Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 39051 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Alfi Eko Putra
"

Hidroksiapatit memiliki nilai biokompatibiltas yang tinggi dalam bidang kedokteran khususnya ortopedi. Namun sangat perlu ditingkatkan nilai properti mekanisnya dengan proses sintering. Temperatur yang dibutuhkan untuk proses sintering hidroksiapatit adalah 1200 oC. Tujuan dari penelitian ini adalah mengembangkan oven microwave komersial 800 W agar menghasilkan panas sampai temperatur 1200 oC untuk proses sintering hidroksiapatit. Pengembangan dalam hal pemilihan material, geometri, dan layout susceptor dan insulator. Prinsip pemanasan ini adalah pemanasan microwave hibrida, yakni panas yang bersumber dari microwave dan susceptor serta menahan panas keluar dari sistem dengan sistem insulator. Hasil eksperimen menunjukkan bahwa oven microwave hibrida untuk sintering mencapai 1046 oC dalam waktu 30 menit.

 


Hydroxyapatite has a high biocompatibility value in medicine application, especially orthopedics. However, it is very necessary to increase the mechanical property value by sintering process. The temperature required for the hydroxyapatite sintering process is 1200 oC. The purpose of this study is to develop a 800 W commercial microwave oven to produce heat up to a temperature of 1200 oC for the sintering process of hydroxyapatit. The development includes material selection, geometry, and layouts susceptor and insulator. The principle of the heating is hybrid microwaves heating which heat sources are the microwave itself and susceptor while trapping the heat keep in the system by insulator material. In 30 minutes, The experimental result showed that the microwave hybrid oven for sintering reached 1046 oC.

 

"
2019
T53970
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Brilianta Abdalla Raliaji
"ABSTRAK
Kerupuk merupakan makanan ringan pendamping lauk pauk yang dikenal masyarakat luas serta merupakan komoditas pangan yang mampu diekspor ke luar negeri. Pengeksporan kerupuk dilakukan dalam bentuk mentah untuk mencegah kerusakan sehingga membutuhkan pemasakan kembali sebelum dapat dikonsumsi. Pengolahan konvensional dengan penggorengan merupakan pilihan utama untuk memasak kerupuk, namun aspek kesehatan, gizi, biaya, dan lainnya membuat metode ini kurang disegani. Alternatif pemasakan yang memiliki aspek yang lebih baik adalah dengan menggunakan microwave oven. Microwave oven menggunakan gelombang mikro untuk menghasilkan panas yang akan mematangkan kerupuk. Penelitian ini akan melakukan pengamatan lebih terhadap parameter-parameter yang memengaruhi pengembangan kerupuk melalui microwave oven seperti penambahan wadah, penambahan jumlah, penambahan cairan, dan simulasi dengan lsquo;COMSOL rsquo;. Hasil data yang didapatkan akan dibandingkan dengan metode konvensional untuk mengetahui pengaruh dari setiap pengujian terhadap pengembangan kerupuk serta hasil terbaiknya.

ABSTRACT
Kerupuk is a snack or companion side dishes known to the wider community and is a food commodity that can be exported abroad. Kerupuk exporting is done in raw form to prevent damage so it needs cooking before it can be cosumed. Conventional processing by frying is the main choice for cooking crackers, but health, nutrition, cost, and other aspects make this method less desireable. A cooking alternative that has a better aspect is a microwave oven. Microwave ovens use microwaves to generate heat that will cook the kerupuk. This study will make more observations on the parameters that affect the development of crackers through microwave ovens such as adding containers, adding quantities, adding fluids, and simulating with 39 COMSOL 39 . The results of the data obtained will be compared with conventional methods to determine the effect of each test on the expansion of kerupuk and the best results."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ummu Maemunah
"Pengujian sistem harus dilakukan agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan. Salah satu metode pengujian rancangan sistem adalah model checking. Pada tugas akhir ini model yang digunakan untuk menyajikan rancangan sistem pada model checking adalah struktur Kripke dan spesifikasi sistem ditulis dalam bentuk formula computational tree logic yang merupakan salah satu bagian dari temporal logic. Algoritma computational tree logic model checking digunakan untuk memeriksa terpenuhi tidaknya spesifikasi yang ditulis dengan formula computational tree logic pada rancangan sistem. Pada tugas akhir ini dibahas penggunaan algoritma computational tree logic model checking untuk memeriksa rancangan sistem microwave oven. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
S27633
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kent Chester
"ABSTRAK

