Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12017 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ina Nurul Rahmahwati
"Latar Belakang: Kesiapan pulang pasien pascabedah sendi panggul merupakan sebuah proses transisi yang dipersepsikan oleh pasien dimana proses ini dimulai dari sebelum pasien pulang sampai dengan periode setelah pasien pulang ke rumah. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan pulang pasien pascabedah sendi panggul. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelasional dengan pendekatan 'cross sectional'. Sampel terdiri dari 90 pasien pascabedah sendi panggul di dua RS yang berada di Jakarta dan Surakarta yang dipilih dengan teknik 'consecutive sampling'.
Hasil Penelitian: Hasil penelitian ini menunjukkan rata-rata kesiapan pulang pasien pacapembedahan panggul adalah 148,38 ± 31,72. Hasil analisis multivariat menunjukkan faktor yang paling berpengaruh terhadap kesiapan pulang pasien pascabedah sendi panggul adalah edukasi pulang (I=0,318). Kesimpulannya adalah jenis kelamin, status sosial ekonomi, perawatan terencana, pertama kali dirawat, pernah dirawat dengan diagnosis yang sama, lama rawat, kualitas edukasi pulang, dan koordinasi perawatan secara sama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap 44,1% kesiapan pulang pasien pascabedah sendi panggul (p=0,0001).

Background: Discharge readiness of patients post hip surgery is a transition process that is perceived by patients where the process starts from before the patient discharge to the period after the patient discharge. This study aims to identify the factors that influence the discharge readiness of patients post hip surgery. This study used a descriptive correlational design with a cross sectional approach. The sample consisted of 90 patients post hip surgery at Jakarta hospitals and Surakarta  was chosen by consecutive sampling technique.
Results: The results of this study showed that the average discharge readiness of patients post hip surgery was 148.38 ± 31.72. The results of multivariate analysis showed that the most influencing factor for patient readiness post hip surgery was discharge teaching (I = 0.318). The conclusions were gender, socioeconomic status, planned care, first hospitalization, previous hospitalization with same diagnosis, length of stay, quality of discharge teaching, and care coordination equally had a significant influence on 44.1% discharge readiness of patients post hip surgery (p = 0,0001).
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
T53278
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anas Khafid
"ABSTRAK
Latar Belakang: masalah yang sering terjadi setelah pembedahan sendi panggul yaitu defisit kekuatan otot, gangguan fisik, dan gangguan kemampuan berjalan kondisi ini dapat mengakibatkan ketidakmampuan pasien dalam menyelesaikan tugas fungsionalnya secara mandiri. Oleh karena itu, diperlukan intervensi yang berkelanjutan untuk dapat mengembalikan status fungsional pasien. Intervensi berupa program activehip exercise dengan melibatkan keluarga dilakukan untuk meningkatkan kemampuan fungsional. Tujuan: mengetahui pengaruh activehip exercise dan keterlibatan keluarga terhadap kemampuan fungsional pasien pasca pembedahan sendi pinggul. Desain penelitian: penelitian kuantitatif dengan menggunakan quasi experiment pre and post test without control group design dengan jumlah sampel 23 pasien pasca pembedahan panggul. Analisis data menggunakan uji Paired t-Test, Independet t-Tes dan Pearson Correlation. Hasil: analisis menunjukkan terdapat pengaruh activehip exercise dan keterlibatan keluarga dilihat dari adanya perbedaan rerata nilai status fungsional sebelum dan sesudah intervensi (p=0,0001). Hasil analisis bivariat menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara usia (0,001) dan nyeri (0,001) terhadap status fungsional. Kesimpulan: adanya pengaruh activehip exercise dengan keterlibatan keluarga terhadap status fungsional pasien paca pembedahan panggul.

