Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 225093 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nia Namirah Hanum
"Di era modern, kehadiran beton tidak hanya sebagai sebuah material. Eksistensinya memicu untuk menggali kembali bagaimana sebuah inovasi teknologi mempengaruhi peradaban, khususnya dalam wacana arsitektural. Jika diaplikasikan ke dalam bangunan, beton dipandang tidak memiliki prinsip dan bentukan yang baku jika kita bersedia membuka pikiran lebih jauh bahwa setiap bangunan, yang mengandung beton maupun tidak, adalah hasil turunan dari berbagai parameter, yaitu kultural, sosio-politik, dan ekonomi. Brutalisme, adalah salah satu gaya arsitektur yang erat kaitannya dengan beton ekspos/polos. Namun dewasa kini bangunan yang memiliki struktur beton polos sangat banyak, termasuk di Indonesia. Hal yang dikritisi adalah bagaimana Brutalisme dikupas melalui kacamata penggunaan beton di Indonesia, saat sokongan teknologi dan peristiwa- peristiwa politik menjadi alasan pembangunannya. Dengan studi kasus Wisma Hayam Wuruk (1976) yang ditengarai sebagai salah satu gaya Brutalisme di Indonesia. Tulisan ini bertujuan untuk menelisik kemunculan Brutalisme di Indonesia dengan penggunaan teknologi beton pada arsitektur modern dan pengaruh sosio-politik di era Orde Baru sebagai alat penelitian. Metode sejarah digunakan untuk menyajikan analisis terutama dalam menggambarkan beberapa peristiwa politik, yang dilakukan dalam bentuk deskriptif analitis untuk lebih menjelaskan kejadian dalam dimensi ruang dan waktu yang terjadi di masa lampau.

In the modern era, the presence of concrete is not merely as a material. Its existence triggers to rethinking on how a technological innovation affects civilization, especially in architectural discourse. If applied to buildings, concrete is deemed not to have a standard principle and form if we are willing to open our minds further that each building, whether or not containing concrete, is derived from various parameters, namely cultural, socio- political, and economic. Brutalism, is one of the architectural styles that is closely related to exposed concrete. But nowadays buildings that have plain concrete structures are very numerous, even in Indonesia. What was criticized was how Brutalism was peeled through the lens of concrete use in Indonesia, when technological support and political events became the reason for its development. With the case study of Wisma Hayam Wuruk (1976) which was suspected as one of the styles of Brutalism in Indonesia. This paper aims to explore the emergence of Brutalism in Indonesia with the use of concrete technology on modern architecture and socio-political influence in the New Order era as a research tool. Historical methods are used to present analysis, especially in describing several political events, carried out in descriptive analytical form to better explain events in the dimensions of space and time that occurred in the past."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T54105
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novianti Mawar Sari
"Pembangunan yang ada di Indonesia merupakan sebuah karya arsitektur yang tidak hanya diimajinasikan oleh arsitek tetapi terdapat campur tangan rezim pemerintahan yang sedang berjalan. Pemerintahan Orde Baru mempunyai andil besar dalam membuat representasi bagi bangsa Indonesia untuk mewarisi tradisi. Relasi kuasa berjalan beriringan pada setiap konstruksi arsitektur sehingga memberi pengaruh kepada masyarakat. Padepokan Pencak Silat Indonesia menjadi bangunan bangsa yang mewujudkan nasionalisme serta budaya tradisi pencak silat asal Indonesia. Proyek arsitektur pascakolonial Orde Baru perlu diperhatikan kaitannya dalam mewujudkan sebuah representasi.