Secara tradisional, metode memasak kerupuk adalah dengan menggorengnya sampai bentuknya optimal. Namun, ada berbagai cara alternatif untuk mengekspansi volume kerupuk, misalnya, dengan metode pemanasan pasir dan pemanasan gelombang mikro dalam microwave. Pemanasan gelombang mikro memang memberikan rasa baru dan cara sehat untuk mengkonsumsi kerupuk, daripada metode menggoreng dan menarik lebih banyak lemak ke dalam kerupuk. Namun, memasak kerupuk menggunakan oven mikrowave tidak menghasilkan distribusi panas yang seragam, sehingga kerupuk tidak berkembang secara optimal dan mempertahankan beberapa bagian yang tidak berkembang. Untuk mengatasi masalah ini, sebuah film metalik tipis digunakan untuk percobaan untuk meningkatkan volume ekspansi. Penggunaan film diyakini dapat memberikan beberapa ekspansi volume melalui penggunaannya pada popcorn mikrowave. Eksperimen ini melibatkan penggunaan sampel dan pengukuran kerupuk dengan Faro-Arm dan perpindahan pasir untuk menemukan dan membandingkan volume.


ABSTRACT
Methods to cook cracker traditionally was by fry it until it expand into its optimum shape. Then, there are various methods to alternatively expand the cracker, e.g. heat with sand and microwave heating. Microwave heating does gives new taste and healthy way to consume cracker rather than frying it and attract more fat into the cracker. However, using microwave to cook cracker does not gives an uniform distribution of heat and therefore the cracker does not expand optimally and remains some raw parts that did not expand. To solve this problem, a thin film is used for an experiment to increase the expansion volume. The usage of thin film is believed to gives some boost of expansion by its use on microwave popcorn. This experiment involve using samples of cracker and being measured by Faro-Arm and sand displacement method to find and compare the volume. 

"
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Matary Puspita Gatot
"Titanium memiliki afinitas yang tinggi terhadap oksigen untuk membentuk lapisan TiO2. Pada temperatur tinggi, lapisan TiO2 kehilangan sifat protektifnya sehingga dapat menyebabkan oksigen masuk ke dalamnya dan menyebabkan material menjadi rapuh, keras dan susah di machining . Percobaan ini bertujuan untuk meminimalisir lapisan TiO2 yang terbentuk pada saat proses sintering. Serbuk Ti-6Al-4V di kompaksi kemudian di sinter dengan teknologi baru arc plasma sintering dengan arus 40 A, 50 A, dan 60 A selama 8 menit untuk mencegah terjadinya oksidasi. Sebagai perbandingan, dilakukan pula sintering konvensional dengan atmosfer argon dengan temperatur 1100°C, 1200°C serta 1300°C selama 4 jam. Pengujian OM, SEM-EDS, XRD, densitas serta kekerasan dilakukan untuk menganalisis hasil sinter yang diperoleh. Fasa yang diperoleh dari hasil arc plasma sintering dan sintering konvensioanal adalah α dan β titanium. Lapisan TiO2 dari hasil proses arc plasma sintering lebih tipis dibandingkan dengan hasil sintering konvensional. Densitas relatif yang diperoleh pada proses arc plasma sintering untuk arus 40 A,50 A dan 60 A sebesar 89.54%, 91.87% dan 98.72% dengan nilai kekerasan secara berturut-turut 296.52, 332.81 dan 378.23 HV. Pada sintering konvensional densitas yang diperoleh pada temperatur 1100°C, 1200°C dan 1300°C adalah 95.73%, 96.72% dan 98.64% dengan nilai kekerasan secara berturut-turut sebesar 413.86, 427.45 dan 468.60 HV.

