Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 251982 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Irlandi Paradizsa
"

Pemerintah memiliki berbagai macam program yang bisa digunakan untuk menyejahterakan masyarakatnya. Namun, program tersebut menjadi tidak efektif apabila tidak ada masyarakat yang tahu. Oleh sebab itu, diperlukanlah komunikasi pembangunan agar informasi terkait pembangunan ini bisa tersampaikan kepada masyarakat. Penelitian ini berusaha untuk menjelaskan bagaimana proses implementasi dari Kelompok Informasi Masyarakat (KIM) Mekarjaya dalam menyampaikan pesan pembangunan dari pemerintah ke masyarakat dan sebaliknya, berikut dengan dampak yang diberikan dari proses tersebut. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif, supaya bisa menjelaskan mengenai pandangan subjektif dari masyarakat itu sendiri terhadap kegiatan-kegiatan dilakukan oleh KIM. Hasil penelitian ini menemukan beberapa tahap yang dilakukan oleh KIM dalam meliput kegiatan pembangunan masyarakat. Hasil liputan ini pun memberikan dampak masyarakat menjadi termobilisasi, menjadi lebih kohesif, juga meningkatkan rasa aman di masyarakat


Government has many kinds of program that can be used to increase the welfare of its citizen. However, those programs can be rendered ineffective if there is nobody that know its existence. Thus, it is imperative to do communication for development so that the information regarding to development can be informed to the people. This research would like to explain how KIM implements their program to inform from the government to its people and vice versa, regarding development messages. This research is conducted by using qualitative method, to further understanding about the subjective opinion of the people about the activities that had been conducted by KIM. The findings of this research are that it found that there are several steps that KIM did during its activities to inform the people through coverage. This research finds that the impact for the people are they can be mobilized, becoming more cohesive, and increasing the security of the people.

 

"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019;;
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Puji Tirta Pratiwi
"Emerging adulthood merupakan masa transisi antara remaja dan dewasa yang berisiko menimbulkan tekanan, terutama pada masyarakat miskin yang tinggal di perkotaan. Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah terdapat hubungan antara optimisme dan jenis kelamin dengan distres psikologis pada emerging adults miskin di Jakarta. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, non-experimental, dan cross sectional study. Partisipan penelitian merupakan 133 masyarakat miskin Jakarta berusia 18-29 tahun (M = 22,47; SD = 3,736) yang terdiri dari 59 laki-laki (44,4%) dan 74 perempuan (55,6%). Distres psikologis diukur menggunakan Hopkins Symptom Checklist-25 (HSCL-25) dan optimisme diukur menggunakan Life Orientation Test-Revised (LOT-R).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa distres psikologis dan optimisme berhubungan secara negatif dan signifikan, r(133)= -0,171, p=0,025. Artinya, semakin tinggi optimisme yang dimiliki, maka semakin rendah distres psikologis yang dimiliki emerging adults miskin di Jakarta. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa distres psikologis tidak berhubungan dengan jenis kelamin pada masyarakat miskin emerging adults di Jakarta, r(133)= 0,078, t hitung tabel.