The development in Indonesia is an architectural work that not only imagined by architects but there is interference from the ongoing government regimes. The New Order government has a big hand in making representation for the Indonesian people to inherit tradition. Power relations go hand in hand with each architectural construction so that it gives influence to the community. Padepokan Pencak Silat Indonesia became a nation building that embodies nationalism and the cultural tradition of pencak silat from Indonesia. Postcolonial architecture projects of the New Order need to be considered in relation to realizing a representation."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siegel, Curt
Bandung: Universitas Parahyangan, [Date of publication not identified]
724.91 SIE st
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Mus`ab`Abdu Asy Syahid
"Arsitektur masjid di Indonesia terus mencari identitas bentuk dan gayanya mengikuti perkembangan modernitas desain arsitektur saat ini. Beberapa arsitek membebaskan desain karya dari kurungan tradisi salah satunya ialah Masjid Al Irsyad Satya Kota Baru Parahyangan Bandung. Modernisasi desain masjid Al Irsyad Satya diasumsikan dari adanya penerapan aspek aspek minimalisme mengacu pada terminologi minimalis rdquo ldquo sederhana atau kesederhanaan simplicity yang menjadi artikulasi dominan untuk menggambarkan karakteristik masjid pada berbagai ulasan desain dan karya ilmiah. Penulisan ini bertujuan menganalisis desain Masjid Al Irsyad Satya berdasarkan pada analisis historis faktor faktor yang terlibat pada pembangunan masjid serta pengukuran aspek minimalitas untuk menguji kesesuaiannya dengan asumsi di awal. Meskipun terdapat aspek kesederhanaan dan minimalitas diterapkan pada desainnya di sisi lain berbagai faktor seperti biaya perawatan dan hadirnya ekspresi personal si arsitek justru menunjukkan desain berada di posisi bertentangan dengan prinsip minimalisme sehingga Masjid Al Irsyad Satya bukanlah arsitektur masjid minimalis. Ditambah lagi preferensi si arsitek yang diduga mengambil kualitas desain yang mirip dengan bangunan arsitektur minimalis lain yang telah ada sehingga asumsi di awal mengenai masjid minimalis rdquo di awal menjadi wajar. Hal ini diharapkan dapat membantu masyarakat dan praktisi arsitek untuk lebih memahami sejarah teori dan perkembangan gaya arsitektur masjid modern di Indonesia secara kritis dan menjadi salah satu referensi umum untuk mengeksplorasinya di masa mendatang.

The mosques architecture in Indonesia is on progress for re searching its form identity and style following the design modernity development recently. Some of architects explore by freeing it from any limitating tradition e.g Al Irsyad Satya mosque Kota Baru Parahyangan located in Bandung. The modernisation of its design is assumpted from the implementation of minimalism aspects by such minimalist simple rdquo and ldquo simplicity terms become the dominating articulations to picture about Al Irsyad Satya mosque characteristics which are often stated in many design review and report. This research aims to analyze design style of Al Irsyad Satya based on historical analysis many factors involved during the mosque design develpoment to examine the assumption. Some of minimalism aspects simplicity and minimality are presented but combined together with architects personal expression and maintenance factors make its design a contradictory position with minimalism principles in other hand which results Al Irsyad Satya mosque is not precisely categorized to one of minimalist mosque architecture. In addition the design preference from the architect shows spatial quality aspects which assumpted commonly taken or referred from another built minimalist design thus matches with the assumption from the first place. This research is expected to facilitate both communities and practitioners to understand more about critical history theories and style development in modern mosque architecture in Indonesia and be one of reference to explore it in the future.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S61381
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amanda Elmasyafiqa
"Masalah identitas selalu menjadi diskusi yang berlanjut di sejarah Arsitektur Indonesia. Untuk waktu yang lama, ide identitas selalu berubah dari satu periode ke periode lainnya, dan arsitektur tumbuh sesuai dengan masyarakat dan kejadian disekitarnya. Skripsi ini adalah penulisan yang deskriptif membahas identitas Arsitektur Indonesia; menemukan pola penentu selagi melihat sejarah Arsitektur Indonesia. Skripsi ini bertujuan untuk memahami lebih jauh tentang apa identitas Arsitektur Indonesia di era kontemporer, dan bagaimana identitas Arsitektur Indonesia diwakili di era saat ini dengan melihat beberapa bangunan yang baru saja direnovasi di Gelora Bung Karno sebagai contoh.