ABSTRACT
Background: Problems that usually happen after hip joint surgery are deficits in muscle strength, physical disorders, and impaired difficulties to walk or impaired mobility. These conditions can causes patient inablity to to fullfill their functional tasks independently. Therefore, a intervention is required to return functional status optimally. This intervention which is Activehip exercise which is modified with the family involvement was conducted to improve functional abilities. Objective: to identifiy the effect of Activehip exercise and family involvement on the functional abilities of patients after hip joint surgery. Design study: Quantitative research using quasi pre and posttest experiments without control group design with 23 patients after hip joint surgery as a sample. Data analysis used Paired t-Test, Independent t-Test and Pearson Correlation. Results: the result showed that there was an effect of Activehip exercise and family involvement as seen from the difference in mean functional status values before and after the intervention (p = 0.0001). The results of the bivariate analysis showed a significant relationship between age (0.001) and pain (0.001) to status functional. Conclusion: There was an effect of Activehip exercise and family involvement on the functional status of hip joint surgery's patients."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia , 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aria Wahyuni
"Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah suatu bentuk gangguan pembuluh darah koroner yang termasuk dalam ketegori arterosklerosis. Ketidaksiapan pasien PJK pulang dari rumah sakit akan berdampak terhadap rawatan ulang sebagai akibat dari pelaksanaan program discharge planning yang belum efektif selama dirawat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan discharge planning terhadap kesiapan pulang pasien penyakit jantung koroner.
Penelitian ini menggunakan desain quasi experiment dengan pendekatan non-equivalent post test only control group design. Jumlah sampel 32 orang yang terbagi atas 16 orang kelompok kontrol dan 16 orang kelompok intervensi dan dilakukan di tiga rumah sakit di Kota Bukittinggi.
Hasil penelitian didapatkan adanya pengaruh penerapan discharge planning terhadap kesiapan pulang pasien penyakit jantung koroner yang terdiri dari status personal, pengetahuan, kemampuan koping, dan dukungan (p= 0,001; α= 0,05). Penelitian ini merekomendasikan discharge planning yang baik dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas asuhan keperawatan dan kualitas hidup pasien penyakit jantung koroner."
Jakarta: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
600 UI-JKI 15:3 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Aria Wahyuni
"Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah suatu bentuk gangguan pembuluh darah koroner yang termasuk dalam ketegori arterosklerosis. Ketidaksiapan pasien PJK pulang dari rumah sakit akan berdampak terhadap rawatan ulang sebagai akibat dari pelaksanaan program discharge planning yang belum efektif selama dirawat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan discharge planning terhadap kesiapan pulang pasien penyakit jantung koroner. Penelitian ini menggunakan desain quasi experiment dengan pendekatan non-equivalent post test only control group design. Jumlah sampel 32 orang yang terbagi atas 16 orang kelompok kontrol dan 16 orang kelompok intervensi dan dilakukan di tiga rumah sakit di Kota Bukittinggi. Hasil penelitian didapatkan adanya pengaruh penerapan discharge planning terhadap kesiapan pulang pasien penyakit jantung koroner yang terdiri dari status personal, pengetahuan, kemampuan koping, dan dukungan (p= 0,001; α= 0,05). Penelitian ini merekomendasikan discharge planning yang baik dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas asuhan keperawatan dan kualitas hidup pasien penyakit jantung koroner."
Jakarta: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
610 JKI 15:3 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Aria Wahyuni
"Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah suatu bentuk gangguan pembuluh darah koroner yang termasuk dalam ketegori
arterosklerosis. Ketidaksiapan pasien PJK pulang dari rumah sakit akan berdampak terhadap rawatan ulang sebagai akibat dari
pelaksanaan program discharge planning yang belum efektif selama dirawat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
penerapan discharge planning terhadap kesiapan pulang pasien penyakit jantung koroner. Penelitian ini menggunakan
desain quasi experiment dengan pendekatan non-equivalent post test only control group design. Jumlah sampel 32 orang yang
terbagi atas 16 orang kelompok kontrol dan 16 orang kelompok intervensi dan dilakukan di tiga rumah sakit di Kota Bukittinggi.
Hasil penelitian didapatkan adanya pengaruh penerapan discharge planning terhadap kesiapan pulang pasien penyakit jantung
koroner yang terdiri dari status personal, pengetahuan, kemampuan koping, dan dukungan (p= 0,001; α= 0,05). Penelitian ini
merekomendasikan discharge planning yang baik dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas asuhan keperawatan dan kualitas
hidup pasien penyakit jantung koroner.
