Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 103792 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mohammad Bintang Fikri
"Dewasa ini, menjaga kondisi udara tetap berada pada zona nyaman dengan menggunakan pendingin konvensional membutuhkan biaya yang tidak murah, terutama pada ruangan yang luas dan semi terbuka. Evaporative cooler yang menggunakan material yang tidak membahayakan lingkungan maupun kesehatan dan berbiaya rendah dapat menjadi alternatif untuk menjaga lingkungan tetap sehat dan nyaman. Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan dan membandingkan kinerja evaporative cooler yang dimodifikasi dengan heat pipe dan tanpa heat pipe. Heat pipe diletakkan di bagian sebelum dan sesudah cooling pad dan berfungsi sebagai indirect stage. Bagian evaporator dari heat pipe diletakkan sebelum cooling pad dan bagian kondensor diletakkan di dalam penampung air tambahan. Sedangkan heat pipe kedua diletakkan setelah evaporative cooler untuk mendinginkan udara dari luar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa saturation efficiency dari kedua sistem meningkat seiring dengan peningkatan suhu udara pada saluran masuk dan menurun seiring dengan penurunan kelembaban relatif. Saturation efficiency juga menurun seiring dengan peningkatan kecepatan udara. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa saturation efficiency evaporative cooler yang dimodifikasi menggunakan modul heat pipe pertama lebih tinggi daripada direct evaporative cooler. Penambahan heat pipe sebelum evaporative cooler dapat meningkatkan saturation efficiency direct evaporative cooler hingga 1,03 tanpa penambahan konsumsi listrik. Dengan susunan heat pipe sebelum evaporative cooler dengan direct evaporative cooler mampu menurunkan temperatur hingga 19.15 °C, sedangkan sengan susunan heat pipe setelah evaporative cooler hanya mampu menurunkan temperatur hingga 3,2 °C namun memiliki kelembaban relatif yang tidak terlalu tinggi.

Nowaday, keeping air condition in a comfort zone using conventional coolers become expensive, especially in large and semi-open spaces. Evaporative cooler which offer a healthy, non-harmful materials, and low cost can be an alternative to keep environment healthy and comfortable. The objective of this experiment is to determine and compare the performance of direct evaporative cooler embedded with heat pipes and without heat pipes. The heat pipe is placed in the section before and after the cooling pad as a precooler and an indirect stage. The evaporator part of the heat pipe is placed before the cooling pad and the condenser section is placed in an additional water reservoir.
The results show that the saturation efficiency of both systems increases along with increasing inlet air temperature and decreases with decreasing relative humidity. Saturation efficiency also decreases with increasing air flowrate. The results also show that the modified saturation efficiency evaporative cooler uses a heat pipe higher than the direct evaporative cooler. The addition of a heat pipe can increase the saturation efficiency of the direct evaporative cooler to 1.03 without adding more energy consumption. The multistage direct evaporative cooler with heat pipe before cooling pad can reduce temperature up to 19.15 °C while the multistage direct evaporative cooler with heat pipe heat exchanger after cooling pad could not reduce temperature as high as the other system but it does not increase relative humidity as high as the other system.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T54095
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Asmawan
"Konsep dan penggunaan dari evaporative cooling telah dikena! sejak lama. Metoda pendinginan ini efislen dalam penggunaan energi, efektif da!am biaya dan ramah lingkungan. Direct evaporative cooling merupakan proses pertukaran kalor secara adiabalis. Udara yang dialirkan melalui air yang akan diuapkan memberikan kalornya dan air menyerap ka1or ini &ebagai kalor penguapan. Oalam pengujian ini akan dilakukan pengujian unjuk kerja dengan menggunakan crossflow evaporative cooler FA3-85.060.060·111AO. Data-data berupa temperatur bola kering (dry bulb temperature) dan temperatur bola basah (wot bulb temparature) pada sisimasuk udara Juar, slsiudara masuk pada wet pad, sisi udara keluardry pad dan temperatur air diukur dengan menggunakan tennokopel dan data acquisition HP3497A. Variasi Kondisi dalam penguj!an adalah temperatur air normal, temperatur air dingin dan temperatur air panas.
