Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 97807 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Benedictus Bayu Respati
"ABSTRAK

Elektroproduksi kaon merupakan bagian dari produksi meson yang masih belum dipahami dan didalami. Faktor bentuk elektromagnetik yang terlibat membuat sulitnya ditetapkan suatu model. Namun, apabila ditemukan faktor bentuk elektromagnetik yang sesuai, tentu dapat dimodelkan struktur elektromagnetik dari hadron yang sesuai pula. Dalam penelitian ini, model multipol digunakan untuk mempelajari faktor bentuk elektromagnetik dari hadron dan kontribusi resonan pada elektroproduksi kaon-lambda. Model ini menunjukkan kecocokan dengan data eksperimen yang ada.


ABSTRACT

 


Kaon electroproduction is a meson production that is yet less understood and analyzed. The electromagnetic form factor involved makes it hard for a model to be settled. Yet, if a proper electromagnetic form factor is found, an electromagnetic structure of hadron can be thoroughly studied. In this research, we use multipole model to study electromagnetic form factor of hadron and resonance contribution in kaon-lambda electroproduction. The model shows good agreement with the presently available experimental data.

 

"
Lengkap +
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Matindas, Victor G.P.
"Suatu model fenomenologis untuk interaksi kaon-Nukleon (KN) diajukan Potensial ini terdiri dari komponen sentral dan spin-orbit, dengan fungsi radial dipilih dari bentuk Malfliet-Tjon. Parameter potensial ditetapkan melallui fitting terhadap phase shifts &1 untuk energi kaon dalam kerangka laboratorium 9,66 X 10-5 MeV sampai 231, 699 MeV, Perhitungan hamburan KN menggunakan teknik 3 Dimensi (3D), yang menggunakan basis yang dibentuk dari eigenstate vektor momentum dan helicity.

We make a phenomenological model for Kaon-Nucleon interaction (KN). The potential consists of central and spin-orbit terms, with the radial function being of Malfliet-Tjon form. Potential parameters are determined by fitting to phase shifts δl for Kaon energy in laboratory frame from 9, 66 × 10−5 MeV to 231, 699 MeV. The calculation for KN scattering is performed using Three Dimensional (3D) technique, the basis of which is constructed from momentum vector and helicity eigenstate."
Lengkap +
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
S28893
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ryky Nelson
"Telah dibuat model ponelsial kaon-nukleon (KK), Potensial ini diturunkan dari diagram Feynman, berdasarkan reaksi pertukaran hyperon untuk orde terendah. Potensial yang dihasilkan difit terhadap data cross section total sehingga diperoleh nilai konstanta kopling.

A Potential model is made for kaon-nucleon (KN) interaction. This Potential is derived from Feynman diagram for hyperon exchange reaction of lowest order. This potential is fitted to total cross section to get the copling constant."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
S28910
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Feli Cianda Adrin Burhendi
"Reaksi fotoproduksi h Meson dengan menggunakan partikel Gamma (Foton) sebagai proyektil dan Nukleon sebagai target untuk mencari Gamma (Foton) yang terhambur. Reaksi fotoproduksi yang ditinjau adalah gN! hN dengan model isobar. Amplitudo transisi diagram Feynman pada kerangka pusat massa digunakan untuk mencari Amplitudo Kuadrat dengan melibatkan melibatkan s-channel, u-channel, dan t-channel pada suku Born dan resonan. Nilai yang dicari adalah nilai Penampang Lintang Differensial dengan menggunakan energi sistem mulai dari 1.685 MeV hingga 2.795 MeV dalam beberapa variasi sudut q. Fitting grafik hubungan antara Penampang Lintang Differensial dengan energi sistem dalam beberapa variasi sudut agar diketahui besarnya kontribusi dari amplitudo transisi pada setiap channel dari suku Born dan resonan pada proses perhitungan data eksperimen CLAS.

