Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 93263 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hastin Melur Maharti
"Intervensi ini bertujuan untuk meningkatkan tingkah laku volunteering calon sukarelawan pada komunitas SA Cijantung. Berdasarkan studi baseline, motivasi adalah faktor terbesar yang mempengaruhi keputusan individu dibandingkan helping personality dan social support. Atas dasar ini, penulis menggunakan teknik intervensi pesan persuasif berbasis fungsi motivasi dan invoking the selfdengan menggunakan sebuah poster elektronik yang dikirimkan melalui media komunikasi whatsapp. Desain intervensi ini adalah field experimental between subject group design dengan perhitungan tingkah laku selama empat minggu terhadap 137 partisipan di wilayah Jabodetabek. Evaluasi intervensi menggunakan uji Chi-square dan Kruskal-Wallis menunjukan bahwa teknik intervensi pesan persuasif berbasis fungsi motivasi dipadukan dengan invoking the self secara signifikan lebih efektif meningkatkan tingkah laku volunteeringuntuk calon sukarelawan dibandingkan dengan teknik pesan persuasif berbasis fungsi motivasi saja (p < .05, p = .000), namun tidak signifikan meningkatkan tingkah lakuvolunteering sukarelawan secara berkelanjutan (p > .05, p= .301). 
This intervention aimed to increase the volunteering behavior for prospective volunteers in the SA Cijantung community. Based on baseline studies, motivation is the most impactful factor than helping personality and social support. Two intervention techniques in this research are motivational function-based persuasive message and invoking the-self by using electronic poster that is sent through whatsapp. The intervention design is field experimental between subject group-design with four weeks behaviour assessment. Intervention evaluation is using Chi-square test and Kruskal-Wallis to 137 participants in Jabodetabek show that motivational function-based persuasive message collaborated with invoking the self is significantly effective in increasing volunteering behaviour for the prospect volunteer, compared than motivational based-persuasive message only (p < .05, p = .000), but not significant increase volunteering behaviour continuously (p > .05, p = .301).
"
[;;, ]: 2019
T53040
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anita Zulkaida
"ABSTRAK
Perkembangan di berbagai bidang menyebabkan semakin besar
kemungkinan seseorang untuk bertemu dan berinteraksi dengan banyak orang
dari berbagai kalangan, dengan latar belakang kultur dan gaya hidup yang
berbeda. Hal ini akan berpengaruh terhadap adanya perubahan budaya di
masyarakat, terutama dalam pola komunikasi atau hubungan interpersonal.
Dalam situasi seperti ini, hubungan interpersonal mulai lebih dihargai, karena
dinilai sebagai sumber utama dari kepuasan dan cara mencapai self worth di
dalam kehidupan. Banyak orang menyadari bahwa mereka kurang memiliki
keterampilan dan merasa tidak memiliki kehidupan yang cukup memuaskan,
karena merasakan adanya ktidak-adekuatan personal dalam berinteraksi
dengan orang lain. Ellis (dalam Lange & Jakubowski, 1976) melihat bahwa
cara untuk membantu individu untuk dapat mempertahankan dirinya dalam
dunia yang sulit namun dalam bentuk yang lebih rileks, lebih menyenangkan
dan lebih sehat adalah dengan tingkah laku asertif.
Lange dan Jakubowski (1976) mengatakan karena kebanyakan masalah
psikologi yang melibatkan assertion memiliki komponen kognitif afektif, dan
tingkah laku, maka kombinasi pendekatan kognitif, afektif dan tingkah laku
dalam pelatihan asertif dianggap tepat. Oleh karena itu, mereka kemudian
mengembangkan suatu bentuk pelatihan asertif dengan menggunakan
pendekatan kognitif - tingkah laku (cognitive-behavioral procedures).
Penelitian ini ingin melihat apakah program pelatihan asertif dengan
pendekatan kognitif-tingkah laku dapat menjadi sarana unmk meningkatkan
tingkah laku asertif pada mahasiswa.
