Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 167505 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Cut Sannas Saskia
"Struktur bawah merupakan bagian yang sangat penting pada bangunan vernakular terutama jika dikaitakan dengan wilayah gempa. Ketahanan struktur bawah terbukti dengan keberadaan rumah vernakular yang masih bertahan tanpa mengalami kerusakan ketika bangunan modern hancur setelah terguncang gempa. Terdapat dua jenis sistem konstruksi tiang dan pondasi pada bangunan vernakular yaitu menapak pada batu dan menancap kedalam tanah, penggunaan struktur bawah pada wilayah gempa didominasi tiang menapak pada batu, sedangkan pada wilayah bukan jalur gempa didominasi oleh penggunaan tiang yang menancap pada tanah. Hipotesis peneliti ketahanan bangunan vernakular dalam menahan beban termasuk beban gempa tidak hanya disebabkan oleh sistem struktur bawah yang menapak pada batu tetapi juga pengaruh dari sistem sambungan yang saling mengunci balok, serta keteguhan material kayu yang digunakan dengan teknik masyarakat lokal.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui sistem konstruksi struktur bawah bertahan menahan beban yang ada termasuk beban gempa dan mengetahui performa material kayu terkait keawetan/durabilitas dalam menghadapi cuaca dan gangguan faktor perusak biologis. Pengujian dilakukan menggunakan metode uji monotonik untuk menganalisa beban yang dapat diterima struktur bawah. Pada penelitian ini dilakukan pengujian kelembaban material kayu menggunakan Building Materials Wood Moisture Detector MD818 dan struktur kimia kayu diuji menggunakan Fourier Transform InfraRed.
Hasil penelitian ini rumah vernakular Aceh terbukti mampu menahan beban gempa dengan sistem konstruksi dan material yang memiliki keandalan yang mumpuni. Ketahanan rumah vernakular Aceh Besar terhadap gempa dipengaruhi oleh sifat struktur yang memiliki nilai daktail menengah dan performa material kayu yang digunakan masyarakat lokal sangat mumpuni setelah melalui proses pengeringan kayu dan pemilihan jenis kayu yang memiliki ketahanan terhadap serangan biologis sehingga dapat betahan hingga 130 tahun.

Sub structure is an important part in vernacular buildings especially in an earthquake region. The sub structure durability is proven since the vernacular house sustains while modern house destructed after experienced earthquake. There are two types of pillar and foundation in vernacular house, i.e. stepped on stone and pierced to the ground. The use of sub structure in earthquake region is dominated by the stepped on stone pillars while in non-earthquake territory is dominated by pierced to the ground pillars. Researches hypothesized that vernacular buildings durability in holding load including earthquake is not only caused by its stepped sub structure but also influnced by the joint system which interlocks the blocks as well as wood materials solidity used by local community technique.
The purposes of this research is to dethermine whether the sub structure can withstand the existing load including earthquake and find the wood material performance related to its durability in facing weather and destructive biological factor. The test was done using monotonic testing method to analyze the load exposed to the sub structure. The moisture testing was also conducted in wood materials using Building Materials Wood Moisture Detector MD818 and wood chemical structure was tested using Fourier Transform InfraRed.
The result showed that Aceh vernacular house was able to withstand earthquake load with durable construction and material system. Aceh Besar vernacular house durability on earthquake was influence by structure properties with ductile value of 2.27 and wood material performance used by the locals. The wood was highly qualified after dried. This wood was selected from those which had flavonoid substances which was poisonous to termite so that it could withstand biological attacks making it sustained for 130 years.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T53038
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Imam Satria
"Tugas akhir ini memuat tentang penjelasan mengenai dwelling pada sebuah kearifan arsitektur vernakular Banjarmasin yang mengacu pada rumah panggung. Dalam hal penyelesaian masalah rumah atau tempat tinggal. Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data secara observasi dengan beragam informan yang menghuni rumah panggung.

This final writting consist of the description of the Dwelling on the wisdom of vernacular architecture Banjarmasin which refers to the houses on stilts. In terms of the settlement problems at home or place of residence. This study based on data collection method of observation with various informants that inhabit the house on stilts"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S51566
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Cassandra Fyodorova
"Fokus penelitian ini adalah untuk menemukan penerapan karakter “surrealis” dalam Arsitektur Vernakular Indonesia sebagai produk pemikiran bawah sadar berdasarkan definisi yang didefinisikan oleh para pencipta seni dan desainer Gerakan Surealisme pada tahun 1900-an. Dari masa pra hingga pasca masa keemasan gerakan surealisme hingga saat ini, dari pergeseran banyak gaya dan bentuk karya seni, definisi surealisme telah diguncang oleh keputusan bawah sadar, akar dari kesamaan dalam arsitektur vernakular didirikan dalam aspek sosial, budaya, dan topografi suatu keberadaan. Disuntikkan pada karya-karya manusia termasuk keluaran arsitektur, Menariknya Arsitektur Vernakular Indonesia menjadi salah satu arsitektur yang “eksplisit” menampilkan pemikiran pada gayanya. Dipimpin oleh Tongkonan Toraja, tulisan ini akan menganalisis implementasi karakter surealis dalam Arsitektur Vernakular Indonesia dengan menghubungkannya dengan gagasan yang didirikan.

