Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 188483 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Natazsa Octria Putri
"ABSTRAK
Pasangan yang menikah antarbudaya kerap mengalami perselisihan yang menimbulkan stres internal minor dalam hubungan. Pada hubungan pernikahan, pengaruh negatif stres internal minor terhadap kepuasan pernikahan tidak hanya memengaruhi individu, namun juga pasangannya. Data diambil dari 45 pasang suami istri yang menikah antarbudaya, berasal dari daerah Jabodetabek, Bandung, dan Pekanbaru. Analisis data dilakukan menggunakanActor-Partner Interdependence Model pada aplikasi APIM_SEM. Hasil penelitian menunjukkan bahwa stres internal minor individu memengaruhi kepuasan pernikahan individu secara negatif (p istri = 011, p suami = 018), namun tidak memengaruhi kepuasan pernikahan pasangan.

ABSTRACT
Intercultural couples face cultural conflicts inside their marriage, resulting in internal minor stress. Stress as dyadic phenomenon-commonly found in marriage-affects both individuals inside their relationship. As a result, couples experience low levels of marital satisfaction. 45 intercultural couples from Jabodetabek, Bandung, and Pekanbaru completed this study. The highlight of this study was the use Actor-Partner Interdependence Model in data analysis, using the APIM_SEM app. The result from this study implied that internal minor stress affected marital satisfaction in an individual level (p = .011 for wives, p = .018 for husbands). No significant effects were found in partner-effect."
2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jony Eko Yulianto
"Etnis Jawa dan Etnis Tionghoa sama-sama menekankan pentingnya harmoni sosial dalam sebuah relasi. Apakah harmoni ini tetap eksis pada perkawinan beda etnis yang melibatkan individu dari kedua etnis tersebut? Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan eksistensi dan dinamika interdependensi pada 24 pasangan pelaku perkawinan beda etnis (perempuan Tionghoa dan laki-laki Jawa) dengan metode kualitatif pendekatan fenomenologi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa manifestasi interdependensi terbagi menjadi tiga kategori, yakni pembentukan identitas, penggunaan kuasa, dan penggunaan sumber daya. Pembentukan identitas terdiri dari identitas yang melebur (fused), identitas yang berlapis (layered), identitas yang didasarkan pada kesamaan atribut, dan identitas yang berfokus pada tata nilai (value-focused). Penggunaan kuasa mencakup bentuk hierarki, dominasi, dan subordinasi yang bersifat fleksibel (versatile). Penggunaan sumber daya meliputi bentuk penggunaan bersama (communal sharing), transaksi (transaction), dan dominasi (domination). Dinamika interdependensi yang terjadi pada subjek penelitian ini terbagi menjadi sisi interpersonal yang terfokus pada peran kepercayaan dan ketidakpercayaan, sisi intrapersonal yang menyoroti afeksi individu terhadap pasangan, sisi transendental yang membahas kepercayaan subjek terhadap figur transenden, dan sisi antarkelompok yang menekankan pada peranan model meta-relasional keluarga besar.