Subjek penelitian mahasiswa Universitas Gunadarma tingkat 2 (dua), laki-
laki dan perempuan, berusia antara 18 - 20 tahun, memiliki skor tingkah laku
non asertif yang lebih dominan berdasarkan hasil Tes Skrining Subjek, bersedia
untuk berpartisipasi dalam penelitian (mengikuti seluruh program pelatihan
selama 8 kali berturut-turut, mengisi kuesioner dan mengeljakan tugas-tugas
yang diminta - untuk kelompok eksperimen)
Jumlah subjek penelitian 12 orang pada kelompok eksperimen dan 12
orang pada kelompok kontrol. Rancangan yang digunakan di dalam penelitian
ini adalah true experimental design, dengan bentuk randomized matched
prestest-posttest control group design. Pelatihan asertif unluk kelompok
eksperimen diberikan selama 4 minggu dengan 8 kali pertemuan, sekitar 2,5 -
3 jam setiap pertemuan. Adapun untuk kelompok kontrol hanya diberikan
pretest dan posttest.
Untuk mengumpulkan data digunakan Tes Skrining Subjek untuk
menyeleksi individu yang akan diikutsertakan dalam pelatihan, Skala Tingkah
laku sertif yang cligunakan untuk pretest dan posttest (denan I0 aspek yaitu
melakukan percakapan, mencari informasi, mernberikan pendapat, mengajukan
permintaan, menolak permintaan, mengekspresikan perasaan, memberikan
pujian, memberikan kritikan, menerima pujian dan menerima kritikan) Serta
Evaluasi Pelaksanaan Pelatihan Asertif. Untuk analisis data digunakan
Wilcoxon Signed Rank Test, Mann Whitney U Test dan distribusi frekuensi.
Kesimpulan yang diperoleh adalah 1) Ada peningkatan tingkah laku
asertif secara sangat signifikan setelah mengikuti pelatihan. Peningkatan terj adi
dalarn semua aspek tingkah laku asertif 2) Ada perbedaan tingkah laku asertif
secara signifikan antara subjek yang mengikuti pelatihan dengan yang tidak
mengikuti pelatihan. Namun jika dilihat secara lebih khusus berdasarkan aspek-
aspeknya, perbedaan yang signifikan terjadi pada aspek kernampuan
melakukan percakapan dan memberikan kritik. Faktor yang mungkin
menyebabkan adalah karena mated yang diberikan untuk setiap sesi (dan tugas
rumah yang diberikan) cukup banyak sedangkan pertemuan dilakukan
seminggu 2 kali, sehingga selang waktu pertemuan yang hanya 2-3 hari
tampaknya menyebabkan peserta pelatihan rnerasa bebannya menjadi banyak
(karena bersamaan dengan pengerjaan tugas-tugas kuliah) dan menyebabkan
beberapa dari mereka menjadi belum sempat untuk menerapkan secara optimal
berbagai keterampilan yang telah mereka pelajari di pelatihan. Komponen
active experimentation, dimana subjek diminta untuk mempraktikkan berbagai
materi yang telah dilatihkan ke dalam situasi sosial keseharian (membuat
keputusan, menyelesaikan masalah), tampaknya kurang berjalan dengan
optimal.
