Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 146450 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Arga Patria Dranie Putra
"Awal abad ke 20 dapat dikatakan sebagai sebuah titik yang mengawali pergeseran budaya dan keterbangunan di Indonesia menuju modernitas. Sedikit banyak perubahan ini hadir bersama perubahan paradigma kolonialisasi Belanda yang berusaha mendahulukan kepentingan masyarakat Hindia. Hadir tokoh-tokoh berkebangsaan Belanda yang dieluhkan telah berempati dan lebih memihak kepada penduduk Hindia-Belanda. Dengan begitu, ada kemungkinan bahwa empati bangsa Belanda terhadap masyarakat Hindia memiliki andil dalam implementasi politik etis maupun keterbangunan yang terjadi di awal abad ke-20.
Peran arsitek seperti Karsten dan Schoemaker dapat menggambarkan bagaimana subjektifitas dan hubungannya dengan manusia dapat mempengaruhi keputusan terhadap karakter arsitektur yang dapat mewakili Hindia Belanda. Dengan mengacu kepada teori empati yang telah di elaborasi, tesis ini mengkaji pembangunan dan keterbangunan yang terjadi selama awal abad ke-20 di Hindia Belanda. Penelusuran dan pemahaman akan berfokus terhadap individu-individu yang terlibat dalam praktek politik etis, dan memberikan perhatian terhadap subjektifitas dan tindakan yang dilakukan pihak Belanda.
Riset akan dilakukan melalui studi presedenm, wawancara, serta observasi. Melalui kerangka yang telah di elaborasi, kemudian dapat dipahami apakah kehadiran empati terhadap masyarakat Hindia benar-benar hadir dan memberikan pengaruh terhadap bentuk baru kolonialisasi Belanda di Hindia Pada Awal Abad Ke-20.

The beginning of the 20th century can be regarded as a point where cultural shift and development towards modernity in Indonesia began. More or less this change was present along with the paradigm shift of the colonialization of the Dutch who tried to prioritize the interests of the Indies community. Ethical Policy Present figures of Dutch who were complained for their empathy towards the population of the Dutch East Indies. Thus, there is a possibility that Dutches empathy towards Indies community has contributed to the implementation of ethical politics and the development in Dutch Indies that occurred in the early 20th century.
The role of architects such as Karsten and Schoemaker can illustrate how subjectivity and its relationship with humans can influence decisions regarding architectural characters that can represent the Dutch Indies. By referring to the elaborated theory of empathy, this thesis examines the development that occurred during the early 20th century in the Dutch Indies. Research and Understanding will be focused on individuals who was involved in ethical political practices, attention also given to subjectivity and actions that were taken by the Dutch.
The investigation will be done through precedent studies, Interviews & Observation. Through the elaborated framework, it can later be understood whether the presence of empathy for the Indies was truly present and had an influence on the new form of Dutch colonialism in the Indies in the Early 20th Century.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T53209
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Larasati Septiantini
"Perkembangan gaya arsitektur tidak terlepas dari hal sejarah. Begitu juga dengan perkembangan arsitektur di Hindia Belanda yang saat itu pernah dikuasai oleh Belanda. Dari peristiwa ini koloni Belanda yang datang ke Hindia Belanda tidak ragu untuk mengembangkan desain arsitektur di tanah jajahannya. Salah satu periode arsitektur yang akan dibahas di skripsi ini adalah gaya nieuwekunst Belanda. Nieuwekunst termasuk perkembangan di masa arsitektur modern. Gaya ini salah satu perkembangan arsitektur yang berkolaborasi dengan ilmu seni. Era ini mulai terjadi pada transisi masa klasik ke modern, yaitu pada peralihan akhir abad ke-19 menuju abad ke-20. Di Belanda perkembangan gaya ini dipengaruhi industrialisasi dan perkembangan kreatifitas para seniman. Pendekatan baru tentang merancang juga muncul. Bersamaan dengan periode perkembangan nieuwekunst yang terjadi di Belanda, abad ke-20 Hindia Belanda yang sedang dikuasai oleh Belanda mengalami perkembangan pada arsitekturnya juga. Perkembangan ini dipengaruhi oleh koloni Belanda karena arsitek Belanda datang dan berkarya di Hindia Belanda. Tidak hanya berkarya tetapi bereksplorasi pada aspek-aspek arsitektur Belanda untuk didirikan di Hindia Belanda untuk menunjukkan identitas asal negara mereka. Gedung Galeri Kunstkring dan Masjid Cut Meutia adalah bangunan peninggalan karya arsitek Belanda dan didirikan pada periode yang bersamaan dengan nieuwekunst Belanda, serta bangunan ini masih berdiri dan digunakan. Dari peristiwa sejarahnya, bangunan ini dapat dikatakan ada potensi pengaruh dari perkembangan arsitektur nieuwekunst .

