Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 173695 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rendy
"ABSTRAK
Residu unit pengolahan instalasi perlu diolah untuk dapat dilakukan pemanfaatan atau pembuangan secara langsung yang sudah aman. Kondisi residu/lumpur yang stabil mutlak diperlukan untuk menjamin tidak terjadi kontaminasi lingkungan. Metode dalam mengukur kestabilan yang dapat digunakan adalah pengukuran nilai indeks respirometri, baik secara statis (SRI) maupun dinamis (DRI). Indikator stabilitas respirometri mengukur oksigen yang diperlukan dalam mengurai bahan organik biodegradable. Tujuan penelitian ini adalah mengindentifikasi karakterististik dan menganalisis kestabilan sampel lumur dari beberapa instalasi pengolahan, pengolahan bahan organik, dan limbah industri berdasarkan pendekatan kadar air, volatile solids, rasio C/N, nilai SRI dan DRI serta rekomendasi pengolahan lanjutan lumpur yang tidak stabil. Hasil pengujian menunjukkan sampel IPAL Muara Baru dan IPAL PT Toyota memiliki salah satu nilai SRI tertinggi, yaitu 76,621 mgO2g-1OM-1h-1 dan 16,332 mgO2g-1OM-1h-1. Pengolahan lanjutan menggunakan pengomposan keranjang Takakura selama 14 hari dengan bulking agent cangkang kelapa. Hasil akhir pengomposan menunjukkan adanya penurunan nilai SRI dan DRI pada sampel lumpur IPAL Muara Baru dan IPAL PT Toyota dengan persentase pengurangan lebih dari 95%.

ABSTRACT
The residue of the installation processing unit needs to be processed in order to be able to directly utilize or dispose of it safely. Stable residual/sludge condition are absolutely necessary to ensure no environmental contamination occurs. The mthod of measuring stability that can be used is the measurement of respirometry index value, both statilyc (SRI) and dynamicly (DRI). The stability indicators of resprometry measure the oxygen needed in breaking down biodegradable organic matters. The purpose of this study is to identify the characteristics and analyze the stability sample of sludge/digestat from several processing plant, processing organic matter, and instrial waste based on water content approach, volatile solids, C/N ratio, SRI and DRI values and recommendations for continued processing of unstable sludge/mud/digestat. The test result showed samples of Muara Baru WWTP and PT Toyota WWTP had one of the highes SRI values, namely 76,621 mgO2g-1OM-1h-1 and 16,332 mgO2g-1OM-1h-1. Further processing uses composting of Takakura baskets for 14 days with coconut shell bulking agents. The final result of composting showed a descrease in the value of SRI and DRI in Muara Baru WWTP and PT Toyota WTP with a percentage reduction of more than 95%."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Maulida Zulaichatin
"Stabilitas merupakan salah satu parameter yang menunjukkan sejauh mana bahan organik yang mudah terurai (biodegradable) telah terdekomposisi. Berbagai metode digunakan untuk mengukur tingkat stabilitas bahan organik, diantaranya metode static respiration index (SRI) dan dynamic respiration index (DRI). Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi karakteristik dan menganalisa stabilitas sampel sampel sampah makanan, sampah kebun, sampah organik, sampah kota, sampah buah, limbah pabrik tahu, dan kotoran sapi yang digunakan dalam penelitian berdasarkan kadar air, volatile solids, rasio C/N, kadar lignin, serta nilai SRI, dan DRI, serta menentukan metode yang tepat untuk pengolahan lanjutan pada sampel limbah organik yang tidak stabil. Penelitian ini menggunakan sampel limbah organik dari 9 tempat yang berbeda. Hasil penelitian menunjukkan nilai SRI dan DRI yang paling tinggi adalah sampel limbah pabrik tahu yaitu sebesar 13,3995 mgO2g-1OM-1h-1 dan 148,3747 mgO2g-1OM-1h-1. Selain itu, sampel yang dikomposkan yaitu limbah pabrik tahu dan kotoran sapi dengan campuran cangkang kelapa dan serabut kelapa selama 14 hari. Hasil pengomposan menunjukkan bahwa persentase efektifitas pengomposan sampel limbah pabrik tahu sebesar 99,94% pada hari ke-3 pengomposan. Sedangkan, pada sampel kotoran sapi persentasenya sebesar 99,17% pada hari ke-7.

Stability is one parameter which shows how far biodegradable organic matter has decomposed. Various methods are used to measure the level of stability of organic materials, including static respiration index (SRI) and dynamic respiration index (DRI) methods. The purpose of this study was to identify the characteristics and analyze the stability of samples of food waste, garden waste, organic waste, municipal waste, fruit waste, tofu factory waste, and cow dung used in research based on water content, volatile solids, C/N ratio, lignin content, also the value of SRI, and DRI, and determine the appropriate method for further processing in unstable organic waste samples. This study uses organic waste samples from 9 different places. The results showed the highest SRI and DRI were tofu factory waste sample which were 13,3995 mgO2g-1OM-1h-1 dan 148,3747 mgO2g-1OM-1h-1. In addition, composted samples are tofu factory waste and cow dung with a mixture of coconut shells and coconut fibers for 14 days The composting results showed that the percentage of composting effectiveness of tofu factory waste samples was 99,94% on the 3rd day of composting. Whereas, on cow dung samples the percentage is 99,17% on the 7th day."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agrawal, K.C.