Kesmpulan 3) bentuk tingkah laku asertif yang sulit dilakukan subjek
adalah mengekspresikan orasaan dan menolak permintaan 4) materi yang
dianggap membantu meningkatkan tingkah laku asertif subjek adalah
percakapan sosial, memperkenalkan diri, memberikan pujian, seb’ statement,
imajinasi emosi dan memberikan kritikan S) teknik yang dianggap membanlu
meningkatkan tingkah laku asertif subjek adalah diskusi dalam kelompok besar (sharing masalah dan pengalaman)."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
T38402
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alifah Indalika Mulyadi Razak
"[ABSTRAK
Perilaku prososial merupakan modal penting untuk berhasil beradaptasi dalam kehidupan sosial (Berns, 2010). Keikutsertaan dalam kegiatan taman kanak-kanak memperluas mikrosistem anak dan menuntut pengembangan perilaku sosial sesuai dengan situasi sosial yang berbeda dan lebih luas. Upaya sistematik perlu dilakukan di tingkat prasekolah untuk memastikan bahwa perilaku prososial berkembang sesuai dengan harapan. Upaya menumbuhkembangkan tingkah laku prososial pernah dilakukan dengan menerapkan berbagai metode, antara lain, bermain peran, bermain konstruktif, pembacaan cerita dan metode bercerita shared reading. Metode shared reading dengan komponen membacakan cerita (C), berdiskusi (D) mengenai isi cerita serta mempraktekkan langsung informasi yang terdapat dalam isi cerita (K) akan diterapkan dalam Program Cerita Prososial Aktif rancangan peneliti. Efektivitas program cerita prososial aktif yang secara konseptual merupakan implementasi dari metode shared reading, akan diuji melalui penelitian eksperimental yang berdesain before-and-after . Partisipan berjumlah 20 murid taman kanak-kanak berusia antara 4-5 tahun. Penelitian dilakukan terhadap 1 kelompok eksperimen (CDK) yang diintervensi dengan metode shared reading dan 3 kelompok kontrol berturut-turut: kelompok CD, C dan CG. Kelompok CD diintervensi dengan cerita dan diskusi, kelompok C dibacakan cerita oleh peneliti dan CG dibacakan cerita oleh guru murid-murid tersebut. Dilakukan intervensi selama 15 sesi. Perilaku prososial diukur melalui observasi terhadap 15 item senarai tingkah laku prososial. Program Cerita Prososial Aktif yang menggunakan metode shared reading ternyata efektif meningkatkan tingkah laku prososial anak prasekolah secara signifikan (Z=-2.032) setelah dilakukan 5 sesi intervensi dan tingkahlaku prososial secara konsisten terus meningkat frekuensinya sampai penelitian berakhir. Metode bercerita tanpa diskusi dan kegiatan efektivitasnya paling rendah.

ABSTRACT
Adaptation to social interactions in a larger social environment is determined by individual?s prosocial behavior (Berns, 2010). With their expanding microsystem prosocial behavior of preschool children need to be develop accordingly, to establish and enhance the repertoire learned in their home environment. Various methods had been implemented in the enterprises of developing prosocial behavior of preschool children i.e.. role play, constructive play, story reading and shared reading. Cerita Prososial Aktif (CPA) that implements shared reading method presumably more effectively increases prosocial behavior considering that the prosocial story reading (C) is complemented with discussion (D) and relevant activities (K) for the children to apply prosocial behavior. With the before and after experimental design, this study aims at comparing the effectiveness of shared reading (CDK) method against active story telling (CD) and story telling without discussion(C). Prosocial behavior was measured by observation using prosocial behavior checklist consisits of 15 items. After 5 sessions the experimental gourp (CDK) showed significantly higher increase of prosocial behavior, while the other 3 control groups: treated with story and discussion (CD), C (story telling by investigator) and story telling by teacher (CG) showed no significant increases. After 15 sessions CDK group showed highest increase compared to CD, C or CG groups. Significant increase of prosocial behavior was achieved after 15 sessions of listening to prosocial story without discussiion and relevant activities, with the lowest size compared to CDK and CD groups.;Adaptation to social interactions in a larger social environment is determined by individual?s prosocial behavior (Berns, 2010). With their expanding microsystem prosocial behavior of preschool children need to be develop accordingly, to establish and enhance the repertoire learned in their home environment. Various methods had been implemented in the enterprises of developing prosocial behavior of preschool children i.e.. role play, constructive play, story reading and shared reading. Cerita Prososial Aktif (CPA) that implements shared reading method presumably more effectively increases prosocial behavior considering that the prosocial story reading (C) is complemented with discussion (D) and relevant activities (K) for the