Emerging adulthood is a transitional period between adolescence and adulthood that is risky to obtain stress, especially for poor urban community. This research aimed to investigate psychological distress relation to optimism and gender among poor emerging adults in Jakarta. This research was a quantitative, non experimental, and cross sectional study. The participants of this research were 133 poor emerging adult in Jakarta aged 18-29 years old consisted of 59 male and 74 female. Psychological distress was measured using Hopkins Symptom Checklist-25 (HSCL-25) and optimism using Life Orientation Test-Revised (LOT-R).
The result of this research showed that psychological distress have significant and negative relationship with optimism r(133)= -0,171, p=0,025. It means that the higher optimism, the lower psychological distress among poor emerging adult in Jakarta. In additional, the result of this research showed that psychological distress not related with gender among poor emerging adults in Jakarta.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sausan Asyfina
"Emerging adults lebih rentan mengalami stres, terlebih jika tinggal di perkotaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara gratitude dan jenis kelamin dengan distres psikologis pada emerging adults miskin di DKI Jakarta. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode kuantitatif. Partisipan dalam penelitian ini merupakan 227 masyarakat miskin emerging adults di Jakarta usia 18-29 tahun yang terdiri dari 147 perempuan (64,8%) dan 80 orang laki-laki (35,2%). Distres psikologis diukur menggunakan Hopkins Symptom Checklist–25 (HSCL-25) dan gratitude diukur menggunakan Gratitude questionnaire–6 (GQ-6). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara distres psikologis dan gratitude pada emerging adults miskin di Jakarta (r(227) = -0,053, p = 0,211). Selain itu, hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dan distres psikologis pada emerging adults miskin di Jakarta (r(227) = 0,084, t = 1,26)
Emerging adults are more risky to obtain stress, especially if they live in cities. This research aimed to investigate gratitude and gender in relation to psychological distress among poor emerging adult in Jakarta. This research was conducted using quantitative method. The participants of this research were 227 poor emerging adults in DKI Jakarta aged 18-29 years old which consisted of 147 female (64,8%) and 80 male (35,2%). Psychological distress was measured using Hopkins Symptom Checklist–25 (HSCL-25) and gratitude was measured using Gratitude Questionnaire–6 (GQ-6). The result of this research showed that there was not significant correlation between gratitude and psychological distress among poor emerging adults in Jakarta (r(227) = -0,053, p = 0,211). The other result of this research showed that there was not significant correlation between gender and psychological distress among poor emerging adults in Jakarta (r(227) = 0,084, t = 1,26)."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hutapea, Chelsea Dimeitri Angelica
"Masyarakat miskin dan kelompok usia emerging adulthood rentan mengalami distres psikologis. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara optimisme dan distres psikologis emerging adults miskin di DKI Jakarta. Optimisme diukur dengan Life Orientation Test-Revised (LOT-R) dan distres psikologis diukur dengan Hopkins Symptoms Checklist-25 (HSCL-25). Partisipan penelitian ini berjumlah 261 orang dengan rentang usia 18-29 tahun, terdiri dari 92 (35,2%) laki-laki dan 169 (64,8%) perempuan. Dengan analisis Pearson Correlation, ditemukan hasil bahwa optimisme memiliki hubungan yang signifikan dengan distres psikologis (r(259) = -0,161, p = 0,009, two-tailed) dan r2 = 0,026.

The poor and emerging adults groups are vulnerable to psychological distress. This study aim to examine the relationship between optimism and psychological distress among poor emerging adults in DKI Jakarta. Optimism was measured by the Life Orientation Test-Revised (LOT-R) and psychological distress measured by Hopkins Symptoms Checklist-25 (HSCL-25). The participants in this study were 261 with age range of 18-29 years old, consisting of 92 (35,2%) man and 169 (64,8%) women. With Pearson Correlation analysis, it was found that optimism had a significant relationship with psychological distress (r(259) = -0,161, p = 0,009, two-tailed) and r2 = 0,026."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raden Roro Tyas Apsari Antyaning Hajeng
"Saat ini, distres merupakan masalah kesehatan mental yang cukup sering terjadi di dunia. Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara health-promoting behavior, optimisme, dan distres psikologis pada emerging adults miskin di DKI Jakarta, sebagai kelompok yang rentan mengalami distres psikologis. Partisipan penelitian ini berjumlah 258 masyarakat miskin DKI Jakarta yang berusia emerging adults. Distres psikologis diukur menggunakan Hopkins Symptom Checklist-25 (HSCL-25), health-promoting behavior diukur menggunakan Health-Promoting Lifestyle Profile II (HPLP II), dan optimisme diukur menggunakan Life Orientation Test-Revised (LOT-R).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa health-promoting behavior bukan merupakan prediktor yang signifikan dari distres psikologis (b = 0,14, SE(b) = 0,08, t = 1,89, p > 0,05), sedangkan optimisme merupakan prediktor yang signifikan dari distres psikologis (b = -0,03, SE(b) = 0,01, t = -2,88, p < 0,05). Hubungan negatif antara optimisme dan distres psikologis mengindikasikan bahwa tingkat optimisme yang semakin tinggi akan memprediksi distres psikologis yang semakin rendah.

Nowadays, distress is a mental health problem that frequently occurs in the world. The aim of this research is to examine the relationship between health-promoting behavior, optimism, and psychological distress among poor emerging adults in DKI Jakarta, as the vulnerable group to high psychological distress. Participants of this research were 258 poor emerging adults in DKI Jakarta. Psychological distress was measured using Hopkins Symptom Checklist-25 (HSCL-25), health-promoting behavior was measured using Health Promoting Lifestyle Profile II (HPLP II), and optimism was measured using Life Orientation Test-Revised (LOT-R).
The result indicated that health-promoting behavior is not a significant predictor of psychological distress (b = 0,14, SE(b) = 0,08, t = 1,89, p > 0,05), whereas optimism is a significant predictor of psychological distress (b = -0,03, SE(b) = 0,01, t = -2,88, p < 0,05). The negative relationship between optimism and psychological distress indicates that higher level of optimism will predict the lower psychological distress.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohamad Rifqi Hadyan
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara distres psikologis dan perceived social support pada masyarakat miskin emerging adults di Jakarta. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode kuantitatif. Partisipan dalam penelitian ini adalah 260 masyarakat miskin emerging adults di Jakarta usia 18-29 tahun yang terdiri dari 168 orang perempuan (64,6%) dan 92 orang laki-laki (35,4%). Distres psikologis diukur menggunakan Hopkins Symptom Checklist–25 (HSCL-25) dan perceived social support diukur menggunakan Social Provisions Scale (SPS).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang negatif dan signifikan antara distres psikologis dan perceived social support pada masyarakat miskin emerging adult di Jakarta (r(258) = -0,155, p = 0,01, signifikan pada LoS 0,05). Artinya, semakin tinggi  perceived social support pada masyarakat miskin emerging adult di Jakarta, semakin rendah  distres psikologis yang dimilikinya.