Bikaner: Agro Botanical Publishers, 1989
572.472 AGR p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Blackman, F. F.
Cambridge, UK: At The University Press, 1954
581 BLA a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Fajriyah
"PM2,5 atau partikulat halus adalah partikulat dengan diameter kurang dari 2,5 μm dan salah satu sumber utamanya adalah emisi gas buang dari kendaraan. Sifat dari partikulat ini dapat masuk ke alveolus dan terdifusi ke pembuluh darah kemudian dapat menyebabkan inflamasi pada sel dan mengganggu kadar normal dari beberapa biokimia tubuh yang terkandung dalam darah, seperti glukosa, insulin, hs-CRP dan biomarker pendukung berupa MDA serta TNF-α.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui perbedaan antara kelompok terpajan dan tidak terpajan PM2,5 dengan keluhan gangguan pernapasan serta kadar glukosa, insulin, hs-CRP, MDA serta TNF-α. Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan desain studi cross sectional. Sampel yang digunakan adalah petugas kebersihan Jalana Raya Jenderal Sudirman sebagai kelompok terpajan PM2,5 dan petugas kebersihan FKM UI sebagai kelompok tidak terpajan PM2,5. Dilakukan pengukuran konsentrasi PM2,5 secara personal sampling, kuesioner dan tes darah sampel oleh laboratorium.
Uji statistic yang digunakan, yaitu uji kai kuadrat dan uji t. Dari hasil penelitian didapatkan perbedaan antara glukosa (p=0,025), insulin (p=0,001), MDA (p=0,006) dan TNF-α (p=0,039) pada petugas kebersihan jalan raya dan petugas kebersihan FKM UI. Tidak terdapat perbedaan antara keluhan pernapasan (p=0,156) dan hs-CRP (p=0,169) petugas kebersihan jalan raya dan petugas kebersihan FKM UI.

PM2,5 or fine particles are particles with diameter less than 2,5 μm and one of the source is gas emission from vehicles. The character of these particles can enter until in alveoli and diffuse into artery and causing cell inflammation and distract the normal biochemistry blood like amount of glucose, insulin and hs-CRP also using support biomarker MDA and TNF-α. The aim of this research is to know the differentiation between exposure group and un-exposure group of PM2,5 with respiration symptoms, glucose, insulin, hs-CRP, MDA and TNF-α in cleaning service at highway.
This research is analytic descriptive with cross sectional design study. The samples are cleaning service at highway as exposure group and cleaning service at FKM UI as unexposure group. Personal sampling is used to measuring the particles, questionnair and sample blood tested by laboratorium.
This research used statistical chi square test and t test. Based on research, I found a differentiation in glucose (p=0,025), insulin (p=0,001), MDA (p=0,006) and TNF-α (p=0,039) in exposure group and un-exposure group. I did not found a differentiation in respiration symptoms (p=0,156) and hs-CRP (p=0,169) in exposure group and un-exposure group.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S54458
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Bagian Pulmonologi FKUI, 2004
616.2 PRO
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Budiaman
"Respiration illness has some different symptoms basically is caused of
irritation, failure of transparent muccociliari, more rekresi lender and respiration
stricture. Children under tive years old at Primary Heath Care of Pangkalan Kerinci
in Pelalawan District risk of respiration problem and based on result of annual report
at Primary Health Care, respiration trouble illness is the tirst of ten illnesses at this
area. lt is because of most public spend 90 % their time in room (house). Therefore
research is pointed by the way of looking for relationship between PMN rate at
house, house physical environment factor and children under tive years old
characteristic which related to respiration problem occurrence becoming a reason.
WHO estimated that there were 400-500 millions people who faced air pollution
problem of variation room including headache, head cold, drought red lane, drought
coughs, eye irritation, skin irritation, influenza, breathless and tuberculosis.
This research purpose to know prevalence between respiration problem illness
among children under tive years old, relationship of PMN rate at house, house
physical environment factor (10 variables) and children under tive years old
characteristic (5 variables) with respiration problem illness occurrence among
children under tive years old, and looking for factor which is most dominance effect
of respiration problem illness among children under tive years old at Primary Health
Care of Pangkalan Kerinci, Pelalawan District in Riau Province, time period of Measurement appliance which is used to measure PM", rate at house consists of
Haz Dust Sampler, EPAM S000 model, temperature by thennometer, dampness by
hygrometer, illumination by luxmeter, and appliance which is used to get primary
data of children under tive years old characteristic by questionnaire and checklist.
'l`his research used a cross sectional design which participating population of
615 Head of Family (KK) by sample number of 261 children under five years old,
where data was collected at the same time of PMN, rate, house physic environment
and children under five years old characteristic and there were not respiration
problem illness occurrence among children under five years old.
Based on research result which has been done it was indicated that: l).
