Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 133652 dokumen yang sesuai dengan query
cover
A`Isyah Fadhillah
"Co-pirolisis termal antara bonggol jagung dan PP pada laju pemanasan rendah telah berhasil memisahkan bio-oil fasa oksigenat dan non-oksigenat secara spontan. Pada co-pirolisis, PP dapat mengambil oksigen dari bio-oil untuk mengkonversi sebagian bio-oil menjadi fasa non-oksigenat sehingga dapat berkontribusi dalam perengkahan PP. Namun, kemampuan PP untuk mengubah oksigen sangat lemah. Pada penelitian ini, zeolit digunakan sebagai katalis pada co-pirolisis bonggol jagung dan PP pada laju pemanasan rendah guna mengurangi energy aktivasi dari pirolisis PP, sehingga akan mengurangi suhu dekomposisi massa PP hingga kurang dari 400 oC. pada penelitian sebelumnya, belum pernah ada katalitik pirolisis menggunakan laju pemanasan rendah untuk meningkatkan yield fase non-oksigenat pada co-pirolisis biomass dan PP. Penelitian ini dilakukan di reaktor berpengaduk dengan laju pemanasan 5 oC/menit dan suhu pirolisis 500 oC. komposisi umpan yang digunakan adalah 0; 50 dan 100%PP. Katalis yang digunakan adalah katalis zeolit alam dan zeolit sintetik ZSM-5 dengan dua rasio Si/Al yang berbeda yaitu 38 dan 70. Penggunaan katalis menghasilkan produk senyawa alifatik seperti metil, metilen dan methin yang tingggi. Dengan penambahan tipe katalis zeolit ZSM-5 produksi dari alilik yang merupaan rantai yang berhubungan dengan alkena berkurang. Apabila dilhat dari kualitas bio-oil, sebagian besar fraksi bio-oil non-polar memiliki nilai HHV yang hampir sama atau sedikit lebih tinggi dari bahan bakar komersial yaitu diesel dan gasoline. Selain itu apabila dilihat dari nilai BI (Branching Index) bio-oil fraksi non-polar menghasilkan rantai karbon lurus dengan cabang yang lebih banyak apabila dibandingkan dengan bahan bakar komersial. Dari perbandingan HHV dan BI, nilai HHV dan BI bio-oil fraksi non-polar lebih mendekati nilai HHV dan BI dari gasoline komersial.

Thermal co-pyrolysis of corn cobs and polypropylene (PP) at low heating rate has succeeded in separating bio-oil produced between oxygenated and non-oxygenated phases spontaneously. In co-pyrolysis, PP can sequester oxygen from bio-oil to convert part of bio-oil to non-oxygenated phase and can contribute partly non-oxygenated phase by PP carbon chain cracking. However, the capability of PP pyrolates to sequester oxygen is still low. In present work, zeolite catalyst was introduced in co-pyrolysis of corn cobs and PP at low heating rate, in order to reduce activation energy of PP pyrolysis and therefore reducing the lowest temperature of PP mass decomposition to less than 400oC. There has been no research previously conducted to employ catalytic co-pyrolysis at low heating rate to improve non-oxygenated phase yield in co-pyrolysis of biomass-plastic. The present co-pyrolysis work was carried out in a stirred tank reactor at heating rate of 5oC/min and maximum temperature of 500oC. The composition of feed was varied at 0, 50 and 100%PP in the mixture of corn cob particles and PP granules. There were two types of zeolite catalysts used in this experiment, natural zeolite and ZSM-5 with two different ratio, 38 and 70. Utilization of catalyst generated high amount of aliphatic moieties, i.e. methyl, methine and methylene. With ZSM-5 catalyst utilization, production of allyl decreased. Most of non-polar bio-oil fractions have similar or slightly higher higher heating values (HHVs) compared to those of commercial fuels. Branching index (BI) values of non-polar phase of bio-oil generated traight carbon chain with higher branches compared to those commercial fuels. From the comparison of HHV and BI value, non-polar phase of bio-oil generate HHV and BI value closer to commercial gasoline."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syafira Deani Tiaradiba
"ABSTRAK
