Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 181279 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Salsabila Putri Lamiday
"

Berdasarkan data survey nasional, cakupan pemeriksaan ANC di Indonesia secara umum mengalami peningkatan pada tiap tahunnya tetapi terdapat perbedaan cakupan yang cukup tinggi antara wanita dengan karakteristik latar belakang yang berbeda. Beberapa penelitian sebelumnya telah mengidentifikasi hubungan yang positif antara pemberdayaan wanita dengan penggunaan pelayanan ANC. Namun, masih sedikit informasi yang tersedia mengenai hubungan pemberdayaan wanita dengan cakupan pemeriksaan kehamilan ANC, terutama di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pemberdayaan wanita dengan cakupan pemeriksaan kehamilan ANC di Indonesia tahun 2017 menggunakan data hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia 2017. Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 6397 wanita usia 15-49 tahun yang melahirkan anak dalam periode 2 tahun sebelum survei dan berstatus menikah. Hasil analisis multivariat menunjukkan adanya hubungan yang bermakna secara statistik (p-value = 0,001) antara pemberdayaan wanita dengan cakupan pemeriksaan ANC, dengan nilai OR adjusted = 1,216 (95% CI: 1,078 – 1,371). Oleh karena itu, perlu adanya perhatian terhadap pemberdayaan wanita dalam mengembangkan program dan intervensi terkait pelayanan kesehatan maternal.


Antenatal care coverage in Indonesia has been constantly increasing over the years according to the country’s national survey data, however, there is a huge gap in coverage between women with different background characteristics. Recent studies have identified the positive association between women’s empowerment and the utilization of antenatal care. However, little information is available regarding the association between women’s empowerment and antenatal care coverage, especially in Indonesia. The objective of this study is to determine the association between women’s empowerment and antenatal care coverage in Indonesia in 2017, using the recent national Demographic and Health Survey data. This study used a sample of 6397 married women aged 15-49 who gave birth to children in the period of 2 years before the survey was conducted. The result of multivariate analysis shown an association that is statistically significant (p-value = 0,001) between women’s empowerment and antenatal care coverage, with adjusted odds ratio = 1,216 (95% CI: 1,078 – 1,371). Therefore, there is a need for attention for women’s empowerment in developing programs and interventions related to maternal health care.

"
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sukma Dewi Yusro Maha
"Pendahuluan: Indonesia adalah negara dengan angka kematian ibu kedua tertinggi di Asia Tenggara yang berhubungan secara langsung kejadian komplikasi persalinan. Masa kehamilan ditandai sebagai masa yang paling rentan yang dapat meningkatkan risiko kejadian komplikasi persalinan.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pemeriksaan kehamilan dengan kejadian komplikasi persalinan.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dengan menganalisis data Survei Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2017. Sampel pada penelitian ini ialah 18.765 wanita usia 15-49 tahun yang melahirkan anak terakhir baik lahir hidup maupun lahir mati selama 5 tahun terakhir. Analisis multivariat menggunakan uji regresi cox untuk mengetahui besaran risiko pemeriksaan kehamilan dengan kejadian komplikasi persalinan.
Hasil: Dari hasil analisis diperoleh bahwa terdapat 21,1% wanita mengalami 3 dari 6 gejala komplikasi persalinan dan kejadian komplikasi persalinan yang paling banyak terjadi pada ibu yang tidak melakukan kunjungan pemeriksaan antenatal (ANC) secara lengkap dan tidak mendapatkan layanan 7T sebesar, yakni 28,9%. Wanita Usia Subur (WUS) yang melakukan kunjungan ANC secara lengkap dan tidak mendapatkan layanan 7T berisiko 1,19 kali untuk mengalami kejadian komplikasi persalinan, WUS yang tidak melakukan kunjungan ANC secara lengkap dan mendapatkan layanan 7T memiliki besaran risiko yang sama untuk mengalami kejadian komplikasi persalinan dan WUS yang tidak melakukan kunjungan ANC secara lengkap berisiko 1,43 kali untuk mengalami kejadian komplikasi persalinan setelah melakukan kontrol terhadap variabel penolong persalinan, riwayat ibu bersalin dan variabel interaksi.
Kesimpulan: Penelitian ini mengimplikasikan ibu yang tidak melakukan kunjungan ANC secara lengkap dan tidak mendapatkan layanan 7T dapat meningkatkan risiko mengalami kejadian komplikasi persalinan.