Prevalence of children under tive years old who faced of respiration problem illness
was 78,2 % _ 2). Children under five years old house with PMN rate which did not
fulfill requirement was 55,6 %, 3). There is no meaning ditference of PM", rate at
house (p value = 0,393) with respiration problem among children under tive years
old. 4). Habit of children under tive years old out of house has a meaning difference
of respiration problem illness occurrence among children under tive years old by p-
value = 0,007 and OR = 2,59 (95 % CI: 1,333-5,083). Children under ive years old
who are out of house have risk of respiration problem illness 2,59 times compared
with children under tive years old are out of house for long time. 5). Factor which is
most dominance influencing respiration problem iilness occurrence among children
under five years old are usage of fuel for cooking and children under tive years old
who are out of house. Children under tive years old who are out of house have risk of
respiration problem illness 2,59 times compared with children under five years old
who are at house for long time, and also usage of fuel for cooking which became
smoke has risk 2,32 times of reqriration problem illness compared with usage of Riel
for cooking which did not become smoke (gas and electricity). 6). Probability of
respiration problem illness occurrence among children under tive years old where
they used fuel which will become smoke at their house and children under five years
oId who have habit out of house 83,5 %. 7). Children under five years old who used
fuel for cooking which became smoke (wood, charcoal and kerosene) and many
activities of children under tive years old out of house have probabiiity of respiration
problem illness occurrence 1,5 times bigger than children under five years old which used fuel for cooking which did not become smoke (gas and electrics) and many
activities of children under five years old out of house."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T34306
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Anisah Basleman
"ABSTRAK
Manusia adalah bagian dari alam bersama seluruh ekosistem makhluk hidup lainnya. Manusia dijadikan Mhaiifah di muka bumi oleh Tuhan, yang berarti bahwa manusia harus bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya, termasuk lingkungannya. Karena itu manusia harus menjaga lingkungan, dan bukan merusaknya, sesuai dengan firman Tuhan pada surat AI-Qasas Ayat 77 sebagai berikut: " Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepada-mu (kebahagiaan) negeri akhirat, danjangan kamu lupakan bahagianmu dari kenikmatan dunia, dan berbuat baiklah kepada orang lain, sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah berbuat kerusakan di muka bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan".
Tersimpul di sini bahwa manusia harus menjaga keseimbangan dunia dan akhiratnya, serta keseimbangan bagi dirinya dan orang lain, berkewajiban memelihara keseimbangan aiam, dan mencegah kerusakan di muka bumi. Untuk menyadarkan manusia akan hal-hal tersebut, maka perlu ditempuh berbagai usaha, antara lain melalui pendidikan. Pengajaran ilmu lingkungan telah dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah sejak siswa di tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi, melalui berbagai metode pengajaran. Karena itu penulis meneliti pengajaran Ilmu Lingkungan dengan menggunakan metode ceramah dan metode simulasi di empat sekolah Tsanawiyah Negeri Jakarta.
Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini ialah:
1. Ada perbedaan hasil belajar ilmu lingkungan antara pengajaran dengan metode ceramah dan pengajaran dengan metode simulasi.
2. Ada perbedaan efektivitas antara metode ceramah dan metode simulasi dalam pengajaran ilmu lingkungan.
3. Pengajaran ilmu lingkungan di tsanawiyah Negeri dikaitkan dengan ajaran agama Islam.
Untuk membuktikan ketiga hipotesis tersebut diadakan penelitian di empat sekolah Tsanawiyah Negeri Jakarta.Pengambilan sampel penelitian dilakukan secara random. Untuk masing-masing sekolah diambil 20 siswa kelas I semester 2 yang dikenal metode ceramah (sebagai kontro), dan 20 siswa yang dikenai metode simulasi (metode eksperimen). Para responden dites awal untuk melihat kemampuan awal mereka. Hasil kemampuan awal mereka yang dikenai metode ceramah dan metodesimulasi adalah sama. kemudian responden yang mendapat perlakuan metode ceramah dan metode simulasi diberi pelajaran Ilmu Lingkungan dengan topik dan waktu yang sama.
Selanjutnya dilaksanakan posttest untuk setiap responden yang dikenai metode ceramah dan metode simulasi. Analisis dilakukan dengan t-test. Hasil analisisnya adalah sebagai berikut:
Rata-rata Bain score hasil belajar ilmu lingkungan dengan metode simulasi lebih tinggi daripada hasil belajar dengan metode ceramah di empat sekolah tersebut. Sehingga hipotesis yang menyatakan: Ada perbedaan antara metode ceramah dan metode simulasi pada pengajaran ilmu lingkungan di Tsanawiyah Negeri terjawab.
Efektivitas kedua metode tersebut, di empat lokasi penelitian menunjukkan data dengan rentangan sebagai berikut :
Tsanawiyah I 8,60% (UGS-UGC) < 18,40%
Tsanawiyah V 13,35% (UGS-UGC) < 32,65%
Tsanawiyah IX 8,96% (UGS-UGC) < 31,65%
Tsanawiyah VI 19,16% (UGS-UGC) < 28,34%
Sehingga hipotesis yang menyatakan: Ada perbedaan efektivitas antara metode ceramah dan metode simulasi dalam pengajaran Ilmu Lingkungan terjawab. Karena sekolah yang diteliti adalah sekolah yang bercirikan agama Islam, maka diharapkan bahwa pengajaran Ilmu Lingkungan di sekolah tersebut akan dipayungi dengan ajaran agama Islam.
3. Hasil wawancara baik terhadap siswa maupun gurunya menjelaskan bahwa pengajaran Ilmu Lingkungan belum dikaitkan dengan ajaran agama. Walaupun secara terpisah Parasiswa diberi pelajaran tentang materi agama di antaranya yang menyangkut masalah lingkungan. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan pengajaran Ilmu Lingkungan di Tsanawiyah negeri dikaitkan dengan ajaran Islam tidak terbukti.Selain hasil pengujian hipotesis tersebut, dari penelitian ini diperoleh hasil lain: Memadukan ajaran agama dengan ilmu lingkungan Merupakan proses pembelajaran yang langsung terhayati oleh siswa, dan diyakini bahwa menjaga dan melestarikan lingkungan hidup adalah bagian dari ajaran agamanya. Metode simulasi dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang ilmu lingkungan, karena mereka diajak memikirkan, mendiskusikan, dan memilih alternatif yang terbaik untuk diaplikasikan dalam kehidupan mereka sehari-hari. Metode ceramah masih diperlukan dalam pengajaran Ilmu Lingkungan, terutama materi tentang konsep, teori dan informasi.