Coronary Heart Disease (CHD) is a form of blood vessel disorder that belongs to the category of coronary atherosclerosis. An
unreadiness of patients with CHD to go home from the hospital will have an impact on readmission as a result of ineffective
discharge planning program during hospitalized. The purpose of this study was to examine the effect of the implementation of
discharge planning program on the readiness to be discharged from the hospital. A quasi experiment with non-equivalent post
test only control group design was employed. The participant of the study was 32 respondents devided into control and
intervention groups, each had 16 respondents who were taken from three hospitals in Bukittingi. The result showed that
discharge planning program has significance influence on patient?s perception of their readiness to be discharged from the
hospital, it consisting of personal status, knowledge, coping ability, and support (p= 0.001; α= 0.05). This study recommends
that a good discharge planning program can be implemented to improve the quality of nursing care, to reduce the risk of
readmission to the hospital and the quality of life of patients with coronary heart diseases."
STIKES Fort De Kock Bukittinggi Keperawatan Medical Bedah ; Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
610 JKI 15:3 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nababan, Friska
"Latar belakang. Berdasarkan analisis dari database online Global Burden of Disease (GBD), tingkat insiden penyakit jantung bawaan (PJB) di seluruh dunia ialah 17,9/1000. Indonesia Heart Association menyatakan bahwa angka kejadian PJB hingga tahun 2019 sebesar 43.200 kasus dari 4,8 juta angka kelahiran dengan perkiraan sebesar 2,4% kasus sudah mendapatkan penanganan bedah. IDEAL discharge planning ditemukan dapat meningkatkan tanggung jawab akan perawatan yang kompleks, meningkatkan kepuasan pasien dan orangtua/pengasuh, dan mencegah pengeluaran biaya kesehatan dan readmisi yang tidak diinginkan. Tujuan. Penelitian ini bertujuan melihat pengaruh IDEAL discharge planning terhadap kesiapan orang tua merawat anak di rumah paska operasi jantung dan terhadap tingkat readmisi. Metode. Metode penelitian menggunakan quasi eksperimental post test only dengan besar sampel 81 orang. Hasil. Hasil yang didapatkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok intervensi dan kontrol terhadap kesiapaan orang tua merawat anak (p-value: 0,19). Perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok ditemukan pada tiga dari empat domain kesiapan orang tua (p-value <0,05). Sementara itu, tidak ada perbedaan signifikan akan tingkat readmisi pada kedua kelompok (p-value: 0,42). Usia orang tua menjadi faktor paling berpengaruh terhadap kesiapan orang tua. Lama perawatan di rumah sakit menjadi faktor paling berpengaruh terhadap kejadian readmisi. Diskusi. Program terstruktur dengan adanya keterlibatan orang tua dalam perawatan (family involvement care) dalam setiap level perawatan dapat dipertimbangkan untuk membantu meningkatkan proses transisi orang tua. Aplikasi berbasis mobile dan penggunaan chat board perlu untuk dipertimbangkan dalam membantu staff rumah sakit dalam proses follow up kondisi pasien setelah berada di rumah.

Background. Based on an analysis of the Global Burden of Disease (GBD) online database, the incidence rate of congenital heart disease (CHD) worldwide is 17,9/1000. In Indonesia, the incidence of PJB until 2019 was 43,200 cases from 4.8 million births, with an estimated 2.4% of cases having received surgical treatment. IDEAL discharge planning was found to increase responsibility for complex care, increase patient and parent/caregiver satisfaction, and prevent unwanted health expenses and readmissions. Aim. This study aims to see the effect of IDEAL discharge planning on the readiness of parents to care for children at home after heart surgery and the rate of admission. Method. The research method used was a quasi-experimental post-test with a sample size of 81 people. Result. The results showed that there was no significant difference between the two intervention groups and controls on whom parents cared for children (p-value: 0,19). Significant differences between the two groups were found in three of the four parental readiness domains (p-value <0.05). Meanwhile, the two groups had no significant difference in the readmission rate (p-value: 0.42). The age of the parents becomes a factor that is most influential on parental readiness. The length of hospital stay is the most influential factor in the incidence of readmission. Discussion. A structured program with family involvement at each level of care may be considered to help improve the parental transition process. Mobile-based applications and chat boards need to be considered in assisting hospital staff in following up on the patient's condition at home."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mely Mudjahidah