Javanese and Chinese Indonesians (Tionghoa) ethnicity both emphasize the importance of social harmony in their relations. Does it exist in intermarriage of these two ethnics? The present study describes the existence of interdependence and its dynamics in the marital relation between Chinese Indonesian women and Javanese men by applying qualitative method with phenomenology approach on 24 married couples in Solo and Yogyakarta. The result shows that interdependence manifestation in interethnic marriage includes identity establishment, the use of power, and the utilization of resources. Identity establishment consists of fused identity, layered identity, attributed identity, and value-focused identity. The use of power exists in variations of hierarchy, domination, and versatile. The utilization of resource shows the variations of communal-sharing, transaction, and domination. Interdependence dynamics between husband and wife manifest in interpersonal level which emphasizes the role of trust and distrust, intrapersonal level which is expressed in affection toward spouse, transcendetal level which is voiced in the role of trust toward transcendental agents, and intergroup level which is pointed to role of meta-relational model of extended family."
Surabaya: Universitas Ciputra Surabaya. School of Psychology; Universitas Gadjah Mada. Faculty of Psychology, 2016
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Anita Christina
"ABSTRAK
Hubungan antara etnis pribumi dan Tionghoa yang seringkali diwamai
konflik menandakan bahwa usaha asimilasi yang dilaksanakan oleh pemerintah
belum memuaskan. Salah satu upaya mempermudah proses asimilasi antara dua
golongan etnis tersebut adalah melalui perkawinan campur. Namun, perbedaan latar
belakang budaya dalam perkawinan campur dapat menimbiilkan konflik bagi
pasangan sehingga diperlukan strategi coping yang tepat untuk mengatasinya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi coping yang digunakan wanita
etnis Tionghoa dalam mengatasi konflik budaya dengan suaminya yang pribumi.
Masaiali-masalah yang mungkin timbul dalam perkawinan campur antara lain,
komunikasi, perbedaan nilai, dan hubungan dengan keluarga (Markoff, dalam Tseng,
McDermott, & Maretzki, 1977). Strategi coping yang dapat digunakan untuk
mengatasi masalah tersebut terbagi dalam kategori problem-focused coping atau
coping terpusat-masalah, emotion-focused coping atau coping terpusat-emosi, dan
gabungan keduanya (Lazarus, Folkman, Schetter, DeLongis, & Gruen, 1986 dalam
Bird & Melville, 1994).
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif karena memungkinkan
peneliti mendapatkan penghayatan subyek mengenai strategi coping yang digimakan
dalam menyelesaikan terjadinya konflik berlatar belakang budaya dalam perkawinan campur. Pemilihan subyek sebanyak 3 orang menggunakan salah satu pedoman yang
diuraikan oleh Patton (1990), yaitu pemilihan subyek berdasarkan teori atau
berdasarkan konstruk operasional. Pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan metode wawancara dan didukung oleh metode observasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga subyek jarang mengalami konflik
dengan suami mengenai perbedaan budaya. Namun, bila teijadi konflik, ketiga
subyek menggunakan strategi coping yang berbeda untuk mengatasinya. Subyek EN
cenderung menggunakan strategi coping terpusat-masalah, sedangkan subyek LI
lebih cenderung menggunakan coping teipusat-emosi dan mengalah. WL sendiri
menggunakan kedua cara coping tersebut secara bergantian, tidak ada satu
kecenderungan tertentu.
Kurang nampaknya konflik budaya dalam penelitian ini mungkin disebabkan
oleh perbedaan budaya yang tidak terlalu jauh antara subyek dan suaminya, seperti
dalam kasus WL dan IN. Untuk penelitian selanjutnya, sebaiknya dicari pasangan
subyek yang kebudayaannya memang iaub berbeda agar gambaran konflik dan
strategi coping yang digunakan terlihat lebih jelas dan nyata. Berdasarkan analisis
hasil penelitian, disarankan agar pasangan perkawinan campur menggunakan strategi
coping terpusat-masalah untuk mengatasi konflik budaya karena strategi coping ini
membantu pasangan untuk menyelesaikan perbedaan budaya di antara keduanya,
tidak sekadar mengurangi tekanan akibat adanya perbedaan tersebut."
2001
S2797
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuriko
"ABSTRAK
Pasangan antarbudaya seringkali menjadi korban prasangka. Studi TMT menunjukkan bahwa mengingatkan seseorang mengenai kematian (saliansi mortalitas) dapat membuatnya lebih berprasangka. Studi dilakukan guna menguji peran kecemasan eksistensial dalam kemunculan prasangka terhadap pasangan antarbudaya dengan menggunakan desain faktorial between subjects control) x 2 (harga diri tinggi vs. rendah). Partisipan penelitian ini terdiri dari 104 mahasiswa. Hasil studi menunjukkan adanya peran kecemasan eksistensial dalam kemunculan prasangka terhadap pasangan antarbudaya. Partisipan yang diminta untuk memikirkan mengenai kematian memiliki skor rata-rata evaluasi terhadap pasangan antarbudaya yang secara signifikan lebih dibandingkan partisipan yang diminta untuk memikirkan mengenai topik netral.

ABSTRACT
Intercultural couples often found themselves at the receiving end of prejudicial treatment. TMT research has shown that exposure to mortality reminders could worsen prejudicial attitudes. The present study was conducted to examine whether mortality reminder would increase prejudicial attitudes towards intercultural couples. One hundred and four undergraduate students participated in a 2 (mortality salience vs. control) x 2 (low vs. high self-esteem) between subjects factorial design experimental study. Compared to participants in the control group, participants in the mortality salient condition reported a significantly lower evaluation towards intercultural couples"
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rintis Mulyani
"ABSTRACT
Perceraian marak terjadi di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Data statistik dari Pengadilan Tinggi Agama PTA Jakarta, 72 kasus perceraian tersebut diajukan oleh istri. Isu utama yang diajukan para istri adalah karena mereka tidak puas secara ekonomi. Istri yang merasa tidak puas terhadap kondisi finansialnya menjadi pemicu banyaknya konflik yang dapat mempengaruhi kepuasan pernikahan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara stres finansial dan kepuasan pernikahan pada istri bekerja di Jabodetabek. Pertanyaan utama pada penelitian ini adalah apakah terdapat hubungan negatif yang signifikan antara stres finansial dan kepuasan pernikahan pada istri bekerja di Jabodetabek. Desain penelitian ini adalah kuantitatif dan termasuk cross-sectional study. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 133 istri yang bekerja dan tinggal di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Metode pengumpulan data menggunakan kuesioner InCharge Financial Distress/Financial Well-Being Scale untuk mengukur stres finansial dan Couple Satisfaction Index untuk mengukur kepuasan pernikahan. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan negatif yang signifikan antara stres finansial dan kepuasan pernikahan. Artinya, semakin tinggi stres finansial berkorelasi dengan semakin rendahnya kepuasan pernikahan. Hal ini dapat terjadi karena stres finansial yang tinggi memicu masalah dan kesehatan mental yang buruk. Kesehatan mental yang buruk membuat interaksi dengan pasangan menjadi terganggu, memicu marital distress, dan berujung pada rendahnya kepuasan pernikahan.