ABSTRACT
Man is part of nature with the entire ecosystem of other living beings. Man is created by God to be the master (khalifah) on earth, this means that man is responsible for all his actions in connection with the environment. Therefore, man must preserve the environment, and not to destroy, as written in the Holy Qur'an: But seek, with (the wealth) which God has bestowed on thee the home of the hereafter, nor forget thy portion in this world: but do thou good, as God has been good to thee, and seek not (occasions for) mischief in the land : for God loves not those who do mischief". (Al-Qassas:77).
As mentioned in the verse above, man must keep the balance of the earthly world and the hereafter, the balance of himself and others, and he is responsible to keep the balance of the ecosystem and prevent destruction on earth. To make man aware of this responsibility, it is imperative to implant the sense of responsibility through education.
Environmental study has been integrated in the school curriculum from elementary till university level, through various methods. In this case, the writer did A research of the environmental study in four Government Tsanawiyah schools in Jakarta through lecture and simulation.
The hypotheses forwarded in this research are:
1. There is a difference in the result of the environmental study, between the lecture method and simulation method.
2. There is a difference in the effectiveness between the lecture method and simulation method.
3. The environmental study in government tsanawiyah schools is integrated with the teaching of Islamic religion.
To proof the three hypotheses above, a research had been done in four government tsanawiyah schools in Jakarta. The samples of the research are taken at random. From each school, 20 students of the 1st grade, in the 2nd semester, were taught by using the lecture method. This method is used as a control. Another group of 20 students of the same level were taught by using the simulation method. This method is used as an experiment. Firstly a test was administered to see that the two groups have the same or parallel knowledge and ability. The result of the test of the two groups shows that they are of the same strength. Then one group was taught environmental study with the lecture method and the other group with the simulation method at the same time. After three meetings, a posttest was administered to the two groups. An analysis of the result of the test of the two groups was done with the t- test. The analysis shows that:
1. The average gain score of the group taught with the simulation method is higher than the group taught with the lecture method in the four schools. Therefore the hypotheses stating that there is a difference in the result of teaching of Environmental study in the four government tsanawiyah schools using the lecture and simulation Methods have been proved.
2. To see the effectiveness of the two methods in four schools, the result of the research shows a range as follows:
· Tsanawiyah 18,60% (UGS-UGC) < 18,40 %
· Tsanawiyah V 13,35%(UGS-UGC) < 32,65 %
· Tsanawiyah IX 8,96%(UGS-UGC) < 31,65%
· Tsanawiyah VI 19,16% UGS-UGC < 28,34%
Therefore the hypotheses stating that there is a difference in the effectiveness between the two methods has been proved. Since the research is done in Islamic schools, it is expected that the environmental study be integrated with the teaching of Islamic religion.
The result of interviews with the students and the teachers shows that environmental study has not been integrated with the teaching of Islam. Although environmental or nature preservation is included in the teaching of Islam, it is not Environmental study. Therefore the hypotheses stating that the teaching of environmental study in government Tsanawiyah schools is integrated in the teaching of Islamic religion is not proved.
From the positive response of students taught with the lecture as well as simulation-method, the writer conclude that: Integrating the environmental study with Islamic studies will help the learning process and can give more significance to the environmental or nature preservation as taught in the Islamic religion.
The Simulation method enable the students to enhance their understanding in environmental studies, because they are encouraged to think, to discuss and to state their opinion regarding the application of the knowledge in everyday life. The lecture method is still effective in the teaching of environmental study, especially in the teaching of concepts, theory and information.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia,
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ambo Dai
"Bandara sebagai pusat pelayanan transportasi udara pada dasarnya merupakan lingkungan yang selalu berkembang seiring dengan kesibukan yang ada didalamnya. Operasi pesawat udara mengemisikan tingkat bising yang tinggi sehingga menurunkan kualitas lingkungan di sekitar bandar udara. Penurunan kualitas lingkungan ini diduga mempunyai dampak negatif terhadap kesehatan masyarakat, sehingga menimbulkan biaya kesehatan dan biaya fisik yang harus ditanggung oleh masyarakat.
Penelitian ini bertujuan untuk : (1). Mengetahui besarnya tingkat kebisingan di sekitar bandar udara Sepinggan Balikpapan yang telah melampaui baku mutu yang ditetapkan, (2). Mengetahui pengaruh tingkat kebisingan yang telah melampaui baku mutu yang ditetapkan terhadap gangguan kesehatan masyarakat dan kerusakan lingkungan fisik di sekitar bandar udara Sepinggan Balikpapan, (3). Mengetahui pengaruh kebisingan terhadap gangguan kesehatan masyarakat dan kerusakan lingkungan fisik dengan tingkat kesediaan masyarakat untuk membayar (Willingness to pay = WTP) jika tingkat bising di sekitar bandar udara dapat diturunkan sesuai baku mutu.
