Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 135975 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Annisa Febriana
"Kesehatan reproduksi remaja perlu mendapakan perhatian berbagai pihak, Namun remaja belum memanfaat kan pelayanan kesehatan secara berkualitas karena kurang dukungan keluarga dan \pengetahuan tentang fasilitas pelayanan kesehatan reproduksi yang tersedia. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi hubungan dukungan keluarga terhadap kualitas pemanfaatan layanan kesehatan reproduksi remaja. Metode penelitian menggunakan desain deskriftif korelasional dengan pendekatan cross sectional. Sampel sebanyak 370 orang remaja di wilayah kerja Puskesmas Martapura 1 yang diambil secara acak. Data dianalisis menggunakan uji univariat, bivariat dan multivariat menggunakan korelasi spearman. Hasil penelitian menunjukan ada hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan pemanfaatan layanan kesehatan reproduksi remaja. Hasil penelitian ini merekomendasikan agar keluarga memberikan dukungan kepada remaja baik dukungan informasional, emosional, instrumental maupun penilaian untuk meningkatkan pemanfaatan layanan kesehatan reproduksi, dan perawat berperan penting untuk meningkatkan sosialisasi kepada orangtua dan remaja melalui kunjungan rutin kepada keluarga dengan remaja untuk memberikan edukasi mengenai kesehatan reproduksi dan pentingnya pemanfaatan layanan kesehatan reproduksi
dolescent reproductive health needs to get the attention of various parties, but adolescents have not utilized quality health services because of lack of family support and knowledge of available reproductive health care facilities. The purpose of this study is to identify the relationship of family support to the quality of utilization of adolescent reproductive health services. The research method uses descriptive correlational design with cross sectional approach. A sample of 370 teenagers in the work area of ​​ Martapura 1 health center was taken randomly. Data were analyzed using univariate, bivariate and multivariate tests using spearman correlation. The results showed that there was a significant relationship between family support and the quality of utilization of adolescent reproductive health services. The results of this study recommend that families provide support to adolescents both informational, emotional, instrumental and assessment support to improve the use of reproductive health services, and nurses play an important role in increasing socialization to parents and adolescents through regular visits to families with adolescents to provide education on reproductive health and the importance of using reproductive health service"
2019
T52931
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri Astriana Lestari
"Sikap kesehatan reproduksi remaja dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah jenis sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan sikap kesehatan reproduksi siswa antara SMA negeri dan SMA berbasis agama. Penelitian ini menggunakan desain kuantitatif komparatif dengan pendekatan cross sectional. 104 responden dari SMA di Depok diperoleh dengan menggunakan teknik cluster random sampling. Hasil analisis chi square menunjukkan ada perbedaan yang signifikan antara sikap kesehatan reproduksi siswa SMA negeri dan SMA berdasarkan agama (p = 0,000, CI 95%). Perbedaan tersebut dapat terjadi karena pengaruh tingkat religiusitas, lingkungan sekolah dan teman sebaya. Hasil ini merekomendasikan adanya peningkatan program pendidikan kesehatan reproduksi di sekolah menengah atas melalui pendekatan pendidikan agama.
The attitude of adolescent reproductive health is influenced by several factors, one of which is the type of school. This study aims to determine the differences in the reproductive health attitudes of students between state high schools and religion-based high schools. This study used a comparative quantitative design with a cross sectional approach. 104 respondents from SMA in Depok were obtained using cluster random sampling technique. The results of the chi square analysis showed that there was a significant difference between the reproductive health attitudes of public high school and senior high school students based on religion (p = 0.000, 95% CI). These differences can occur due to the influence of the level of religiosity, school environment and peers. These results recommend an increase in reproductive health education programs in senior secondary schools through the religious education approach."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Timur Purbowati
"Keberagaman pemahaman santri putri mengenai kesehatan reproduksi khususnya pada pondok pesantren tradisional diakibatkan keterbatasan sarana penunjang serta kurangnya dukungan pihak luar pesantren terkait persoalan kesehatan reproduksi. Tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengetahui gambaran pengetahuan santri putri pondok pesantren tentang kesehatan reproduksi di Kabupaten Tangerang Tahun 2017 yang berkaitan dengan kurikulum pendidikan yang diterapkan, metode pengajaran yang dilakukan oleh guru, minat para santri terhadap kegiatan ekstrakulikuler, media informasi dan pengalaman pribadi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi remaja.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan jenis penelitian Rapid Accessment Procedure RAP dengan pengumpulan data dengan diskusi kelompok terarah dan wawancara mendalam pada santri putri dan guru.