Dalam proses co-pyrolysis, Polipropilen berfungsi untuk menyingkirkan oksigen sehingga yield fraksi non-polar (non-teroksigenasi) menjadi lebih tinggi. Namun, kemampuan PP untuk menyita oksigen masih rendah karena hemiselulosa dan selulosa terurai sebagian besar pada suhu di bawah 400oC, sedangkan PP sebagian besar di atas 400oC. Oleh karena itu, keduanya hanya memiliki interval suhu dekomposisi secara bersamaan yang kecil untuk memungkinkan interaksi antara bonggol jagung dan PP. Dalam penelitian ini, katalis diperkenalkan pada proses co-pyrolysis untuk mengurangi suhu terendah dekomposisi massa PP menjadi kurang dari 400oC agar meningkatkan interval suhu dekomposisi bersamaan. Katalis zeolit diteliti dengan memvariasikan tipenya yakni alam dan sintetik (beta)​​ yang dilakukan pada 3 rasio komposisi bonggol jagung dan plastik polipropilena, yaitu 0%:100%, 50%:50%, dan 100%:0%. Proses slow co-pyrolysis berlangsung di reaktor tangki berpengaduk, dengan suhu akhir 500oC, holding time 10 menit, heating rate 5oC/menit, dan total massa umpan 250 gram. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat pengaruh katalis baik zeolit alam maupun zeolit beta terhadap yield dan komposisi bio-oil hasil slow co-pyrolysis bonggol jagung dan plastik polipropilena. Dengan catalytic pirolisis, yield bio-oil cenderung menurun untuk semua variasi komposisi. Sebaliknya, yield char dan non condensable gas cenderung meningkat. Sedangkan, komposisi yang dominan dengan adanya katalis ialah alkana pada non polar dan metoksi pada H-NMR polar juga keton pada C-NMR polar. Pada produk bio-oil nonpolar, baik zeolit beta, zeolit alam, dan non katalis memiliki nilai branching index masing- masing yaitu 0,997; 1,052; dan 1,054 yang menunjukkan bio-oil nonpolar memiliki rantai karbon lurus dengan cabang lebih banyak apabila dibadingkan dengan bahan bakar komersial. Selain itu, nilai HHV yang dimiliki bio-oil diatas nilai produk bahan bakar bensin komersial yakni 47,93 untuk zeolit alam dan 47,95 untuk zeolit beta.

ABSTRACT
In the process of co-pyrolysis, Polipropylene serves to get rid of oxygen so that the yield of non-polar (non-oxygenated) fractions becomes higher. However, the ability of PP to confiscate oxygen is still low because hemicellulose and cellulose decompose mostly at temperatures below 400oC, while PP is mostly above 400oC. Therefore, both of them only have small decomposition temperature intervals to allow interaction between corn cobs and PP. In this study, catalysts were introduced in the co-pyrolysis process to reduce the lowest temperature of PP mass decomposition to less than 400oC in order to increase the intervals of concurrent decomposition temperatures. Zeolite catalysts were investigated by varying the types of natural and synthetic (beta) which were carried out at 3 ratios of corncob composition and polypropylene plastic, namely 0%: 100%, 50%: 50%, and 100%: 0%. The slow co-pyrolysis process takes place in a stirred tank reactor, with a final temperature of 500oC, a holding time of 10 minutes, a heating rate of 5oC / minute, and a total feed mass of 250 grams. The results of this study indicate that there are effects of catalysts both natural zeolite and beta zeolite on the yield and composition of bio-oil resulting from slow co-pyrolysis of corncob and polypropylene plastic. With catalytic pyrolysis, bio-oil yield tends to decrease for all variations in composition. Conversely, the yield of char and non-condensable gas tends to increase. Meanwhile, the dominant composition in the presence of a catalyst is alkane for non-polar and metoxy for H-NMR polar also ketone for C-NMR polar. In nonpolar bio-oil products, both beta zeolite, natural zeolite, and non-catalyst have a branching index value of 0.997; 1,052; and 1,054 which shows that non-polar bio-oil has more straight carbon chains with branches must be compared with commercial fuels. In addition, the HHV value of bio-oil above the value of commercial gasoline fuel products is 47.93 for natural zeolite and 47.95 for beta zeolite."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Mulyani
"Zeolit ZSM-5 merupakan zeolit yang sangat penting dalam industri
karena struktur pori dan susunan kristal zeolit in! memungkinkannya dapat
digunakan sebagal katalis, ad^orben, penukar ion dan penyaring molekul.
Zeolit ZSM-5 telah disintesis dari larutan hidrogel dengan komposisi mol
18 Na20 : 20 R : AI2O3: 60 Si02: 1500 H2O, dimana R adalah zat pengarah
1,2-diaminoetana sebagai pengganti TPA-Br. Sintesis dilakukan pada suhu
180° C selama 290 jam. Analisis dilakukan dengan menggunakan
difraktometer sinar-X dan spektrofotometer FT-IR. Zeolit digunakan sebagai
katalis, dengan mengubah Na-ZSM-5 menjadi H-ZSM-5, pada reaksi konversi
metanol menjadi komponen bensin dengan variasi suhu 350°, 400°, 450° C.