Introduction: Indonesia is the country with the second highest maternal mortality rate in Southeast Asia which is directly related to the incidence of labor complications. Pregnancy is marked as the most vulnerable period which can increase the risk of labor complications.
Objective: This study aims to determine the relationship between antenatal care with the incidence of labor complications.
Method: This study used a cross-sectional design by analyzing data from Indonesian Health Demographic Survey 2017. The sample in this study was 18,765 women aged 15- 49 who gave birth to the last child, both live and stillbirth during the last 5 years. Multivariate analysis using cox regression test to determine the magnitude of the risk of antenatal care with the incidence of childbirth complications.
Results: From the analysis, there were 21.1% of women experiencing 3 of the 6 symptoms of childbirth complications and the most frequent occurrence of labor complications in mothers who did not have complete antenatal care (ANC) visit and did not get 7T services of 28 9%. Fertile Age Women who make a complete ANC visit and do not get 7T services have a risk of 1.19 times to experience the incidence of labor complications, WUS who do not complete the ANC visit and get 7T services have the same magnitude of risk for experiencing the incidence of labor complications and WUS who did not make a complete ANC visit had a risk of 1.43 times to experience the incidence of labor complications after controlling for the birth attendants, maternal history and interaction variable.
Conclusion: This study implies that mothers who did not complete ANC visits and did not receive 7T services could increase the risk of experiencing labor complications.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Turnip, Monika Sani
"Angka kematian bayi akibat makrosomia meningkat 0,1% menurut Data Survey Demografi Kesehatan Indonesia 2017. Sementara itu, komplikasi persalinan ibu meningkat dari 35% pada tahun 2012 menjadi 41% pada tahun 2017. Dengan menggunakan data dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia, penelitian ini menyelidiki hubungan antara pemeriksaan kehamilan (antenatal care) dan variabel kejadian makrosomia dengan faktor pembaur (confounding) yakni Umur Ibu, Pekerjaan Ibu, Lokasi Tempat Tinggal Ibu, Tingkat Pendidikan Ibu, Status Sosial Ekonomi, Tempat Pemeriksaan saat kehamilan, dan Tenaga Pemeriksaan Kehamilan. Penelitian ini memakai metode penelitian kuantitatif observasional analitik melalui teknik cross-sectional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel independen memiliki korelasi yang signifikan dengan variabel dependen, yaitu kualitas pemeriksaan kehamilan dengan standar 10T yang dilakukan pada pasien ibu hamil dengan faktor konfounding-nya status pekerjaan ibu, daerah tempat tinggal ibu, dan tempat pemeriksaan kehamilan serta variabel interaksi antara daerah tempat tinggal dengan kuantitas ANC. Hasil analisis menunjukkan ibu yang tidak mendapatkan kualitas pemeriksaan kehamilan yang sesuai standar berisiko 1,304 (95% CI 1,096-1,551) kali memiliki bayi makrosomia dibandingkan dengan ibu yang mendapatkan kualitas pemeriksaan kehamilan yang sesuai standar. Pada faktor konfounding yang paling berisiko pada kejadian makrosomia adalah daerah tempat tinggal dengan POR=1,692 (95% CI 1,358- 2,109) artinya ibu yang tinggal di desa berisiko 1,692 kali memiliki bayi makrosomia dibandingkan ibu tinggal di kota.

