Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 133855 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Asri Widyaningrum
"Setiap negara memiliki permasalahan sistem transportasi yang dapat diselesaikan dengan berbagai cara berbeda. Namun sering kali, penanganan sistem transportasi tidak disertai dengan pengingkatan fasilitas jalan bagi pengguna jalan yang rentan. Salah satunya dan yang paling sering diabaikan adalah penyediaan fasilitas yang memadai bagi pejalan kaki. Terlebih bagi kota-kota besar yang sedang berkembang di Indonesia, seperti kota-kota satelit yang berada di sekitar Jakarta. Depok sebagai kota satelit di Jakarta pun memiliki masalah yang sama. Akibatnya, pertumbuhan penduduk yang diikuti pertumbuhan kendaraan dan tidak disertai dengan perencanaan tata wilayah yang baik dapat merugikan masyarakat khususnya pejalan kaki.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor penyebab tingkat keparahan pejalan kaki pada kecelakaan lalu lintas di Kota Depok. Tingkat keparahan korban kecelakaan pejalan kaki yang diamati adalahluka ringan, luka berat dan meninggal dunia. Analisis yang dilakukan menggunakan metode regresi multinomial logistik sehingga nantinya akan dihasilkan model peluang terjadinya keparahan kecelakaan lalu lintas berdasarkan variabel prediksi yang telah diuji. Hasilnya, faktor yang signifikan secara statistik mempengaruhi tingkat keparahan korban kecelakaan pejalan kaki adalah usia pejalan kakidanjenis kendaraan. Faktor lainnya yang tidak signifikan secara statistik mempengaruhi resiko luka berat dan meninggal dunia adalah adalahkecelakaan di siang hari, kondisi cahaya redup/ gelap, cuaca cerah, kendaraan sepeda motordan mobil kecil, pengendara tidak memiliki SIM, pejalan kaki perempuan, usia diatas 55 tahun, tipe jalan tidak terbagi, dan terjadi pada fungsi jalan lokalserta kolektor."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marpaung, Bahtiar
"Jalur Pejalan kaki di Velodrome Rawamangun telah terbangun sejak dimulainya Asian Games 2018, tetapi hasil pengamatan penggunaan jalur pejalan kaki masih rendah arus penggunanya. Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui walkability index serta fasilitas pejalan kaki berdasarkan standar pelayanan jalur pejalan kaki dan faktor- faktor yang mempengaruhi minat berjalan. Penulisan ini menggunakan pendekatan penelitian yang menggabungkan atau mengkombinasikan bentuk data kualitatif dan kuantitiatif (mixed method). Analisa kualitatif berupa penilaian berdasarkan teori Global Walkability Index (GWI), perhitungan analisis kuantitatif untuk variabel minat berjalan dengan analisis statistik tabulasi silang (crosstab). Hasil analisis GWI adalah 39.77 artinya fasilitas bagi pejalan kaki terbatas untuk dijangkau dan rendah arus pejalan kaki, standar pelayanan jalur pejalan kaki sudah sesuai standar, fasilitas infrastuktur sudah tersedia fasilitas utama dan fasilitas pendukung dengan lebar rata-rata 2.2m’ – 6.5m’. Faktor-faktor yang mempengaruhi minat berjalan: lama berjalan dibawah 20 menit dipilih pegawai swasta, jarak berjalan tidak memiliki pengaruh, motivasi berjalan di dominasi alasan kesehatan, tujuan ke halte TJ/LRT dengan frekuensi berjalan 3-5 kali dalam seminggu, tujuan ke taman Jakarta International Velodrome (JIV) dikunjungi secara tidak rutin/tidak menentu dan pilihan moda transportasi umum di dominasi pilihan pekerja non swasta. Hasil temuan penulisan ini memberikan masukan bagi pengambil kebijakan Pemerintah DKI Jakarta untuk merevitalisasi jalur pejalan kaki di kota Jakarta.