Hipotesis dalam penelitian ini adalah : (1). Tingkat bising di sekitar bandar udara Sepinggan Balikpapan telah melewati baku mutu yang telah ditetapkan, (2). Terdapat pengaruh tingkat bising terhadap gangguan kesehatan masyarkat dan kerusakan lingkungan fisik di sekitar bandar udara Sepinggang Balikpapan, (3). Terdapat pengaruh gangguan kesehatan masyarakat dan kerusakan lingkungan fisik dengan tingkat kesediaan membayar oleh masyarakat (WTP).
Penelitian dilakukan di sekitar bandar udara Sepinggan Balikpapan pada bulan Agustus 2001 sampai dengan Juni 2002. Dilaksanakan dalam dua tahap kegiatan. Tahap pertama berupa pengumpulan data primer yang meliputi pengukuran tingkat bising. Tahap kedua, berupa survai sosial melalui wawancara dan pengumpulan data melalui kuesioner yang ditunjang dengan pengumpulan data sekunder di lokasi I, II yang terletak di RT. 14 dan RT. 15 Kelurahan Sepinggan dan lokasi III yang terletak di RT.52 Kelurahan Gunung Bahagia Kota Balikpapan, dengan jumlah responden sebanyak 50 responden untuk tiap-tiap lokasi sehingga total responden sebanyak 150 responden. Di dalam tahap ini juga diukur kondisi sosial ekonomi serta kesanggupan membayar (WTP) masyarakat untuk mengurangi tingkat bising. Data hasil pengukuran dianalisis dengan menggunakan metode statistik dan metode valuasi kontingensi (Contingent Valuation Method).
Berdasarkan hasil pengukuran tingkat bising di lokasi I didapatkan nilai siang (Ls) sebesar 78,5 dB (A), malam (Lm) 45,3 dB (A) dan siang-malam (Lsm) 76,70 dB(A). Pengukuran di lokasi II pada siang (Ls) 66,70 dB(A), malam (Lm) 66,80 dB(A) dan siang-malam (Lsm) 69,10 dB(A). Pengukuran di lokasi III, pada siang (Ls) 69,40 dB(A), malam (Lm) 57,10 dB(A) dan siang-malam (Lsm) 68,00 dB(A). Berdasarkan hasil perhitungan WECPNL pada lokasi I, rekomendasi ICAO untuk lokasi I sangat berbahaya untuk mendirikan bangunan, kecuali permukiman kedap suara. Ketiga lokasi yang telah diukur telah melampaui baku tingkat kebisingan yang ditetapkan.
Dampak bising terhadap gangguan kesehatan dan kenyamanan masyarakat di daerah penelitian dengan tingkat kedatangan pesawat yang tinggi adalah sulit tidur dan berkomunikasi (9,3%), sulit tidur, berkomunikasi dan pendengaran (32,7%), sulit berkomunikasi dan ketulian (8,7%), dan sulit berkomunikasi (16%), dan sulit berkomunikasi dan gangguan pendengaran (24,7%). Ketidaknyamanan responden terhadap tingkat kebisingan adalah sangat terganggu 30,66%, terganggu 62,66% dan cukup terganggu 6,66%.
Kesimpulan bahwa 1) tingkat pengukuran tingkat bising di sekitar lokasi bandar udara Sepinggan Balikpapan telah melampaui baku mutu tingkat kebisingan yang ditetapkan, 2) Tingkat bising berpengaruh terhadap gangguan kesehatan dan lingkungan fisik di sekitar bandara udara Sepinggan Balikpapan dan 3) Dampak tingkat bising berpengaruh terhadap tingkat kesediaan membayar masyarakat di sekitar bandar udara Sepinggan Balikpapan.
Dengan menggunakan metode langsung, rata-rata tingkat kesediaan membayar masyarakat yang bermukim di sekitar bandar udara Sepinggan Balikpapan dalam daerah paparan bising adalah Rp. 357.800,00 per tahun. Dengan menggunakan metode tidak langsung, rata-rata pengeluaran biaya pengganti kesehatan masyarakat dan kerusakan lingkungan fisik adalah Rp. 461.000,00 per tahun. Berdasarkan hasil survei bahwa biaya-biaya yang dikeluarkan oleh masyarakat cenderung akan meningkat pada waktu-waktu yang akan datang khususnya pada saat pelaksanaan kegiatan embarkasi jamaah haji di bandar udara Sepinggan Balikpapan.
Penulis menyarankan beberapa penyelesaian alternatif terhadap pengelolaan bising di bandar udara Sepinggan Balikpapan antara lain: 1) Penetapan jadwal penerbangan dengan jumlah frekuensi penerbangan pada siang hari lebih besar dari pada malam dan dengan tingkat bising di bawah baku mutu lingkungan, 2) Pihak pengelola bandar udara Sepinggan Balikpapan, Pemerintah Kota Balikpapan, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), masyarakat, perguruan tinggi dan pemerhati lingkungan secara bersama-sama membahas masalah bising dan getar dengan memperhatikan tingkat kesediaan membayar (WTP) guna mengurangi dampak bising dan getar, 3) Penggunaan jalur hijau dan pertamanan untuk dapat mereduksi tingkat bising yang tinggi terhadap masyarakat sekitar bandara, 4) Memperhatikan jarak ideal antara sumber bising dengan permukiman penduduk di sekitar bandara, 5) Menerbitkan dan meimplementasikan peraturan penetapan wilayah paparan bising lewat hukum serta membatasi tingkat bising maksimum yang diperbolehkan di daerah permukiman, 6) Hasil penelitian ini dapat dianggap sebagai tanggapan dari masyarakat yang ingin mendapatkan lingkungan yang sehat (bebas dari tingkat kebisingan di atas baku mutu lingkungan).