The matter of identity has always been an on-going discussion through out the history of Indonesian Architecture. For a long time now, the idea of identity changes from one period to the other, and architecture grows in accordance to its society and recent happenings. This thesis is a descriptive writing discussing the identity of Indonesian Architecture; finding a common denominator as we look through the history of Indonesian Architecture. This thesis aims to understand further on what identity of Indonesian Architecture is in the contemporary era, and how the identity of Indonesian Architecture is represented in the current era by looking at some of the newly renovated buildings in Gelora Bung Karno as examples."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizka Fitri Ridayanti
"Arsitektur dan film di era modern ini tidak dapat dipisahkan dari segi generasi persepsi ruang Arsitektur dibangun di dan mengitari suatu ruang yang dapat menjadi setting untuk film sedangkan film adalah sebuah medium dua dimensi untuk mengeksplorasi dan menyajikan arsitektur sebagai kerangka sebuah narasi Arsitektur adalah komponen fundamental dalam rangka film dapat memberikan narasi Skripsi ini membahas bagaimana representasi arsitektur disampaikan sebagai kerangka narasi spasial film dan peran penting yang mereka pegang dalam menyampaikan pesan narasi yang mendasari dan pengalaman spasial dalam sebuah film.
Skripsi ini membahas pengerjaan dari real ke reel meminjam istilah Nezar AlSayyad yang merujuk realitas dan sinema menggunakan arsitektur modern di film Playtime Jacques Tati 1967 sebagai studi kasus Real dan reel adalah sebagai fokus utama skripsi ini Akhirnya skripsi ini mengamati konsep reel ke real bagaimana arsitektur dan film yang dapat mempengaruhi perspektif kita dalam hidup dan digunakan sebagai parameter untuk desain.

Architecture and film in this modern era are inseparable concerning the generation of perceptual spaces. Architecture is built in and around spaces, which may provide the setting for a film, whereas film stands as a two-dimensional medium to explore and present architecture as a narrative framework. Architecture is a fundamental component in order that film can deliver its narrative.
This thesis discusses how architectural representation is conveyed to encase the spatial narrative of a film and the important role they hold in conveying messages, underlying narratives, and the spatial experiences in a film. It discusses the workings of real to reel, borrowing Nezar AlSayyad's term in reference to the reality and the cinema, using the modern architecture in Jacques Tati's Playtime (1967) as a case in point. The real and reel stand as the main focuses of this thesis. Finally, it observes the concept of reel to real, how the architecture and film can affect our perspectives in life and be used as parameters for design.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S52934
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siegel, Curt
New York: Van Nostrand Reinhold, 1962
724.91 SIE s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Nugrahani Najmidhia Perlita
"ABSTRAK
Perancangan dengan metode pengulangan banyak dijumpai pada arsitektur
masa kini. Metode tersebut tidak lain adalah modular, penggunaan standar sebagai
pengatur keseluruhan elemen bangunan. Penulisan bermaksud untuk mengungkap
alasan seorang arsitek memakai sistem modular dan bagaimana ia menggunakan sistem
tersebut dalam rancangannya. Pembahasan isu terhadap kemunculan modular dan
aplikasinya hingga kini dibahas melalui kasus-kasus berdasarkan periode sejarah, dan
dilihat melalui sejarah singkat, teori-teori arsitek, serta karakteristik denah atau kasus
pada zaman tersebut. Metode yang digunakan dalam penulisan adalah deskriptif dengan studi literatur