ABSTRACT
Divorce is much happens in Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, and Bekasi. Statistical data from Pengadilan Tinggi Agama PTA Jakarta, 72 divorce cases filed by wife. The main issue that wives propose is because they are not economically satisfied. Wives who are not satisfied with the financial condition become the triggers many conflicts that can affect marital satisfaction. This study was conducted to determine the relationship between financial stress and marital satisfaction among working wives in Jabodetabek. The main question in this study is whether there is a significant negative relationship between financial stress and marital satisfaction among working wives in Jabodetabek. The design of this study was quantitative and included a cross sectional study. Participants in this study were 133 working wives who lived in Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, and Bekasi. Methods of data collection using InCharge Financial Distress Financial Well Being Scale to measure financial stress and Couple Satisfaction Index to measure marital satisfaction. The results showed a significant negative relationship between financial stress and marital satisfaction. That is, the higher the stress correlates with the lower the satisfaction of marriage. This can happen because high financial stress leads to problems and poor mental health. Poor mental health makes interaction with spouse disturbed, triggering marital distress, and resulting low marital satisfaction."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwiki Hendraputra
"ABSTRAK
Pernikahan antarbudaya di Indonesia dinilai sebagai pernikahan yang cukup rentan konflik karena adanya perbedaan pandangan dan kebiasaan diantara individu yang menjalaninya. Perbedaan pandangan tersebut membuat tekanan dalam pernikahan yang dapat menurunkan kepuasan pernikahan. Tekanan pada pernikahan beda budaya tersebut dapat ditangani dengan melakukan pengorbanan terutama dengan approach motive. Approach motive dikaitkan dengan peningkatan kepuasan hubungan setiap hari dan dari waktu ke waktu. Sebanyak 45 pasang suami dan istri yang menikah beda suku selama minimal satu tahun berpartisipasi dalam penelitian dengan mengisi kuesioner luring mengenai motif berkorban dan kepuasan pernikahan. Melalui model APIM, hasil penelitian menunjukkan bahwa individu dengan approach motive yang tinggi memiliki kepuasan pernikahan yang tinggi pula (p suami .210, p istri >.001), namun tidak ditemukan adanya pengaruh dari pasangannya.

ABSTRACT
Intercultural marriage in Indonesia is considered a marriage that is quite vulnerable to conflict because of differences in views and habits among individuals who live it. These different views make pressure in marriage that can reduce marital satisfaction. Conflicts and problems on intercultural marriage can be handled by making sacrifices, especially with approach motive. Approach motive is associated with increasing relationship satisfaction everyday and from time to time. 45 intercultural married couples from different ethnicities that have been married for at least one year participated in the study by filling in an offline questionnaire regarding the motives for sacrifice and marital satisfaction. Through the APIM model, the results showed that individuals with high approach motives had high marital satisfaction (p husband .210, wife >.001), but there was no significant effect found from their partners."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Esty Nimita Tejawati
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1994
S2257
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Naila Azmiya Bariadi
"Tingginya tingkat perceraian di Indonesia pada tahun 2019 didominasi oleh pasangan dengan rentang usia pernikahan satu sampai lima tahun menandakan bahwa periode awal pernikahan merupakan masa yang rentan bagi pasangan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat efek moderasi dari common dyadic coping dalam hubungan antara stres eksternal dan stres internal pada pasangan dengan usia pernikahan 1-5 tahun. Partisipan terdiri dari 128 orang (43 laki-laki dan 85 perempuan), berstatus menikah, dan minimal berusia 20 tahun. Alat ukur yang digunakan adalah Multidimensional Stress Questionnaire for Couple dan Dyadic Coping Inventory. Hasil penelitian mendukung hipotesis dengan menujukkan adanya korelasi antara stres eksternal dan stres internal (r = 0.75, n = 128, p<.01, one-tailed) serta ditemukannya efek moderasi dari common dyadic coping pada hubungan stres eksternal dan stes internal (β = 0.77, t(0.5946) = 0.486, p<.05). Hasil penelitian ini dapat menjadi acuan psikoedukasi mengenai proses penyesuaian dan strategi coping pada pasangan yang akan atau baru menikah.