"Persentase penduduk usia lanjut di Indonesia meningkat sekitar dua kali lipat dalam lima dekade terakhir. Pasien usia lanjut yang akan menjalani pembedahan mempunyai risiko mengalami komplikasi pascabedah. Pengkajian Paripurna Pasien Geriatri (P3G) dan klasifikasi ASA dapat digunakan untuk mengevaluasi kesehatan pasien geriatri. Program prehabilitasi yang direkomendasikan oleh berbagai guideline perioperatif untuk memperbaiki kesehatan fisik dan status fungsional preoperatif dapat meningkatkan pemulihan pascabedah dan luaran klinis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan komponen P3G, status ASA dan prehabilitasi preoperatif terhadap komplikasi pascabedah 30 hari pasien usia lanjut yang menjalani pembedahan artroplasti panggul dan lutut elektif dan untuk mengembangkan model prediksi komplikasi pascabedah 30 hari berdasarkan faktor prediktor tersebut. Penelitian ini adalah penelitian kohort retrospektif yang menggunakan data sekunder dari rekam medis pasien usia lanjut yang menjalani pembedahan artroplasti panggul dan lutut elektif di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo periode Januari 2017 – Oktober 2022. Performa pengembangan model prediksi komplikasi pascabedah 30 hari dilakukan dengan menentukan nilai kalibrasi (uji Hosmer-Lemeshow) dan diskriminasi (Area Under the Curve [AUC]). Didapatkan 144 pasien yang telah memenuhi kriteria dan dapat dianalisis. Angka komplikasi pascabedah 30 hari sebesar 29,2%. Faktor yang dianalisis sebagai prediktor komplikasi di antaranya status depresi (HR=5,11; IK95% 2,549-10,244), status frailty (HR=2,44; IK95% 1,329-4,473), komorbiditas (HR=1,53; IK95% 0,786-2,982) serta prehabilitasi preoperatif (HR=1,77; IK95% 0,906-3,459). Model prediksi komplikasi pascabedah 30 hari memiliki kualitas kalibrasi dan diskriminasi yang baik dan cukup kuat [AUC 0,690 (p<0,001; IK 95% 0,586-0,794)]. Status depresi, status frailty, komorbiditas dan prehabilitasi preoperatif berhubungan dengan komplikasi pascabedah 30 hari  pada pasien usia lanjut yang menjalani pembedahan artroplasti panggul dan lutut elektif. Model prediksi komplikasi pascabedah 30 hari memiliki kualitas kalibrasi dan diskriminasi yang baik dan cukup kuat.

The percentage of the geriatric population in Indonesia has roughly doubled in the last five decades. Elderly patients who will undergo surgery are at risk of experiencing postoperative complications. The Comprehensive Geriatric Assessment (CGA) and ASA Classification can be used to evaluate the health of geriatric patients. Prehabilitation programs that various preoperative guidelines suggest to improve physical health and preoperative functional status may increase the rate of postoperative recovery and clinical outcomes. This study aims at determining the relationship between the CGA components, ASA status, and preoperative prehabilitation on complications within 30 days after the surgery in elderly patients undergoing elective hip and knee arthroplasty, as well as developing a prediction model for 30-day postoperative complications. This research is a retrospective cohort study using secondary data from medical records and interviews with elderly patients who underwent elective hip and knee arthroplasty at Cipto Mangunkusumo Hospital between January 2017 and October 2022. The performance of the 30-day postoperative complication predictor model was measured by determining the calibration (Hosmer-Lemeshow test) and discrimination (Area Under the Curve [AUCC]) value. 144 patients who met the criteria were analyzed. The 30-day postoperative complication rate was 29.9%. The factors analyzed as complication predictors including depression status (HR=5.11; 95%CI 2.549-10.244), frailty status (HR=2.44; 95%CI 1.329-4.473), comorbidity (HR=1.53; 95%CI 0.786-2.982) and preoperative prehabilitation (HR=1.77; 95%CI 0.906-3.459). The 30-day postoperative complication prediction model has good and strong enough calibration and discrimination qualities [AUC 0.690 (p<0.001; 95% CI 0.586-0.794)]. Depressive status, frailty status, comorbidity, and preoperative prehabilitation were significantly associated with 30-day postoperative complications in elderly patients undergoing elective hip and knee arthroplasty surgery. The 30-day postoperative complication prediction model has good and strong enough calibration and discrimination qualities."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tatang Sutisna