Dari analisis kromatografi gas, senyawa-senyawa yang dapat diidentifikasi
dari produk yang dihasilkan antara lain: isopentan, benzen, sikloheksan, dan
toluen. Diperoleh % konversi berturut-turut sebesar 40,71%, 57,34%, dan
27,67% pada reaksi yang dilakukan dengan suhu 350°, 400°, dan 450° C."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2004
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farid Mifthahul Rozaq
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh temperatur kalsinasi terhadap morfologi dan karakteristik adsorpsi fisik dari Kaolin Belitung. Kaolin ini dipersiapkan sebagai bahan baku Zeolit. Pada penelitian digunakan Kaolin yang berasal dari Badau, Pulau Belitung, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Kaolin tersebut kemudian diaktivasi menggunakan NH4Cl dengan variasi konsentrasi 0,5, 1, dan 2 M selama 24 jam menggunakan magnetic stirrer. Setelah itu sampel dinetralkan dan dikeringkan. Sampel yang kering kemudian digerus, diayak, dan dikalsinasi pada variasi temperatur 300, 400, 500, 600, 700, dan 800°C selama 3 jam. Hasil percobaan menunjukkan tidak ada pengaruh dari variasi konsentrasi NH4Cl yang digunakan. Sedangkan pengaruh temperatur kalsinasi terhadap morfologi Kaolin dapat teramati secara signifikan pada temperatur ≥600°C.

The goal of this study is to understand the effects of calcination temperature on morphology and physical adsorption characteristics of Belitung Kaolin. This kaolin is prepared for Zeolite raw materials. In this work, Kaolin was from Badau, Belitung, Islands of Bangka Belitung Province. Kaolin was activated using NH4Cl with concentration variation of 0,5, 1, and 2 M for 24 h using magnetic stirrer. After that, the samples were neutralized and dried. The dried samples then hammered, shieved, and calcined at 300, 400, 500, 600, 700, and 800°C for 3 hours. The results of this study show that there is no optimum concentration of NH4Cl found. The effects of calcination temperature on Kaolin’s morphology is starting to be significantly noticeable at calcination temperature of ≥600°C.

 

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rudi Hartono
"ABSTRAK
Tujuan dari Penelitian ini adalah menentukan kondisi operasi optimum untuk sintesi biodiesel dari minyak jelantah dengan menggunakan katalis resin penukar ion zeolit Bayah Banten yang telah dilakukan perlakuan basa. Perlakuan basa diawali dengan pemanasan pada 100 0C selama 24 jam; dilanjutkan dengan impegnasi pada suhu 60 0C selam 2 jam dengan variasi persen berat KOH 20 hingga 50%(b/b); serta kalsinasi pada suhu 450 0C selama 4 jam.

ABSTARCT
The research was aimed to determined the optimum operating conditions for biodiesel synthesis of waste cooking oil by using Bayah zeolit Banten ion exchange resin catalyst which has been carried out the base treatment. The base treatment was initiated by heating at 100 0Cfor 24  hours; followed by impregnation at 60 0C for 2 hours with variations in weight percen KOH 20-50% (b/B); and Calcination.

"
[, ]: 2020
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Swandani Sayuningtyas
"Bahan utama yang sangat panting dalam pembentukan zeolit adalah
sifika dan alumina. Komposisi kimia ini dapat diperoleh salah satunya dari
sumber alam seperti bentonit. Telah dipelajari, secara teknis dapat dilakukan
sintesis zeolit A dari bentonit ( Li, 2000; Lu,1991: Wang, 2002). Pada
penelitian ini bentonit yang digunakan berasal dari daerah Medan, dan
pengubahan bentonit menjadi zeolit A dapat dilakukan secara hidrotermal
melalui proses pengasaman, pembasaan, gelasi, dan kristalisasi.
Kunci keberhasilan membuat zeolit A dari bentonit adalah dengan
memperhatikan parameter proses seperti dosis zat kimia yang akan
direaksikan, suhu, dan waktu. Hal ini dapat mempengaruhi kualitas produk yang dihasilkan. Karakterisasi zeolit A yang dihasilkan dilakukan dengan
pengukuran menggunakan XRD.
