Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 143556 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Syamil Fakhruddin Hibatulloh Arildan
"ABSTRAK
Data gravitasi yang diperoleh pada bagian selatan Yogyakarta, tepatnya daerah bantul kearah utara, telah digunakan untuk mengidentifikasi keberadaan serta kedalaman Sesar Kali Opak. Dengan mengaplikasikan metode Multi Scale Second Vertical Derivative(MS-SVD), lokasi patahan dan kemiringan (dip) dapat diidentifikasi. Data anomali gravitasi dalam bentuk Complete Bouguer Anomaly (CBA) dilakukan kontinuasi ke atas (upward continuation) beberapa kali, sehingga didapatkan bidang anomali gravitasi pada beberapa level kontinuasi. SVD dilakukan pada setiap bidang hasil kontinuasi sehingga didapatkan lokasi yang teridentifikasi sebagai patahan, yaitu saat nilai SVD nol. UC yang berkorelasi dengan kedalaman diplot dengan lokasi SVD nol, sehingga didapatkan bentuk, besar kemiringan, lokasi dan kedalaman dari setiap patahan. Sesar Kali Opak pada bagian Utara bergeser ke arah Timur dari peta geologi, dan berkorelasi dengan nilai peta anomali CBA data gravitasi. Sesar Kali Opak sebelah Utara memiliki arah strike N600E dan besar dip 74.50 arah Barat Laut, sedangkan sebelah Selatan memiliki arah strike N670E dan besar dip 650 arah Barat Laut dengan jenis patahan normal. Estimasi bentuk dan kedalaman horizon lokasi penelitian telah diidentifikasi dengan mengaplikasikan metode Energy Spectral Analysis-Multi Window Test (ESA-MWT). Bentuk dan lokasi horizon digunakan untuk mengonfirmasi keberadaan struktur patahan di bawah permukaan daerah penelitian. Dengan mengaplikasikan analisa energi spektrum yang telah di-grid menjadi transformasi Fourier 2D (Fast Fourier Transform) dari data gravitasi. Analisa energi spektrum dilakukan pada suatu titik uji, dengan melakukan per-window-an pada peta CBA secara konstan dengan ukuran window persegi yang bertambah lebar 2 km dari window sebelumnya. Jarak antara titik uji berkisar sekitar 3-5 km pada masing-masing lintasan yang memiliki zona interest. Hasil plot masing-masing window terhadap kedalaman memperlihatkan kedalaman masing-masing horizon. Dengan menggabungkan setiap titik uji, dan melakukan plot terhadap kedalaman, maka didapatkan bentuk dan kedalaman masing-masing horizon. Terdapat dua horizon pada daerah penelitian. Horizon pertama berada pada kedalaman berkisar 2-4 km, dan horizon kedua berada pada kedalaman berkisar 6-8 km. Bentuk dari horizon pertama di sekitar Sesar Kali Opak memberikan bentuk yang sesuai dengan hasil MS-SVD , sehingga mengonfirmasi adanya patahan di lokasi tersebut

ABSTRACT
Gravitation data which obtained from southern part of Yogyakarta, precisely in Bantul towards the northern, are already used to identify the existence and the depth of Kali Opak Fault or Opak River Fault. By applying Multi Scale Second Vertical Derivative (MS-SVD) method, the location fault and dip can be identified. The gravity anomaly data in the form of Complete Bouguer Anomaly (CBA) is carried out upward continuation several times, so that the gravity anomaly data is obtained at several levels of continuation. SVD is performed on each field resulting from the continuation so that the location identified as a fault is obtained, i.e. when the SVD value is zero. UC which correlates with depth is plotted with a zero SVD location, so that the shape, the dip size, location, and depth of each fault are obtained. The northern part of Opak River Fault shifts eastward from geological map, and correlates with the CBA anomaly map of gravity data. The northern part of Opak River Fault has a N600E strike direction and a large 74.50 dip in the northwest direction meanwhile, the southern part has a N670E strike direction and a large 650 northwest dip with normal fault type. The estimation of shape and depth of the research location horizon has been identified by applying Energy Spectral Analysis-Multi Window Test (ESA-MWT) method. The shape and horizon location is used to confirm the existence of a fault structure beneath the surface of the study area. By applying grid-spectrum energy analysis to transform into Fourier 2D from gravity data. Energy spectrum analysis is carried out at a test point, by constantly windowing the CBA map with a square window size that increases in width 2 km from the previous window. The distance between the test points ranges from 3-5 km to each track that has an interest zone. The results of the plots of each window towards the depth show the depth of each horizon. By combining each test point, and plotting the depth, the shape and depth of each horizon are obtained. There are two horizons in the study area. The first horizon is at depths ranging from 2-4 km, and the second horizon is at depths ranging from 6-8 km. The shape of the first horizon around the Opak River Fault gives a shape that matches the MS-SVD results, thus confirming the appearance of fault at that location."