Economic Valuation of Noise Impact on Disturbances of Society Health and Physical Environment (A case: study of Noises Impact of Aircraft Operation on Disturbance of Society Health and Physical Environment around the Sepinggan Airport Balikpapan)Airport as a center of air-borne basically is an environment which grows along with their activities. The aircraft operation emits high noises decreasing the quality of environment around the airport. This decreasing environmental quality has negative impact on the disturbances of society's health and physical environment so that results cost of health and physical of which society have to carry on.
The objectives of this research are : (1) to know the noise level which is over-limit of determination around the airport of Sepinggan Balikpapan, (2) to find out the influences of over-limit noise level on disturbances of society health and physical environment around the airport, (3) to know the willingness to pay of society for taking less of the noise.
The hypotheses of this research are: (1) the over-limit noise level in Sepinggan airport Balikpapan, (2) influences of noise level on disturbances of society health and physical environment, (3) influences of the disturbances of society health and physical environment on their willingness to pay for the noise they carry on.
This research had occurred around the airport of Sepinggan Balikpapan in August 2001 until June 2002. It was performed in two steps of activities. First, it was collecting primary data including measuring the noise level. The second one is a social survey including interview and collecting data through in questioners supported by collecting secondary data. In this step it was not only measured economic society but also their willingness to pay for taking less noise they carry on. The result data were analyzed by using statistical and contingent valuation methods.
Based on the measurements of noise level was gained at midday (Ls) 78.5 dB (A) and night (Lm) 45.3 dB (A). On site I was resulted at midday (Ls) 78.5 dB (A), night (Lm) 45.3 and day-night (Lsm) 76.70 dB (A). On site II it is gained at midday (Ls) 66.70 dB (A), night (Lm) 66.80 and day-night (Lsm) 69.10 dB (A). On site III it is gained at midday 69.40 dB (A), night (Lm) 57.10 dB (A) and day-night (Lsm) 68.00 dB (A). Based on the WECPNL calculation followed by recommending ICAO that on site I was very dangerous for building structure without any support by noise reduction structure.
The influences of noise level upon disturbances of society health living in the research area of which has highly aircraft arrivals include communication and sleeping-problem (9.3%), sleep disturbances, communication and hearing diseases (32.7%), difficult to communicate and deaf (8.7%), difficulty communication (16%), and difficulty communication and hearing disturbances (24.7%). The respondent's uncomfortable on this noise level is highly annoying (30.66%), annoying (62.66%), and annoying enough (6.66%).
This research concludes that: 1). based on measurement results shows the noise level is over-limit of determination around the airport of Sepinggan Balikpapan, 2). noise level around the airport has influences on the disturbances of society health and physical environment, 3). all around the airport of Sepinggan Balikpapan noise level has close relations with the society's willingness to pay who live in around the airport.
The average of society's willingness to pay for taking less the noise on site I is Rp. 455,000.00, site II is Rp. 325,000.00, and site III is 251, 000.00. It takes overall average of Rp. 347, 000.00. Meanwhile, in using indirect method (replacement cost) on site I is Rp. 548,000.00, site II is Rp. 434,050.00 and site III is Rp. 372,000.00 The overall average is Rp. 451,350.00.
Based on this research , writer suggests : 1). high decrease of noise on aircraft must be taken by choosing aircraft's machines and equipment which produce low noise providing a comfortable life for society live in around the airport of Sepinggan Balikpapan, 2). Exploring green-line and gardening to be able to reduce the high noise around the airport, 3). Considering an ideal distance between the noise sources and people's residence around the airport, 4). Establishing a regulation of area determination and an safety area of noise through in law followed by making a noise maximum standard which is permitted in residence area, 5). it's time to consider this research as a response of society who want get healthy environment (free of high noise which disturbs the environmental quality)."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2002
T 10659
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sinung Rahardjo
"Sebagian besar wilayah Indonesia adalah perairan laut yang letaknya sangat strategis. Perairan laut selain dimanfaatkan sebagai sarana perhubungan, juga memiliki potensi sumber daya alam yang sangat kaya dan penting, di antaranya adalah terumbu karang, mangrove, dan padang lamun. Laut mempunyai arti penting bagi kehidupan makhluk hidup seperti manusia, ikan, tumbuh-tumbuhan dan biota laut lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa sektor kelautan mempunyai potensi yang sangat besar untuk ikut mendorong pembangunan di masa kini maupun masa depan.
Namun di balik potensi tersebut, aktivitas-aktivitas pemanfaatan sumber daya tersebut sering kali menurunkan atau merusak potensi yang ada. Hal tersebut, baik secara langsung maupun tidak langsung, mempengaruhi kehidupan organisme di wilayah pesisir, melalui perubahan lingkungan di wilayah tersebut.
Pencemaran laut mengakibatkan terjadinya degradasi yang terus menerus yang ditandai dengan menurunnya daya dukung lingkungan, hilangnya jenis ikan dan berbagai kekerangan di estuari. Disinyalir bahwa kebanyakan organisme di estuari hidup di dekat batas-batas toleransinya, sehingga perubahan yang kecil sekalipun dari faktor-faktor lingkungan di perairan seperti perubahan panas, salinitas dan oksigen akan berpengaruh terhadap kehidupan organisme tersebut. Kerusakan ekosistem estuari seringkali disebabkan pula oleh perubahan yang terjadi di daerah hulu karena adanya erosi yang tinggi, perubahan pola aliran sungai, pencemaran dan eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan.