Pada kondisi temperatur air normal (± 24° C) dihasilkan penurunan temperatur bola kering udara rata rata konstan dan rata-rata penambahan kandungan uap air dalam udara adalah 2 g uap air/kg udara kerfng. Pada kondisi ini direct evaporative cooler menunjukkan fungsi sebagai pendingin(cooler) dengan efektivitas rata-rata sebesar 98,15%. Pada kondisi temperatur air dingin (kurang dari 20°C) dlhasilkan penurunan temperatur bola kering rata rata basah rata rata 2.5°C dan penurunan nilai rasio kelembaban rata rata. 28°C dan penurunan nilai rasio kelembaban rata-rata 2 gr air/kg dry air. Pada kondisi ini direct epavorative cooler menunjukkan fungsi sebagai pendingin (cooler) dan pengeringan dengan efektivitas rata-rata sebesar 50,46%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
S37229
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rezza Prayogi
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S36375
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Suryawan
"There are some parameters that identify the quantity of air i.e. dry bulb temperature, wet bulb temperature, humidity ratio, relative humidity, and dew point temperature. These parameters can be used to construct a new formula in order to determine the effectiveness of air processing equipment When air passes through an evaporative pad its dry bulb temperature will decrease. it can be lowered to 5°C, when its wet bulb temperature is maintained constant. Due to the air temperature is higher than the water temperature, so then the heat will flow from the air to water. U' the temperature of flow air assumed remain constant, this hear is to be used to evaporate the water drops. So, it is caused increasing of the air humidity ratio. This research found out that the humidity ratio increased until 2. 22-gram water/ kg dry air.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
JUTE-15-2-Jun2001-166
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Simatupang, Aricson
"Pengkondisian udara sangat banyak dibutuhkan aplikasinya pada berbagai bidang dan atau keperluan, mulai dari rumah tangga sampai industri-indusin modern. Salah satu pengkondisian udara adalah pendinginan evaporatif (evaporative cooling). Tujuan utama dari proses ini adalah menurunkan temperatur dan menaikkan rasio kelembaban udara. Pengkondisian udara ini diaplikasikan pada beberapa industri seperti: industri makanan, kayu dan kertas (pupi and paper) dan lain-Iain.
Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk menghitung dan menganalisa perubahan temperatur dan rasio kelembaban udara pada suatu sistem pendinginan evaporatif. Penelitian dimulai dengan melakukan pembuatan alat dan sistem yang representatif untuk sebuah sistem pendinginan evaporatif. Hal penting yang dirancang pada alat ini adalah melewatkan udara pada sebuah media basah (wet pad) yang berfungsi sebagai air-filter. Selelah pembuatan alat selesai, dilakukan pengujian dengan menggunakan media dari bahan sejenis busa atau spons.
Kegiatan ini dilakukan bersama-dengan rekan mahasiswa lainnya. Pada pengujian penulis melakukan variasi dengan memindahkan penyearah aliran (flow stighiener) sejauh 10 cm dan 30 cm sehingga jarak masing-masing ke media basah (L) adalah 104,3 cm dan 84,3 cm. Setelah itu dilakukan perhitungan dan analisa data hasil pengujian. Secara teoritis pada proses pendinginan evaporatif, temperatur yang turun adalah temperatur dry bulb, sedangkan temperatur wetbulb tetap. Namun hasil pengujian menunjukkan bahwa pada temperatur wet bulb juga terjadi penurunan.