2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jefri Andrian
"ABSTRACT
Data gravitasi yang diperoleh pada salah satu bagian dari wilayah Cekungan Sumatera Utara, telah digunakan untuk mengestimasi kedalaman multipel horizon dari batas muka densitas. Dengan mengaplikasikan metode Energy Spectral Analysis ndash; Multi Window Test ESA ndash; MWT, horizon tersebut diperoleh. Estimasi kedalaman dihitung dari analisa energi spektrum sebagai transformasi dari data gravitasi yang telah di-grid menjadi transformasi Fourier 2D Fast Fourier Transform. Analisa energi spektrum dilakukan pada sebuah titik uji dengan melakukan pe-window-an peta Complete Bouguer Anomaly CBA pada titik uji tersebut dengan ukuran window persegi yang bertambah secara konstan dengan pertambahan lebar 1 km dari ukuran window sebelumnya. Jarak antar titik uji adalah sekitar 2 km pada masing-masing lintasan pengukuran gravitasi. Kemudian diperoleh kedalaman plateau yang merepresentasikan batas-muka densitas dari hasil plot antara kedalaman benda anomali terhadap ukuran window. Pemetaan struktur patahan dilakukan dengan menggunakan metode Multi Scale ndash; Second Vertical Derivative MS ndash; SVD. Patahan diperoleh dengan mengaplikasikan derivatif vertikal orde dua SVD pada anomali gravitasi yang sudah dilakukan proses upward continuation UC. Kedalaman benda anomali yang berkorelasi dengan ketinggian UC diplot terhadap lokasi patahan yang direpresentasikan oleh nilai SVD nol. Sehingga diperoleh trend kemenerusan patahan dip. Hasil pemetaan horizon batas-muka densitas berkorelasi dengan batas-muka sedimentasi, yaitu basemen ekonomis sebagai Top Tampur Horizon 1, top dari beberapa batas muka sedimentasi lainnya Horizon 2-6 salah satunya adalah Top Belumai Horizon 2. Hasil pemetaan patahan diantaranya terdeteksi sebuah patahan besar berupa patahan naik dengan dip 4.9o ke arah Barat daya dan strike N152oE, yang menjadi border dari cekungan sebagai pemisah antara nilai anomali gravitasi tinggi dan rendah. Patahan besar ini memisahkan singkapan basemen Pra-Tersier dan platform cekungan di Barat daya dengan kompleks kemiringan cekungan deposenter cekungan di Timur laut.