Pedestrian paths in the Rawamangun Velodrome area have been built since the start of the 2018 Asian Games, but the results of observations of the use of pedestrian paths are still low in user traffic. This writing aims to identify the walkability index and pedestrian facilities based on pedestrian service standards and the factors that influence interest in walking. This writing uses mixed method approach that combines qualitative and quantitative data forms. Qualitative analysis in the form of an assessment based on the theory of the Global Walkability Index (GWI), the calculation of quantitative analysis for the variable of interest in walking with statistical analysis of cross tabulation. The results of the GWI analysis are 39.77, which means that the facilities for pedestrians are limited to reach and low pedestrian flow, the pedestrian path service standards are in accordance with the standards, the infrastructure facilities are already available for the main facilities and supporting facilities with an average sidewalk width of 2.2m' - 6.5m'. Factors influencing interest in walking: walking length of less than 20 minutes chosen by private workers, walking distance has no effect, motivation to walk is dominated by health reasons, destination to bus stops with a frequency of walking 3-5 times a week, destination to Jakarta International Velodrome (JIV) park is visited irregularly and the choice of public transportation mode is dominated by the choice of non-private workers. The findings of this paper provide input for DKI Jakarta Government policy makers to revitalize pedestrian paths in the city of Jakarta."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Univeristas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yoppy R.
"Menghadapi pertumbuhan motorisasi yang berkembang cepat dan kebutuhan dalam pengakomodasian kemacetan, kota-kota pada negara berkembang akan cenderung mengembangkan sisi kendaraannya saja dan mengenyampingkan pejalan kaki. Pada perkembangan transportasi perkotaan yang semakin berkembang dikenal suatu ukuran walkabilitas suatu kawasan yang biasa disebut walkability index atau walkability score yang mencerminkan kualitatif suatu kawasan tentang kenyamanan transportasi dengan berjalan kaki dengan skala penilaian 0-100.
Pada zona pendidikan di Jalan Margonda, yaitu dari lokasi Bundaran UI sampai dengan pertigaan Jalan Karet, dapat diketahui para pejalan kaki memiliki volume yang cukup tinggi. Selain itu jalan Margonda dipenuhi dengan bangunan-bangunan lainnya seperti pertokoan, bengkel, showroom, tempat sekolah dan tempat niaga lainnya. Kemudian jalan Margonda diketahui memiliki jalur yang padat dengan kendaraan yang melintas sepanjang jalan. Permasalahan arus kendaraan selalu menjadi sorotan untuk selalu dilakukan perubahan, tetapi kondisi fasilitas bagi pejalan kaki tidak mendapat perhatian yang optimal.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui dan menganalisis Walkability Index pedestrian yang difokuskan di kawasan pendidikan di Jalan Margonda. Kemudian ditinjau pula tingkat pelayanan (Level Of Service) dan karakteristik pejalan kaki serta peninjauan terhadap fasilitas pedestrian pada kawasan tersebut.
Pada penelitian ini, untuk menganalisis walkability index menggunakan analisis observasi lapangan dengan merujuk pada literatur terkait, sedangkan tingkat pelayanan (Level Of Service) dan karakteristik pejalan kaki serta peninjauan terhadap fasilitas pedestrian ditinjau berdasarkan panduan High Capacity Manual (HCM).
Hasil analisis mengenai walkability, didapatkan Walkability Score rata–rata sebesar 32.5, sehingga zona pendidikan memiliki kriteria sedikit fasilitas yang dapat terjangkau dengan berjalan kaki. Sedangkan hasil analisis mengenai tingkat pelayanan pejalan kaki secara keseluruhan, baik analisis terhadap arus, kecepatan maupun ruang memiliki LOS (tingkat pelayanan) A. Serta hasil analisis mengenai fasilitas diketahui pada zona pendidikan masih terdapat kekurangan fasilitas bagi pejalan kaki.

Facing motorization growth and needs, in developing countries tend to develop the vehicle facility and waive pedestrians. In the development of urban transportation's, walkability known as measure of an area commonly referred to walkability index, a qualitative score that reflection an area about the convenience of transportation by foot with rating scale of 0-100.
In the Educational zone at Margonda Road, whereas the location from University of Indonesia roundabout to Karet Road, have high volume of pedestrian. In addition, Margonda Road is filled with other buildings such as shops, garages, showrooms, schools and other commercial places. Furthermore the Margonda Road known to have a high volume passing vehicles along the road. The problem of the traffic is always to be changing, but the condition of pedestrian facilities do not get optimal attention.
The purpose of this study was to identify and analyze Pedestrian Walkability Index, focused on educational zone of Margonda Road. Then reviewed the level of service (LOS) and the characteristics of pedestrians as well as a review of pedestrian facilities in the area.
In this study, to analyze the walkability index using analysis of field observations with reference to relevant literature, while the level of service (Level Of Service) and the characteristics of pedestrians as well as a review of pedestrian facilities are reviewed based on the guidelines High Capacity Manual (HCM).