Seianjutnya membandingkan kemampuan bentonit dan zeolit A hasi!
sintesis dalam mengadsorpsi ion Cu^"" dan ion NP"" yang biasa terdapat di
alam sebagai zat pencemar air yang dapat menimbuikan kerugian lingkungan
sekitar.
Waktu adsorpsi optimum bentonit dan zeolit A terhadap ion Cu^"" dan
ion NP"" adalah 100 menit. Konse.ntrasi optimum ion Cu^"" dan ion Np"" yang
dapat diserap oleh bentonit dan zeolit A adalah 300 ppm.
Daya serap zeolit A terhadap ion logam lebih besar daripada bentonit.
Misalnya pada waktu 100 menit, adsorpsi Ion Cu^"" dengan konsentrasi awal
40 ppm (0.0315 mek) pH larutan 5 oleh zeolit A sebesar76.751% dan oleh
bentonit sebesar 75.838%. Kapasitas adsorpsi tergantung pada pK larutan,
adsorpsi optimum ion Cu^"" dan ion Np^ terjadi pada pH 5"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2005
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Nur Syamsiah
"Saringan pasir lambat merupakan salah satu jenis filtrasi yang sangat efektif dalam meningkatkan kualitas air serta relatif mudah dalam pengoperasian dan perawatannya. Filtrasi ini akan bekerja lebih efektif apabila beban pencemar yang masuk tidak terlalu tinggi, dimana salah satu cara yang dapat dilakukan yaitu dengan pengolahan awal berupa sedimentasi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efektivitas dari proses sedimentasi dan SPL dalam menurunkan kekeruhan dan zat organik air Danau Mahoni UI, serta menganalisis pemenuhan kualitas efluennya terhadap standar baku mutu air minum (Permenkes No. 492 tahun 2010). Penelitian ini berskala laboratorium, dimana alat yang digunakan berupa drum air berkapasitas ±150 liter dengan media zeolit (ES = 1 mm), pasir silika (ES = 0,2 mm; UC = 3), dan kerikil 3/8 inch. Unit SPL ini dioperasikan dengan sistem intermittent dan alirannya yaitu downflow (gravitasi). Pengujian kualitas efluen SPL dilakukan pada waktu tinggal jam ke-2 ,4, 22, dan 24. Proses sedimentasi selama 1 jam menghasilkan efisiensi penyisihan kekeruhan dan zat organik masing-masing sebesar 6,85% - 12,01% dan 4,39% - 10,98%. Sedangkan unit SPL dapat menyisihkan kekeruhan dan zat organik dengan efisiensi masing-masing sebesar 38,22% - 49,88% dan 1,68% - 18,51%, dimana waktu detensi paling optimal yaitu 24 jam. Secara keseluruhan, nilai kekeruhan hasil SPL telah memenuhi standar baku mutu air minum, sedangkan konsentrasi zat organiknya masih belum memenuhi standar baku mutu air minum (Permenkes No. 492 tahun 2010). Dapat disimpulkan bahwa unit SPL aliran gravitasi dengan media pasir silika dan zeolit cukup efektif dalam menyisihkan kekeruhan, namun tidak efektif dalam menyisihkan zat organik.

Slow sand filter is a type of filtration that is very effective in improving water quality and is relatively easy to operate and maintain. This filtration will work more effectively if the incoming pollutant load is not too high, therefore one way that can be done is by pretreatment in the form of sedimentation. This study aims to analyze the effectiveness of the sedimentation process and SSF in reducing turbidity and organic matter of Mahoni Lake water, as well as to analyze the fulfillment of the effluent quality against drinking water quality standards (Permenkes No. 492 of 2010). This research is on a laboratory scale, where the tools used are water drums with a capacity of ±150 liters with zeolite (ES = 1 mm), silica sand (ES = 0.2 mm; UC = 3), and 3/8 inch gravel. This SSF unit is operated with an intermittent system and downflow (gravity). SSF effluent quality testing was carried out at detention time of 2, 4, 22, and 24 hours. The sedimentation process for 1 hour resulted in an efficiency of removing turbidity and organic matter of 6.85% - 12.01% and 4.39% - 10.98%. While the SSF unit can remove turbidity and organic matter with the respective efficiency of 38.22% - 49.88% and 1.68% - 18.51%, where the most optimal detention time is 24 hours. Overall, the turbidity value of the SPL results has met the drinking water quality standards, while the concentration of organic substances still does not meet the drinking water quality standards (Permenkes No. 492 of 2010). It can be concluded that the downflow SSF unit with silica sand and zeolite is quite effective in removing turbidity, but not effective in removing organic substances."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anna
"Zeoiit merupakan mineral alumina silikat yang mempunyai struktur
berongga dengan dinding berupa jaringan polihedral dari atom Si dan Al. Rongga
ini dapat saling berhubungan membentuk terowongan yang biasanya diisi oleh
air dan kation yang dapat saling dipertukarkan. Molekul atau ion yang
mempunyai ukuran lebih kecil atau sama dengan ukuran rongga dapat masuk ke
dalamnya sehingga menyebabkan zeoiit bersifat sebagai penapis molekul.