The focus of this study is to find the applications of “surrealist” characters in Indonesian Vernacular Architecture as a product of subconscious thinking based on their definition defined by the Surrealism Movement in the 1900s’ creators of arts and designers. From pre- to post-golden age of surrealism movement until the present times, from the shift of many styles and forms of artworks, the definition of surrealism has founded to be bed rocked by subconscious decisions, the roots of the similarities in vernacular architecture founded in the aspect of social, cultural, and topography of one existence. Injected to the works of human beings including architectural output, Indonesian Vernacular Architecture interestingly being one to “explicitly” show the thinking to the style. Leads by Toraja’s Tongkonan, this writing will analyze the implementation of the surrealist characters form Indonesian Vernacular Architectures by connecting them with the idea founded."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khalil Gibran
"ABSTRACT
Arsitektur vernakular merupakan arsitektur lokal yang terbentuk dari proses budaya dan tradisi dari suatu daerah. Keberadaan arsitektur vernakular di daerah urban menjadi perhatian penulis untuk menjadi bahan penelitian skripsi ini karena kemajemukan budaya yang berada di daerah urban tentu memengaruhi nilai-nilai dari arsitektur vernakular. Kemajemukan budaya di daerah urban membuat adanya implikasi budaya sehingga terjadinya penggabungan budaya urban dengan nilai-nilai vernakular yang dimiliki oleh suatu komunitas. Dalam penelitian skripsi ini, tinjauan arsitektur vernakular yang berada di daerah urban dilakukan terhadap rumah tempat tinggal yang berasal dari sebuah keluarga yang melakukan pemindahan rumah dari Gemolong ke Ciracas, Jakarta Timur. Pemilik rumah merupakan orang Jawa yang menganut budaya dari Gemolong sehingga memiliki nilai-nilai budaya dan tradisi yang dibawa kepada rumahnya. Dalam studi kasus ini arstitektur vernakular ditinjau dengan pendekatan secara arsitektural serta menggali nilai vernakular melalui nilai abstrak dan fisik yang dimiliki oleh rumah tempat tinggal keluarga dari Gemolong.

ABSTRACT
Vernacular architecture is a local architecture formed from cultural processes and traditions of an area. The existence of vernacular architecture in urban areas become an attention to the authors to be the subject of this thesis research because of the cultural diversity that is in the urban area would affect the values of vernacular architecture. The cultural pluralism in urban areas makes cultural implications so that the incorporation of urban culture with the vernacular values possessed by a community. In this thesis research, a review of vernacular architecture located in the urban area is done to the residential house that comes from a family who do the displacement of the house from Gemolong to Ciracas, East Jakarta. Homeowners are Javanese who embrace the culture of Gemolong so have cultural values and traditions brought to his home. In this case study the vernacular architecture is reviewed in an architectural approach and explores vernacular value through the abstract and physical value of the family home of Gemolong."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vemi Xafiera
"Rumah Gadang adalah arsitektur vernakular Minangkabau yang merefleksikan identitas budaya masyarakat setempat. Penelitian ini mengkaji adaptabilitas Rumah Gadang di Kawasan Saribu Rumah Gadang, Solok Selatan, dalam upaya pelestarian arsitektur vernakular Minangkabau. Melalui observasi lapangan dan wawancara mendalam, penelitian ini menganalisis perubahan yang terjadi pada aspek tangible (bentuk, material, dan tata ruang) dan intangible (hubungan antara masyarakat dan wisatawan) Rumah Gadang sebagai upaya adaptasi terhadap perkembangan zaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa revitalisasi Rumah Gadang oleh Kementerian PUPR dan renovasi oleh masyarakat setempat dengan melibatkan Tukang Tuo, menggunakan material lokal, dan mempertahankan bentuk dan tata ruang asli, merupakan upaya pelestarian yang selaras dengan prinsip-prinsip arsitektur vernakular. Kehadiran wisatawan memberikan kontribusi positif bagi perekonomian masyarakat dan menjadi faktor pendorong pelestarian Rumah Gadang. Dengan demikian, perubahan yang terjadi pada Rumah Gadang di Kawasan Saribu Rumah Gadang dapat dipandang sebagai upaya adaptasi untuk melestarikan warisan budaya Minangkabau agar dapat terus berkembang di masa depan.