The development of architectural style is inseparable from history. Likewise with the development of architecture in the Dutch East Indies which was once controlled by the Dutch. From this event the Dutch colony who came to the Dutch East Indies did not hesitate to develop architectural designs in their colony. One of the architectural periods that will be discussed in this thesis is the Dutch nieuwekunst style. Nieuwekunst including developments in the era of modern architecture. This style is one of the architectural developments that collaborate with art. This era began to occur in the transition from classical to modern, the transition of the late 19th century to the 20th century. In the Netherlands the development of this style was influenced by industrialization and the development of the creativity of artists. A new approach to designing also emerged. Along with the period of nieuwekunst development that occurred in the Netherlands, the 20th century Dutch Indies which were being controlled by the Dutch experienced developments in its architecture as well. This development was influenced by the Dutch colony because the Dutch architect came and worked in the Dutch East Indies. Not only to work but to explore aspects of Dutch architecture to be established in the Dutch East Indies to show the identity of their country of origin. The Kunstkring Gallery Building and the Cut Meutia Mosque are relics of Dutch architects and were erected in the same period as the Dutch nieuwekunst, and this building is still standing and used. From its historical events, this building can be said to have the potential influence of the development of nieuwekunst architecture.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Risa Junita Sari
"Penelitian ini menganalisis tentang kesetaraan jender di Hindia Belanda pada awal abad 20, khususnya di lingkungan masyarakat Tionghoa Peranakan sebagaimana tercermin dalam karya-karya sastra Tionghoa Peranakan yang terbit di surat kabar Doenia Baroe. Pada awal abad 20 Politik Etis dalam bidang pendidikan membawa perubahan besar terhadap pola pikir generasi muda di Hindia Belanda. Perubahan ke arah modernitas yang mengedepankan kesetaraan dirasakan oleh semua kalangan, termasuk perempuan. Masalah kesetaraan jender yang menuntut persamaan hak laki-laki dan perempuan semakin mengemuka, tak terkecuali di lingkungan perempuan Tionghoa Peranakan. Karya-karya sastra Tionghoa Peranakan yang terbit dalam surat kabar Doedia Baroe di Padang pada tahun 1930 didominasi oleh tema tentang kesetaraan jender. Mengapa terjadi dominasi tema tersebut dan sejauh mana pengaruh atau peran karya-karya itu terhadap perjuangan kesetaraan jender khususnya di lingkungan masyarakat Tionghoa Peranakan, itulah yang menjadi pokok bahasan penelitian ini. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode sejarah dan teori jender sebagai landasan konseptual.  Dari penelitian dan analisis yang dilakukan ditemukan bahwa, kesetaraan jender yang ingin dicapai oleh perempuan Tionghoa Peranakan khususnya, adalah perlakuan yang sama antara laki-laki dan perempuan yang di dalamnya mencakup pendidikan, pergaulan, dan kebebasan memilih pasangan hidup.

This study analyzes gender equality in the Dutch East Indies at the beginning of the 20th century, especially in the Tionghoa Peranakan community as reflected in the Tionghoa Peranakan literary works published in the Doenia Baroe newspaper. At the beginning of the 20th century the Politik Etis in the field of education brought major changes to the mindset of the younger generation in the Dutch East Indies. Changes towards modernity which put forward equality are felt by all groups, including women. The issue of gender equality which demands equal rights for men and women has increasingly surfaced, including the Tionghoa Peranakan women. The works of Tionghoa Peranakan literature that were published in the Doedia Baroe newspaper in Padang in 1930 were dominated by the theme of gender equality. Why the domination of this theme occurs and to what extent the influence or role of these works on the struggle for gender equality, especially in the Tionghoa Peranakan environment, is the subject of this study. The research was conducted using historical methods and gender theory as a conceptual basis. From the research and analysis conducted, it was found that the gender equality to be achieved by Tionghoa Peranakan women in particular is equal treatment between men and women which includes education, association, and the freedom to choose a life partner."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Peter Tofano
"Skripsi ini membahas gaya hidup masyarakat kolonial di Batavia pada abad ke-19 dengan pendekatan sosial yang dilihat melalui pakaiannya. Pakaian yang akan dibahas pada tulisaan ini dibagi menjadi : pakaian kerja, pakaian sehari-hari, pakaian pesta dan juga pakaian olaraga. Pada penelitian ini pakaian akan dibahas secara mendetail dari unsur-unsur atau variasi yang berada pada pakaian tersebut. Detail pakaian itu akan menunjukan fungsi, gaya pakaian dan juga life style yang mempengaruhi terhadap perubahaan pakaian orang asing khusunya Eropa di Batavia.