Pada penelitian ini dilakukan sintesis zeoiit dari kaolin secara tiidrotermal.
Zeoiit yang disintesis meliputi dua jenis yakni zeoiit A dan X. Modifikasi pada
proses hidrotermal dilakukan dengan menggunakan variasi basa, waktu
pengadukan dan temperatur pemanasan. Zeoiit yang diperoleh pada proses
zeolitisasi kaolin mengalami perubahan dibandingkan kaolin asalnya. Perubahan
tersebut dapat dilihat pada basil pengukuran menggunakan XRD.
IV
Selanjutnya zeolit hasil sintesis ini digunakan sebagai penapis molekul
saturat yang merupakan hasil frakslonasi minyak bumi. Zeolit A digunakan
sebagai penapis molekul normal alkana sedangkan zeolit X sebagai penapis
molekul hidrokarbon dalam bentuk siklik. Untuk zeolit A dilakukan variasi waktu
tinggal dalam kolom yakni selama 1, 5. 10, 20 dan 30 menit dan dilakukan
desorpsi fraksi alkana dari zeolit A hasil perlakuan molekular sieve. Penelitian ini
merupakan preparasi awal untuk memudahkan kegiatan analisis komponen
biomarker.
Kemampuan zeolit dalam menyerap normal alkana dapat dilihat dari hasil
pengukuran menggunakan kromatografi gas dimana rasip C-20 - C-34/ Pristan
sebelum dan sesudah perlakuan molekular sieve dapat dibandingkan. Melalui
pengukuran ini ternyata diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa semakin besar
atom karbon semakin besar pula prosentase penyerapannya. Bila dibandingkan
antara variasi waktu tinggal ternyata waktu tinggal selama 10 menit memiliki
kapasitas maksimum.
Ada 2 kelas molekul yang ingin dilihat dalam penyaringan hidrokarbon
dalam bentuk siklik ini, yakni molekul triterpana (m/z = 191) dan molekul sterana
(m/z = 217). Pengukuran ini dilakukan menggunakan kromatografi gasspektroskopi
massa. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa zeolit X hasil
sintesis cukup efektif dalam memisahkan komponen-komponen dalam kedua
kelas molekul tadi."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2004
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eliza Habna Lana
"Penelitian slow co-pyrolysis bonggol jagung dan plastik polipropilena telah dilakukan untuk mempelajari pengaruh laju alir gas pembawa terhadap yield dan komposisi bio-oil yang dihasilkan. Pengaruh laju alir gas pembawa diteliti dengan memvariasikan laju alir nitrogen sebesar 400 mL/menit, 500 mL/menit, dan 600 mL/menit dengan masing-masing variasi laju alir nitrogen dilakukan pada 3 rasio komposisi bonggol jagung dan plastik polipropilena, yaitu 0 :100 , 50 :50 , dan 100 :0 . Proses slow co-pyrolysis berlangsung di reaktor tangki berpengaduk, dengan suhu akhir 500°C, holding time 10 menit, heating rate 5oC/menit, dan total massa umpan 100 gram. Identifikasi pengaruh laju alir gas pembawa dilakukan dengan menganalisis bio-oil fasa polar dan nonpolar menggunakan FTIR, GC-MS, dan H-NMR.
Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat pengaruh laju alir gas pembawa terhadap yield dan komposisi bio-oil hasil slow co-pyrolysis bonggol jagung dan plastik polipropilena. Semakin besar laju alir nitrogen menghasilkan yield bio-oil yang semakin besar dan yield char yang semakin rendah. Yield bio-oil tertinggi sebesar 47,9 mL pada laju alir nitrogen 600 mL/menit, sedangkan efek sinergetik terbaik sebesar 35 pada laju alir nitrogen 400 mL/menit. Berdasarkan karakterisasi GC-MS dan H-NMR seiring semakin besar laju alir nitrogen maka gugus fungsi alkana semakin rendah dan alkena semakin tinggi pada bio-oil nonpolar, serta gugus fungsi karboksilat semakin rendah dan gugus fungsi furan, fenol, guaiacol, catechol semakin tinggi pada bio-oil polar.