Hasil penelitian menyebutkan bahwa pengetahuan pemahaman santri putri pondok pesantren sangat beragam mengenai kesehatan reproduksi, sehingga ada baiknya dilakukan kerjasama lintas sektoral antara Kemendiknas, Kemenkes dan Kemenag agar dibuatkan satu kurikulum di dalamnya mencakup unsur mengenai kesehatan reproduksi yang dapat diterapkan pada pondok pesantren tradisional dan juga modern sehingga diharapkan para santri dapat memiliki pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi yang lebih seragam.

Variety understanding of female santri on reproductive health especially at traditional boarding school caused by limited of supporting facilities and lack of support from outside party of boarding school related to reproductive health problem. Objective of this research is to knowing description about knowledge of female santris Islamic boarding school about reproductive health in Regency Tangerang Year 2017 which relate with curriculum education that applied, teaching metodhe which conducted by teacher, interest of the student against extraculiculler activity, information media and personal experience that related with adolescent reproductive health.
This research is using qualitative approach with Rapid Accessment Procedure RAP through Focus Group Disscussion FGD and indepth interview methode to female santris and using indepth interview to the teacher.
Result of this research is mention that Islamic boarding school santris have a variety of knowledge or understanding about reproductive health, so it is better to do cooperation cross sectoral between Kemendiknas,Kemenkes and Kemenag so can be created one particular curricullum which is include reproductive health that can be applied to the traditional and modern Islamic boarding school, so the santris can get more similar knowledge about reproductive health.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S69037
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Population Council, 1998
613.208 3 ADO
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Walidah Mailina Istiqomah
"Rendahnya pendidikan memberikan dampak hampir 48,1% dari remaja SMP/MTs tidak melanjutkan jenjang sekolah yang lebih tinggi di Jepara dengan demikian diharapkan pengetahuan kesehatan reproduksi yang di dapat di sekolah formal SMP/MTs mampu memberikan pengetahuan yang baik sebelum siswa tidak melanjutkan sekolah dan mengahadapi pergaulan bebas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan pendidikan kesehatan reproduksi di SMP/MTs binaan Puskesmas dengan Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) di Jepara, menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan Rapid Assesment Procedure (RAP).
Didapatkan hampir semua sekolah belum mempunyai kebijakan yang berkaitan dengan penerapan kesehatan reproduksi, pemberian materi kesehatan reproduksi yang dilakukan oleh guru secara sepintas, fasilitas, materi pengajaran serta informasi tentang kesehatan reproduksi yang sebagian besar diambil dari internet dan dana yang seadanya serta belum adanya pelatihan yang konsisten terhadap petugas Puskesmas, kerjasama dengan puskesmas belum menghapus anggapan tabu yang masih dimiliki sebagian guru maupun siswa. Hal tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi penerapan pendidikan kesehatan reproduksi di sekolah SMP/MTs di Jepara. Kesimpulannya Penerapan Pendidikan Kesehatan Reproduksi di Sekolah belum berjalan.

The low level of education affects almost 48.1% of junior high school teenagers do not continue higher education in Jepara thus expected knowledge of reproductive health that can in formal school of SMP / MTs able to give good knowledge before students do not continue their school. This study aims to determine the implementation of reproductive health education in SMP / MTs targeted Puskesmas with Adolescent Friendly Health Services in Jepara, using qualitative method with Rapid Assessment Procedure (RAP) approach.