ABSTRACT
Gravity data acquired over part of North Sumatera Basin, Indonesia, was used to estimate depth to multiple horizons of density interface. By applying the Energy Spectral Analysis ndash Multi Window Test ESA ndash MWT method, the horizons were mapped. The estimated depth was computed from Energy Spectral Analysis as the transformation of the gridded gravity data to 2D Fourier transform Fast Fourier Transform. The Energy Spectrum Analysis is performed at a test point by windowing the gridded Complete Bouguer Anomaly CBA at that test point with the square window size constantly increasing 1 km width from the previous window size. The distance between the test points is about 2 km on each of the gravity measurement lines. Plateau depth is then obtained which represents the density interfaces of the plot result between the depths of the anomaly to the window sizes. The fault mapping is done using Multi Scale Second Vertical Derivative MS SVD method. The fault is obtained by applying a second order vertical derivative SVD to gravity anomaly which has been done upward continuation UC. The depth of anomalous bodies correlated with the distance of UC is plotted against the fault location represented by the zero SVD value. So we get the trend of continuity of fault dip. The results of mapping of density interfaces correspond to sedimentary interfaces, those are the economic basement as Top Tampur Horizon 1, the top of several other sedimentary interfaces Horizon 2 6 one of them is Top Belumai Horizon 2. Fault mapping results were detected a major fault as a reverse fault with dip 4.9o towards the Southwest and strike N152oE, which became the border of the basin as a separator between the high and low gravity anomaly values. This major fault separates the Pre Tertiary basement outcrop and basin platforms in the Southwest with basin slope complex basin depocenter in the Northeast."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ullil Gunadi Putra
"Penelitian dilakukan di Bittuang, Kabupaten Tana Toraja, Provinsi Sulawesi Selatan, sebagai salah satu wilayah prospek panas bumi dan menjadi salah satu target tahap awal kegiatan pengeboran yang dilakukan oleh Pemerintah untuk periode tahun 2020-2024. Penelitian menggunakan metode gravitasi satelit GGMplus yang memiliki spasi grid kurang lebih 200 meter dengan wilayah 14 Km x 18 Km. Salah satu aspek yang terdapat di panas bumi adalah struktur pengontrol manifestasi sebagai jalur migrasi fluida dari bawah permukaan. Oleh karena itu, dilakukan identifikasi struktur yang ada di wilayah panas bumi Bittuang, selain itu juga untuk mengkonfirmasi struktur geologi permukaan yang terdapat pada peta geologi panas bumi Bittuang. Metode gravitasi dapat mengidentifikasi patahan berdasarkan parameter kontras anomali gravitasi yang diindikasikan sebagai kontras densitas bawah permukaan. Dalam menentukan keberadaan patahan dan mengetahui karakteristiknya seperti jenis patahan, arah dip, dan besar dip dari patahan, data gravitasi diolah menggunakan metode Multi Scale-Second Vertical Derivative (MS-SVD). Untuk memperkuat interpretasi, hasil dari MS-SVD dicocokkan dengan data hasil dari metode First Horizontal Derivative (FHD) dan data geologi struktur daerah penelitian. Dari proses tersebut, terdapat 27 patahan yang ada di wilayah panas bumi Bittuang dimana 2 diantaranya diindikasikan sebagai patahan pengontrol manifestasi kelompok Balla dan kelompok Cepeng. Penelitian ini diharapkan dapat membantu pemerintah dalam menyediakan informasi patahan yang ada di wilayah panas bumi Bittuang. Sedangkan karakteristik dari struktur pengontrol manifestasi panas bumi dapat menjadi pertimbangan nantinya dalam menentukan lokasi dan kedalaman pemboran yang akan dilakukan.