Hal tersebut dapat dimaklumi berhubung sederhananya alat dan material yang digunakan pada pembuatan alat ini serta kesalahan-kesalahan yang terjadi pada pengujian. Secara umum alat mampu menurunkan temperatur sekitar 0,4 - 1,0 ℃ dan rasio kelembaban berubah sekitar 0,03 - 1,7 g uap air/kg udara kering. Kondisi pertama memberikan hasil yang Iebih baik. Pada kondisi kedua bahkan terjadi penurunan rasio keiembaban meskipun efisiensi pendinginannya Iebih baik dan kondisi pertama. Hal ini kemungkinan terjadi karena kesalahan pengukuran temperatur temtama temperatur wet bulb. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S36977
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Doni Bakar
"Peninjauan kinerja dari peralatan processing udara (termasuk evaporative cooler) selalu didasarkan pada kualitas dan kuantitas dari udara yang dihasilkan. Kualitas udara blsa dilihat dari kebarsihan sehingga tidak merusak kesehatan. Sedangkan kuantitas udara ditlnjau dari besaran parameter udara basah seperti temperatur dry bulb, temperatur wet bulb, rasio kelembaban, derajat kejenuhan udara, kelembaban relatff, dan temperatur pengembunannya. Dengan menggunakan besaran-besaran tersebut dapat dibuat formulasi untuk menentukan efektivitas dari peralatan yang digunakan.
Pada penelitian ini dilakukan pengujian terhadap direct evaporative cooler jenis crossflow buatan Muntars. Pengambilan data temperatur dilakukan secara komputerisasi menggunakan Data Acquisition Control System HP 3497A secara kompensasi soflware menggunakan bahasa HTBasic. Pengujian dilakukan pada dua jenis variasi yaitu variasi perlakuan terhadap udara dan air. Pada valiasi udara dilakukan pada tiga tingkat kecepatan udara dan mefakukan pemanasan awalterhadap udara.
Dari hasil pangujian diparoleh udara yang dialirkan pada media evaporatif menghasilkan penurunan temperatur bola kering dan penambahan kandungan uap air. Pada pengujian ini evaporative cooler berhasil menurunkan temperatur bola kering udara hingga 5°C dan penambahan kandungan uap air sebesar 2,22 gr uap air/kg udara kering apabila tidak dilakukan pamanasan awal lerhadap udara masuk. Dengan melakukan pemanasan awal terhadap udara diperoleh penurunan temperature bola kering yang lebih besar lagi yaitu 8°C dengan penambahan kandungan uap air 2,61 gr uap air/kg udara kering. Sedangkan temperature bola basah udara pada saat sebelum dan setelah melewati evaporative cooler cenderung konstan."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
S37188
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Mochammad Renaldy Abdurachman
"Pengkondisian udara dengan maksud untuk mengatur nilai temperatur dan kelernbaban udara sangat penting untuk mendapatkan suatu udara yang nyaman bagi ma usia dan mandukung proses industri. Dengan metode pandinginan evaponatif udara dapat dikondisikan agar mempunyai temperatur dan kelembaban relatif yang tartentu.
Pendinginan evaporatif bertujuan untuk menurunkan temperatur bola kenng udara dan menaikkan kelembaban relatif dengan temperatur bola basah yang konstan. Tujuan penufisan skripsi ini adalah untuk mengetahui unjuk kerja dari alat eksperimen pendingin evaporatif iangsung dengan menvanasikan peletakan penyearah aIiran pada posisi 0 cm dan dimajukan sejauh 20 cm dan posisi awal.
Alat eksperimen pendingin evaporatif langsung dengan menggunakan fan sentrifuga! sebgai komponen pengolah udara untuk menghembuskan udara melewati media basah yang dibasahi oleh air. Dengan melakukan pengujian pada alat eksperimen didapafkan data-data temparatur bola kering dan temperatur bola basah.
Dari data-data tersebut dilakukan perhitungan-perhitungan dengan rumus-rumus yang diketahuf dan diagram psikometri. Dan hasil pengujian didapatkan penumnan iemperatur bola kering yang disertai juga dengan penurunan temperatur bola basah sehingga kelembaban relatif udara tersebut juga rnengalami penurunan Dan hasif parhitungan juga didapat penumnan nano humiditas yang berarti kandungan uap air dafam udara berkurang atau berubah menjadi aiu Kesalahan pengujian disebabkan oleh kesalahan pengukuran temperatur bofa basah dengan menggunakan termokopal, dimana penempatan dan penggunaan kain basah sebagai pembasah tidak bekerja dengan efektif.