Titanium has a high affinity with oxygen forming a protective layer TiO2. At elevated temperatures, the TiO2 layer loses its protective properties. It can cause oxygen diffuse into bulk material and causes the material to become brittle, hard and difficult to machining. This experiment aims to minimize the formation of TiO2 layer during the sintering process. Ti-6Al-4V powder was compacted and then sintered with new technology arc plasma sintering (APS) with a current of 40 A, 50 A, and 60 A to produce the sintered specimen which was protected from oxidation. In comparison, conventional sintering was carried out with an argon atmosphere with a temperature of 1100°C, 1200C and 1300C. OM, SEM-EDS, XRD, density and hardness tests were carried out to analyze the results of the sintered process. Phases obtained from the arc plasma sintering and conventional sintering are a and b titanium. The TiO2 layer from the result of the arc plasma sintering process is thinner than the conventional sintering results.The relative density obtained in the arc plasma sintering process for currents 40 A, 50 A and 60 A was 89.54%, 91.87% and 98.72% with hardness values of 296.52, 332.81 and 378.23 HV. In conventional sintering the density obtained at temperatures of 1100 C, 1200 C and 1300 C was 95.73%, 96.72% and 98.64% with hardness values of 413.86, 427.45 and 468.60 HV, respectively."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 1995
TA176
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mohamad Shofiyul Musyarof
"Material La0,8K0,2MnO3 telah berhasil disintesis menggunakan metode Sol-Gel pada variasi suhu sintering 750℃, 800℃, 900℃, dan 1000℃. Uji karakterisasi XRD menunjukkan bahwa sampel membentuk fasa tunggal tanpa unsur pengotor dengan struktur Rhombohedral space group R-3c. Variasi suhu sintering yang semakin tinggi mengindikasikan pertumbuhan grain pada sampel yang semakin cepat, oleh sebab itu grain pada sampel menunjukkan peningkatan ukuran rata-rata seiiring meningkatnya suhu sintering. Material La0,8K0,2MnO3 memiliki sifat ferromagnetik disebabkan doping ion monovalen K+ yang menyebabkan muncul valensi baru Mn4+. Ion Mn4+ ini akan bereaksi dengan ion Mn3+, di mana elektron pada Mn3+ akan berpindah ke ion Mn4+ melewati ion O2-, reaksi ini disebut reaksi double exchange. Reaksi ini bergantung dengan hubungan ikatan antar ion Mn dan O, di mana jika jarak jari-jari ikatan Mn-O semakin dekat dan sudut ikatan Mn-O-Mn semakin lebar akan mempermudah perpindahan elektron ini sehingga sifat magnetik pada material akan semakin baik. Dari data ikatan atom yang diperoleh dari hasil refinement pola XRD, variasi suhu sintering sebesar 900℃ menjadi kandidat sebagai material yang memiliki sifat magnetik paling baik. Hal ini dikonfirmasi dengan hasil uji karakterisasi VSM yang menunjukkan puncak saturasi magnetisasi terhadap medan magnet eksternal tertinggi adalah sampel dengan suhu sintering 900℃, diikuti 800℃, 1000℃, dan terendah 750℃. Dari uji VNA juga diketahui bahwa penyerapan gelombang mikro yang terbaik terjadi pada sampel dengan suhu sintering 750℃.