This thesis studies colonial society lifestyle in Batavia, 19th century by social approach observing through the clothes. The clothes which will discussed on the thesis divided into work wear, daily wear, formal wear, and also sport wear. In the research, clothes will be discussed in detail from its elements or variation. Details of the clothes will show the function, the style, and also lifestyle that affect changes of or apparel in Batavia.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2016
S61875
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fachri Nur Ikhsan Gunawan
"Penelitian ini membahas pandangan dari surat kabar Hindia Belanda mengenai penerapan Wilde Scholen Ordonantie (1932). Penerapan Wilde Scholen Ordonantie (1932) di Hindia Belanda merupakan peristiwa penting untuk dunia pendidikan di Hindia Belanda.Data yang digunakan adalah artikel-artikel surat kabar di Hindia Belanda yaitu Algemeen handelsblad voor Nederlandsch-Indië, De Indische Courant, De Locomotief, Soerabaijasch handelsblad, Bataviaasch Nieuwsblaad, Het Nieuws van de dag voor Nederlands Indië yang terbit pada bulan Oktober-Desember 1932. Penelitian ini menggunakan metode sejarah terdiri dari menentukan topik, pengumpulan data (heuristik), verifikasi data, interpretasi, dan historiografi. Model framing Entman (1993) digunakan untuk menginterpretasi data penelitian. Dalam artikel-artikel surat kabar yang dianalisis ditemukan topik penolakan terhadap Wilde Scholen Ordonantie, lijdelijk verzet, dukungan pergerakan nasional untuk menentang ordonansi , dan perlawanan terhadap ordonansi. Dalam topik-topik tersebut ditemukan empat model Entman  dalam mendefinisikan berita mengenai Wilde Scholen Ordonantie yaitu define problem, diagnoses cause, make moral judgement, dan treatment recommendation. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa surat kabar di Hindia Belanda banyak berpihak kepada masyarakat pribumi dan menentang pemberlakuan Wilde Scholen Ordonantie.

The implementation of the Wilde Scholen Ordonantie (1932) in the Dutch East Indies was an important event for the world of education in the Dutch East Indies. This study discusses the views of Dutch East Indies newspapers regarding the implementation of the Wilde Scholen Ordonantie (1932). The data used were newspaper articles in the Dutch East Indies, namely Algemeen handelsblad voor Nederlandsch-Indië, De Indische Courant, De Locomotief, Soerabaijasch handelsblad, Bataviaasch Nieuwsblaad, Het Nieuws van de dag voor Nederlands Indië which were published in October-December 1932. This study uses the historical method which consists of determining the topic, data collection (heuristics), data verification, interpretation, and historiography. Entman's (1993) framing model was used to interpret the research data. In the analyzed newspaper articles found topics of rejection of the Wilde Scholen Ordonantie, lijdelijk verzet, support for the national movement to oppose the ordinance, and resistance to the ordinance. In these topics, four Entman models were found in defining news about the Wilde Scholen Ordonantie, namely define problem, diagnose cause, make moral judgment, and treatment recommendation. The results of the study concluded that many newspapers in the Dutch East Indies sided with the indigenous people and opposed the implementation of the Wilde Scholen Ordonantie."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Risqi Gusdita Rahmadi
"ABSTRAK