"ABSTRAK
Total Hip Replacement THR merupakan salah satu tindakan bedah rekonstruktif penggantian sendi panggul akibat gangguan anatomi, fungsi tubuh yang mengganggu dan berpengaruh terhadap status fungsional. Tujuan penelitian teridentifikasinya faktor-faktor yang berhubungan dengan status fungsional pasien paska operasi THR. Penelitian ini menggunakan desain case control. Penetapan jumlah sampel menggunakan nonprobability sampling dengan metoda consecutive sampling. Hasil penelitian didapatkan distribusi frekuensi status fungsional dengan menggunakan Hip Haris Score HHS proporsi responden yang mengalami gangguan status fungsional mencapai 24,4 kelompok kasus dimana diantara variabel yang mempunyai hubungan yaitu usia, program rehabilitasi dan lama rawat dengan status fungsional pasien paska operasi THR. Pada kelompok kasus usia merupakan faktor paling besar mempengaruhi status fungsional setelah dikontrol oleh program rehabilitasi dan lama rawat dengan nilai odd ratio OR usia 31,30 p value =0,031, program rehabilitasi OR 28,21, p value=0,056 dan lama rawat OR 12,99 dengan p value=0,093. Pada kelompok case penelitian ini merekomendasikan melakukan latihan meningkatkan status fungsional terintegrasi dengan memperhatikan kemampuan dan kelompok usia.

ABSTRACT
AbstractTotal Hip Replacement THR is one of the reconstructive surgery of hip joint replacements which is done due to anatomic disorder, disturbing body function and effect on functional status. The purpose of the study is to identify the factors associated with the functional status of patients post THR surgery. This research uses case control design. Nonprobability sampling with consecutive sampling method is used to determine a number of samples. The result of this research shows that the functional status of frequency distribution using Hip Haris Score HHS proportion of respondents who have functional status disorder reached 24,4 case group where among variables possess age relationship, rehabilitation program and length of stay with functional status of patient after THR surgery. In the age group, it was the greatest factor affected functional status after controlled by rehabilitation program and length of stay with the value of odd ratio OR age 31,30 p value 0,031, rehabilitation program OR 28,21, p value 0,056 and length of treatment OR 12,99, p value 0,018. Based on the result, this case study group recommends for further research to do exercise enhancing functional status integrated with attention to ability and age group."
2018
T49404
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sancka Stella Ganiasnda Sihura
"Perencanaan Pemulangan Pasien (P3) menjadi salah satu standar yang harus dipenuhi dalam standar nasional akreditasi rumah sakit. Namun, pelaksanaan dan pendokumentasian P3 belum optimal. Perlu adanya peningkatan pengetahuan terkait P3, yang salah satunya didapat dari aktivitas belajar mandiri dalam dunia kerja (workplace learning). Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan kesiapan penerapan self-directed learning dengan pengetahuan perawat pelaksana dalam P3 di RSUP Fatmawati Jakarta.
Desain penelitian menggunakan deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional pada 110 perawat yang dipilih dengan purposive sampling. Alat ukur menggunakan Self Directed Learning Readiness Scale (SDLRS) untuk mengukur kesiapan penerapan SDL, dan Kuesioner Pengetahuan Perawat Pelaksana dalam P3.
Hasil uji statistik menyatakan bahwa kesiapan penerapan SDL dengan pengetahuan perawat dalam P3 memiliki hubungan yang signifikan (p value 0.005). Perawat pelaksana yang mempunyai kesiapan SDL yang negatif berpeluang untuk berpengetahuan baik sebesar 6 kali dibandingkan dengan perawat yang memiliki kesiapan pembelajaran mandiri yang positif (95% CI OR 1.780;19,275). Besaran koefisien determinan diketahui bahwa kesiapan penerapan SDL berpengaruh sebesar 13.3% terhadap pengetahuan perawat pelaksana dalam P3, dan sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.
Rekomendasi diberikan agar manajer keperawatan meyakini seorang perawat sebagai long-life learner, meningkatkan peran dan fungsi manajemen, serta menciptakan lingkungan, budaya dan iklim organisasi untuk melakukan pembelajaran mandiri di dalam dunia kerja.