Sungai Dadap adalah salah satu sungai yang bermuara di Teluk Jakarta. Berdasarkan hasil pemantauan Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah DKI Jakarta tahun 2002 sungai ini termasuk dalam kategori buruk. Berbagai limbah dialirkan dari Sungai Dadap menuju perairan Teluk Jakarta, sehingga disinyalir memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap kehidupan biota perairan di sekitarnya.
Penelitian bertujuan untuk : (a) Menganalisis pola sebaran kelimpahan dan keragaman fitoplankton di lokasi penelitian; (b) Menganalisis pengaruh jarak perairan terhadap kelimpahan dan keanekaragaman fitoplankton; (c) Menganalisis kondisi dan pola sebaran beberapa parameter kualitas air di perairan pantai Dadap.
Penelitian ini termasuk dalam penelitian eksperimen, menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif dengan metode survei. Pengambilan sampel dilaksanakan selama 2 bulan, yaitu dari bulan September sampai dengan Oktober 2003 di perairan pantai Dadap, Kecamatan Kosambi Kabupaten Tangerang Propinsi Banten. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). Penentuan stasiun dilakukan secara purposive, terbagi dalam 6 stasiun, di mana jarak masing-masing stasiun adalah 0,5 mil. Posisi masing-masing stasiun terdistribusi tegak lurus dari muara Sungai Dadap menuju ke lepas pantai. Data primer dikumpulkan selama dua bulan dengan interval waktu 2 minggu sekali. Data kelimpahan fitoplankton yang diperoleh diuji homogenitas dan kenormalannya dengan uji Bartlett dan uji Chi-kuadrat, sedangkan untuk mengetahui pengaruh jarak terhadap kelimpahan dan keanekaragaman fitoplankton digunakan uji anova sampai dengan uji BNT (Beda Nyata Terkecil). Khusus untuk baku mutu kualitas air laut digunakan Kepmen KLH No. 02/MENKLH/1988 tentang baku mutu kualitas air laut untuk biota laut (budidaya perikanan).
Kelimpahan fitoplankton di perairan Dadap pada saat pasang berkisar antara 92.768 ind/I sampai dengan 139.935 ind/I. Dengan demikian maka perairan pantai Dadap tergolong dalam perairan Eutropik yaitu perairan yang kaya dengan bahan organik (unsur hara). Jumlah taksa di setiap stasiun hampir seragam yaitu berkisar antara 10-12 taksa. Indek keanekaragaman berkisar antara 1,51-1,85. Hal ini menunjukkan bahwa komunitas fitoplankton berada pada kisaran moderat, yaitu mengalami tekanan ekologis sedang. Sementara itu indeks keseragaman dan dominasi di setiap stasiun berturut-turut adalah 0,62-0,75 dan 0,24-0,32. Indeks keseragaman di atas 0,6 mengindikasikan bahwa populasi species dalam komunitas fitoplankton di pantai Dadap memiliki keseragaman yang tinggi atau dapat dikatakan kondisi ekosistem serasi untuk semua species dan tidak terjadi tekanan ekologis pada ekosistem tersebut. Sedangkan indeks dominasi mendekati nol, mengindikasikan bahwa di dalam komunitas fitoplankton tidak ada species yang secara ekstrim mendominasi. Jumlah individu masing-masing species hampir merata atau dapat dikatakan komunitas dalam keadaan stabil dan tidak ada tekanan ekologis terhadap habitat komunitas fitoplankton.
Pola sebaran kelimpahan dan keanekaragaman fitoplankton bervariasi, tidak terdistribusi secara linier mengikuti besarnya jarak perairan dari muara Sungai Dadap. Kelimpahan fitoplankton terendah terdapat pada stasiun 3 dan 4 yaitu pada jarak 1,5-2 mil dari pantai. Hal ini disebabkan oleh terkonsentrasinya tempat pemeliharaan kerang hijau di lokasi tersebut sehingga menurunkan kelimpahan fitoplankton karena sifat filter feedernya. Uji anova menunjukkan bahwa jarak perairan dari muara Sungai Dadap sangat mempengaruhi kelimpahan dan keanekaragaman fitoplankton. Hal ini menunjukkan bahwa kelimpahan dan keanekaragaman fitoplankton sangat ditentukan oleh kondisi masing-masing stasiun yang dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah adanya aktivitas manusia, nutrient, tingkat asimilasi dan faktor-faktor oseanografi lainnya.
Pola sebaran kualitas air laut di perairan pantai Dadap cenderung terdistribusi secara linier, berubah kualitasnya sesuai dengan besarnya jarak perairan dan muara Sungai Dadap. Parameter kualitas air laut perairan Dadap yang sudah melebihi baku mutu terdapat di muara Sungai Dadap (stasiun 1) yaitu TSS (Total Suspended Solid), Nitrit, Kekeruhan (Turbidity) dan TDS (Total Disolved Solid). Nilai rata-rata ketiga parameter tersebut berturut-turut adalah TSS = 81 mg/I, Nitrit = 0,002 mg/I, Kekeruhan = 32 NTU dan TDS = 34.923 mg/l. Sementara itu berdasarkan scoring sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 115 tahun 2003, mutu air laut perairan Dadap tergolong buruk (cemar berat).