Revolusi telah berkontribusi dalam pembentukan masyarakat di dunia. Fenomena tersebut mengubah nilai-nilai fundamental dan memberikan suatu pandangan baru di dalam masyarakat. Dengan berubahnya nilai fundamental, masyarakat pun berubah, dan hal hal yang sebelumnya diterima sebelum revolusi, menjadi kurang menarik ataupun tidak lagi diterima di dalam masyarakat. Pandangan baru ini membentuk sebuah selera dan kebutuhan baru, seperti halnya sebuah tren. Hal ini tampak pada perubahan di dalam dunia seni dan arsitektur. Arsitektur dan Revolusi: Perkembangan Arsitektur di Hindia Belanda dan Perubahan dalam Masyarakat Kolonial tidak membahas revolusi kemerdekaan Indonesia, melainkan membahas bagaimana konteks dan isu sosial, politik, dan ekonomi yang terjadi di Hindia Belanda membentuk sebuah revolusi dalam masyarakat kolonial pada periode akhir kolonial Belanda. Dimulai dengan analisis mengenai revolusi yang terjadi di Eropa, kemudian dilanjutkan dengan menganalisis korelasi antara revolusi tersebut dan perubahan di dalam gaya arsitektur di Eropa dan Rusia setelah revolusi. Akan tetapi, keadaan masyarakat kolonial di Hindia Belanda memiliki konteks yang berbeda dengan masyarakat Eropa. Oleh karena itu, saya menganalisis konteks tersebut dan bagaimana sebuah revolusi terbentuk. Pembahasan kemudian saya akhiri dengan menganalisis perubahan Arsitektur di Hindia Belanda untuk menekankan adanya sebuah upaya dalam merepresentasikan ide baru yang terbentuk pasca revolusi melalui sebuah bentuk yang konkrit, yaitu arsitektur.

ABSTRACT
Revolution changes the fundamental values in the society. As the fundamental values change, the society also changes, and things that were used to be agreeable before the revolution may become less appealing, or no longer accepted. This new value formed a new taste and necessity in the society. As a result, the process of designing will be influenced by this newfound value. This writing does not discuss the revolution of Indonesian Independence. It discusses how the social, economy and political context and issues in the Dutch East Indies formed a revolution within the colonial society during the late colonial era. It starts with the analysis of revolutions throughout Europe & Russia, then continues to analyze changes in the Architectural Styles in Europe after the revolutions. However, the European and Russian society were essentially different than the Dutch East Indies society, which was, a colonial society. Therefore, I analyze the context of the Dutch East Indies society and how the revolution was formed. The discussion subsequently analyzes the changes in the Indies Architecture to further emphasize an effort to represent the new ideas that formed after the revolution into a concrete form, which is architecture.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Iqbal Al Hafizh
"Jatinegara Mester merupakan salah satu daerah di Jakarta yang pada masa kolonial merupakan sebuah kota metropolitan. Kajian ini membahas tentang persebaran permukiman kolonial di Jatinegara Mester pada abad ke-20 dan faktor-faktor yang membuat kota tersebut berkembang menjadi kota satelit Batavia. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap pola pemukiman Belanda pada masa kolonial sekaligus memberikan data untuk penelitian selanjutnya mengenai Jatinegara. Metode yang digunakan dalam artikel ini didasarkan pada metode penelitian Sharer dan Ashmore yang membagi penelitian arkeologi menjadi beberapa tahapan mulai dari perumusan masalah penelitian hingga penarikan kesimpulan. Penelitian ini memiliki sumber data primer dan sekunder. Sumber data primer didapatkan dari survey bangunan lama di Jatinegara Mester. Sedangkan sumber data sekunder didapatkan dari foto – foto dan peta lama untuk mendapatkan gambaran mengenai Jatinegara Mester pada masa kolonial. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Jatinegara Mester pada masa kolonial membagi wilayahnya menjadi beberapa kawasan seperti kawasan pemukiman, kawasan peribadatan, dan kawasan komersial. Pembagian wilayah ini juga menunjukkan dua karakter yang pemerintah pada masa itu perhatikan dalam mengembangkan kota mereka. Karakter pertama, pengaturan ruang yang menunjukkan adanya perbedaan pada bagian tanah tertentu. Karakteristik kedua, jarak sosial yang diatur antar penduduk. Karakteristik kedua ini memisahkan tempat tinggal penduduk koloni, Tionghoa, dan pribumi. Ditemukan juga beberapa faktor-faktor penyebab perkembangan Jatinegara Mester yang berupa faktor ekonomi, transportasi, politik dan militer, religi, dan geografis.