Rumah Gadang is a Minangkabau vernacular architecture that reflects the cultural identity of the local community. This research examines the adaptability of Rumah Gadang in the Saribu Rumah Gadang Area, South Solok, in an effort to preserve Minangkabau vernacular architecture. Through field observations and in-depth interviews, this study analyzes the changes occurring in the tangible aspects (form, materials, and layout) and intangible aspects (relationship between community and tourists) of Rumah Gadang as an effort to adapt to the changing times. The results show that the revitalization of Rumah Gadang by the Ministry of Public Works and Public Housing and renovations by the local community, involving Tukang Tuo (traditional builders), using local materials, and maintaining the original form and layout, are preservation efforts that are in line with the principles of vernacular architecture. The presence of tourists has made a positive contribution to the community's economy and has become a driving factor for the preservation of Rumah Gadang. Thus, the changes occurring in Rumah Gadang in the Saribu Rumah Gadang Area can be seen as an effort to adapt and preserve the Minangkabau cultural heritage so that it can continue to develop in the future."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adinda Prihatini Aprilla
"Arsitektur berperan sebagai objek yang menjembatani informasi mengenai representasi kehidupan manusia. Arsitektur vernakular merupakan pengetahuan akan bangunan yang masih bersifat asli dan dianut oleh kelompok masyarakat lokal sebagai ilmu membangun. Arsitektur vernakular digunakan sebagai objek pembelajaran akan kebudayaan suatu masyarakat dan dimanfaatkan baik untuk menengok kembali ke masa lalu, maupun dimanfaatkan sebagai ilmu yang dapat diadaptasi untuk kepentingan masa depan. Keberadaan arsitektur vernakular kini semakin memudar seiring dengan terjadinya perubahan realitas. Hal ini juga dialami oleh Kaum Betawi. Keberadaan arsitektur vernakular Betawi di DKI Jakarta semakin menghilang akibat perubahan realitas berupa modernisasi.
Untuk mempertahankan dan melestarikan kebudayaan Betawi di DKI Jakarta, dilakukanlah pembangunan sebuah kawasan berbasis budaya Betawi, yaitu Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan. Pembangunan berbasis budaya yang dilakukan di kawasan Setu Babakan menjadi semacam reproduksi bagi arsitektur vernakular itu sendiri. Skripsi ini akan membahas dan mengkritsi reproduksi arsitektur vernakular di kawasan PBB Setu Babakan. Dalam hal ini, reproduksi arsitektur vernakular di Setu Babakan tidak sepenuhnya merepresentasikan otentisitas kebudayaan Betawi. Selain itu, kawasan PBB Setu Babakan juga dianggap kurang relevan dalam melakukan pelestarian kebudayaan Betawi.

Architecture acts as an object that bridges information about the representation of human life. Vernacular architecture is a knowledge of buildings that are still original and are embraced by local community groups as building science. Vernacular architecture is used as an object of learning about the culture of a society and is used both to look back on the past, and as a science that can be adapted for future purposes. The existence of vernacular architecture is now fading along with changes in reality. This is also experienced by the Betawi People. The existence of Betawi vernacular architecture in DKI Jakarta are disappearing due to changes in reality in the form of modernization.
To maintain and preserve Betawi culture in DKI Jakarta, the government built an area based on Betawi culture, namely Betawi Cultural Village Setu Babakan. The culture-based area Setu Babakan become some kind of reproduction for vernacular architecture itself. This thesis will discuss and critique the reproduction of vernacular architecture in the PBB Setu Babakan area. In this case, the reproduction of the vernacular architecture in Setu Babakan does not fully represent the authenticity of Betawi culture. In addition, the Setu Babakan PBB area is also considered irrelevant in preserving Betawi culture.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gemala Dewi
"Arsitektur vernakular merupakan wujud arsitektur asli suatu golongan masyarakat tertentu. Suatu karya arsitektur vernakular mendapat pengaruh dari berbagai faktor, terutama faktor budaya. Hal ini juga berlaku pada arsitektur vernakular Minangkabau yang tergambar melalui rumah gadang, dengan ciri khas atap gonjong, sebagai suatu produk dari proses berbudaya. Nilai-nilai budaya seperti sistem genealogis matrilineal; pandangan hidup yang berpedoman pada alam; dan cara hidup yang komunal, tergambar melalui arsitektur rumah gadang. Namun, pergeseran nilai budaya yang terjadi saat ini, mengancam eksistensi rumah gadang yang mengandung nilai-nilai yang masih asli tersebut. Masyarakat Minangkabau pun merasa bahwa citra arsitektur vernakular mereka cukup terwakili oleh atap gonjong saja.