children to apply prosocial behavior. With the before and after experimental design, this study aims at comparing the effectiveness of shared reading (CDK) method against active story telling (CD) and story telling without discussion(C). Prosocial behavior was measured by observation using prosocial behavior checklist consisits of 15 items. After 5 sessions the experimental gourp (CDK) showed significantly higher increase of prosocial behavior, while the other 3 control groups: treated with story and discussion (CD), C (story telling by investigator) and story telling by teacher (CG) showed no significant increases. After 15 sessions CDK group showed highest increase compared to CD, C or CG groups. Significant increase of prosocial behavior was achieved after 15 sessions of listening to prosocial story without discussiion and relevant activities, with the lowest size compared to CDK and CD groups.;Adaptation to social interactions in a larger social environment is determined by individual?s prosocial behavior (Berns, 2010). With their expanding microsystem prosocial behavior of preschool children need to be develop accordingly, to establish and enhance the repertoire learned in their home environment. Various methods had been implemented in the enterprises of developing prosocial behavior of preschool children i.e.. role play, constructive play, story reading and shared reading. Cerita Prososial Aktif (CPA) that implements shared reading method presumably more effectively increases prosocial behavior considering that the prosocial story reading (C) is complemented with discussion (D) and relevant activities (K) for the children to apply prosocial behavior. With the before and after experimental design, this study aims at comparing the effectiveness of shared reading (CDK) method against active story telling (CD) and story telling without discussion(C). Prosocial behavior was measured by observation using prosocial behavior checklist consisits of 15 items. After 5 sessions the experimental gourp (CDK) showed significantly higher increase of prosocial behavior, while the other 3 control groups: treated with story and discussion (CD), C (story telling by investigator) and story telling by teacher (CG) showed no significant increases. After 15 sessions CDK group showed highest increase compared to CD, C or CG groups. Significant increase of prosocial behavior was achieved after 15 sessions of listening to prosocial story without discussiion and relevant activities, with the lowest size compared to CDK and CD groups., Adaptation to social interactions in a larger social environment is determined by individual’s prosocial behavior (Berns, 2010). With their expanding microsystem prosocial behavior of preschool children need to be develop accordingly, to establish and enhance the repertoire learned in their home environment. Various methods had been implemented in the enterprises of developing prosocial behavior of preschool children i.e.. role play, constructive play, story reading and shared reading. Cerita Prososial Aktif (CPA) that implements shared reading method presumably more effectively increases prosocial behavior considering that the prosocial story reading (C) is complemented with discussion (D) and relevant activities (K) for the children to apply prosocial behavior. With the before and after experimental design, this study aims at comparing the effectiveness of shared reading (CDK) method against active story telling (CD) and story telling without discussion(C). Prosocial behavior was measured by observation using prosocial behavior checklist consisits of 15 items. After 5 sessions the experimental gourp (CDK) showed significantly higher increase of prosocial behavior, while the other 3 control groups: treated with story and discussion (CD), C (story telling by investigator) and story telling by teacher (CG) showed no significant increases. After 15 sessions CDK group showed highest increase compared to CD, C or CG groups. Significant increase of prosocial behavior was achieved after 15 sessions of listening to prosocial story without discussiion and relevant activities, with the lowest size compared to CDK and CD groups.]"
2015
T43054
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Yasmina
"ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menemukan cara yang
efektif guna mengubah tingkah laku membuang sampah. Perubahan yang
dimaksud adalah pembahan dari tingkah laku membuang sampah tidak pada
tempatnya menjadi tingkah laku membuang sampah pada tempatnya. Penelitian
ini dirancang dalam bentuk eksperimen untuk membuktikan efektlvitas tehnik
forced compliance yang digunakan di dalam penelitian Aronson, Fried & Stone
(1991; dalam Baron & Byrne, 1994) pada tingkah laku membuang sampah.
Forced compliance disimulasikan melalui tugas partisipan untuk membuat dan
merekam pidato mereka. Setelah itu, partisipan diingatkan bahwa mereka juga
pernah membuang sampah sembarangan.