The Results of analysis that Walkability Score obtained an average of 32.5, so that the educational zone has few facilities criteria that can be reached on foot. While the results of an analysis of pedestrian level of service, analysis of current, speed or space has an A level of service. And the results of facilities analysis in the Educational zone, there is still a lack of facilities for pedestrians.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S53393
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Amalia
"Berjalan kaki bukan hanya merupakan moda transportasi dasar yang murah dan mudah di dalam suatu kota yang pergerakan manusia dan barangnya tinggi dan kompleks, namun disebut juga sebagai perekat moda transportasi. Trotoar adalah salah satu jalur bagi pejalan kaki. Namun sayangnya trotoar tidak dianggap sebagai infrastruktur yang melekat pada sistem transportasi dan perancangan kota yang baik. Tidak adanya standarisasi yang baku dari segi fasilitas dan pengontrolan terhadap pemanfaatan non pejalan kaki yang ada sehingga kondisi trotoar bervariasi dari segi fisik dan sosial. Untuk itu penelitian ini bertujuan menemukan persepsi pejalan kaki terhadap kondisi tersebut. Pengumpulan data dilakukan melalui pengamatan partisipasi aktif dan wawancara mendalam dengan informan sebagai pejalan kaki dengan menggunakan tiga indikator persepsi, yaitu motif, harapan, dan minat. Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif. Hasil dari penelitian ini didapat kategori persepsi yang beragam dari tiap indikator persepsi di mana kelengkapan fasilitas dan penyalahgunaan oleh kelompok non pejalan kaki di tiap fungsi bangunan berbeda.
Walking is not just a mode of transportation that is cheap and convenient base in a city. In a city, the movement of people and goods are high and complex, but is also known as adhesive mode of transportation. The sidewalk is one lane for pedestrians. But unfortunately the pavement is not considered as an infrastructure that is attached to the transport system and good urban design. The lack of standardization in terms of facilities and control of the use of non existing pedestrian sidewalk makes a varies condition of physical and social. This research aims to discover pedestrian perception because of those condition. Data collected through observation and active participation of in-depth interviews with informants as a pedestrian by using three indicators of perception, such as motive, expectation, and interest. The analysis used is descriptive analysis. The results of this study concluded that there are varies of perception category for each perception indicator which is facility completeness and use of non-pedestrian for each building function are different."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S53220
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dea Meirina Sari
"Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji karakteristik pejalan kaki, menganalisis kelayakan fasilitas pejalan kaki, dan menganalisis efektifitas pemanfaatan jembatan penyeberangan. Lokasi studi berada di ruas Jalan Raya Lenteng Agung arah Utara. Pengumpulan data dilakukan dengan dua cara. Pertama, penggunaan perangkat kamera untuk menentukan jumlah pejalan kaki dan kecepatan. Kedua, dengan kuesioner untuk mengetahui alasan penggunaan fasilitas dan saran.
Hasil perhitungan menghasilkan Level Of Service (LOS) dari semua ruas di daerah studi berkisar antara LOS A sampai C, dimana LOS C adalah LOS untuk fasilitas Jembatan Penyeberangan Orang (JPO). Adapun efektifitas penggunaan JPO ditunjukkan dalam bentuk persentase jumlah pengguna JPO terhadap jumlah total penyeberang, yaitu sebesar 50.26%.
Hasil analisis alasan penggunaan JPO dengan kuesioner menunjukkan keselamatan merupakan alasan utama pejalan kaki menggunakan JPO dan alasan kelelahan bagi pejalan kaki yang tidak menggunakan JPO. Selain itu, penerangan dan perbaikan trotoar adalah hal utama yang dibutuhkan untuk fasilitas pejalan kaki.
Berdasarkan kajian ini, perlu adanya evaluasi lebih lanjut tentang spesifikasi teknis fasilitas pejalan kaki yang ada saat ini dan perlu adanya kajian tentang penyeberang bawah tanah atau tambahan fasilitas untuk penyeberang lansia atau cacat tubuh.

Pedestrians are frequently blamed as one of the sources of traffic jam.The aims of this study are to examine the characteristics of pedestrians, to analyze the feasibility of pedestrian facilities, and to analyze the effectiveness of the utilization of the pedestrian bridge at a certain congested location. It is located on Jalan Lenteng Agung - north direction. Data collections were done in two ways. First, recorded by using camera to determine the number of pedestrians and speed. Second, the questionnaire to determine the reason of using facilities and suggestions.
The analysis shows that Level of Service (LOS) of all the segments are ranged from LOS A to LOS C, where LOS C for pedestrian bridge. The effectiveness of the use of the pedestrian bridge which is represented by the ratio of pedestrian bridge users to total number of crossing people is 50.26%.