Jatinegara Mester is an area in Jakarta which during the colonial period was a metropolitan city. This study discusses the distribution of colonial settlements in Jatinegara Mester in the 20th century and factors that made the town grown to became Batavia’s satellite city at one point. This study aims to reveal the pattern of Dutch settlement during the colonial period while at the same time provides data for future reaserch related to Jatinegara. The method used in this article are based on Sharer and Ashmore’s research method which divides archaeological research into several stages from formulation of research problems to drawing conclusions. This study has primary and secondary data sources. The primary data source was obtained from a survey of old buildings in Jatinegara Mester. While the secondary data sources were obtained from old photographs and maps to get an overview of Jatinegara Mester during the colonial period. The results of this study indicate that Jatinegara Mester during the colonial period divided its territory into several areas such as residential areas, worship areas, and commercial areas. This division of territory also shows two characteristics that the government at that time paid attention to in developing their city. The first character is the spatial arrangement that shows the differences in certain parts of the land. The second characteristic is the regulated social distance between residents. This second characteristic separated the residences of the colonists, the Chinese, and the natives. In addition, several factors that caused its development were found, namely economic, transportation, political and military, religion, and geography"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Kirana Chandra Bestari
"Gereja Santo Yoseph Matraman merupakan salah satu gereja yang dibangun pada awal abad ke-20 oleh F.J.L. Ghijsel yang memiliki beberapa keunikan, terutama di bagian fasad dan menaranya. Sebagai salah satu fitur arkeologi, Gereja Santo Yoseph dapat memberikan informasi penting terutama terkait gaya bangunan yang berkembang di Jakarta pada awal abad ke-20. Penelitian ini berupaya untuk mengetahui lebih lanjut mengenai gaya bangunan Gereja Santo Yoseph Matraman dengan mengkaji bentuk dan gaya bangunan gereja tersebut melalui tahap observasi, pengolahan data, dan interpretasi. Dalam menganalisis gaya bangunan digunakan metode analisis bentuk (formal analysis), analisis gaya (stylistic analysis), dan analisis komparatif (comparative analysis). Hasil penelitian memperlihatkan bahwa bangunan Gereja Santo Yoseph Matraman menerapkan empat gaya yang berkembang di awal abad ke-20, yaitu Art Nouveau, Art Deco, Indis, dan Arts and Crafts. Perpaduan gaya ini menjadikan Gereja Santo Yoseph memiliki keunikan tersendiri dibandingkan dengan bangunan kolonial yang sejaman dengan gereja tersebut, karena pada umumnya bangunan-bangunan lain hanya menerapkan satu gaya bangunan yang sedang populer pada masanya, sementara Gereja Santo Yoseph memadukan empat gaya yang berbeda pada satu bangunan. Hal ini menjadikan Gereja Santo Yoseph memiliki nilai penting secara arkeologis, historis, dan arsitektural dalam perkembangan gaya bangunan awal abad ke-20 di Indonesia.

The Church of Saint Joseph is one of the churches that built in the early 20th century by F.J.L. Ghijsels which has some uniqueness, especially in its fa�§ade and tower. As one of the archaeological features, the Church of Saint Joseph could provide important informations, especially related to the building style that developed in Jakarta during the early 20th century. This study seeks to find out more about the building style of the Saint Joseph Church by examining the shape and style of the building through stages of observation, data processing, and interpretation. In analyzing the building style, the methods of form analysis (formal analysis), stylistic analysis, and comparative analysis are used. The result of the study shows that the Saint Joseph Church building applies four styles that were popular and developed in the early 20th century, namely Art Nouveau, Art Deco, Indische, and Art and Craft. This makes the Church of Saint Joseph Matraman unique and different from other churches in Jakarta and Indonesia that were built in the same era. This marks the building styles that were popular in the early 20th century and the combination of styles at that time. Therefore, the Church of Saint Joseph Matraman has a significant archaeological, historical, and architectural values in the development of early 20th century building styles in Indonesia."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Amalia Dwi Trisnaedy
"Kehadiran bangsa Belanda yang beragama Protestan di Bogor melatarbelakangi terjadinya pendirian bangunan Gereja Zebaoth. Gereja Zebaoth merupakan gereja tertua di Bogor yang dibangun pada awal abad ke-20 M dan menjadi salah satu bangunan Cagar Budaya yang dilindungi. Sebagai bangunan peninggalan kolonial, Gereja Zebaoth memiliki nilai sejarah penting mengenai gaya bangunan yang diterapkan pada bangunannya. Berdasarkan penjelasan tersebut, penelitian ini membahas mengenai gaya bangunan pada Gereja Zebaoth Bogor yang didirikan pada awal abad ke-20 M. Penelitian ini akan dilakukan dengan metode penelitian arkeologi menurut Sharer & Ashmore yang terdiri atas formulasi penelitian, implementasi penelitian, pengumpulan data, pengolahan data, analisis data, dan publikasi hasil penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Gereja Zebaoth Bogor bergaya Indis.