Material La0,8K0,2MnO3 has been successfully synthesized using the Sol-Gel method at various sintering temperatures of 750℃, 800℃, 900℃, and 1000℃. The XRD characterization test showed that the sample formed a single phase without any impurity elements with the Rhombohedral space group R-3c structure. The higher sintering temperature variation indicates faster grain growth in the sample, therefore the grains in the sample show an increase in average size as the sintering temperature increases. The material La0,8K0,2MnO3 has ferromagnetic properties due to the doping of monovalent K+ ions which causes a new valency of Mn4+ to appear. This Mn4+ ion will react with Mn3+ ions, where electrons in Mn3+ will hop to Mn4+ ions through O2- ions, this reaction is called a double exchange reaction. This reaction depends on the bond relationship between Mn and O, where if the Mn-O bond radius is closer and the Mn-O-Mn bond angle is wider it will make it easier to bind these electrons so that the magnetic properties of the material will be better. From the atomic bond data obtained from the refinement of the XRD pattern, the sintering temperature variation of 900℃ is a candidate as the material with the best magnetic properties. This was confirmed by the results of the VSM characterization test which showed that the highest peaks of magnetization saturation to external magnetic fields were samples with a sintering temperature of 900℃, followed by 800℃, 1000℃, and the lowest was 750℃. From the VNA test it is also known that the best absorption of microwaves occurs in samples with a sintering temperature of 750℃."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tamara Rizki Amalia
"ABSTRAK
Hidroksiapatit (HAp) dengan rumus senyawa kimia Ca10(PO4)6(OH)2 merupakan bahan pengganti tulang yang digunakan dalam teknologi alternatif cangkok tulang. Hidroksiapatit memiliki sifat seperti biokompatibilitas, bioaktif dan tidak beracun sehingga aman bagi tubuh manusia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh variasi pH dan waktu terhadap sintesis hidroksiapatit dengan menggunakan iradiasi gelombang mikro dan sintering. Hasil menunjukan variasi pH dan waktu mempengaruhi ukuran kristal, derajat kristalinitas dan bentuk morfologi. Karakterisasi XRD menunjukan sampel yang diiradiasi oleh gelombang mikro selama 25 menit menghasilkan ukuran kristal tertinggi sekitar 21,60 nm pada pH 7. Proses sintering menghasilkan ukuran kristal tiga kali lipat dan ukuran kristal tertinggi mencapai sekitar 59,07 nm pada pH 11. Karakterisasi XRD juga menunjukan bahwa variasi pH memunculkan fase sekunder berupa chlorapatit. Karakterisasi FTIR menunjukan dengan adanya proses sintering menghilangkan gugus karbonat dan karakterisasi SEM-EDX pada pH 11 yang hanya diiradiasi gelombang mikro menunjukan partikel berbentuk bulat dan beraglomerasi ukuran partikel sekitar 63,43 nm dengan rasio Ca/P adalah 1,59 dan proses sintering menghasilkan bentuk partikel lebih kristalin ukuran partikel mencapai 180,62 nm dengan rasio Ca/P adalah 1,48. Penggunaan suhu tinggi berpengaruh terhadap pertumbuhan kristal dalam sintesis hidroksiapatit."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Jessica Angeline
"Sintesis hidroksiapatit adalah senyawa anorganik yang membentuk bagian yang sulit jaringan tubuh manusia seperti tulang. Materi ini bertindak sebagai biokompatibilitas, bioaktivitas, dan osteokonduktivitas, sehingga membuat hidroksiapatit (HA) cocok sebagai a biomaterial. Penelitian ini bertujuan untuk menggantikan ion Magnesium (Mg), yang memiliki peran penting dalam struktur dan fungsi tubuh manusia, dalam Kalsium (Ca) ion dari Hidroksiapatit. Kristal MgHA disintesis dengan mencampurkan larutan diammonium hidrogen fosfat dan magnesium hidroksida menjadi kalsium larutan hidroksida yang kemudian diiradiasi dengan gelombang mikro, dengan variasi dalam konsentrasi Mg dan waktu iradiasi.
Dari hasil XRD menunjukkan bahwa sepanjang dengan peningkatan konsentrasi Mg dan waktu iradiasi parameter kisi nilai a dan c dikurangi sebesar 0,03 dalam kisi a dan 0,01 dalam kisi c. Peningkatan Waktu iradiasi sebanding dengan peningkatan ukuran kristal (L) dan kristalinitas indeks (CI). Pada t = 35 ditemukan L = 19,08 nm dan CI = 0,14. Peningkatan Mg konsentrasi sebanding dengan peningkatan ukuran kristal dan indeks kristalinitas, peningkatan konsentrasi Mg di atas 0,6 M menunjukkan adanya saturasi dalam proses pengikatan Mg dalam struktur apatit. Proses sintering pada 900ºC meningkatkan nilai ukuran kristal dari 19,08 nm menjadi 52,09 nm dan kristalinitas indeks dari 0,14 menjadi 2,97. Dengan morfologi MgHA menghasilkan partikel berbentuk batang aglomerasi disebabkan oleh sejumlah besar konten Mg dalam apatit.