The results of the questionnaire analysis indicate that safety is the main reason for pedestrian use the pedestrian bridge and exhausting is the reason for pedestrians who do not use the pedestrian bridge.
From this study it is suggested that it is necessary to provide more lighting and to repair the sidewalk, and it is needed further evaluation on the technical specification of pedestrian facilities that was created by Dirjen Bina Marga in 1990 and further study on the underground pedestrian facility or additional facilities for elderly and disable pedestrian.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S69112
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zulkifri Basir
"Pejalan kaki merupakan salah satu bentuk lalu lintas dalam sistem transportasi dan sangat dominan di daerah perkotaan atau lokasi yang memiliki permintaan tinggi dengan periode pendek. Karakteristik Pejalan Kaki adalah salah satu faktor utama dalam perancangan, perencanaan maupun pengoperasian dari fasilitas-fasilitas transportasi. Sepanjang Jalan Raya Margonda Depok merupakan kawasan yang mempunyai volume pejalan kaki cukup tinggi karena terdapat pusat keramaian seperti : kampus, department store dan bangunan komersil lainnya. Sehingga pola perjalanan pejalan kaki menjadi tidak dapat diprediksi. Karakteristik dari aliran lalu lintas dapat dibagi dalam 2 (dua) kategori yaitu makroskopik (macroskopic level) dan mikroskopik (microskopic level).
Pada penelitian ini untuk menganalisis perilaku pejalan kaki searah lalu lintas pada sisi kiri Depok Town Square akan digunakan analisis mikroskopik. Peninjauan secara mikroskopik diambil dikarenakan untuk melihat perilaku perjalanan yang terjadi pada setiap individu. Dengan melakukan penelitian secara mikroskopik maka dapat diketahui karakteristik, perilaku, dan pola pergerakan pejalan kaki secara individu.
Penelitian secara mikroskopik ini juga dapat melihat perjalanan pejalan kaki secara individu dalam posisi dan waktu, dimana variabel yang digunakan adalah N (nomor pejalan kaki), T (waktu), X dan Y (Koordinat lokasi). Sehingga dapat diketahui karakteristik, perilaku dan pola pergerakan pejalan kaki secara individu.
Berdasarkan analisa yang telah dilaksanakan maka diperoleh bahwa kecepatan rata-rata pada trotoar tersebut untuk waktu tidak puncak adalah 1.90 meter/detik dan untuk waktu puncak adalah 1.85 meter/detik. Kecepatan rata-rata dari utara ke selatan untuk laki-laki sebesar 1.86 m/detik dan untuk wanita sebesar 1.79 m/detik. Arah sebaliknya ( selatan ke utara ) untuk laki-laki sebesar 2.29 m/detik dan untuk wanita sebesar 1.80 m/detik.

Pedestrian is one of way of elapsing to pass by quickly in transportation system, and very dominant in urban area or location owning high request with short period. Characteristic Pedestrian is one of the primary factor in scheme, operation and also planning from transportation facility. On Jalan Raya Margonda In Depok have high pedestrian density because in here have centre of pedestrian, like campus, department store dan comersial building. So, pedestrian characteristic not be prediction. Characteristic from traffic stream can be divided into 2 (two) categorize that is is macroscopic ( level macroskopic) and is microscopic ( level microscopic ).
At this research to analyse pedestrian who use trotoar in left side Depok Town Square will be used by microscopic analysis. Sighting microscopicly taken because of to see journey behavior that happened in each individual.
By doing/conducting research microscopicly hence can know by characteristic, behavioral, and pattern movement of pedestrian individually. Research microscopicly this also can see pedestrian journey individually in time and position, where used by variable is N ( pedestrian number), T ( time), And Y X ( Co-Ordinate Location ).