The infant mortality rate due to macrosomia increased by 0.1% according to the 2017 Indonesian Demographic Health Survey Data. Meanwhile, maternal birth complications increased from 35% in 2012 to 41% in 2017. Using data from the Indonesian Demographic and Health Survey, this research investigate the relationship between antenatal care and macrosomia incidence variables with confounding factors, namely maternal age, maternal occupation, maternal residence location, maternal education level, socio-economic status, examination location during pregnancy, and prenatal examination personnel. This research uses quantitative observational analytical research methods using cross-sectional techniques. The results of the study show that the independent variable has a significant correlation with the dependent variable, namely the quality of pregnancy examinations with the 10T standard carried out on pregnant women with the confounding factors being the mother's employment status, the area where the mother lives, and the place of pregnancy examination as well as the interaction variable between regions. residence with ANC quantity. The results of the analysis show that mothers who do not receive quality pregnancy checks that meet standards have a 1.304 (95% CI 1.096-1.551) risk of having macrosomia babies compared to mothers who get quality pregnancy checks that meet standards. The confounding factor that is most at risk for the incidence of macrosomia is the area of residence with POR=1.692 (95% CI 1.358-2.109) meaning that mothers who live in villages are 1.692 times more likely to have macrosomia babies than mothers who live in cities."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mia Widiastuti
"Cakupan ANC lengkap (K6) di Indonesia masih rendah dikarenakan banyak faktor yang berkontribusi antara lain kehamilan tidak diinginkan. Di Indonesia, pada tahun 2017 angka KTD mencapai 15%, dimana 7% kehamilan tidak diinginkan dan 8% kehamilan tidak tepat waktu. Faktor yang berkaitan dengan kunjungan ANC lainnya adalah faktor individual dari ibu seperti usia, pendidikan, status pernikahan, status pekerjaan, paritas, dan partisipasi ibu dalam pengambilan keputusan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan KTD dengan kunjungan ANC pada wanita usia subur di Indonesia. Desain studi yang digunakan yaitu cross-sectional dilakukan dengan menganalisis data SDKI tahun 2017. Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu uji chi-square dan regresi logistik. Penelitian ini menemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kehamilan tidak diinginkan dengan kunjungan ANC setelah dikontrol oleh variabel status perkawinan (p value=0,0001). Ibu yang mengalami kehamilan tidak diinginkan sama sekali memiliki kemungkinan 1,53 kali lebih besar untuk melakukan kunjungan ANC tidak lengkap dibandingkan dengan ibu yang kehamilannya diinginkan sedangkan ibu dengan kehamilan yang tidak tepat waktu 1,67 kali lebih besar untuk melakukan kunjungan ANC tidak lengkap dibandingkan dengan ibu yang kehamilannya diinginkan setelah dipengaruhi oleh usia dan status pekerjaan. Oleh karena itu perlu adanya peningkatan pelayanan KB dan kunjungan ANC untuk mencegah kehamilan tidak diinginkan serta meningkatkan kunjungan ANC lengkap.