Hydroxyapatite synthesis is an inorganic compound that forms a difficult part of human body tissue such as bone. This material acts as biocompatibility, bioactivity, and osteoconductivity, thus making hydroxyapatite (HA) suitable as a biomaterial. This research aims to replace Magnesium (Mg) ions, which have an important role in the structure and function of the human body, in Calcium (Ca) ions from Hydroxyapatite. MgHA crystals are synthesized by mixing a solution of diammonium hydrogen phosphate and magnesium hydroxide into calcium hydroxide solution which is then irradiated with microwaves, with variations in Mg concentration and irradiation time.
The XRD results show that along with the increase in Mg concentration and irradiation time the lattice parameter values ​​a and c are reduced by 0.03 in lattice a and 0.01 in lattice c. The increase in irradiation time is proportional to the increase in crystal size (L) and crystallinity index (CI). At t = 35 found L = 19.08 nm and CI = 0.14. An increase in Mg concentration is proportional to an increase in crystal size and crystallinity index, an increase in Mg concentration above 0.6 M indicates the presence of saturation in the Mg binding process in apatite structures. The sintering process at 900ºC increased the crystal size value from 19.08 nm to 52.09 nm and the crystallinity index from 0.14 to 2.97. With morphology, MgHA produces agglomeration rod-shaped particles caused by large amounts of Mg content in apatite.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ronnie Higuchi Rusli
"Penambahan kekuatan pada keramik dengan cara sintering memainkan peranan yang penting didalam pembuatan bahan keramik lantai guna memproduksi produk keramik yang dapat diandalkan pada teknik sipil. Hal ini tidak lain berdasar pada suatu kenyataan bahwa transpor elemen material didalam strukturmikro selama proses sintering diakibatkan oleh proses difiisi permukaan dan difusi didalam kisi kristal. Proses difusi inilah yang menentukan penambahan kekuatan pada bahan keramik pada industri konstruksi sipil. Didalam penelitian ini struktur dari elemen material dalam bentuk bubuk sebagai bahan dasar dan juga bahan aditif berupa slag dianalisa dengan teknik difraksi sinar-x. Keramik bubuk dan aditif slag dicampur dengan perbandingan 5-50% untuk mempelajari efek dari proses sintering. Penambahan kekuatan pada keramik diamati berdasarkan beberapa indikator seperti penyusutan volume, porositas, uji kekerasan, dan kekasaran permukaan. Setelah bahan disintering sampai temperatur 1000° C bahan dianalisa dengan bantuan teknik difraksi sinar-x untuk mengetahui struktur kristal serta transformasi struktur mikro. Hasil analisa difraksi sinar-x menunjukkan bahan dasar keramik terdiri dari silika dan albit, sedangkan bahan aditif terdiri dari NiAs2. Keramik yang mempunyai porositas terrendah, kekerasan tertinggi, penyusutan volume tinggi dan kekasaran permukaan yang baik didapat dengan penambahan bahan aditif sebesar 5%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa mekanisme penguatan pada keramik terjadi karena terbentuknya albit sebagai hasil penambahan aditif NJAs2 sebesar 5%.

Ceramic strengthening and sintering process plays important role in the fabrication of ceramic tile as well as to produce reliable ceramic products for civil engineering application. This stem from the fact that microstructures elemental materials transport during sintering process by surface and lattice diffusion governed the strengthening mechanism. In these studies, structure of elemental materials in the form of powder ceramic as well as its additive (slag) has been analysed by x-ray diffraction technique. Powder ceramic, and slag additive is mixed all together with a ratio of 5-50% in order to determine the result of sintering process. Strengthening was observed and analysed base on several indicators such as; volume shrinkage, porosity, hardness, and surface roughness. After sintering at temperature of 1000 °C, the product is analysed with x-ray diffraction technique to determine phase change as well as microstructures transformation."
1999
JIRM-1-2-Agust1999-42
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>