This research aimed to investigate the relationship between psychological distress and perceived social support among poor emerging adult in Jakarta. This research was conducted using quantitative method. The participants of this research were 260 poor emerging adult in Jakarta aged 18-29 years old which consisted of 168 female (64,6%) and 22 male (35,4%). Psychological distress was measured using Hopkins Symptom Checklist – 25 (HSCL-25) and perceived social support was measured using Social Provisions Scale (SPS).
The result of this research showed that there was a significant negative correlation between perceived social support and psychological distress among  poor emerging adult in Jakarta (r = -0,155, p = 0,01, significant at LoS 0,05). It means that the higher psychological distress, the lower perceived social support among poor emerging adult in Jakarta.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Izzatun Nisa Syahida
"Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara gratitude dan distres psikologis pada masyarakat miskin emerging adulthood. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 264 orang yang merupakan masyarakat miskin dan berusia 18 sampai 29 tahun dari lima kelurahan berbeda di DKI Jakarta. Pengambilan data dilakukan menggunakan alat ukur Hopkins Symptom Checklist-25 (HSCL-25) untuk mengukur distres psikologis dan The Gratitude Questionnaire-Six Item (GQ-6) untuk mengukur gratitude. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang tidak signifikan antara distres psikologis dan gratitude (r=-0,064, n=264, p>0,01, one tailed). Artinya tinggi rendahnya tingkat gratitude individu tidak dapat berhubungan dengan tinggi rendahnya tingkat distres psikologis yang dimiliki oleh masyarakat miskin emerging adulthood.

The purpose of this research is to examine the correlation between gratitude and psychological distress among poor society emerging adulthood. Respondents in this study were 264 poor society from various sub-district in DKI Jakarta. The data were collected using Hopkins Symptom Checklist-25 (HSCL-25) to measure psychological distress and The Gratitude Questionnaire-Six Item (GQ-6) to measure gratitude. The result indicated there is not a significant negative correlation between psychological distress and gratitude (r=-0,064, n=264, p>0,01,  one -tailed), that is, gratitude does not predict psychological distress among them."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Hanifa
"Tahap perkembangan dewasa muda awal merupakan tahap kritis karena termasuk tahap peralihan dari masa remaja menuju dewasa. Pada tahap ini berbagai masalah kesehatan jiwa rawan terjadi, terutama pada masyarakat miskin yang merupakan kelompok rentan. Masyarakat miskin memiliki hasil kesehatan yang rendah karena akses yang terbatas ke layanan kesehatan. Terdapat pendekatan kesehatan yang dapat meningkatkan outcome kesehatan bagi masyarakat miskin yaitu perilaku peningkatan kesehatan (selanjutnya disebut perilaku peningkatan kesehatan) yaitu gaya hidup sehat yang komprehensif. Untuk meningkatkan perilaku untuk mempromosikan kesehatan secara efektif membutuhkan dukungan sosial yang dirasakan (selanjutnya disebut sebagai dukungan sosial yang dirasakan). Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki hubungan antara persepsi dukungan sosial dan dimensi pertumbuhan spiritual, hubungan interpersonal, dan manajemen stres dalam gaya hidup yang mempromosikan kesehatan. Partisipan dalam penelitian ini adalah 258 warga miskin yang berada pada tahap perkembangan dewasa muda awal (18-29 tahun) yang mendapat bantuan dari pemerintah. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian korelasional. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa dukungan sosial dipersepsikan memiliki hubungan yang signifikan dengan pertumbuhan spiritual, hubungan interpersonal, dan manajemen stres pada remaja miskin usia dini di DKI Jakarta.