The Complete ANC Coverage (K6) in Indonesia is still low due to various contributing factors, including unintended pregnancy. In 2017, the rate of unintended pregnancies reached 15% in Indonesia, with 7% being unwanted pregnancies and 8% being mistimed pregnancies. Other factors related to ANC visits include individual factors of the mother, such as age, education, marital status, employment status, parity, and maternal participation in decision-making. This study aims to analyze the relationship between unintended pregnancy and ANC visits among reproductive-age women in Indonesia. A cross-sectional study design was used, analyzing data from the 2017 Indonesian Demographic and Health Survey (IDHS). The analysis involved chi-square tests and logistic regression. The study found a significant association between unintended pregnancy and ANC visits after controlling for marital status (p value=0,0001). Mothers who experienced completely unintended pregnancies were 1.53 times more likely to have incomplete ANC visits compared to mothers who had intended pregnancies, while mothers with mistimed pregnancies were 1.67 times more likely to have incomplete ANC visits compared to those with intended pregnancies, after being influenced by age and employment status. Therefore, there is a need for improved family planning services and ANC visits to prevent unintended pregnancies and enhance complete ANC coverage."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Mulya Nasrun
"Latar Belakang : Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017 angka kematian neonatal (AKN) Indonesia adalah 15 per 1.000 kelahiran hidup. Angka ini masih rendah dari target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan Sustainable Development Goals (SDGs), dengan harapan pada tahun 2030 AKN tidak lebih dari 12 per 1.000 kelahiran hidup. Kematian neonatal berasal dari kesehatan ibu yang buruk, perawatan yang tidak memadai selama kehamilan, manajemen komplikasi yang tidak tepat selama kehamilan dan persalinan.
Tujuan : Tujuan penelitian ini untuk melihat hubungan riwayat frekuensi Antenatal care (ANC) dengan kematian neonatal di Indonesia.
Metode : Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data SDKI 2017. Variabel dependen adalah kematian neonatal. Variabel independen utama adalah antenatal care
(ANC). Variabel kovariat adalah imunisasi TT, tempat tinggal, usia ibu, pendidikan ibu, paritas, tempat persalinan, jenis kelamin bayi, kelahiran cesar dan kelahiran kembar. Analisis menggunakan regresi logistik menggunakan aplikasi SPSS-24
Hasil : Proporsi kematian neonatal adalah sebanyak 91 kasus (1,1%). Hasil analisis multivariat menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara hubungan frekuensi antenatal care (ANC) dengan kematian neonatal di Indonesia dengan pvalue = 0,003 (p 0,05) dan POR 3,110 dengan 95%CI (1,489-6,499).
Kesimpulan : Ada hubungan antara frekuensi antenatal care (ANC) dengan kematian neonatal di Indonesia. Bagi ibu hamil agar melakukan antenatal care (ANC) minimal 4
kali selama masa kehamilan sesuai anjuran pemerintah dan WHO dalam rangka meningkatkan pengetahuan tentang pemeriksaan kehamilan dasar sehingga memiliki
motivasi untuk meningkatkan kesehatan ibu dan janin. Sehingga dapat menurunkan angka kematian neonatal di Indonesia.

Background: Based on the results of the Indonesian Demographic and Health Survey (IDHS) in 2017 the Indonesian neonatal mortality rate (NMR) is 15 per 1,000 live births. This figure is still low compared to the Sustainable Development Goals (SDGs) target, with the hope that in the year 2030 NMR will not exceed 12 per 1,000 live births. Neonatal mortality comes from poor maternal health, inadequate care during pregnancy,
management of improper complications during pregnancy and childbirth.
Objective: This study aimed to look at the history of antenatal care (ANC) relationships with neonatal deaths in Indonesia.
Method: The data used in this study is the 2017 IDHS data. The dependent variable is neonatal mortality. The main independent variable is antenatal care (ANC). Covariate variables are TT immunization, place of residence, mothers age, mothers education, parity, place of delivery, sex of the baby, cesarean delivery and twin births. Analysis using logistic regression using the SPSS-24 application
Results: The proportion of neonatal deaths was 91 cases (1.1%). The results of multivariate analysis showed that there was a significant relationship between the frequency antenatal care (ANC) relationship with neonatal death in Indonesia with pvalue = 0.003 (p 0.05) and POR 3.110 with 95% CI (1,489-6,499).
Conclusion: There is a relationship between the frequency of antenatal care (ANC) and neonatal death in Indonesia. For pregnant women to do antenatal care (ANC) at least 4
times during pregnancy according to the recommendations of the government and WHO to increase knowledge about basic prenatal care so that they have the motivation to
improve maternal and fetal health. So that it can reduce neonatal mortality in Indonesia.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T53877
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasnia Jondu
"Anemia defisiensi zat besi pada ibu hamil dapat diatasi melalui program pemberian Tablet Tambah Darah (TTD). Berdasarkan data Riskesdas tahun 2018, ibu hamil yang mengonsumsi TTD sesuai rekomendasi (90+ tablet) hanya sebesar 38,1%. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi ibu hamil tidak patuh mengonsumsi TTD adalah ibu hamil memulai kunjungan ANC pada trimester kedua dan ketiga, melakukan kunjungan ANC kurang dari empat kali, dan mendapatkan pelayanan ANC tidak sesuai standar (<10T). Ketiga faktor tersebut merupakan ukuran dari kualitas kunjungan ANC. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kualitas kunjungan antenatal care terhadap kepatuhan konsumsi TTD ibu hamil di Indonesia tahun 2017. Desain penelitian ini adalah cross sectional menggunakan data SDKI 2017. Sampel penelitian ini adalah Wanita Usia Subur (WUS) 15-49 tahun yang memenuhi kriteria inklusi sebesar 12.230. Analisis data menggunakan complex sample. Hasil analisis multivariat menunjukan terdapat hubungan antara kualitas kunjungan antenatal care terhadap kepatuhan konsumsi TTD ibu hamil di Indonesia setelah dikontrol status ekonomi, tempat tinggal, dan tenaga pemeriksa hamil. Ibu hamil yang memiliki kualitas kunjungan ANC baik dan cukup memiliki kepatuhan mengonsumsi lebih tinggi dibandingkan ibu hamil yang memiliki kualitas kunjungan ANC kurang dengan nilai OR sebesar 4,3 (95% CI: 3,46-5,37) dan 2,7 (95% CI: 2,27-3,25).