The research was conducted in Bittuang, Tana Toraja Regency, South Sulawesi Province, as one of the geothermal prospect areas and became one of the targets for the initial stage of drilling activities carried out by the Government for the 2020-2024 period. The research uses the GGMplus satellite gravity method which has a grid space of approximately 200 meters with an area of ​​14 km x 18 km. One of the aspects contained in geothermal is the manifestation control structure as a fluid migration pathway from below the surface. Therefore, identification of existing structures in the Bittuang geothermal area was carried out, in addition to confirming the surface geological structure contained in the Bittuang geothermal geological map. The gravity method can identify faults based on the gravity anomaly contrast parameter which is indicated as subsurface density contrast. In determining the presence of a fault and knowing its characteristics such as the type of fault, the direction of the dip, and the magnitude of the dip of the fault, the gravity data was processed using the Multi Scale-Second Vertical Derivative (MS-SVD) method. To strengthen the interpretation, the results from the MS-SVD were matched with the data from the First Horizontal Derivative (FHD) method and the geological data of the structure of the study area. From this process, there are 27 faults in the Bittuang geothermal area where 2 of them are indicated as controlling faults for the manifestation of the Balla group and the Cepeng group. This research is expected to assist the government in providing fault information in the Bittuang geothermal area. While the characteristics of the structure controlling geothermal manifestations can be considered later in determining the location and depth of drilling to be carried out."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Badrul Munir Habibulloh
"Sumatra Indonesia merupakan salah kerangka tektonik paling menarik di dunia untuk dipelajari saat ini. Termasuk di dalamnya terdapat sesar Semangko yang menjadi salah satu struktur geologi di sana. Identifikasi struktur bawah permukaan biasa dilakukan menggunakan metode seismik refraksi untuk mendapatkan data dengan resolusi tinggi. Di sisi lain, metode gravitasi juga dapat digunakan untuk mengetahui tingkat kerapatan massa pada batuan penyusun kerak bumi. Pada penelitian kali ini, penulis mencoba mengidentifikasi karakter struktur sesar dengan studi kasus sesar Semangko di Sumatra Barat menggunakan metode gravitasi MS-SVD. Hasilnya, metode MS-SVD bekerja dalam mengidentifikasi sesar Semangko di mana memiliki orientasi Barat Laut–Tenggara dan dari 8 sesar putus-putus dengan masing-masing sesar dilakukan 2 slicing, didapatkan 17 slicing memiliki sudut dip mendekati 90° yang dapat ditafsirkan sebagai sesar strike slip dan sesuai dengan kondisi sebenarnya.

Sumatra Indonesia is one of the most interesting tectonic frameworks in the world to study today. This includes the Semangko fault which is one of the geological structures there. Identification of subsurface structures is usually done using refractive seismic methods to obtain high resolution data. On the other hand, the gravity method can also be used to determine the level of mass density in the rocks that formed the earth's crust. In this study, the author tries to identify the structural character of the fault with a case study of the Semangko fault in West Sumatra using the MS-SVD gravity method. As a result, the MS-SVD method works in identifying the Semangko fault which has a Northwest – Southeast orientation and from 8 faults with 2 slicing each fault, 17 slicings have a dip angle close to 90° which can be interpreted as strike strike slip fault and in accordance with actual conditions."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabilah Annisa
"Sesar Lembang dikategorikan sebagai sesar aktif dengan laju pergerakan 3-4 mm/tahun. Pergerakan sesar aktif dapat memicu terjadinya gempa bumi, yang dapat membahayakan penduduk yang tinggal sekitarnya. Bandung Barat merupakan salah satu daerah yang cukup padat penduduk, karenanya keberadaan Sesar Lembang ini berpotensi menimbulkan suatu bencana. Untuk meminimalisir efek bencana maka dilakukan karakterisasi Sesar Lembang dan identifikasi potensi bahaya Sesar Lembang. Penelitian ini menggunakan data satelit gravitasi (GGMPlus). Proses pengolahan data awal dilakukan dengan menjalankan upward continuation untuk menghasilkan peta CBA menjadi beberapa kedalaman, dan dilakukan proses SVD. Data slicing diambil dari peta SVD. Metode MS-SVD (Multi Scale-Second Vertical Derivative) digunakan untuk mengetahui karakteristik Sesar Lembang. Hasil slicing yang didapatkan terdapat 18 patahan dengan besar dan arah dip yang bervariasi. Selanjutnya dilakukan pemodelan dengan 2D forward yang bertujuan untuk mendapatkan model lapisan bawah permukaan agar kita dapat mengetahui potensi rawan bencana pada daerah penelitian. Dari hasil model bawah permukaan diketahui terdapat empat jenis estimasi batuan penyusun bawah permukan, yaitu tufa pasir dengan estimasi densitas sebesar 1.8 gr/cc, tufa batuapung dengan estimasi densitas 1.85 gr/cc, breksi lava dengan estimasi densitas sebesar 2.68 gr/cc, dan batu gamping massif dengan estimasi densitas sebesar 2.7 gr/cc.

