Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 51689 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Helga Sania Putri
"Transposisi dalam lingkup interior berperan dalam menghadirkan multi-interpretasi dan persepsi bagi manusia. Pada skripsi ini, pembahasan mengenai transposisi ditujukan sebagai sebuah kondisi interioritas pada ruang yang bersifat ambivalen. Dalam hal ini, transposisi mampu menghadirkan ambivalensi pada ruang pameran karena adanya perubahan persepsi manusia di dalam ruang tersebut. Perubahan persepsi itu dipengaruhi oleh adanya peralihan pada dua unsur, yakni sudut pandang manusia, serta komposisi spasial yang terdapat pada ruang tersebut. Untuk mewujudkannya, maka penerapan transposisi memerlukan medium yang berfungsi sebagai stimulus bagi manusia dalam mengembangkan konsepsi ruang berbasis event tersebut. Visual sebagai elemen yang representatif dalam ranah arsitektur dan interior lantas digunakan sebagai media eksplorasi yang diuraikan dalam skripsi ini. Selain untuk mengidentifikasi karakter ruang dan pemosisian diri manusia, elemen visual juga digunakan sebagai mekanisme untuk melihat dan membaca jejak peralihan karakter spasial. Jejak tersebut lantas digunakan untuk menghasilkan persepsi baru lainnya, seperti ruang tanpa batas (boundless), ruang dengan kesan tactile, serta ruang sebagai representasi suatu image tertentu. Oleh karena itu, ambivalensi interioritas dalam ruang pameran pada akhirnya dapat diperoleh melalui grafis, bayangan, maupun pengaturan objek visual di dalam ruang tersebut.
Melalui transposisi, setiap fenomena yang terjadi di dalam ruang dapat terbangun dengan karakter yang beragam, sehingga dapat memberi interioritas yang dinamis, terlebih dalam sebuah lingkup ruang pameran. Oleh karena itu, manusia diharapkan mampu berpartisipasi secara aktif dalam memahami setiap makna dari sebuah ruang berbasis event yang ia alami.

Transposition in interior sphere plays a role in presenting multi-interpretations and perceptions for humans. In this thesis, the discussion of transposition is intended as an ambivalent condition of interiority in space. In this case, transposition is able to present ambivalence in the exhibition space because of the changes which emerged in human’s perception toward the space itself. Changes in perception are affected by the transition of two elements, namely human’s point of view, and also the spatial composition of the space. To generate it, the practice of transposition requires a medium which functions as a stimulus for humans to develop the conception of event-based space. Visual as a representative element in the realm of architecture and interior is then used as the exploration medium described in this thesis. Besides identifying the character of space and positioning the human beings, the visual elements are also used as a mechanism to recite and trace the transitions of spatial characters. The trails are then used to generate new perceptions, such as boundless space, tactile impression space, and space as a representation of a particular image. Therefore, the ambivalence of interiority in the exhibition space can be obtained through visuals which manifested in graphics, reflections, shadows, and the arrangement of objects in the space.
Through transposition, every phenomenon which occurs in space can be formed from various characters, so that it can provide dynamic interiority, especially in the scope of the exhibition space. For that way, humans are expected to be able to actively participate in understanding every meaning of an event-based space where they are engaged in.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amirah Hasna Ersaid
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas tentang representasi ruang dari sebuah film animasi yang merupakan hasil respons dari bagaimana aktivitas atau narasinya berlangsung. Dalam film animasi, ruang yang dipresentasikan merupakan ruang fiksi yang dapat membuat penontonnya melihat penggambaran abstrak yang sama. Walaupun berada di satu bidang layar yang datar dengan karakternya, penggambaran ruang dalam animasi tetap bisa membuat penontonnya merasakan kualitas dari ruang tersebut. Representasi visual yang dilihat dari film animasi mengkemas kualitas spasial interior dari media gambar dan memberikan kesan huni (immersion) dari layar, yang disebut interioritas.
Interioritas menjadi hasil presepsi seorang individu terhadap bagaimana penonton melihat ruang animasi tersebut dan dari kualitas ruang yang dihadirkan dalam film yang kemudian dapat diuraikan melalui mise-en-scéne. Fenomena ini menghasilkan pertanyaan mengenai bagaimana pembentukan kualitas representasi ruang dalam film animasi menghasilkan interioritas melalui mise-en-scéne. Pada skripsi ini, analisis elemen-elemen dari mise-en-scéne pada film animasi dilakukan untuk mengetahui bagaiamana representasi animasi dapat tersusun. Analisis tersebut menghasilkan cara untuk narasi dalam film animasi dituturkan dengan interaksi keseluruhan elemen yang berada di dalam layar, sehingga dapat menarasikan kualitas ruang pada film animasi.