It is found that almost all schools have no policies related to reproductive health practices, the provision of reproductive health materials by teachers only in passing, facilities, teaching materials as well as information on reproductive health, mostly from the internet, modest funds and lack of consistent training to the Puskesmas staff also the cooperation with the puskesmas has not erased the taboo assumption that some teachers still have. This is a challenge for the implementation of reproductive health education in junior high schools in Jepara.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T50025
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vonyca Dovis
"Lokalisasi merupakan tempat transaksi seksual antara penjual dan pembeli jasa seksual. Remaja putri menjadi pihak yang paling rentan terhadap situasi di lokalisasi karena organ reproduksi yang belum matang dan dampaknya terhadap kesehatan reproduksi remaja di masa yang akan datang. Studi fenomenologi dipilih untuk mengidentifikasi pengalaman sepuluh remaja putri yang tinggal di daerah lokalisasi dalam menjaga kesehatan reproduksinya. Hasil riset dengan thematic content analyzis ditemukan tujuh tema (1) Persepsi partisipan tentang lokalisasi adalah tempat perempuan nakal dan kegiatan seksual bebas yang berakibat penyakit kelamin sehingga memengaruhi jiwa remaja (2) Cara menjaga kesehatan reproduksinya adalah dengan menjaga pergaulan, kebersihan diri, tidak melakukan hubungan seksual bebas, menjaga makanan dan melakukan pemeriksaan rutin (3) Dukungan informasi diperoleh dari keluarga, petugas kesehatan, media dan guru (4) Dukungan emosional dari keluarga dan teman-teman, (5) Hambatan yang dirasakan adalah jauhnya fasilitas kesehatan dan pelayanan yang tidak sesuai keinginan, (6) Kebutuhan partisipan adalah adanya pelayanan kesehatan reproduksi dan lingkungan yang bersih, (7) Harapan partisipan adalah adanya penyuluhan kesehatan dan pelayanan puskesmas yang intensif dengan perawatnya yang ramah. Hasil riset merekomendasikan perlunya sosialisasi cara menjaga kesehatan reproduksi remaja yang intensif khususnya di lingkungan berisiko.

Localization is a place of sexual transactions for sexual services. Girls are the most vulnerable to these localization situation because of their immature reproductive organs and the impact on their reproductive health in the future. Phenomenological studies is used to explore experiences of ten young women living in this areas in maintaining their reproductive health. Result of study by thematic content analyzis showed seven themes (1) Participants' perception of localization is the place of naughty women and free sexual activity that can transmit the STD and influences the psychological of adolescent, (2) The way participants keep their health reproductive organs are maintain the friendship, avoid free sex, personal hygiene, maintaining food intake and routine checks up, (3) Information support obtained from family, health care, media and teachers, (4) Emotional support from family and peer group, (5) The barrier by adolescent are unreachable healthy facility and under expected service, (6) Participant needs are reproductive health services and clean environment, and (7) Their expectation are health education and intensive service with friendly nurse. It is recommended to socialize how to maintain intensive adolescent reproductive health, especially in risk environment.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
T48418
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Atfiana Nur Afifah
"Tujuan penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penuaan berhasil dan pengembangan model pelayanan kesehatan reproduksi komprehensif bagi pra lansia di Indonesia. Penelitian ini mempunyai manfaat untuk mendukung penuaan yang berhasil dan mempromosikan perlunya kesehatan reproduksi yang komprehensif untuk pra lansia. Penuaan berhasil diukur dengan tiga kriteria yaitu fungsi fisik, kapasitas kognitif, dan kesehatan mental. Pra lansia dikategorikan sebagai penuaan berhasil jika memenuhi tiga kriteria tersebut. Studi Mix-Method dengan pendekatan explanatory sequential. Data kuantitatif menggunakan cross sectional yang bersumber dari Indonesian Family Life Survey (IFLS) ke-4 pada tahun 2007 dan IFLS ke-5 tahun 2014 untuk melihat perubahan selama 7 tahun. Sampel yang diambil pada IFLS 4 sebanyak 4011 pra lansia dan IFLS 5 sebanyak 1865 lansia. Sedangkan, data kualitatif berasal dari wawancara mendalam pada dua informan. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara fungsi fisik dengan penuaan berhasil nilai p 0,046 dan OR 0,116 (CI95%0,0014-0,967), kapasitas kognitif berpengaruh terhadap penuaan berhasil dengan nilai p 0,0005 dan nilai OR 1,540 (CI 95%1,351-1,756), dan kesehatan mental juga berpengaruh pada penuaan berhasil dengan nilai p 0,015 serta OR 0,070 (CI95%0,004-1,125). Proporsi penuaan berhasil pada IFLS 5 tahun 2014 yaitu 95,1% lebih besar dibanding IFLS 4 tahun 2007 yaitu 85,8%. Sehingga, penuaan yang berhasil paling banyak ditemukan pada lansia. Data kualitatif merekomendasikan dalam pengembangan pelayanan kesehatan reproduksi yang komprehensif bagi pra lansia diperlukan upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Oleh karena itu penting bagi pra lansia untuk difasilitasi akses ke pelayanan kesehatan reproduksi komprehensif dengan memaksimalkan pelayanan home care, pemanfaatan posyandu lansia, dan mempersiapkan pra lansia secara holistik.