Iron deficiency anemia among pregnant women can be corrected with iron supplementation programs. According to Riskesdas data in 2018, pregnant women who took iron tablets with the recommendation (90+ tablets) were only 38.1%. Several studies state that factors that influence pregnant women not to comply with taking iron tablets are pregnant women starting ANC visits in the second and third trimesters, visiting ANC less than four times, and getting ANC services that are not up to standard. The third factor is a measure of the quality of ANC visits. This study aims to determine the relationship between the quality of antenatal visits and adherence to iron supplements consumption of pregnant women in Indonesia in 2017. The design of this study was cross-sectional using the 2017 IDHS data. The sample of this study was women of childbearing age 15-49 years who met the inclusion criteria of 12,230. Data analysis used complex sample. The results of the multivariate analysis showed the relationship between the quality of antenatal visits and adherence to iron supplements consumption of pregnant women in Indonesia after controlling for economic status, place of residence, and pregnant examiners. Pregnant women who had high and sufficient quality ANC visits had higher adherence to consumption than pregnant women who had less quality ANC visits with OR values of 4.3 (95% CI: 3.46-5.37) and 2.7 (95% CI: 2.27-3.25)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eva Nur Octavia
"Persalinan sesar merupakan intervensi dalam proses persalinan bertujuan untuk mencegah morbiditas serta mortalitas maternal dan neonatal dalam kondisi kegawatdaruratan medis. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan tenaga pemeriksa kehamilan dan kepemilikan jaminan kesehatan dengan pemilihan metode persalinan sesar pada wanita usia subur (WUS) usia 19-45 tahun di Indonesia dengan menganalisis data sekunder SDKI tahun 2012 dan 2017. Desain penelitian ini adalah cross sectional dengan sampel penelitian 8.124 tahun 2012 dan 10.973   tahun 2017. Hasil penelitian ini menunjukkan proporsi persalinan sesar terjadi peningkatan dari 19,77% pada tahun 2012 menjadi 22,36% tahun 2017. Hasil multivariabel menunjukkan pada tahun 2012 dan 2017 bahwa ibu yang melakukan pemeriksaan kehamilan di spesialis kandungan 2,80 kali lebih tinggi (95% CI 2,20 – 3,58) untuk melakukan persalinan sesar dibandingkan ibu yang melakukan pemeriksaan kehamilan di bidan sedangkan ibu yang melakukan pemeriksaan kehamilan dengan dokter spesialis kandungan dan bidan 1,30 kali lebih tinggi (95% CI 1,07 – 1,58) untuk melakukan persalinan sesar dibandingkan ibu yang melakukan pemeriksaan di bidan. Pada tahun 2012 dan 2017 ibu yang memiliki jaminan kesehatan 0,91 kali lebih rendah (95% CI 0,68 - 1,20) untuk bersalin sesar dibandingkan ibu tanpa jaminan kesehatan. Risiko persalinan sesar lebih tinggi pada ibu yang melakukan pemeriksaan kehamilan pada dokter spesialis kandungan dan memiliki jaminan kesehatan.