The Lembang Fault is categorized as an active fault with a movement rate of 3-4 mm/year. The movement of active faults can trigger earthquakes, which can endanger the people living in the vicinity. West Bandung is one of the areas that is quite densely populated, therefore the existence of the Lembang Fault’s has the potential to cause a disaster. To minimize the effects of the disaster, the Lembang Fault characterization and identification of the potential hazards of the Lembang Fault were carried out. This study uses satellite gravity data (GGMPlus). The initial data processing is carried out by running upward continuation to produce a CBA into several depths, and the SVD. The slicing is taken from the SVD. The MS-SVD (Multi Scale-Second Vertical Derivative) method is used to determine the characteristics of the Lembang Fault. The slicing obtained are 18 faults with dip varying modeling is carried out forward which aims to obtain a model of the subsurface layer so that we can find out the disaster-prone potential in the research area. From the results of the subsurface model, it is known that there are four types of estimated subsurface rocks, namely sand tuff with an estimated density of 1.8 gr/cc, pumice tuff with an estimated density of 1.85 gr/cc, lava breccia with an estimated density of 2.68 gr/cc, and massive limestone with an estimated density of 2.7 g/cc."
Jakarta: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadhil Jaidi
"ABSTRAK
Koulali et al. (2016) dalam penelitiannya mengidentifikasi laju patahan aktif di Pulau Jawa dan dikatakan bahwa Patahan Baribis melintasi bagian selatan Jakarta. Hal ini menimbulkan dugaan bahwa Patahan Baribis melintasi Kota Bekasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi patahan tersebut menggunakan Metode MS-SVD yang didukung dengan metode FHD pada data gravitasi. Untuk mengetahui lapisan batuan di bawah permukaan Kota Bekasi, permodelan secara forward 2D berdasarkan data geologi dan hasil MS-SVD dilakukan pada penelitian ini. Terdapat tiga lintasan arah selatan-utara yang dibuat pada penelitian ini dikarenakan Patahan Baribis memiliki arah strike timur-barat. Pengolahan dilakukan dengan cara membuat peta CBA kemudian dilakukan upward continuation. Metode SVD dilakukan pada setiap peta upward continuation dan dibuat grafik nilai SVD terhadap kedalaman upward continuation. Hasil grafik MS-SVD dapat menunjukan besar dan arah dip dari patahan dengan melihat pergeseran titik nol pada grafik tersebut. Hasil dari metode MS-SVD ini menunjukan beberapa patahan di Kota Bekasi dengan karakterisasinya masing-masing. Dengan didukung data geologi, ada atau tidaknya Patahan Baribis berdasarkan metode MS-SVD dapat diketahui. Potensi bahaya akibat getaran yang ditimbulkan oleh patahan dapat diketahui juga dengan melihat kontras densitas vertikal pada permodelan forward 2D.