ABSTRACT
Repetition method in design is common in architecture these days. That method
is none other than modular, a standard used as a regulator for the entire building
elements. This thesis intends to reveal the reasons why architects use and how they use
the modular system in their design. The issue of the emergence of modular and its
applications up to now discussed through cases based on historical periods, and viewed
through a brief history, theories of architects, as well as their plan characteristics or the
case of the era. The method used in writing is descriptive from literature study.;"
2016
S64568
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shintya Wahyu Apriliriana
"Adanya Globalisasi dan perkembangan teknologi membuat manusia kini memiliki mobilitas tinggi dan mampu mengatasi masalah ruang, jarak, dan waktu. Meskipun memiliki mobilitas tinggi, manusia tetap memiliki kebutuhan untuk berhuni menetap. Kemudahan berpindah memicu sebagian manusia untuk melakukan berhuni sambil berpindah atau bertransformasi menjadi nomad modern. Dalam skripsi ini penulis membahas tentang nomad modern sebagai produk dari perubahan zaman, klasifikasi nomad modern dan bagaimana pola berhuni sambil berpindah yang mereka lakukan yang kemudian dikaitkan dengan teori tentang berhuni dan tempat sebagai salah satu aspek penting dalam berhuni. Hasil penelitian menunjukan bahwa bila dikaitkan dengan konsep berhuni, pada pola berhuni berpindah yang dilakukan nomad modern terdapat anomali yang disebabkan naluri manusia untuk berhuni menetap dengan kebutuhan nomad untuk terus berada dalam perpindahan. Anomali yang dimaksud berupa dilema yang dirasakan nomad modern yang kemudian diselesaikan dengan adanya periode mooring (berhuni di suatu tempat dalam periode tertentu) yang dilakukan pada proses berhuni berpindah mereka. Mooring ini bertujuan sebagai pemulihan dari kelelahan selama perpindahan yang konstan sebelum melanjutkan kembali perjalanan mereka.

The existence of globalization and the development of technology makes people now have high mobility and capable of overcoming the problem of space, distance, and time. Despite having high mobility, people still have the need to settle. These facility trigger some people to do mobile dwelling or transformed into modern nomads. In this paper the author discusses about modern nomad as a product of the change of time, the classification of modern nomad and their mobile dwelling pattern then asscociated with the theory of dwelling and place as one of the important aspects of dwelling. The results showed that when associated with the concept of dwelling, there is anomaly in the pattern of mobile dwelling that done by modern nomad caused by the human nature to settle and the mobility of nomad that needs to continue moving. This anomaly is a form of dilemma perceived by modern nomad who later settled it with mooring period (dwelling in a particular place within a certain period of time) that done on the process of their mobile dwelling. This mooring period is to recover from fatigue during constant displacement before resuming their journey."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S61607
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bunga Jinan Sari
"Architectural acculturation in Brisbane has been one of the first manifestations of human civilization. In addition to being the capital city of Queensland, Australia, Brisbane has experienced many political events which have affected democracy within the community. In recent years, Brisbane has seen dramatic modernization as more and more people are becoming connected and digitally savvy. As a result, people have changed their expectations about what they expect from government, which encourages increased community involvement. Therefore, a democratic system can be inclusive by allowing communities to take part in decisions and actions. Further design for the Hall of Democracy will be based upon a study of the context, research of Australian political systems, a literature review of inclusive architecture, precedent studies, and modern building glass technology and LuxferPrism patent. In addition to applying local building regulations, Hall of Democracy will utilize the vision of the client, Grievous Keppler, great grandson of Frederick Keppler, to ensure everyone has the opportunity to be involved in the communities
regardless of age, race, and disability.

Akulturasi arsitektur di Brisbane telah menjadi salah satu manifestasi pertama peradaban manusia. Selain itu, sebagai ibu kota Queensland, Australia, Brisbane telah mengalami banyak peristiwa politik yang mempengaruhi demokrasi di masyarakat. Dalam beberapa tahun terakhir, Brisbane telah mengalami modernisasi yang dramatis karena semakin banyak orang yang lebih terhubung melalui media digital. Akibatnya, masyarakat telah mengubah harapan mereka terhadap pemerintah dan mendorong supaya peningkatan keterlibatan masyarakat ditingkatkan. Oleh karena itu, sistem demokrasi dapat bersifat inklusif dengan membiarkan masyarakat untuk ikut mengambil keputusan dan tindakan dalam keputusan pemerintah. Desain lebih lanjut untuk Hall of Democracy akan didasarkan pada studi konteks, penelitian sistem politik Australia, tinjauan literatur arsitektur inklusif, studi preseden, dan teknologi dan inovasi kaca pada bangunan modern dan paten Luxfer Prism. Selain menerapkan peraturan bangunan setempat, Hall of Democracy akan memanfaatkan visi klien, Grievous Keppler, cicit Frederick Keppler, untuk memastikan setiap orang memiliki kesempatan untuk terlibat dalam komunitas tanpa memandang usia, ras, dan disabilitas."
Depok: Fakultas Teknik, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>