Cesarean delivery is an intervention in the delivery process aimed at preventing maternal and neonatal morbidity and mortality in medical emergencies. The purpose of this study was to determine the association between antenatal care providers and health insurance with cesarean delivery among women of childbearing aged 19-45 years in Indonesia by analyzing secondary data from the 2012 IDHS and 2017 IDHS. The study design was cross-sectional with a sample of 8,124 in 2012 and 10,973 in 2017. The results of this study show that the proportion of cesarean delivery has increased from 19,77% in 2012 to 22,36% in 2017. The multivariabel analysis shows that in 2012 and 2017, women who performed antenatal care at obstetrician were 2,80 times higher (95% CI 2,20 – 3,58) to have a cesarean delivery, while women who performed antenatal care with obstetrician and midwives 1,30 times higher (95% CI 1,07 – 1,58) for cesarean delivery in 2012 and 2017, women with health insurance were 0,91 times lower (95% CI 0,68 – 1,20) for cesarean delivery than women without health insurance. The risk of cesarean delivery is higher in women who perform antenatal care at an obstetrician and have health insurance."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rozanah Aminurrahmah
"

Pelayanan antenatal merupakan program penting guna menurunkan angka kematian ibu. Pada tahun 2021, Kementerian Kesehatan RI menetapkan kebijakan untuk meningkatkan jumlah kunjungan antenatal menjadi minimal 6 kali selama kehamilan. Akan tetapi pada tahun 2023, cakupan antenatal K6 di Indonesia baru mencapai 17,6%. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pemanfaatan pelayanan antenatal K6 adalah pemberdayaan perempuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pemberdayaan perempuan dengan pemanfaatan pelayanan antenatal di Indonesia, sekaligus mengembangkan indeks pemberdayaan perempuan yang komprehensif menggunakan data SDKI tahun 2017.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa cakupan antenatal K6 di Indonesia pada tahun 2017 adalah 5,4% (95% CI: 4,9-5,9). Akan tetapi perlu ditekankan bahwa pada tahun 2017 belum ditetapkan kebijakan antenatal K6 sehingga cakupannya masih rendah. Berdasarkan hasil principal component analysis, diketahui bahwa pemberdayaan perempuan dapat digambarkan melalui 5 dimensi. Rata-rata skor pemberdayaan perempuan Indonesia tahun 2017 berdasarkan masing-masing dimensi adalah 83,98 untuk dimensi sikap terhadap pemukulan istri, 62,59 untuk dimensi pengambilan keputusan, 56,60 untuk dimensi pendidikan, 33,42 untuk dimensi kontrol atas hubungan seksual, dan 41,61 untuk dimensi kontrol atas sumber daya. Adapun rata-rata indeks pemberdayaan perempuan di Indonesia secara keseluruhan adalah 50,37. Pemberdayaan perempuan memiliki hubungan yang signifikan dengan pemanfaatan pelayanan antenatal dengan nilai AOR sebesar 1,70 (95% CI: 1,27-2,27). Dimensi yang berhubungan signifikan adalah dimensi sikap terhadap pemukulan istri tinggi (AOR: 2,73), pengambilan keputusan tinggi (AOR: 1,48), pendidikan sedang (AOR: 1,61), pendidikan tinggi (AOR: 1,85), kontrol atas hubungan seksual tinggi (AOR: 0,58), dan kontrol atas sumber daya sedang (AOR: 1,49). Oleh karena itu perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan pemberdayaan perempuan di Indonesia.


Antenatal care is an important program to reduce maternal mortality. In 2021, the Indonesian Ministry of Health established a policy to increase the number of antenatal visits to a minimum of 6 times during pregnancy. However, in 2023, K6 antenatal coverage in Indonesia only reach 17.6%. One factor that can influence the utilization of K6 antenatal utilization is women’s empowerment. This research aims to determine the relationship between women’s empowerment and the antenatal care utilization in Indonesia, as well as developing a comprehensive women’s empowerment index using 2017 IDHS data.