ABSTRACT
Koulali et al. (2016) in his research identified the rate of active faults at Java Island and said that the Baribis Fault crossed the southern part of Jakarta. This raises the suspicion that the baribis fault crossed the city of Bekasi. This study aims to identify this fault using the MS-SVD method which is supported by the FHD method on gravity data. To find out the rock layers below the surface of Bekasi City, forward 2D modeling based on geological data and MS-SVD results was carried out in this study. There are three south-north direction line made in this study because the Baribis Fault has an east-west strike direction. Processing is done by making a CBA map then doing upward continuation. The SVD method is carried out on each map of upward continuation and graphs of SVD values are drawn against the depth of upward continuation. The MS-SVD graph results can show the magnitude and direction of the dip from the fault by looking at the zero point shift on the graph. The results of the MS-SVD method show several faults in Bekasi City with their respective characteristics. With the support of geological data, the presence or absence of the Baribis Fault based on the MS-SVD method can be known. Potential hazards due to vibrations caused by faults can also be seen by looking at vertical density contrast in 2D forward modeling.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hayyan Sabil Asy`Tama
"Sesar Sumatera merupakan salah satu sesar aktif di Pulau Sumatera yang terbagi menjadi beberapa segmen salah satunya segmen Sianok. Segmen Sianok memiliki nilai sliprate 14mm/tahun dan gempa terbesar pada segmen ini yaitu pada 4 Agustus 1926 dengan M 7. Metode gravitasi digunakan karena dapat memetakan kondisi bawah permukaan bumi secara lateral sehingga dapat mengidentifikasi struktur geologi di bawah permukaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkarakterisasi sesar Sumatera Segmen Sianok dan sekitarnya, dan mengestimasi potensi kebencanaan sesmik berbasis data gravitasi satelit ggmplus yang disediakan oleh Curtin University. Dengan menggunakan FHD dan SVD data gravitasi maka dapat diidentifikasi keberadaan, posisi dan jenis sesarnya. Metode MS-SVD merupakan metode dimana terdapat data SVD pada beberapa ketinggian berbeda. Hal ini didapatkan melalui kontinuasi keatas kemudian ketinggian kontinuasi dikonversi menjadi kedalaman sehingga dapat diketahui nilai sudut dip dan arah dip sesar. Dilakukan juga 2D forward modelling untuk melihat model lapisan bawah permukaan dengan menggunakan anomaly residual dan data geologi. Hasilnya terdapat sesar mendatar menganan dengan strike berarah Barat Laut-Tenggara yang memiliki dip-slip dengan nilai sudut dip > 70° ke arah Timur Laut dan di sekitar Segmen Sianok terdapat 3 sesar naik dan 4 sesar normal dengan dip > 51° dan semua sesar tersebut memiliki strike Barat Laut-Tenggara. Dari hasil forward model 2D Bukittinggi terdapat keberadaan sedimen tebal < 1000 m dan kontras densitas sebesar 0,44 gr/cc dan forward model 2D Padang Panjang terdapat sedimen dengan tebal < 100 m dan kontras densitas sebesar 0,3 gr/cc. Sedimen tebal dan kontras densitas merupakan salah Dua parameter potensi kebencanaan sesimik.

The Sumatran fault is one of the active faults on the island of Sumatra which is divided into several segments, one of which is the Sianok segment. The Sianok segment has a sliprate of 14mm/year and the largest earthquake in this segment was on August 4, 1926 with M 7. The gravity method is used because it can determine the subsurface conditions of the earth laterally so that it can find geological structures below the surface. This study aims to characterize the Sumatran fault in the Sianok segment and its surroundings, and to estimate the potential for a seismic disaster based on gravity data from the ggmplus satellite provided by Curtin University. By using FHD and SVD gravity data, it is possible to identify the presence, position and type of fault. The MS-SVD method is a method where there are SVD data at several different heights. This is obtained through continuity and then the height of the continuity is converted into depth so that the value of the slope angle and the direction of the fault can be known. Also perform 2D forward modeling to see the subsurface model using residual anomalies and geological data. The result is a right horizontal fault with a strike trending Northwest-Southeast which has a dip-slip with a slope angle of > 70 to the Northeast and its surroundings. The Sianok segment has 3 upward faults and 4 normal faults with a dip > 51° and all of these faults have a strike Northwest-Southeast. From the results of the forward 2D Bukittinggi model, there is a sediment thickness of <1000 m and a density contrast of 0.44 gr/cc and the forward 2D model of Padang Panjang has sediment with a thickness of <100 m and a density contrast of 0.3 gr/cc. Sediment thickness and density contrast are two parameters for seismic disaster. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Renaldi Antoni Hamonangan