Pursuant to analysis which have been executed, hence that average speed at the corridor for the time of do not culminate is 1.90 metre / second and for the time of culminate is 1.85 metre / second. Average speed from north to south for gentlemen is 1.86 metre/second and for ladies is 1.79 metre/second. Average speed from south to north for gentlemen is 2.29 metre/second and for ladies is 1.80 metre/second."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S38705
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Based from the city planning area, this research is part of downtown planning. As we can see in the city planning of the advanced countries, especially the pedestrian in Yogyakarta and Indonesia in general, it is time for them to get a better attention in the planning. Malioboro street as the main street in the downtown of Yogyakarta has pedestrian with various activities, current, intensity and features. These various activity has become the reason why the researcher chose Malioboro street as the location of this research. The pedestrian's activity were analized by quantitative methods, emphasizing on the various current activities, current flow and intensity flow. There are 10 variables used in this research. The empirical findings were analized with the relevant theories. the findings from this research show 3 types of pedestrian spaces on Malioboro street and each has different pedestrian activities and various space factors. There are 2 conclusions based from empirical and theoritical point of view. a. the physical factors which are affect the pedestrian's activity, i.e: V1 (arcades), V4 (without arcades), V8 (trees), and V9 (street seller) b. the physical factors which are not affect the pedestrian's activity, i.e: V5 (with shopping area), V3 (bus shelter), V6 (view), V7 (near intersection), and V10 (street crossing). The research's recommendation for pedestrian planning, i.e; 1) the factors which are predicted to affect the pedestrian's activities show the pedestrian's social life, 2) across the street seen on all part, although without street crossing. According to the activity need controller, 3) the high intensity occurs if V1 (arcades), 3 (shelter), V9 (street seller) available."
720 JAKUAJ 1:1 (2003)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rika Purnama Sari
"Pedestrian Project merupakan proyek dari Kementerian Perhubungan yang bertujuan untuk menyosialisasikan program Non-Motorized Transportation di daerah, salah satunya adalah Kota Bogor. Proyek tersebut diselenggarakan di Jalan Nyi Raja Permas, area Stasiun Kota Bogor, karena selalu penuh sesak pada jam puncak. Adanya fasilitas jalur pedestrian memberikan ruang gerak bagi pejalan kaki untuk dapat bermobilisasi secara nyaman dan aman. Namun demikian, implementasi dari proyek pedestrian belum sesuai dengan konsep pedestrian yang ideal karena masih banyaknya PKL, parkir ilegal, dan pangkalan ojek yang beroperasi di fasilitas jalur pedestrian.
Terkait dengan permasalahan tersebut, peneliti tertarik untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi implementasi pedestrian project di Jalan Nyi Raja Permas Kota Bogor. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik pengumpulan data berupa wawancara mendalam, studi kepustakaan, dan pengamatan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor sosialisasi, koordinasi, reaksi PKL, komitmen pemerintah, sumber dana, sumber daya manusia, dan pengawasan berpengaruh terhadap implementasi pedestrian project.

Pedestrian Project is a project of the Ministry of Transportation that aims to socialize the Non-Motorized Transportation program in region, including Bogor City. The project was held at Nyi Raja Permas Street, Bogor Station Area, which is always crowded at peak hours. Pedestrian pathways provide space for pedestrians to mobilize comfortably and safely. However, the implementation of the project has not been in accordance with the ideal pedestrian concept because there are many street vendors, illegal parking, and motorcycle using pedestrian pathways.
Associated with these problems, researcher is interested in knowing the factors affecting the implementation of pedestrian project at Nyi Raja Permas street, Bogor city. This study used a qualitative approach with data collection techniques by in-depth interviews, literature study, and observation.
The result of this research shows that socialization, coordination, street vendor’s reaction, government's commitment, budget, human resources, and controlling are factors that affecting implementation of pedestrian project.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
S45879
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zahra Salsabila
"Sejak 2016, pemerintah Kota Bogor berusaha membuat Kota Bogor ramah bagi pedestrian demi menyandang titel walkable city. Perbaikan jalur pedestrian terus dilakukan dengan harapan dapat meningkatkan minat warga Kota Bogor untuk berjalan kaki. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengkaji kualitas jalur pedestrian dan pengaruhnya terhadap keinginan warga Kota Bogor untuk berjalan kaki. Wilayah penelitian terletak di sekitar ikon Kota Bogor, yaitu Kebun Raya Bogor dan Istana Bogor, yang dikelilingi oleh jalan raya satu arah.
Kualitas jalur pedestrian dinilai dari dua kategori, yaitu fitur fisik berdasarkan panduan Global Walkability Index berupa keamanan, keselamatan, dan kenyamanan jalur pedestrian yang sudah disesuaikan dengan kondisi di lapangan, serta fitur kognitif berupa persepsi pedestrian. Data diperoleh melalui observasi, kuesioner, dan wawancara mendalam, lalu dianalisis secara kualitatif dan deskriptif-spasial.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas jalur pedestrian di pusat Kota Bogor dalam kategori baik, sementara keinginan berjalan kaki di pusat Kota Bogor sangat dipengaruhi tujuan berjalan kaki. Berdasarkan hasil analisis, kualitas jalur pedestrian yang baik dapat meningkatkan keinginan berjalan kaki, serta pada jalur pedestrian dengan kualitas kurang baik namun dikelilingi pusat kegiatan akan tetap menarik pedestrian untuk berjalan kaki hanya demi menyelesaikan urusannya.