Early young adult development stage is a critical stage because it includes a transitional stage from adolescence to adulthood. At this stage, various mental health problems are prone to occur, especially among the poor who are a vulnerable group. The poor have low health outcomes due to limited access to health services. There is a health approach that can improve health outcomes for the poor, namely health improvement behavior (hereinafter referred to as health improvement behavior), namely a comprehensive healthy lifestyle. To improve behavior to promote health effectively requires perceived social support (hereinafter referred to as perceived social support). This study aims to investigate the relationship between perceptions of social support and the dimensions of spiritual growth, interpersonal relationships, and stress management in health-promoting lifestyles. Participants in this study were 258 poor people who were in the early development stage of young adults (18-29 years) who received assistance from the government. The design used in this research is correlational research. The results of this study are that social support is perceived to have a significant relationship with spiritual growth, interpersonal relationships, and stress management in early childhood poor adolescents in DKI Jakarta."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maulidia Putri Sakinah
"Menerapkan gaya hidup sehat sangat penting untuk dilakukan meskipun kenyataannya terbalik, terutama bagi orang dewasa yang kurang mampu di daerah perkotaan yang memiliki kecenderungan untuk mengadopsi gaya hidup yang tidak sehat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji efek positif dari optimisme pada perilaku promosi kesehatan orang dewasa miskin yang muncul di Jakarta karena banyak studi sebelumnya telah menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara optimisme dan perilaku promosi kesehatan. Peneliti menggunakan metode regresi linier untuk menguji peran optimisme terhadap perilaku promosi kesehatan. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, peneliti dapat menyimpulkan bahwa optimisme memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap perilaku promosi kesehatan bagi orang dewasa yang kurang mampu di Jakarta.

Applying a healthy lifestyle is very important even though the reality on the ground is inversely proportional. The poor in urban areas who are at the stage of emerging adults have a tendency to adopt unhealthy lifestyles. The purpose of this study is to examine the positive effect of optimism on the health-promoting behavior of poor people in Jakarta who are emerging adults because some previous studies prove that there is a significant positive relationship between optimism and health-promoting behavior. Researchers used linear regression research methods to see the role of optimism in health-promoting behavior. Based on the results of research and data analysis, researchers can conclude that optimism has a significant positive effect on health-promoting behavior in poor adults emerging in Jakarta. Thus, the higher the optimism, the higher the health-promoting behavior that is applied and vice versa."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abigail Cornelia Ayu
"Emerging adulthood merupakan masa transisi bagi individu dari masa remajamenuju dewasa muda. Pada kelompok usia ini ditemukan terdapat beberapa masalah yang muncul dan memengaruhi kehidupan individu yang dapat menyebabkan distres bagi mereka.Salah satu hal yang memiliki peran dalam membantu individu untuk menghadapi permasalahan tersebut yaitu agama. Melalui penelitian ini digunakan untuk melihat hubungan antara religiusitas dan distres psikologis pada populasi masyarakat miskin. Adapun dari hasil penelitian, diperoleh bahwa terdapat hubungan antara religiusitas (M =46.98, SD = 6,87) dan distres psikologis (M = 1,64, SD = 0,47), dengan nilai r(262) = 0,139, p < 0,024. Populasi dari penelitian ini yaitu masyarakat yang berdomisili di wilayah DKI Jakarta, dengan rentang usia 18-29 tahun. Adapun karakteristik partisipan penelitian ini yaitu masyarakat DKI Jakarta yang menerima bantuan dari pemerintah berupa KJP, KIS, atau BPJS. Penelitian ini menggunakan teknik analisis pearson correlation dengan Teknik bivariat. Alat ukur yang digunakan yaitu HSCL-25 (Hopkins Symptom Check List - 25) yang terdiri 25 item (Turnip & Hauff, 2007) dan CRS-15 (Centrality Religiosity Scale) dengan 15 item yang menggambarkan lima dimensi dalam religiusitas (Huber & Huber, 2012).

Emerging Adulthood is a transition period for individuals from adolescence to young adults. In this age group, there are some problems that arise and affect the lives of individuals that can cause distress for them. One of the things that have a role in helping individuals to deal with these problems is religion. This research is used to see the relationship between religiosity and psychological distress in the poor population. As for the results of the study, it was found that there was a relationship between religiosity (M = 46.98, SD = 6.87) and psychological distress (M = 1.64, SD = 0.47), with a value of r (262) = 0.139, p < 0.024. The population of this study is the people who live in the DKI Jakarta area, with an age range of 18-29 years. The characteristics of the participants of this study were the people of DKI Jakarta who received assistance from the government in the form of KJP, KIS, or BPJS. This study used the Pearson correlation analysis technique with bivariate techniques. The measuring instrument used is HSCL-25 (Hopkins Symptom Check List - 25) which has 25 items (Turnip & Hauff, 2007) and CRS-15 (Centrality Religiosity Scale) with 15 items that describe five dimensions in religiosity (Huber & Huber, 2012)."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>