"ABSTRAK
Penelitian yang dilakukan di Kota Depok ini bertujuan untuk mengetahui kedalaman basement, sebagai parameter yang perlu dipertimbangkan dalam penentuan lokasi gedung. Kedalaman ruang bawah tanah akan memiliki peran penting dalam menjaga kekuatan bangunan di masa depan. Metode gravitasi sebagai metodologi geofisika digunakan dalam pemetaan struktur permukaan bawah. Karena parameter yang diukur dengan metode gravitasi memiliki laju gravitasi yang disebabkan oleh kerapatan batu yang bervariasi pada permukaan yang lebih rendah. Dengan menggunakan metode Parasnis diketahui bahwa rata-rata berat jenis batu di Kota Depok adalah 1,73 gr cc. Analisis Spektrum Energi ndash Multi Window Test Metode ESA MWT dengan windowing test point menggunakan Complete Bouger Anomaly CBA digunakan untuk mengetahui kedalaman interface pada setiap titik yang diuji. Dan juga dilakukan pemisahan antara anomali regional dan anomali residual dengan transformasi fourier pada software Oasis Montaj. Pemisahan antara anomali regional dan anomali residual dilakukan dengan menggunakan low pass filter. Sedangkan band pass filter digunakan untuk mengurangi noise pada anomali residual. Struktur fraktur dapat diidentifikasi melalui peta anomali residual dan juga dengan menggunakan metode Multi Scale ndash Second Vertical Derivate MS SVD, yang hasilnya memiliki korelasi satu sama lain. Hasil identifikasi kedalaman basement dan struktur rekahan dibuat dalam bentuk peta permukaan bawah, dan juga digunakan untuk memperjelas gambaran.

ABSTRACT
The research which was done in City of Depok is aimed to determine the deepness of basement, as a parameter that needed to take into a consideration in determining the building location. The deepness of basement will have its critical role in keeping the building strong in the future. The gravity method as a geophysics methodology was used in mapping the structure of lower surface. Because of parameter measured by gravity method has a gravity rate which is caused by varies of stone density of lower surface. By using the Parasnis method, it is known that the average of stone density in city of Depok is 1.73 gr cc. Energy Spectrum Analysis ndash Multi Window Test ESA MWT method by windowing test point using Complete Bouger Anomaly CBA is used to know the depth interface in each tested point. And it is also done a separation between regional anomaly and residual anomaly by transformation fourier at software of Oasis Montaj. Separation between regional anomaly and residual anomaly is done by using low pass filter. Meanwhile, it is used band pass filter to reduce noisy in residual anomaly. Fractur structure could be identified through map of residual anomaly and by using method of Multi Scale ndash Second Vertical Derivate MS SVD as well, in which its result has a correlation one to another. Identification result on the deepness of basement and fractur structure is made in the shape of map of lower surface, and it is also used to make clearer picture.
"
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amalia Umi Nafingah
"Sumatra merupakan salah satu pulau di Indonesia yang memiliki banyak produk dari aktivitas tektonik dari bawah permukaan bumi. Salah satu produk dari aktivitas tektonik tersebut merupakan keberadaan struktur patahan pada wilayah tersebut. Keberadaan struktur patahan pada wilayah tersebut akan menyebabkan adanya zona labil. Zona patahan akan mudah mengalami goncangan serta berpotensi menimbulkan bencana. Salah satu bencana yang berasosiasi dengan keberadaan zona patahan yaitu gempa bumi. Penelitian ini diharapkan dapat mengidentifikasi kemungkinan keberadaan patahan-patahan di wilayah Sumatra bagian Utara yang berpotensi menimbulkan bencana. Dalam penentuan keberadaan patahan, data yang digunakan merupakan data satelit gravitasi dengan metode MS-SVD (Multi Scale - Second Vertical Derivative) untuk membantu dalam mengindikasi dan mengkarakterisasi keberadaan patahan. Penelitian ini dikonfirmasi menggunakan metode FHD (First Horizontal Derivative) dalam menentukan keberadaan patahan wilayah tersebut. Dari penentuan tersebut terdapat 55 patahan dan karakterisasinya yang digunakan untuk mengetahui potensi bencana pada wilayah tersebut. Selain itu, untuk mengetahui potensi kerawanan bencana yang ditimbulkan, digunakan 2D forward modelling berdasarkan kontras densitas bawah permukaan wilayah tersebut.