Penelitian ini dilakukan dengan desain Laboratory Controlled Experiment,
Pretest-posttest Control Group Design. Eksperimen ini menggunakan 36
partisipan yang dibagi ke dalam dua kelompok eksperimen, yaitu kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol.
Kelompok eksperimen diminta untuk membuat dan membacakan pidato di
depan handycam untuk mengajak orang lain untuk membuang sampah pada
tempatnya. Peneliti membuat mereka percaya bahwa rekaman pidato mereka
akan dipertontonkan pada orang lain. Kemudian mereka diingatkan akan tingkah laku membuang sampah sembarangan yang pemah mereka lakukan.
Diharapkan mereka akan merasa munafik sebab telah mengajak orang lain
melakukan tingkah laku yang mereka sendiri pernah lalai melakukannya.
Kelompok kontrol mengalami treatment yang sama, kecuali bahwa mereka
merekam pidato dengan menggunakan tape recorder, dan mereka tidak sedang
berusaha untuk meyaklnkan orang lain. Adapun pengukuran tingkah laku untuk
menunjukkan efektivitas treatment menggunakan tes tingkah laku dengan
proyeksi verbal.
Data penelitian menunjukkan skor tes tingkah laku pada kelompok
eksperimen tidak lebih tinggi secara signifikan dari pada kelompok kontrol.
Perhitungan t test dengan menunjukkan hasil t sebedar 0,497. Dengan pengujian
signifikansi one-tail, temyata hasil tersebut tidak signifikan. Perbedaan hasil tes
tingkah laku antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tidak signifikan,
dengan kecenderungan hasil kelompok kontrol lebih tinggi dibandingkan hasil
kelompok eksperimen. Tehnik forced compliance pada kelompok eksperimen
temyata tidak menimbulkan disonansi kogn'itif yang lebih tinggi dibandingkan
dengan treatment yang diberikan pada kelompok kontrol untuk mengubah
tingkah laku membuang sampah.
Saran-saran yang diajukan adalah perbaikan yang perlu dilakukan Jika
hendak mengadakan penelitian serupa."
2002
S2895
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Martin Handoko
Yogyakarta: Kanisius , 1992
158.3 MAR m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Martin Handoko
Yogyakarta: Kanisius, 1992
153.8 MAR m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Maya Pratiwi
"ABSTRAK
Jumlah mahasiswa yang dropout di Indonesia setiap tahunnya semakin
banyak. Peningkatan ini dapat memberikan berbagai dampak negatif tidak hanya
bagi mahasiswa itu sendiri maupun bagi masyarakat sekitar. Dari berbagai
penelitian ditemukan bahwa bahwa sebagian besar mahasiswa dropout karena
telah melewati masa studi yang ditentukan. Oleh karena itu, pencegahan pada
mahasiswa S1 yang sudah melewati masa studi normal (4 tahun) perlu dilakukan.
Karakteristik partisipan yang dipilih adalah mahasiswa yang sudah melewati masa
studi 4 tahun dan hanya tinggal mengerjakan skripsi. Mahasiswa yang terancam
dropout cenderung resisten melakukan perubahan atau untuk kembali
mengerjakan skripsi. Untuk mengatasi resistensi ini, motivasi mahasiswa untuk
melakukan perubahan perlu ditingkatkan. Metode intervensi yang menangani
langsung motivasi untuk berubah adalah Motivational Interviewing. Tujuan
penelitian ini adalah untuk melihat efektivitas Motivational Interviewing dalam
meningkatkan motivasi mahasiswa S1 untuk mengerjakan skripsi. Hasil penelitian
ini adalah partisipan penelitian menunjukkan perubahan tingkah laku nyata dalam
mengerjakan skripsi. Meskipun demikian, hasil pengukuran secara kuantitatif
tidak menunjukkan perubahan yang signifikan pada motivasi partisipan antara
sebelum dan sesudah penelitian.