Eta Meson Photoproduction reaction using Gamma particles (photons) as projectiles and Nucleon as a target to look for Gamma (photons) are scattered. Reactions were reviewed photo-production is gN! hN with isobaric models. The amplitude transitions of Feynman diagrams at the center of mass frame used to find Amplitude Squares involving the s-channel, u-channel, and t-channel on Born term and resonance. Values are looking for is the value of the differential cross section on the energy system used by 1.685 MeV Up to 2.795 MeV. After that fitting the graph of the differential cross section with the energy system to shows the result how much the contribution of the amplitude transitions at each channel of the Born term and resonance in the calculation process experimental data CLAS.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
T43708
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saipudin
"Data terkini dengan presisi tinggi untuk reaksi γp → pη′ pada energi pusat-massa dalam rentang mendekati energi ambang hingga 2.84 GeV diperoleh dari kolaborasi CLAS pada laboratorium Jefferson telah dianalisis dengan menggunakan model isobar. Fotoproduksi η′ dapat dijelaskan dengan baik dalam semua rentang data energi yang tersedia dengan menyelidiki resonan S11 dan P11 untuk spin-1/2, selain menggunakan kontribusi kanal nukleon s- dan u-, juga arus meson kanal t-. Untuk resonan yang diselidiki, analisis digunakan nilai massa dan lebar resonan yang didukung oleh Particle Data Group. Kami menekankan, data penampang lintang sendiri mampu dihasilkan nilai parameter resonan, konstanta kopling hadronik dan mesonik.

The recent high-precision data for the reaction γp → pη′ at center-of-mass energies from near threshold to 2.84 GeV obtained by the CLAS collaboration at the Jefferson Laboratory have been analyzed within an isobar model. The η′ photoproduction can be described quite well over the entire energy range of available data by considering S11 and P11 resonances, in addition to the nucleon s- and u-channel resonance contributions, also t-channel mesonic currents. For the resonances considered, our analysis are used mass and width value advocated by the Particle Data Group. We emphasize, that cross-section data alone are unable can reproduced resonance parameters value, coupling constant hadronic and mesonic.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
T43704
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tiara Marsainy
"Dalam beberapa puluh tahun terakhir, fotoproduksi kaon telah menjadi salah satu kanal yang dikenal berpotensi untuk menemukan missing resonances yang telah diprediksi oleh Quark Model, akan tetapi belum dikonfirmasi oleh eksperimen. Namun kanal reaksi ini memiliki kesulitan-kesulitan tersendiri, yaitu cross section rendah dan energi threshold yang sangat tinggi. Energi threshold untuk fotoproduksi kaon adalah 911 MeV, sangat tinggi jika dibandingkan dengan energi threshold untuk fotoproduksi pion, yaitu 150 MeV. Penentuan background yang tepat menjadi penting untuk menentukan kontribusi resonans. Saat ini kontribusi resonans dapat ditentukan dengan menggunakan sebuah metode pengambilan keputusan dalam statistik, yang disebut dengan Metode Bayesian. Metode ini tidak hanya mengevaluasi sebuah model pada seluruh parameternya, namun juga memasukkan distribusi prior dan data eksperimen ke dalam perhitungan. Analisis menggunakan metode ini menunjukkan bahwa sekumpulan resonans menggambarkan proses fotoproduksi kaon dengan lebih baik dari pada sekumpulan resonans lainnya.