Discharge Planning is one of the standard that must be found in hospital accreditation. However, the implementation and documentation of discharge planning is not optimal. There needs to be an increase in knowledge related to discharge planning, one of which is obtained from self-learning activities in the workplace (workplace learning). This study aims to identify the relationship of self-directed learning readiness with the knowledge of discharge planning at Fatmawati Hospital, Jakarta.
The study design used descriptive correlation with cross sectional approach on 110 nurses selected by purposive sampling. Instrument uses the Self Directed Learning Readiness Scale (SDLRS) and the Implementing Nurse Knowledge Questionnaire in discharge planning.
The results of the statistical test stated that the readiness to implement SDL with nurses knowledge in discharge planning had a significant relationship (p value 0.005). Implementing nurses who have negative SDLRS readiness have the opportunity to have good knowledge 6 times compared to nurses who have positive SDLRS (95% CI OR 1,780; 19,275). SDLRS has an effect of 13.3% on the knowledge of nurse implementers in discharge planning, and the remainder is influenced by other factors.
Recommendations are given so that nursing managers believe in a nurse as a long-life learner, enhance the role and function of management, and create an organizational environment, culture and climate to conduct independent learning in the world of work.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
T54392
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Febrina Alivia Wantania
"Latar Belakang: Hipotermia pascabedah seringkali terjadi pada pasien geriatri karena adanya penurunan fisiologi tubuh. Hipotermia pada pasien geriatri dapat berhubungan dengan peningkatan risiko morbiditas dan mortalitas, lama rawat inap serta komplikasi pasca pembedahan yang lebih tinggi. Lingkungan kamar bedah di Indonesia, keterampilan operator dan ketersediaan obat anestesia berbeda dengan negara lain. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara jenis anestesia, jenis operasi, dan durasi operasi terhadap hipotermia pascabedah pada pasien geriatri di RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional analitik retrospektif terhadap 95 pasien geriatri yang menjalani pembedahan dengan anestesia umum dan kombinasi anestesi umum regional di RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo pada bulan November 2018 Januari 2019. Kriteria inklusi adalah pasien dengan usia lebih dari sama dengan 60 tahun dan menjalani prosedur bedah elektif. Kriteria eksklusi adalah pasien yang rekam medisnya tidak lengkap dan menjalani pembedahan dengan durasi kurang dari satu jam.
Hasil: Pada penelitian ini didapatkan prevalensi hipotermia pascabedah sebesar 63.15%. Hasil uji Fisher antara jenis anestesia dengan hipotermia pascabedah pada pasien geriatri menghasilkan nilai p sebesar 0.529. Hasil uji Chi Square antara jenis operasi dengan hipotermia pascabedah pada pasien geriatri menghasilkan nilai p sebesar 0.677. Hasil uji Chi Square antara durasi operasi dengan hipotermia pascabedah pada pasien geriatri menghasilkan nilai p sebesar 0.495.
Kesimpulan: Jenis anestesia, jenis operasi, dan durasi operasi tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan hipotermia pascabedah pada pasien geriatri.

Background: Postoperative hypothermia occurs in geriatric patients as their physiological functions have decreased. Hypothermia in geriatric patients can be associated with an increased risk of morbidity and mortality, length of stay and higher post surgical complications. The operating room environment in Indonesia, operator skills and supply of anesthetic drugs are different from other countries. The objective of this study was to analyze the relationship between types of anesthesia, types of surgery, and duration of surgery with post surgery hypothermia in geriatric patients at RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo.
Methods: This was a retrospective analytic cross sectional study for 95 geriatric patients undergoing surgery under general anesthesia and a combination of general regional anesthesia at RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo in November 2018 January 2019. The inclusion criteria was patients older than 60 years old and undergoing elective surgical procedures. Exclusion criteria was patients whose medical records were incomplete and undergoing surgery with a duration of less than an hour.
Results: It was found that the prevalence of postoperative hypothermia was 63.5%. Fishers test results between types of anesthesia with postoperative hypothermia in geriatric patients resulted in P value of 0.529. Chi Square test results between types of surgery with postoperative hypothermia in geriatric patients resulted in P value of 0.677. Chi Square test results between the duration of surgery with postoperative hypothermia in geriatric patients resulted in P value of 0.495.
Conclusion: The types of anesthesia, types of surgery, and duration of surgery did not have a significant association with postoperative hypothermia in geriatric patients."
Depok: Fakultas Kedokteran Univeritas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>