The aim of this research is to study the factors that influence aging successfully and develop a model of supported health care for pre-elderly in Indonesia. This research has the benefit of supporting successful aging and supporting the need for well-supported health for pre-elderly. Aging is successfully measured by three criteria, namely physical function, cognitive capacity and mental health. Pre-elderly is categorized as successful aging if it meets these three criteria. Mixed Method Study by asking for sequential explanations. Data using cross sectional, sourced from the 4th Indonesian Family Life Survey (IFLS) in 2007 and the 5th IFLS in 2014 to see changes over the past 7 years. Samples taken in IFLS 4 were 4011 pre-elderly and IFLS 5 were 1865 elderly. Meanwhile, qualitative data from in-depth interviews with two informants. The results showed the relationship between physical function and aging was successful with a p value of 0.046 and OR 0.116 (CI95% 0.0014-0.967), cognitive capacity increased to success with a p value of 0.0005, OR value of 1.540 (95% CI 1.351-1.756) , and mental health also has an effect on successful aging with p values ​​of 0.015, OR 0.070 (CI95% 0.004-1.125). The proportion of successful aging in IFLS 5 in 2014 was 95.1% greater than IFLS 4 in 2007 which was 85.8%. Evidently, successful aging is mostly found in the elderly. Qualitative data is needed in the development of health services aimed at pre-elderly people, promotive, preventive, curative and rehabilitative efforts are needed. Therefore it is important for elderly to be facilitated access to health services that are supported by maximizing services in nursing homes, the use of elderly posyandu, and holistic pre-elderly preparation."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadia Shafa Angelika Hareni
"Remaja dan kaum muda di negara berkembang, khususnya di Asia dan Afrika, masih menghadapi hambatan dalam mengakses pelayanan kesehatan seksual dan reproduksi. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi remaja dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan reproduksi dengan menggunakan scoping review. Pencarian literatur studi dilakukan dengan menggunakan Pubmed, EBSCOhost, Embase dan Scopus dan jumlah studi yang ditemukan sebanyak 22 studi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan pelayanan kesehatan reproduksi di wilayah Asia dan Afrika masih menunjukkan persentase yang cukup rendah. Berbagai faktor memengaruhi remaja dalam memanfaatkan layanan kesehatan reproduksi diantaranya faktor demografi dan budaya yang terdiri dari usia, jenis kelamin dan norma gender, status perkawinan, status hidup remaja, dan etnis; faktor sosioekonomi yang meliputi tingkat pendidikan remaja, orang tua dan pasangan serta pendapatan; faktor individu yang terdiri dari pengetahuan, sikap, persepsi, komunikasi dan diskusi dengan orang tua, teman sebaya, pasangan dan petugas kesehatan, partisipasi dalam peer education, riwayat hubungan seksual, riwayat masalah kesehatan reproduksi, faktor sosiokultural dan psikobudaya; dan faktor sistem pelayanan kesehatan yang meliputi sistem kesehatan, jarak terhadap fasilitas kesehatan dan ketersediaan layanan.