The presence of Dutch Protestants in Bogor was the reason behind the construction of the Gereja Zebaoth Bogor. Gereja Zebaoth Bogor is the oldest church in Bogor which was built in the early 20th century AD and is one of the protected Cultural Heritage buildings. As a colonial heritage building, Gereja Zebaoth has an important historical value related to the building style applied to the building. Based on this explanation, this study discusses the building style of the Gereja Zebaoth Bogor which was founded in the early 20th century AD. This research will be conducted using archaeological research methods according to Sharer & Ashmore which consists of research formulation, implementation research, data collection, data processing, data analysis, and publication of research results. The results of the study show that the Gereja Zebaoth Bogor has an Indis style.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Iqbal Maulana
"SMAN 9 Kota Bogor Jalan Kartini merupakan bangunan sekolah kolonial yang memiliki bentuk bangunan yang unik, yaitu bentuk bangunannya menyudut. Hal tersebut memunculkan hipotesis adanya penerapan bangunan sudut pada bangunan ini sehingga menarik untuk dianalisis gaya bangunannya. Kini, bangunan tersebut mengalami perubahan-perubahan fungsi untuk memenuhi kebutuhan masa sekarang sehingga menarik untuk dikaji bentuk-bentuk adaptasi dan revitalisasi pada bangunan tersebut. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah “Bagaimana penerapan bentuk bangunan sudut, gaya bangunan, adaptasi, dan revitalisasi pada SMAN 9 Kota Bogor Jalan Kartini?”. Penelitian ini dilakukan dengan tiga tahapan metode penelitian arkeologi, yaitu pengumpulan data dengan melakukan studi pustaka dan lapangan melalui kegiatan observasi dan perekaman data, pengolahan data yang dilakukan dengan metode analisis deskriptif, dan terakhir merupakan eksplanasi untuk menjawab permasalahan penelitian. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa bangunan ini merupakan bangunan sudut yang berfungsi sebagai sekolah, bangunan ini memiliki beberapa persamaan karakteristik dengan SMPN 5 Bandung sebagai bangunan sudut sehingga menunjukkan adanya indikasi karakteristik bangunan sudut yang berfungsi sebagai sekolah. Hasil analisis gaya bangunan menunjukkan perkembangan bangunan dan percampuran budaya. Hasil analisis adaptasi dan revitalisasi diketahui empat bentuk kegiatan adaptasi dan revitalisasi, yaitu perubahan material bangunan lama, penambahan komponen bangunan baru, perubahan atau penambahan ruang, dan penambahan bangunan baru.

SMAN 9 Bogor Jalan Kartini is a colonial school building with a unique form, namely the angular shape building. That raises the hypothesis of the application of corner buildings in this building, so it is interesting to analyze the style of the building. Now, the building is changing its function to meet the present needs, so it is interesting to study the forms of adaptation and revitalization of the building. Based on this explanation, the problem in this research is "How is the application of corner building forms, building styles, adaptation, and revitalization at SMAN 9 Bogor at Kartini Street?". This research was conducted with three stages of archaeological research methods: data collection by conducting library and field studies through observation and data recording, data processing carried out by descriptive analysis methods, and finally, an explanation to answer research problems. The results of his research indicate that this building is a corner building that functions as a school. This building has several characteristics in common with SMPN 5 Bandung as a corner building so that it shows an indication of the elements of a corner building that functions as a school. The analysis results of the style building show the development of the building and the mixing of cultures. Based on the analysis of adaptation and revitalization, it is known that there are four forms of adaptation and revitalization activities, namely changes in old building materials, the addition of new building components, modifications or additions to space, and addition of new buildings."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>