Research that focused on slow co pyrolysis of corn cobs and polypropylene plastic has been done to study the effect of carrier gas flow rate on yield and composition of bio oil. The effect of carrier gas flow rate was investigated by varying nitrogen flow rate of 400 mL min, 500 mL min and 600 mL min with each variation performed on 3 ratio of corn cobs and polypropylene plastic are 0 100 , 50 50 , and 100 0 . The slow co pyrolysis process takes place in a stirred tank reactor, with final temperature of 500°C, holding time of 10 minutes, heating rate of 5oC min, and total mass of feed 100 grams. Identification of the effect of carrier gas flow rate is done by analyzing polar and nonpolar phase bio oil using FTIR, GC MS, and H NMR.
The results of this study indicate that there is an effect of carrier gas flow rate on yield and bio oil composition of slow co pyrolysis of corn cobs and polypropylene plastic. The greater the nitrogen flow rate results in greater bio oil yield and lower yield char. The highest bio oil yield was 47.9 mL at nitrogen flow rate of 600 mL min, while the best synergetic effect was 35 at nitrogen flow rate of 400 mL min. Based on the characterization of GC MS and H NMR as the greater the nitrogen flow rate the alkane functional group is lower and the higher the alkene in nonpolar bio oil, and the lower carboxylic functional groups and the furan, fenol, guaiacol, catechol functional groups are higher in polar bio oil.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yolla Miranda
"Bonggol jagung merupakan limbah dengan jumlah yang cukup banyak di Indonesia. Sejauh ini pemanfaatan utama untuk biomassa. Namun biomassa tersebut masih mengalami kendala karena tingginya senyawa oksigenat yang menyebabkan heating value-nya rendah. Plastik polipropilena diketahui memiliki rasio H/C yang lebih tinggi dan miskin akan oksigen sehingga slow co-pyrolysis biomassa dengan plastik dapat digunakan sebagai solusi upgrading bio-oil yang sederhana, efektif dan murah. Pencampuran biomassa dan plastik akan menghasilkan efek sinergetik dalam memperbaiki kuantitas dan kualitas bio-oil yang dihasilkan. Berbagai penelitian pada slow co-pyrolysis telah dilakukan terutama pada reaktor tubular dengan rasio tinggi terhadap diameter, lebih dari 4. Tetapi untuk skala besar, bentuk reaktor seperti ini sangat sulit dilakukan scale-up.
Pada penelitian ini reaktor dibuat dengan rasio kurang dari 2. Perpindahan panas khususnya pada plastik yang memiliki konduktivitas termal rendah dibantu dengan adanya pengaduk untuk memperbaiki persebaran perpindahan panas tersebut. Identifikasi pengaruh efek sinergetik dilakukan dengan menganalisis bio-oil menggunakan FTIR dan GC-MS. Efek sinergetik yield bio-oil terjadi pada komposisi PP terhadap bonggol jagung sebesar 50-87,5 dengan 87,5 sebagai yield tertinggi. Sementara efek sinergetik kualitas bio-oil yang berupa peningkatan senyawa non-oksigenat terjadi pada komposisi PP 37,5-87,5.

Corn cob is a waste which has considerable amount in Indonesia. So far, its utilization especially for biomass. However, biomass still having problems because the high oxygenate compound which causes low heating value. The pure polypropylene plastic has a H C ratio higher and poor in oxygen, so slow co pyrolysis of biomass with plastic can be used for bio oil upgrading solutions which is simple, effective and inexpensive. By mixing the two feedstocks, a synergetic effect would be created to improve the quantity and quality of the bio oil produced. Various studies on the slow co pyrolysis has been carried out mainly in the tubular reactor with a high ratio of the diameter, more than 4. But for large scale, that reactor design will be very difficult to scale up.
This research, reactor was made with a ratio less than 2. The heat transfer especially on the plastic that has a low thermal conductivity helped by stirrer to improve the distribution of heat transfer. Identification of the synergetic effect was done by analyzing bio oil using FTIR and GC MS. Synergetic effects of bio oil yield occurred in the composition of the PP towards corn cobs of 50 to 87.5 which 87.5 as the highest yield. While the synergetic effect of the quality in bio oil as an increase in the composition of the non oxygenate which exist in PP composition 37.5 to 87.5.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S62753
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>