative approach for x-ray free ultrasound-guided PCNL, it offers better safety in prone positio and comparable safety in supine group. The efficacy between both groups found comparable both in supine and prone sub-analysis.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Faranita
"Latar Belakang: Pemeriksaan D-dimer dan ultrasonografi sering dipakai untuk menegakkan diagnosis trombosis vena dalam (DVT). Walaupun demikian, kedua pemeriksaan tersebut memiliki keterbatasan jika dipakai pada pasien trauma ekstremitas bawah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meneliti tingkat akurasi dari pemeriksaan D-dimer atau ultrasonografi (USG) dalam mendiagnosis trombosis vena dalam pada pasien dengan trauma ekstremitas bawah. Metode: Pencarian literatur sistematis dilakukan pada database Pubmed, Cochrane, ProQuest, dan EBSCOhost. Hasil artikel yang diperoleh diskrining berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Artikel yang dimasukkan dalam tinjauan dilakukan telaah kritis menggunakan panduan dari The Center of Evidence Based-Medicine (CEEBM) University of Oxford untuk kategori systematic review dan Quality Assessment of Diagnostic Accuracy Studies (QUADAS). Hasil: Sebanyak 89 studi teridentifikasi dari pencarian yang dilakukan. Setelah proses inklusi dan eksklusi, 3 studi dipilih untuk dimasukkan. Ketiga studi yang ditemukan membandingkan akurasi USG dan/atau D-dimer dengan venografi, flebografi, atau USG Doppler. Pemeriksaan D-dimer menunjukkan sensitivitas dan spesifisitas pasca operasi yang mencapai 95,5% dan 91,4% dengan ambang batas 10mcg/mL, namun dengan ambang batas 4,01 mcg/mL sensitivitas hanya 71.3% dan spesifitas 44.83%. Untuk sensitivitas dan spesifitas USG beragam dengan nilai sensitivitas 18%-96% dan spesifisitas 71,8-96,5%. Diskusi: Sensitivitas dan spesifisitas D-dimer dan USG cukup baik sehingga bisa dipakai untuk mendeteksi trombosis vena dalam. Untuk meningkatkan sensitivitas dan spesifitas D-dimer, ambang batas yang lebih tinggi bisa digunakan khususnya pada skrining DVT di ekstremitas bawah. Untuk sensitivitas dan spesifitas USG variatif. Hasil telaah kritis menunjukkan risiko bias yang rendah. Kesimpulan: USG dan DVT dapat menjadi alat diagnostik awal untuk mendeteksi DVT pada pasien dengan trauma ekstremitas bawah. 

Background: The D-dimer test and ultrasonography are commonly utilized in establishing the diagnosis of deep vein thrombosis (DVT). However, both examinations have limitations when applied to patients with lower extremity trauma. The aim of this research is to investigate the accuracy of D-dimer testing or ultrasonography (USG) in diagnosing deep vein thrombosis in patients with lower extremity trauma. Methods: A systematic literature search was conducted on the Pubmed, Cochrane, ProQuest, and EBSCOhost databases. The obtained articles were screened based on inclusion and exclusion criteria. Articles included in the review underwent critical appraisal using guidelines from The Center of Evidence-Based Medicine (CEEBM) University of Oxford for systematic review categories and the Quality Assessment of Diagnostic Accuracy Studies (QUADAS). Results: A total of 89 studies were identified from the conducted search. Following the inclusion and exclusion processes, 3 studies were selected for inclusion. The three identified studies compared the accuracy of ultrasonography (USG) and/or D-dimer with venography, phlebography, or Doppler ultrasonography. D-dimer testing demonstrated postoperative sensitivity and specificity reaching 95.5% and 91.4%, respectively, with a threshold of 10 mcg/mL. However, with a threshold of 4.01 mcg/mL, sensitivity was only 71.3%, and specificity was 44.83%. Sensitivity and specificity for USG varied, with sensitivity values ranging from 18% to 96% and specificity ranging from 71.8% to 96.5%. Discussion: The sensitivity and specificity of both D-dimer testing and ultrasonography (USG) are deemed adequate, rendering them suitable modalities for the detection of deep vein thrombosis (DVT). To enhance the sensitivity and specificity of D-dimer, higher thresholds can be employed, particularly in screening for DVT in the lower extremities. The sensitivity and specificity of USG are variable. Critical appraisal results indicate a low risk of bias. Conclusion: Ultrasound (USG) and D-dimer testing can serve as early diagnostic tools to detect deep vein thrombosis (DVT) in patients with lower extremity trauma."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>