Saran yang dapat diberikan sehubungan dengan hasil analisis di atas adalah : (a) Pemanfaatan kerang hijau sebagai biofilter alam perlu di atur sedemikian rupa, agar tidak mengandung kadar bahan pencemar yang melebihi ambang batas baku mutu dan dapat dikonsumsi secara aman; (b) Pemerintah daerah perlu melakukan pemantauan dan pengukuran kualitas lingkungan di muara-muara sungai yang rawan terhadap pencemaran secara berkala untuk mengamati perubahan-perubahan lingkungan; (c) Pengelolaan kawasan pesisir pantai Dadap perlu lebih dioptimalkan agar pencemaran lingkungan pantai dapat diminimisasi.

Most of the Indonesian territory is seawater. Indonesian waters have high potency not only for marine transportation but also have high potency of natural resources such as coral reef, mangrove and sea grass ecosystem. Beside that, oceans has also important rule for supporting some living organism i.e. human being, animal, plant, and other marine organisms. So that, marine ecosystem has high potency for supporting national development.
On the other hand, some activities in utilizing marine resources have caused negative impact to the resources. The impact would affect coastal waters organism since the changing of coastal environment.
Marine pollution causes the continuous degradation of environment indicated by decreasing carrying capacity, extinction of some fish species and bivalves in estuarine. It is supposed that most of the estuarine organism have low ability in facing environmental changing. So, the small change of environmental conditions, such as temperature, salinity, and dissolved oxygen, would influence living organism. The degradation of estuarine is often caused by the degradation of up stream area because of high level of erosion, changing of water catchments area, pollution as well as over exploitation of natural resources.
Dadap River is one of the rivers, which flows to the Jakarta Bay. Based on the Report of the BLHD DKI Jakarta in 2002, shown that this river was classified as low category. Many kinds of pollutants are discharged to the river and finally came to the Jakarta Bay.
The aims of the study were: (a) to analyze the affect of offshore distant to the density and diversity of phytoplankton; (b) to analyze the distribution pattern of density and diversity of phytoplankton; (c) to observe and analyze distribution pattern of some parameter of water quality of Dadap's coastal waters; (d) to analyze the water quality compared with the water quality standard.
These study applied qualitative and quantitative method and was carried out for 2 months started from. September to Oktober 2003 in Dadap's coastal waters, Kosambi District, Tangerang Regency, Banten Province. Experimental design that was used in this study was Completely Randomized Design. There were 6 sampling station that had distant of 0,5 miles to each other station. Each station position was arranged straight line from the coastal line to the offshore. Therefore, the distance of each station from Dadap's river mouth were 05 mil for station 1, 1.0 mil for station 2, 1.5 mil for station 3, 2.0 mil for station 4, 2.5 mil for station 5, and 3.0 mil for the for station 6. Collecting data were performed frequently every 2 weeks for 2 month. Homogeneity and normality distribution of data of phytoplankton density was tested by using Bartlett test and Chi-square test, mean while the effect of offshore distant to the density and diversity of phytoplankton was analyzed by using one-way ANOVA. In term of water quality standard was compare to the Kepmen KLH No.02/ MENKLH/ 1988.
Phytoplankton abundance in the Dadap's waters during high water was having range from 92,768-139,935 ind./l. So, Dadap's coastal waters were Eutrophic water that was indicated by high organic matter (nutrient) concentration. The total number of species in each sampling station was relatively similar of about 10-12 species. Based on the phytoplankton density, the diversity index was 1.51-1.85. It's mean that the water was ecologically moderate. Mean while, similarity and dominancy index of about 0,62-0,75, and 0.24-0.32, respectively. The similarity index of more than 0.6 indicated that the population of each phytoplankton species within community in Dadap coastal waters was similar. It's mean there was no ecological pressure. Furthermore, the dominancy index was very low, since there was no extremely species dominant in the ecosystem. The ecosystem was very stable and no ecological pressure.
The distribution pattern of phytoplankton density and diversity vary, and had no correlation with distant from coastal line. The lowest phytoplankton abundant was found at the station 3 and 4. It was caused by green muscle culture. Green muscle is filter feeder organism that consumes huge number of phytoplankton. Based on the Anova test revealed that the density and diversity phytoplankton had highly significant different. It means that the distant of the sampling station from Dadap's river mouth strongly affected abundant and diversity of phytoplankton. The result showed that phytoplankton abundance and diversity were determined by some factors such as human activities, nutrient, assimilation level, and oceanography factors as well.
Contrary, the distribution pattern of water quality tended to show liner distribution, which the water quality changes with the distant from the Dadap's river mouth. All stations had low water quality of which such parameters of total suspended solid (TSS), Nitrite, total dissolved solid (TDS), and turbidity. The average values of those parameters were 81 mg/I, 0.002 mg/I, 34,923 mg/I and 32 mg/I, respectively.
Based on the results mentioned above, it can be suggested as follows: (a) utilization of green muscles as natural bio-filter need to be managed in order to keep the pollutant concentration is less than threshold value the standard and save to be consumed; (b) Local government needs monitoring environmental quality of around river mouth which is most sensitive area to the pollution; (c) Dadap coastal area management need to be optimized in order to minimize environmental pollution.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2004
T11978
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>