ABSTRACT
Each year, the number of bachelor’s student who dropout in Indonesia is
increasing. This phenomenon can impact negatively, not only for the students
themselves but also for the society. From several studies, it was found that most of
college student dropout because they have passed the spesific study period.
Therefore, the dropout prevention for bachelor students who have passed the
normal study period (4 years) needs to be done. Characteristics of participants in
this study are students who have passed the 4 -year study period and right now
only working on thesis. Students who drop out tend to be resistant to change or to
working on the thesis again. To overcome this resistance, student’s motivation to
change needs to be improved. One of intervention methods that deal directly with
the motivation to change is Motivational Interviewing . The purpose of this study
is to look at the effectiveness of Motivational Interviewing in improving student
motivation to work on thesis. The results of this study were participants showed
noticeable behavioral changes in doing their thesis. Nevertheless, the quantitative
measurement showed no significant changes in motivation between the
participants before and after the study."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
T38753
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rosanti Setiawati
"ABSTRAK
Masjid dan musala merupakan fasilitas publik yang sangat banyak dan tersebar diseluruh pelosok Indonesia, saat ini jumlahnya mencapai lebih dari 800.000 dan terus meningkat setiap tahunnya. Namun, hasil observasi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada beberapa musala dan masjid di Depok dan sekitarnya menunjukkan masih rendahnya kesadaran pengguna mukena untuk turut menjaga kebersihan serta kerapihan fasilitas mukena yang disediakan oleh pihak pengurus. Mukena sebagai fasilitas umum yang dipakai secara bersama sangat rentan sebagai media pembawa kuman dan penyakit yang dapat ditularkan. Oleh karena itu, perilaku menjaga kebersihan dan kerapihan mukena diharapkan juga dapat berpotensi dalam menurunkan resiko penularan kuman dan penyakit. Sehingga, dalam rencana penelitian ini peneliti ingin melihat apakah desain intervensi dengan pendekatan Focus Theory of Normative Conduct berupa pesan persuasif normatif dapat meningkatkan perilaku menggantung mukena di musala yang diharapkan dapat menjaga kenyamanan serta kebersihan fasilitas.

ABSTRACT
Mosques and musala as common public facilities in moslem countries and spread throughout Indonesia, currently the number reaches more than 500,000 and continues to increase every year. However, the results of preliminary observations carried out by researchers at several mosques and mosques in Depok and surrounding areas showed that there was still a low awareness of mukena users to help maintain the cleanliness and tidiness of the mukena facilities provided by the management. Mukena as a shared public facility is very vulnerable as a carrier of germs and diseases that can be transmitted. Therefore, in addition to fulfilling the fundamental requirements for moslem prayer and the comfort of worship, the behavior of maintaining cleanliness and tidiness of mukena is also expected, in order to minimize potential risk of transmission of germs and diseases. So, in this research plan the researchers wanted to see whether the intervention design with Focus Theory of Normative Aconduct approach through focused normative persuasive messages could improve the behavior of tidying mukena in the mosque which is expected to maintain comfort and cleanliness of the facilities."
2019
T53454
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mugi Silih Mulyadi
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana hubungan antara motivasi kerelawanan dan distres psikologis pada relawan usia 18-29 tahun emerging adulthood. Penelitian ini merupakan penelitian korelasional dengan responden relawan yang berjumlah 909 orang dengan jenis kegiatan kerelawanan yang berbeda-beda. Motivasi kerelawanan diukur dengan menggunakan Volunteer Functions Inventory VFI, dan distres psikologis diukur dengan menggunakan Hopkins Symptom Checklist-25 HSCL-25, kedua instrumen tersebut telah diadaptasi ke dalam bahasa Indonesia. Terdapat enam dimensi motivasi kerelawanan yaitu perlindungan, nilai, karir, sosial, pemahaman, dan pengembangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan dan positif antara motivasi kerelawanan dimensi perlindungan dan distres psikologis. Sementara itu, tidak terdapat hubungan yang signifikan antara dimensi nilai, sosial, karir, pemahaman, dan pengembangan dengan distres psikologis.