Vernacular architecture reflects the original architecture of a particular community groups. A masterpiece of vernacular architecture influenced by various factors, especially cultural factors. This also applies to vernacular architecture of Minangkabau depicted through rumah gadang, with a typical roof gonjong, as a product of cultural processes. Cultural values such as matrilineal genealogical system; outlook on life based on nature, and a communal way of life, illustrated through the architecture of rumah gadang. But, the shift in cultural values that occurred today, threatening the existence of the rumah gadang that contains the original values. Minangkabau people also felt that the image of their vernacular architecture has been adequately represented by the gonjong only."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S52247
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Kinayung Syafira Aratuza
"Penelitian ini ingin mengungkap proses adaptasi arsitektur vernakular suku Bajo di desa Mola Kepulauan Wakatobi dalam mengahadapi modernitas. Suku Bajo adalah suku yang kehidupannya tidak pernah jauh dari laut, bergerak, bekerja dan tinggal di atas perahu, namun saat ini sebagian besar suku Bajo telah bermukim di pesisir pantai, hal ini terjadi karena pemerintah yang sejak dulu ingin membawa suku bajo ke daratan agar memiliki identitas dan teritori yang jelas. Perpindahan suku Bajo dari laut ke darat menyebabkan mereka terpaksa beradaptasi dengan lingkungan baru yang akhirnya menciptakan pemaknaan baru dalam kehidupan suku Bajo. Meskipun memiliki rumpun dan etnis yang sama, perkembangan tiap suku Bajo ditiap daerah pastilah memiliki cara tersendiri, yang membedakan adalah cara masyarakat beradaptasi dan memaknai rumah, sehingga rumah suku Bajo Mola merupakan salah satu objek yang mengalami proses adaptasi, perpindahan, dan perubahan. Tujuan penelitian ini adalah unuk mengetahui sejarah perkembangan arsitektur vernakular Suku Bajo di Desa Mola dan proses adaptasinya dalam menghadapi modernitas. serta melihat perubahan apa yang terjadi pada proses adaptasi tersebut terhadap kebudayaan dan identitas asli suku Bajo di Desa Mola. Penelitian dilakukan di Pemukiman Suku Bajo desa Mola Kepulauan Wakatobi. Metode penelitian yang digunakan adalah interpretasi historis dengan dua proses, pertama menganalisis bukti yang tertinggal untuk menghasilkan fakta dan kedua melakukan interpretasi sejarah, peneliti menggunakan 3 tahap dalam proses adaptasi yaitu inception, implementation, dan disposal, sebagai alat untuk menganalisa suku Bajo Mola. Penelitian ini membuktikan bahwa Suku Bajo Mola dalam menghadapi kehidupan modern tidak lantas menghilangkan atau mengganti aspek kehidupan terdahulu mereka dengan yang baru, namun mereka beradaptasi, menyesuaikan diri dengan tetap menjaga hal- hal yang penting untuk mereka yaitu kehidupan yang tetap berorientasi kepada lautan.