Alat eksperimen menunjukkan penurunan temperatur bola kering rata-rata sebesar 0,88 °C, temperatur bofa basah sabesar 0,38 °C pada posisi penyearah aliran di 0 Cm dan efisiensi alat rata-rata 31,3% Pada saat penyearah aliran dimajukan sejauh 20 Cm penurunan temperatur bola kering dan bola basah terjadi rata-rata sebesar 0,2"C dan 0,73 ?C sehingga didapatkan elisiensi alat rata-rata yaftu 13,3%. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S37016
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suranto
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
S37222
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syahrul Muhammaddiyah
"Heat Pipe Exchanger telah banyak diaplikasikan di berbagai bidang, Salah satu bidang aplikasinya pada sistem Heating Ventilating Air Conditioning HVAC ruang operasi. Sistem HVAC ruang operasi rumah sakit memiliki parameter : temperatur, kelembaban relatif, kebersihan dan pergantian udara perjam. Parameter merupakan syarat mutlak untuk menjaga kualitas udara dalam ruangan indoor air quality dan kenyamanan termal ruang operasi. Rentang temperatur ruang operasi adalah 20-24 °C dan kelembaban relatif pada 30-60 RH. Nilai pergantian udara dalam ruangan operasi minimal 20 kali.
Tujuan penelitian untuk mendapatkan nilai efektifitas dan nilai heat recovery dari Heat Pipe Heat Exchanger HPHE yang diuji pada sistem tata udara. HPHE adalah piranti pasif yang mampu memberikan fungsi penghematan energi pada sistem tata udara. HPHE didisain terdiri dari 42 batang heat pipe tubular dilengkapi 120 wavy fin pada evaporator dan kondenser. HPHE dengan konfigurasi 3, 2, dan 1 baris, tiap konfigurasi diuji pada sistem tata udara dengan variasi temperatur aliran udara inlet evaporator : 28, 30, 35, 40, dan 45°C dan variasi kecepatan udara inlet pada 1, 1.5, dan 2 m/detik.
Hasil pengujian dari 3 konfigurasi HPHE didapatkan nilai ?T evaporator sebesar 3,24-10,99°C dan nilai efektifitas HPHE dalam rentang 48,3 - 55. Nilai efektifitas tertinggi 55 didapatkan pada kecepatan udara inlet 1 m/detik dan temperatur 45°C pada konfigurasi HPHE 3 Baris. Nilai heat recovery tertinggi dari pengujian terhadap HPHE adalah 6.614 kJ/Jam dihasilkan pada setting kecepatan udara inlet 2 m/detik dengan konfigurasi HPHE 3 Baris.

Heat Pipe Heat Exchanger has been widely applied in various fields. One area of application is on the operating room Heating Ventilating Air Conditioning HVAC system. The hospital operating room HVAC system has parameters temperature, relative humidity, cleanliness and air change per hour. Parameters are an absolute requirement to maintain indoor air quality indoor air quality and thermal comfort of the operating room. The operating room temperature range is 20-24°Celcius and relative humidity at 30-60 RH. The value of indoor air change at least 20 times per hour.
The objective of the study was to obtain the efficiency and heat recovery values of Heat Pipe Heat Exchangers HPHE tested on the air system. HPHE is a passive device that provides energy saving function in the HVAC system. The HPHE is designed to consist of 42 tubular heat pipe tubes equipped with 120 wavy fins on evaporator and condenser. HPHE with 3, 2, and 1 row configurations, each configuration tested on an air system with variations of evaporator inlet airflow temperature 28, 30, 35, 40, and 45°C and variations in air velocity at 1, 1.5, and 2 m seconds.
Test results from 3 HPHE configurations obtained T evaporator value of 3.24 10.99°C and HPHE effectiveness value in the range of 48.3 55. The highest effectiveness value of 55 was obtained at air velocity of inlet 1 m sec and temperature 45°C in HPHE 3 row configuration.The highest HPHE heat recovery value of 6,614 kJ hour was obtained at air velocity of 2 m sec inlet with HPHE 3 row configuration.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
T47780
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>