The results show that K6 antenatal coverage in Indonesia in 2017 was 5.4% (95% CI: 4.9-5.9). However, it needs to be emphasized that in 2017 the K6 antenatal policy had not been established so coverage was still low. Based on the results of the principal component analysis, it is known that women’s empowerment can be described through 5 dimensions. The average score for Indonesian women’s empowerment in 2017 based on each dimension was 83.98 for the attitude towards wife beating, 62.59 for the decision-making, 56.60 for the education, 33.42 for the control over sexual relations, and 41.61 for the control over resources. The average women’s empowerment index in Indonesia as a whole is 50.37. Women’s empowerment has a significant relationship with the antenatal care utilization with an AOR value of 1.70 (95% CI: 1.27-2.27). The dimensions that were significantly related were the high score in dimensions of attitudes towards wife beating (AOR: 2.73), high scoce in decision making (AOR: 1.48), moderate score in education (AOR: 1.61), high score in education (AOR: 1.85), high score in control over sexual relations (AOR: 0.58), and moderate score in control over resources (AOR: 1.49). Therefore, efforts need to be made to increase women’s empowerment in Indonesia.

"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Juliana Karni Astuti
"ABSTRAK
Disparitas dalam pelayanan kesehatan ibu masih merupakan permasalahan di Indonesia. Cakupan K4 dalam program Antenatal Care (ANC) dari tahun 2012 hingga 2017 telah mengalami penurunan. Akan tetapi, angka penurunan itu nyatanya menunjukkan bahwa cakupan K4 ANC sudah mulai memenuhi target Renstra Kementerian Kesehatan pada tahun 2017. Berdasarkan data SDKI dan Profil Kesehatan Indonesia menyebutkan bahwa beberapa daerah di wilayah Kawasan Timur Indonesia (KTI) masih mengalami permasalahan ini. Provinsi Papua, Papua Barat, Maluku, dan Maluku Utara menjadi provinsi yang selalu memasuki peringkat 10 besar dalam cakupan K4 ANC terendah. Keempat provinsi tersebut juga selalu tidak memenuhi target dari Renstra Kementerian Kesehatan semenjak 2007, 2012, dan 2017. Penelitian ini bertujuan untuk melihat faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan ANC pada wanita usia subur di 4 Provinsi pada tahun 2012 & 2017. Sampel yang digunakan adalah wanita berusia subur (15-49 tahun) yang tinggal di 4 Provinsi, memiliki anak terakhir dalam 5 tahun terakhir, berstatus menikah/tinggal bersama dan menjadi responden dalam SDKI 2012 & 2017. Jumlah sampel dalam penelitian adalah 1.001 responden dalam SDKI 2012 & 1.167 responden dalam SDKI 2017. Analisis dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji chi-square dan regresi logistik ganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan ibu dan pengetahuan ibu memiliki pengaruh yang konsisten terhadap kepatuhan kunjungan ANC pada responden di tahun 2012 dan 2017. Pada tahun 2012, terdapat faktor lain yang juga mempengaruhi kepatuhan kunjungan ANC pada wanita usia subur yaitu partisipasi dalam pengambilan keputusan dan status ekonomi. Sedangkan di tahun 2017, terdapat faktor lain juga yang berpengaruh terhadap kepatuhan kunjungan ANC pada wanita usia subur yaitu paritas ibu, jaminan kesehatan, dan dukungan dari suami.