Adolescents and young people in developing countries, especially in Asia and Africa, still face barriers to accessing sexual and reproductive health services. This study was conducted to identify factors that influence adolescents in the utilization of reproductive health services by using a scoping review. The literature search was performed using Pubmed, EBSCOhost, Embase and Scopus, and the number of studies found was 22 studies. The results showed that the utilization of reproductive health services in the Asian and African regions still showed a relatively low percentage. Various factors influence adolescents in utilizing reproductive health services, including demographic and cultural factors consisting of age, sex and gender norms, marital status, the living status of adolescents, and ethnicity; socioeconomic factors, including the education level of adolescents, parents and partners and income; individual factors consisting of knowledge, attitudes, perceptions, communication and discussion with parents, peers, partners and health workers, participation in peer education, history of sexual intercourse, history of reproductive health problems, socio-cultural and psycho-cultural factors; and health service system factors including health systems, distance to health facilities and service availability."
Depok: 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bennett, Gerald
London: Edward Arnold , 1995
618.97 BEN e
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Theodora Subyantoro
"Populasi manusia kian meningkat dari hari kehari dan mengingat perkembangan teknologi dan program KB, maka dapat diramalkan bahwa populasi terbesar akan bcrada pada populasi lansia. Oleh karena itu adalah penting untuk memperhatikan keberadaan populasi lansia Panti werda adalah sebuah pilihan yang patut dipertimbangkan. Namun citra panti werda, khususnya di Indonesia tidaklah positif di kalangan masyarakatnya. Unmk merubah citra tersebut, pardi werda harus menjadi tempat tinggal yang bisa membuat lansia merasa sejahtera. Seseomng dapat merasa sqiahtera ketika kebutuhan-kebutuhannya terpenuhi. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk ruembuat penelilian mengenai gambaran kebutuhan lansia yang tinggal di panti werda. Untuk mendapatkan gambaran kebutuhan yang dapat dilanjutkan menjadi intervensi yang cukup aplikatif bagi sebuah panti werda, maka penelitian ini harus dibuat pada sebuah panti werda saja. Untuk itu, peneliti hanya melakukan penelitian ini di PWK Hana.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori kebutuhan Abraham Maslow. Teori ini menyebutkan adanya 5 tingkatan kebutuhan, yakni kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan rasa cinta dan memiliki, kebumlwn penghargaan dan kebutuhan aktualisasi. Teori kebutuhan ini berbentuk hiradri, dimana kebutuhan yang diatasnya hanya dapat terpenuhi ketika kebutuhan yang dibawahnya sudah terpenuhi. Namun karena peneliti ingin melihat kebuulhan mana yang lebih dominan dari 5 kebutuhan ini, maka peneliti melihat kelima kebutuhan inisecara sejajar. Hal ini didukung oleh literatur yang mengatakan bahwa penggunaan hirarki dalam teori kebutuhan Maslow tidakdah mutlak.
Hasil penelitian dari 30 lansia yang tinggal di PWK Hana ini memperlihatkan bahwa kebutuhan tertinggi dari lansia yang tinggal di PWK Hana adalah kcbutuhan aktualisasi diri dengan spesifikasi kabutuban tertinggi didalamnya, yaitu kebutuhan txansendensi diri dan kebutuhan terendalmya adalah stimulasi. Sedangkan kebutuhan terendah adalah kebutuhan rasa aman, dengan spesifikasi kebutuhan tertinggi didalnmya adalah kebutuhan akan lingkungan. Dalam penelitian ini, peneliti juga melihat gambaran kebutuhan lansia yang tinggal di PWK Hana berdasarkan jenis kelamin, usia, status pemikahan dan lamanya tinggal di PWK Hana sebagai analisis tambahan.
Dari keseluruhan hasil penelitian yang ada, peneliti melihat beberapa hal yang menafik, diantaranya adalah kenyataan yang memperlihatkan tingginya kebutuhan akan aktualisasi diri memicu kita untuk dapat memikidcan intervensi-intervensi dan meniotivasi lansia untuk lebih aktif dan produktif dalam artian yang luas sehingga dapat membuat mereka merasa lebih berguna baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain disekitamya.
Isu lainnya yang muncul dalam penelitian ini adalah masih adanya kebutuhan seks, khususnya pada lansia laki-laki. Masih adanya dorongan seksual ini perlu diperlukan pemenuhannya atau penyalurannya melalui cara-cara yang dapat diterima oleh masyarakat kita."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>