Kaon photoproduction has drawn considerable attention for decades as one of the promising processes to find the missing nucleon resonances, predicted by quark model but not listed yet by the Particle Data Group. Nevertheless, this channel has a unique difficulty, e.g., the small cross section and high threshold energy. the threshold energy for kaon photoproduction is 911 MeV, significantly high compared with that of the pion photoproduction, i.e. 150 MeV. Determining the background part of the process becomes a daunting task in order to approximate the resonance contribution. At present, the resonance contribution can be determined by using an established statistical decision making method, which is called the Bayesian Method. This method does not only evaluate the model over its entire parameter space, but also takes the prior information and experimental data into account. Analysis using this Bayesian Method showed that a set of resonances can describe kaon photoproduction better than others."
Lengkap +
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
T38724
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alrizal
"Keberadaan partikel hyperon di dalam bintang neutron diteliti dengan menggunakan model medan rata-rata relativistik. Dengan mengasumsikan adanya hyperon di dalam bintang neutron akan berdampak kepada persamaan keadaan dan sifat-sifat bintang neutron seperti jari-jari, massa, transisi fase dan lain-lain. Pada kajian ini akan dibahas bagaimana pengaruh konstanta kopling 𝜍∗ meson terhadap persamaan keadaan bintang neutron dan bagaimana pengaruhnya terhadap transisi fase bintang neutron untuk tekanan yang anisotropik dengan menggunakan model medan rata-rata relativistik dan parameter set BSP yang kemudian dikomparasikan dengan parameter set GM1. Diperoleh hasil dengan memvariasikan konstanta kopling 𝑔𝜍∗Λ 𝑔𝜍𝑁 berdampak kepada persamaan keadaan bintang neutron dan hubungan massa dan jari-jari bintang neutron.

The existence hyperon in neutron stars has been studied by using relativistic mean field model. By assuming the hyperon in neutron stars will affect the equation of state and properties of neutron stars such as radius, mass, phase transitions, and others. In this study, we will discuss how 𝜍∗ meson coupling constant affecting equation of state and phase transition in neutron stars for anisotropic pressure by using relativistic mean field model and BSP parameter set which later will be compared with GM1 parameter set. It can be seen that by varying 𝑔𝜍 ∗Λ/𝑔𝜍𝑁 coupling constant affecting the equation of state and mass-radius relation of neutron stars."
Lengkap +
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
T46741
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jason Kristiano
"ABSTRACT
Penelitian ini mengajukan model penggunaan representasi spin-3/2 murni pada fisika partikel. Untuk memformulasikan representasi spin-3/2 murni secara kovarian digunakan representasi antisimetrik tensor spinor dan penelitian ini menggunakan hamburan dengan resonans delta sebagai contoh. Penelitian ini menemukan bahwa penggunaan Lagrangian interaksi yang konvensional menimbulkan masalah amplitudo transisi tidak dapat menjelaskan fenomena resonansi. Untuk menyelesaikan masalah tersebut, Lagrangian interaksi dimodifikasi dengan menambahkan ketergantungan pada momentum. Seperti halnya interaksi pada model Rarita-Schwinger, penelitian ini menemukan bahwa fenomena resonans nukleon dapat diperoleh dari formulasi spin-3/2 murni hanya jika faktor bentuk hadronik diperhitungkan pada interaksinya.