ABSTRACT
Disparities in maternal health services are still a problem in Indonesia. The K4 coverage of Antenatal Care (ANC) program from 2012 to 2017 has decreased. However, it shows that the K4 ANC coverage has begun to meet the Ministry of Health Strategic Plan target in 2017. Based on data from the IDHS and the Indonesian Health Profile, it stated that some regions in Eastern Indonesia are still facing this problem. Papua, West Papua, Maluku and North Maluku itself are some provinces are always in top 10 provinces with the lowest K4 ANC coverage. The four provinces also had never met the targets of the Ministry of Health Strategic Plan since 2007, 2012, and 2017. This study aims to look at the factors that influence the level of ANC visit adherence in reproductive age women in 4 Provinces in 2012 & 2017. The sample is used in this study are the women in reproductive age in the 2012 & 2017 IDHS that are living in 4 provinces, married or are living together with their partner, and have their in the last 5 years. The number of samples in the study were 1,001 respondents in the 2012 IDHS & 1,167 respondents in the 2017 IDHS. This study itself use chi-square and multiple logistic regression. The results showed that maternal education and maternal knowledge had a consistent influence on the adherence of ANC visits for respondents in 2012 and 2017. In 2012, there are other factors that also affected ANC visit adherence in reproductive age women, namely participation in decision making and economic status. Whereas in 2017, there are also other factors that influence ANC visits adherence to reproductive age women, namely health insurance, parity, and husband support."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Purnaningsih
"Masih tingginya AKI di Indonesia mencerminkan bahwa intervensi untuk menurunkan AKI masih belum berjalan maksimal. Intervensi tersebut melalui antenatal care. Sayangnya, masih terdapat perbedaan cakupan antenatal care K6 yang cukup besar antara perkotaan dan pedesaan Indonesia. Cakupan K6 ditemukan lebih tinggi pada wilayah perkotaan (56.1%) bila dibandingkan dengan wilayah pedesaan (41.9%). Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi determinan kunjungan antenatal care (K6) pada ibu hamil di wilayah perkotaan dan pedesaan Indonesia. Sampel penelitian ini adalah seluruh wanita usia subur yang tinggal di Indonesia serta memenuhi kriteria inklusi dengan jumlah sampel 6790 responden untuk wilayah perkotaan dan 7013 responden untuk wilayah pedesaan. Penelitian ini menggunakan uji chi square dan regresi logistik ganda dalam analisisnya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa determinan kunjungan antenatal care (K6) pada wilayah perkotaan dan pedesaan Indonesia tahun 2017, yaitu usia, paritas, tingkat pendidikan ibu, pengetahuan terkait komplikasi kehamilan, indeks kekayaan rumah tangga, dukungan suami/pasangan, dan pengambil keputusan terkait perawatan kesehatan ibu. Paparan dengan media massa hanya berhubungan dengan kunjungan antenatal care (K6) pada wilayah perkotaan saja. Sementara, tempat/fasilitas pelayanan kesehatan hanya berhubungan dengan kunjungan antenatal care (K6) pada wilayah pedesaan saja. Tingkat pendidikan ibu menjadi variabel yang berhubungan paling dominan dengan kunjungan antenatal care (K6) pada wanita hamil di wilayah perkotaan dan pedesaan Indonesia.

The still high MMR in Indonesia reflects that interventions to reduce MMR have not run optimally. The intervention is through antenatal care. Unfortunately, there are still quite large differences in coverage of K6 antenatal care between urban and rural Indonesia. K6 coverage was found to be higher in urban areas (56.1%) when compared to rural areas (41.9%). This study aims to identify the determinants of antenatal care (K6) visits to pregnant women in urban and rural areas of Indonesia. The sample for this study were all women of childbearing age living in Indonesia and meeting the inclusion criteria with a sample size of 6790 respondents for urban areas and 7013 respondents for rural areas. This study uses the chi square test and multiple logistic regression in its analysis. The results of this study indicate that the determinants of antenatal care visits (K6) in urban and rural areas of Indonesia in 2017, namely age, parity, education level of the mother, knowledge related to pregnancy complications, household wealth index, husband/spousal support, and decision makers regarding care mother's health. Exposure to the mass media is only related to antenatal care (K6) visits in urban areas. Meanwhile, health service places/facilities are only related to antenatal care (K6) visits in rural areas. Maternal education level is the most dominant variable related to antenatal care (K6) visits to pregnant women in urban and rural areas of Indonesia."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>