High divorce rate in Indonesia was dominated by couples with 1-5 years of marriage. This finding indicated that early period of marriage is a vulnerable period for both couples. This study aimed to examine the moderating effects of common dyadic coping in the relationship between external stress and internal stress in couples with 1-5 years of marriage. Participants consisted of 128 people (43 men and 85 women), is married, and at least 20 years old. The measuring instruments used are Multidimensional Stress Questionnaire for Couple and Dyadic Coping Inventory. Research result support hypothesis by showing a correlation between external stress and internal stress (r = 0.75, n = 128, p<.01, one-tailed and also found that there is moderating effect of common dyadic coping on the relationship between external stress and internal stress (β = 0.77, t(0.5946) = 0.486, p<.05). The result of this study can be used as reference for psychological education regarding the adjustment process and coping strategies for couples who about to get married or are newly married."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fara Nazhira
"Pasangan yang menikah antarbudaya rentan untuk mengalami konflik yang berasal dari perbedaan budaya. Konflik yang sering dan berkepanjangan dapat menimbulkan berbagai dampak negatif, salah satunya penurunan tingkat kepuasan pernikahan. Common dyadic coping adalah upaya pasangan untuk mengatasi permasalahan yang mereka hadapi bersama-sama. Sebanyak 45 pasang suami dan istri (M usia pernikahan=19,44, SD=8,69) yang berasal dari suku yang berbeda dan berdomisili di Jabodetabek, Bandung, dan Pekanbaru diminta untuk menjawab item dari Dyadic Coping Inventory (DCI) dan Couple Satisfaction Index-16 (CSI-16). Penelitian menggunakan Actor-Partner Interdependence Model dan data yang diperoleh dianalisis menggunakan APIM_SEM. Hasil penelitian membuktikan bahwa skor Common Dyadic Coping memiliki interdependensi dengan skor Common Dyadic Coping pasangannya. Common Dyadic Coping yang dilaporkan oleh individu memengaruhi kepuasan pernikahan individu secara positif (p istri<0,001, p suami=0,025) namun tidak memengaruhi kepuasan pernikahan pasangannya
Couples that marry interculturally are prone to have conflicts that stemmed from their cultural differences. Frequent and long-lasting conflict may cause various negative effects, such as decreasing marital satisfaction. Common Dyadic Coping is a joint effort to solve their problems together. Forty-five pairs of husband and wife (M marriage duration=19,44, SD=8,69) that come from different ethnic groups and currently lives in Jabodetabek, Bandung, and Pekanbaru were asked to answer a series of items from Dyadic Coping Inventory (DCI) and Couple Satisfaction Index-16 (CSI-16). This study uses Actor-Partner Interdependence Model and the data that was collected is analyzed using APIM_SEM. The results shows that individual’s report of Common Dyadic Coping has interdependency with their partner’s Common Dyadic Coping. One’s report of Common Dyadic Coping has a positive effect on their own marital satisfaction (p wives<0,001, p husbands=0,025), but had no effect on their partner’s marital satisfaction."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Dwi Ertato
"Tulisan ini membahas novel karya Ferdinand Wiggers yang berjudul Tjerita Njai Isah; Barang jang soenggoe soedah kedjadian di Bagelen (1904-1905) yang mengisahkan kehidupan percintaan antar-ras di era kolonial Hindia Belanda pada abad ke-19. Kisah percintaan tersebut mencakup kisah percintaan antara laki-laki Eropa dengan perempuan pribumi (pernyaian), perempuan Eropa dengan laki-laki pribumi, dan laki-laki Indo dengan perempuan pribumi. Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif analitis dan pendekatan sosiologi sastra. Pendekatan sosiologi sastra digunakan untuk mengetahui hubungan konteks dunia kolonial dengan novel Njai Isah. Hasil penelitian membuktikan bahwa Ferdinand Wiggers merupakan penulis produktif pada masa awal kesusastraan modern Indonesia dan novel Njai Isah merupakan tanggapan terhadap dunia kolonial terutama kehidupan kolonial yang berkaitan dengan wacana pernikahan dan ras.

This thesis discusses a novel by Ferdinand Wiggers entitled "Tjerita Nyai Isah; Barang jang soenggoe soedah kedjadian di Bagelen (1904-1905)" which depicts the lives of an interracial romance in the Dutch East Indies colonial era in the 19th century. Love story includes romance between European men with native women (pernyaian), European women with native men, and Eurasian Man with a native girl. The research was done using descriptive and analytical approach to the sociology of literature. Sociology of literature approach used to determine the relationship with the colonial world context on novel "Njai Isah". The research proves that Ferdinand Wiggers is a prolific writer of the early modern Indonesian literature and novels Njai Isah is a response to the colonial life, especially relating to marriage and racial discourse."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>