ABSTRACT
This thesis proposes the use of pure spin 3/2 representation in particle physics. To formulate the representation in a covariant form one uses the antisymmetric tensor spinor representation and one considers the delta resonance contribution to the elastic scattering as an example. One finds that the use of conventional gauge invariant interaction Lagrangian leads to a problem the obtained scattering amplitude does not exhibit a resonance behavior. To overcome this problem one may modify the interaction by adding a momentum dependence. As in the case of Rarita Schwinger one finds that a perfect resonance description could be obtained in the pure spin 3/2 formulation only if the hadronic form factors were considered in the interactions."
Lengkap +
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabilah Hana Luthfiyah
"Fotoproduksi kaon yang melibatkan resonans spin tinggi, yaitu resonans nukleon dengan spin-11/2 dan 13/2 untuk kanal KΛ dan resonans delta dengan spin-11/2 hingga 15/2 untuk kanal KΣ, diselidiki dengan menggunakan model isobar yang kovarian. Model yang dikembangkan untuk reaksi KΛ dapat menjelaskan kedua kanal isospin pada reaksi tersebut, yakni K+Λ dan KºΛ, secara simultan dengan mempertimbangkan data terbaru dari kolaborasi CLAS. Model ini juga memperhitungkan secara simultan keempat reaksi KΣ yakni reaksi pada kanal K+Σº, KºΣ+, K+Σ- serta KºSº dengan mempertimbangkan data-data baru diantaranya dari kolaborasi MAINZ 2018. Pengembangan model untuk kanal reaksi-reaksi ini dilakukan dengan membangun formalisme amplitudo hamburan yang melibatkan spin tinggi, kemudian akan disesuaikan dengan reaksi yang ditinjau. Formalisme amplitudo hamburan yang digunakan untuk mempelajari reaksi ini diperoleh dengan cara merumuskan operator proyeksi melalui perumusan umum operator proyeksi untuk spin tinggi yang menghasilkan propagator Feynman serta faktor verteks yang diadaptasi dari Lagrangian interaksi konsisten yang dikemukakan oleh Pascalutsa. Amplitudo hamburan tersebut selanjutnya didekomposisi menjadi enam amplitudo yang invarian Lorentz dan invarian tera. Keenam amplitudo tersebut dapat dipakai untuk menghitung penampang lintang serta observabel polarisasi yang dapat dibandingkan dengan eksperimen. Parameter-parameter yang belum diketahui pada amplitudo hamburan didapatkan melalui proses fitting terhadap data eksperimen. Hasil perhitungan model yang diperoleh pada penelitian ini selanjutnya dibandingkan dengan data eksperimen serta model terdahulu.

We have studied kaon photoproduction by including high-spin nucleon resonances with spins 11/2 and 13/2 for the KL reaction and high-spin delta resonances with spins 11/2 to 15/2 for the KΣ one. The constructed model for the KΛ reaction is able to describe both isospin channels K+Λ and KºΛ, simultaneously, by considering recent data from the CLAS collaboration. Whereas for the KΣchannel, the model is able to calculate the four isospin channels K+Σº, KºΣ+, K+Σ- and KºΣº simultaneously by considering data from the MAINZ collaboration. The model is first constructed by establishing a formalism for high-spin interactions that will be used for calculations of the each two main channels. The formalism for the scattering amplitude is constructed from the projection operators by means of the generalized formalism of higher spins projection operators, which we have utilized to acquire the Feynman propagators. Furthermore, we also considered the vertex factors of the consistent interaction Lagrangian proposed by Pascalutsa. The calculated scattering amplitudes are decomposed into six Lorentz and gauge invariant amplitudes, from which we can calculate the cross section and polarization observables. The unknown parameters in the scattering amplitudes were obtained by fitting the model to experimental data. The model calculations are compared with the experimental data as well as with the results of previous models."
Lengkap +
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Clymton, Samson
"Fotoproduksi kaon dengan resonans nukleon spin 5/2 memiliki kendala pada kekonsistenan interaksinya. Beberapa studi menyebutkan bahwa model dengan interaksi yang konsisten lebih cocok dengan data eksperimen. Dalam penelitian ini dibangun sebuah model dengan interaksi yang konsisten (model 2) dan model lama (model 1). Perhitungan amplitudo hamburan dilakukan secara analitik serta semua observabel secara numerik. Parameter yang tidak diketahui dari amplitudo hamburan didapat melalui fitting pada 7400 titik data eksperimen. Hal ini dilakukan dengan meminimalisasi nilai χ2/N . Ditemukan bahwa model 2 lebih cocok dengan data eksperimen dari model 1. Perbandingan dengan data eksperimen yang menunjukkan efek dari model 2 tersebut juga ditampilkan.

Kaon photoproduction with spin 5/2 nucleon resonances is plagued with the interaction consistency. A number of studies predicted that a model with a consistent interaction leads to a better agreement with data. In this study a model with consistent interaction (model 2) and an old model (model 1) are compared to experimental data. The unknown parameters in scattering amplitude are extracted from fitting to 7400 experimental data point. This is performed by minimizing χ2/N value. It is found that model 2 is more suitable for explaining experimental data than model 1. Some plot showing these effects are also displayed.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
S59542
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>