The purpose of this research is to examine the correlation between volunteering motivation and psychological distress among volunteer with age 18 29 years old emerging adulthood. This research uses correlational method with 909 respondents that have participated in various volunteering activity. Volunteering motivation was measured by Volunteer Functions Inventory VFI, and psychological distress was measured by Hopkins Symptom Checklist 25 HSCL 25, both have been adapted into Indonesian. Volunteering motivation consist of six dimensions, protective, values, career, social, understanding, and enhancement. Result shows that there was significant positive correlation between one dimensions of volunteering motivation protective with psychological distress. There was not significant correlation between five dimension of volunteering motivation values, social, career, understanding, enhancement and psychological distress."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adisya
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana hubungan antara motivasi kerelawanan dan kepribadian narsisistik pada relawan di Indonesia yang berusia 18-29 tahun emerging adulthood. Penelitian ini merupakan penelitian korelasional dengan responden relawan yang berjumlah 2002 responden. Motivasi kerelawanan diukur dengan menggunakan Volunteer Function Inventory VFI, dan kepribadian narsisistik diukur dengan menggunakan Narcissism Personality Inventory NPI-13, kedua instrumen tersebut telah diadaptasi ke dalam Bahasa Indonesia. Pada motivasi kerelawanan, terdapat enam dimensi motivasi kerelawanan, yaitu nilai, karir, sosial, pemahaman, peningkatan harga diri, dan protektif. Pada kepribadian narsisistik, terdapat tiga dimensi kepribadian narsisistik, yaitu leadership/authority, grandiose exhibitionism, dan entitlement/exploitativeness. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1 terdapat hubungan yang negatif dan signifikan antara motivasi nilai dengan kepribadian narsisistik grandiose exhibitionism, 2 terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara motivasi karir dengan ketiga kepribadian narsisistik leadership/authority, grandiose exhibitionism, dan entitlement/exploitativeness, 3 terdapat hubungan yang negatif dan signifikan antara motivasi sosial dengan kepribadian narsisistik entitlement/exploitativeness, 4 terdapat hubungan yang negatif dan signifikan antara motivasi pemahaman dengan kepribadian narsisistik leadership/authority dan entitlement/exploitativeness, 5 terdapat hubungan positif dan signifikan antara motivasi kerelawanan peningkatan harga diri dengan kepribadian narsisistik leadership/authority dan entitlement/exploitativeness, 6 terdapat hubungan positif dan signifikan antara motivasi protektif dengan kepribadian narsisistik entitlement/exploitativeness.

The purpose of this research is to examine the correlation between volunteering motivation and narcissistic personality among volunteer in Indonesia within age of 18 29 years old emerging adulthood. This research uses correlational method with 2002. Volunteering motivation was measured by Volunteer Function Inventory VFI and narcissistic personality was measured by Narcissism Personality Inventory NPI 13, both have been adapted to Bahasa Indonesia. Volunteering motivation consist of six dimensions which are values, career, social, understanding, enhancement, and protective. Narcissistic personality consists of three dimensions which are Leadership Authority, Grandiose Exhibitionism, and Entitlement Exploitativeness. The result indicated 1 there was significant negative correlation between value motivation and grandiose exhibitionism personality, 2 there was significant positive correlation between career motivation and three of the narcissistic personality leadership authority, grandiose exhibitionism, and entitlement exploitativeness, 3 there was significant negative correlation between social motivation and entitlement exploitativeness personality, 4 there was significant negative correlation between understanding motivation and two of the narcissistic personality, which are leadership authority and entitlement exploitativeness, 5 there was significant positive correlation between enhancement motivation and two of the narcissism personality, which are leadership authority and entitlement exploitativeness, 6 there was significant positive correlation between protective motivation and entitlement exploitativeness personality."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>