Since 2016, Bogor City Government sought to develop a pedestrian friendly city, so that Bogor can bore the title lsquo walkable city rsquo . Improvements of the pedestrian walkways continue, hoping that the residents rsquo willingness to walk can increase overtime. This research was conducted with the aim of examining the quality of pedestrian walkways and its influences towards the willingness of Bogor residents to walk. The study area for this research is located around Bogors most renowned icon, Bogor Botanical Garden and the Palace of Bogor, which surrounded by an one way road.
The quality of the pedestrian walkway was assessed by two categories, first is the physical features based on the Global Walkability Index in the form of walkway security, safety, and convenience, which has already been simplified to fit into the local standard, as well as the cognitive features in the form of the pedestrians perception of walkways. The data are obtained through observation, questionnaires, and in depth interview, and then analyzed using qualitative and spatial descriptive method.
The results showed that the overall quality of pedestrian walkways in the downtown Bogor is good, while the willingness to walk is heavily influenced by purpose of the trips. Based on the results of the analysis, good quality pedestrian walkways can increase the willingness to walk, as for the lesser quality of pedestrian walkways will remain attractive for pedestrians with urgent business around the walkways.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Unversitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Imam Syafiq Maulana
"Jakarta memiliki masalah kemacetan lalu lintas karena jumlah kendaraan yang ada di jalan, dan masalahnya semakin memburuk setiap tahun dengan jumlah kendaraan yang terus meningkat. Pemprov DKI Jakarta telah melakukan berbagai pembenahan kepada infrastruktur transportasi masalnya untuk mengurai kemacetan lalu lintas, salah satunya adalah infrastruktur KAI Commuter Line Stasiun Jatinegara. Dalam upaya untuk meningkatkan kemampuan, stasiun kemudian direnovasi dengan membangun tingkat baru di atas peron untuk kebutuhan penumpang. Selain memperluas area layanan stasiun, renovasi stasiun ini menghilangkan perlintasan sebidang. Selanjutnya, fasilitas pelayanan stasiun baru telah ditingkatkan seperti penambahan eskalator dan lift untuk memudahkan penumpang. Penulis kemudian melakukan penelitian untuk menganalisis tingkat pelayanan fasilitas pejalan kaki di stasiun tersebut. Penelitian ini dibantu oleh perangkat lunak LEGION untuk menganalisis dengan dasar dari Skenario 1, 2, dan 3 yang dibedakan berdasarkan jumlah penumpang yang turun di stasiun. Skenario 1 memiliki rasio 30%/30% untuk KRL dan KAJJ, Skenario 2 memiliki rasio 20%/40%, dan skenario 3 memiliki rasio 40%/20%. Hasilnya menunjukkan bahwa pada ketiga skenario mampu menunjukan LOS F di hampir semua area atau mampu mencapai tingkat layanan terburuk, dengan skenario 3 memiliki lebih banyak area dengan periode layanan pada tingkat F yang lebih lama dari skenario lainnya karena memiliki volume penumpang lebih banyak dari rasionya.

Jakarta had a traffic congestion problem due to the number of existing vehicles in its street, and with the vehicle number increase steadily, the problem worsens each year. The regional government of Jakarta has made various improvements to its public transportation infrastructure to relieve traffic congestion, one of which is the KAI Commuter Line infrastructure of Jatinegara Station. In an effort to improve the station's capability, it is then renovated by constructing a new level above the platform for passenger needs. In addition to expanding the station's service area, the refurbishment of this station eliminates the level crossing. Furthermore, the new station has improved service amenities such as escalators and lifts to make it easier for passengers. The author is then conducted a study to analyze the pedestrian level of service in the station pedestrian facility. The research is assisted by LEGION software for analyzing with basis from Scenario 1, 2, and 3, which is differentiated by the number of passengers alighting in the station. Scenario 1 has 30%/30% ratio for KRL and KAJJ, Scenario 2 has 20%/40%, and scenario 3 has 40%/20%. The result shows that all three scenarios are able to achieve LOS F in nearly all areas or able to reach the worst service level, with scenario 3 having more passenger volume from its ratio has more area with longer period in service level of F than other scenarios."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>