Sumatra is one of the islands in Indonesia that has many products of tectonic activity from below the earth's surface. One of the products of tectonic activity is the presence of fault structures in the region. The presence of fault structures in the region will cause the presence of unstable zones. Fault zones will be easily shaken and potentially cause disaster. One of the disasters associated with the existence of fault zones is earthquakes. This research is expected to identify the possible existence of faults in the northern part of Sumatra that have the potential to cause disasters. In determining the existence of faults, the data used is gravitational satellite data by MS-SVD (Multi Scale - Second Vertical Derivative) method to assist in indicating and characterizing the existence of faults. The study was confirmed using FHD (First Horizontal Derivative) method in determining the presence of faults in the region. There are 55 faults and their characterization is used to determine the potential for disaster in the region. In addition, to find out the potential disaster insecurity caused, 2D forward modelling is used based on the contrast of density below the surface of the region"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khairunnisa Nazhifah Yudyawati
"ABSTRACT
Pada tahun 2016, Koulali et al., Menyelidiki tingkat kesalahan aktif di Jawa, dan dikatakan bahwa ada kesalahan aktif Baribis yang melintasi dan melewati beberapa kecamatan di Jakarta Selatan. Selain itu, Jakarta adalah salah satu kota metropolitan dan memiliki populasi dan infrastruktur yang padat, sehingga keamanan kota perlu dipertimbangkan terutama untuk potensi bencana alam. Salah satu cara adalah untuk mengidentifikasi potensi adanya kesalahan di Jakarta dengan fokus pada identifikasi adalah kesalahan Baribis yang dikatakan berada di seberang Jakarta Selatan. Penelitian dengan data gravitasi primer menggunakan metode MS-SVD yang didukung oleh metode MS-HDVD adalah metode yang baik untuk mengidentifikasi kesalahan. Penelitian ini juga melakukan metode pemodelan ke depan 2D untuk menentukan gambar cross-sectional dari permukaan bawah tanah dan besarnya atau kontras kepadatan di wilayah Jakarta. Sesar Baribis diperkirakan relatif Timur-Barat, sehingga jalur yang dibuat adalah Utara-Selatan. Pemrosesan dilakukan dengan membuat peta CBA kemudian melanjutkan ke atas kemudian melakukan metode SVD. Mengiris data diambil di peta SVD. Dengan MS-SVD, karakteristik patahan juga dikenal sebagai arah dan besarnya kemiringan. Metode MS-HDVD juga mendukung adanya kesalahan dalam data MS-SVD. Dengan metode MS-SVD dan MS-HDVD, ada atau tidaknya Baribis diketahui. Seperti halnya model 2D Jakarta, dapat dilihat juga potensi bahaya DKI Jakarta dengan melihat kontras kepadatannya.

ABSTRACT
In 2016, Koulali et al., Investigated the level of active error in Java, and it was said that there was an active Baribis error that crossed and passed through several sub-districts in South Jakarta. In addition, Jakarta is a metropolitan city and has a dense population and infrastructure, so city security needs to be considered especially for potential natural disasters. One way is to identify potential mistakes in Jakarta with a focus on identification is Baribis errors which are said to be across from South Jakarta. Research with primary gravity data using the MS-SVD method supported by the MS-HDVD method is a good method for identifying errors. This study also conducted a 2D forward modeling method to determine cross-sectional images of the underground surface and the magnitude or contrast density in the Jakarta area. The Baribis Fault is estimated to be relatively East-West, so the route made is North-South. Processing is done by making a CBA map then proceed to the top then do the SVD method. Slicing data is taken on SVD maps. With MS-SVD, the fault characteristic is also known as the direction and magnitude of the slope. The MS-HDVD method also supports errors in MS-SVD data. With the MS-SVD and MS-HDVD methods, the presence or absence of Baribis is known. Like the Jakarta 2D model, it can also be seen the potential danger of DKI Jakarta by looking at its contrast density."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>