This study aims to reveal the process of adapting the vernacular architecture of the Bajo tribe in Mola village, Wakatobi Islands in the face of modernity. The Bajo tribe is a tribe whose life is never far from the sea, moves, works and lives on boats, but now most of the Bajo tribe have settled on the coast, this is because the government has always wanted to bring the Bajo tribe to the mainland in order to have a clear identity and territory. The movement of the Bajo tribe from sea to land forced them to adapt to a new environment which eventually created a new meaning in the life of the Bajo tribe. Even though they have the same family and ethnicity, the development of each Bajo tribe in each area must have its own way, the difference is the way the community adapts and interprets the house, so that the Bajo Mola house is one of the objects that undergo a process of adaptation, displacement, and change. The purpose of this study was to determine the history of the development of Bajo vernacular architecture in Mola Village and its adaptation process in the face of modernity. and see what changes have occurred in the adaptation process to the culture and original identity of the Bajo tribe in Mola Village. The research was conducted in the Bajo Tribe Settlement, Mola Village, Wakatobi Islands. The research method used is historical interpretation with two processes, firstly analyzing the remaining evidence to produce facts and secondly performing historical interpretation, the researcher uses 3 stages in the adaptation process, namely inception, implementation, and disposal, as a tool to analyze the Bajo Mola tribe. This research proves that the Bajo Mola Tribe in dealing with modern life does not necessarily eliminate or replace aspects of their previous life with new ones, but they adapt, adjust while maintaining the things that are important to them, namely life that remains oriented to the ocean."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Haikal Milleza
"Kenyamanan termal merupakan aspek yang krusial bagi manusia dan menjadi pertimbangan yang sangat penting bagi sebuah arsitektur. Yang mana sebagai arsitektur yang memanfaatkan ventilasi alami, semestinya arsitektur vernakular dapat menjadi rujukan bagi arsitektur modern dalam menghadirkan kenyamanan termal di dalam ruang. Sehingga tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengkaji bagaimana kondisi kenyamanan termal pada sebuah arsitektur vernakular dan bagaimana performanya jika dibandingkan dengan bangunan berkonstruksi modern. Metode yang dipilih pada pengkajian ini adalah simulasi menggunakan program Rhinoceros dan Grasshopper dengan plugin Ladybug Honeybee untuk dapat menghitung Adaptive Thermal Comfort pada arsitektur vernakular yang dipilih. Simulasi ini dilakukan dengan mengukur 5 kondisi pada Rumah Batak Toba dan Rumah Batak Karo yang masing masing kondisi memiliki parameter berupa pemilihan material, konstruksi yang diterapkan, serta rasio bukaan yang diaplikasikan. Secara umum, data yang dihasilkan menunjukkan bahwa baik Rumah Batak Toba dan Rumah Batak Karo yang menggunakan material, konstruksi, dan rasio bukaan aslinya memiliki tingkat kenyamanan termal terbaik. Hal ini terlihat setelah dibandingkan dengan kondisi lainnya yang menerapkan material, konstruksi, serta rasio bukaan pada arsitektur modern. 

Thermal comfort is a crucial aspect for humans and is a very important consideration for architecture. As an architecture that utilizes natural ventilation, vernacular architecture should be a reference for modern architecture in providing thermal comfort in an interior space. Thus, the purpose of this writing is to examine how the thermal comfort conditions in vernacular architecture and how its performance when compared to modern construction buildings. The method chosen in this study is a simulation using the Rhinoceros and Grasshopper programs with the Ladybug plugin and honeybee to be able to calculate the adaptive thermal comfort in the selected vernacular architecture. This simulation is carried out by measuring 5 conditions in the Toba Batak house and Karo Batak House, in which each condition has a parameter in the form of material selection, construction applied, and the ratio of the opening. In general, the resulting data shows that both Toba Batak Houses and Karo Batak Houses that use materials, construction, and original opening ratios have the best thermal comfort levels. This can be seen after being compared with other conditions that apply materials, construction, and opening ratios of modern architecture."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Afifah
"Bentuk pelestarian pada kawasan arsitektur heritage memiliki kaidah-kaidah dan prinsip tertentu, melihat akan ketahanan dan keberlanjutannya yang semestinya dilestarikan bertujuan untuk melihat lebih dalam mengenai pengetahuan yang terkandung di dalam kemurnian pada arsitektur tradisional. Revitalisasi merupakan salah satu bentuk upaya pelestarian arsitektur tradisional, bentuknya dapat berupa pelestarian di aspek tangible dan intangible. Kedua aspek tersebut memiliki respon yang berbeda setelah dilakukan revitalisasi. Oleh karena itu, pada penulisan skripsi ini dilakukan analisis dan pengamatan terhadap kawasan arsitektur tradisional yang telah mengalami revitalisasi. Pendalaman pengamatan dan analisis berpacu pada perbedaan kedua aspek tersebut serta pemahaman mengenai proses revitalisasi, dengan kajian teori dan analisis kawasan fisik penulis harap tulisan ini dapat dikembangkan dan dilengkapi mengingat banyaknya kekurangan waktu pengamatan yang tidak bisa dilakukan secara langsung
The form of preservation in the area of heritage architecture has certain rules and principles, looking at its durability and sustainability which should be preserved aiming to look deeper into the knowledge contained in the purity of traditional architecture. Revitalization is one form of efforts to preserve traditional architecture, the form can be in the form of preservation in tangible and intangible aspects. These two aspects have different responses after revitalization. Therefore, in this thesis writing analysis and observation of traditional architectural areas that have undergone a revitalization. The deepening of observation and analysis is based on the difference between the two aspects and the understanding of the revitalization process, with the study of theory and analysis of the physical area of the author, I hope this thesis writing can be developed and completed given the many shortcomings of observation that cannot be done directly"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>