ABSTRACT
This thesis discusses the representation of space which is the result of the activities or narrative that takes place in an animated film. In animated films, the space presented is a fictional space that can make the viewers see the same abstract idea. However, the depiction of space in animation can still make the audience feel the quality of the space. The visual representation displayed from animated films packs the spatial quality of the interior of the image media and provides a sense of occupancy from the screen, called interiority.
The interiority, then, is the result of individual perceptions of the audience seeing the animation space and from the quality of the space presented in the film which can then be described through mise-en-scéne. This phenomenon produces a question about how to make the quality of the representation of space in animated films that produce interiority through mise-en-scéne. In this thesis, the analysis of the elements of mise-en-scéne in the animated film is done to find out how the representation of animation can be arranged. This analysis produces a way for animated films to be told with the interaction of all the elements on the screen, so that they can narrate the quality of space in animated films."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kelvin Andrean
"Ruang antara merupakan ruang yang menjembatani ruang luar dan ruang dalam pada arsitektur. Dalam penelusurannya terdapat hubungan antar ruang yang terjadi dengan atribut masing-masing sebagai penghasil kompleksitas makna. Posisi ruang antara dalam hubungan ruang dalam dan luar, akan memberi pemahaman utuh mengenai konsep space. Pada prosesnya, terdapat asal mula, batas ruang, pengguna ruang, kualitas, serta respon ruang yang menjadi atribut utama. Dengan demikian, skripsi ini akan menjelaskan posisi ruang antara, melalui sudut pandang Interioritas kepada hubungan antar ruang luar dan ruang dalam. Posisi ruang antara akan dijelaskan dengan lebih dalam melalui elemen yang didapati pada hubungan antar ruang berupa, (1) batas ruang yang dapat memberi akses fisik dan visual, sebagai respon ruang, serta (2) kualitas ruang yang dihasilkan berdasarkan karakteristiknya dan aspek fisiologis - psikologis.

In-between space is a space that bridges the relation of inside and outside in architecture. In the process, an inside - outside relationship is established by each attribute which constructs a complexity of meaning in space. In-between space position in the inside - outside relationship will ultimately carry the ideation of space. It started with the origin of space, inhabitants, spatial quality, and architectures respond as the main attribute. Therefore, this thesis will clarify the in-between space, by presenting the perspective of Interiority, by exploring the connection of inside and outside. In-between positions will be examined by the elements of spatial relation through, (1) boundaries that give accessibility both physically and visually as architectural responses, also (2) spatial quality composed by inside - outside characteristic, and psychology - physiology aspect."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fara Shabrina
"ABSTRAK
Interioritas pada saat ini sering dipahami sebagai suatu keterhubungan
yang hanya dapat terjadi antara manusia dengan ruang dalam (interior). Pada
skripsi ini elemen jendela didefinisikan sebagai horizon yang menjadi poin
transisi yang memungkinkan adanya keterhubungan antara ruang dalam dan luar.
Dengan berlandaskan pada teori-teori mengenai ruang, interioritas, dan faktorfaktor
yang mempengaruhi interioritas oleh Merlaeau-Ponty, serta menganalisa
kasus untuk mencapai esensi interioritas yang terjadi berdasarkan metode
fenomenologi Heidegger, ternyata membuktikan bahwa pemilihan atau
pengolahan ruang luar dapat menjadikan ruang luar sebagai interioritas utama atau
dapat mendukung atau menggantikan interioritas dengan ruang dalam.

ABSTRACT
Nowadays, interiority is often understood as a relationship that can only
occur between human and inside space. In this paper, the architectural element,
window, is defined as horizon. The window is used as a transition point which
allows the connection between inside and outside space. Based on the theories
about space, interiority, and the factors that influence the interiority by Merlaeau-
Ponty, and by analyzing cases to reach the essence of interiority that occur based
on Heidegger's phenomenological method, the research shows us that by
selecting or building the outer space can somehow make the outside space as the
main interiority or it can support or replace the interiority of the inside space."
2015
S58078
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Qatrun Nada Audy
"ABSTRAK
Transportasi urban adalah salah satu public sphere yang telah menjadi rutinitas
setiap harinya warga Jakarta. Sering terjadinya sexual harassment dalam
transportasi umum yang ada. Adanya kejahatan - kejahatan yang terjadi
menjadikan wanita sebagai obyek kejahatan tersebut. Hal ini menyebabkan
timbulnya perasaan resah dan tidak aman pada interioritas wanita dalam
menggunakan pada transportasi umum. Hadirnya ruang jender pada beberapa
transportasi umum, ruang khusus wanita pada transjakarta dan KRL membuat
adanya perbedaan dari wanita ketika berada di ruang khusus wanita dengan ruang
yang umum. Skripsi ini membahas mengenai kehadiran ruang jender,
pengaruhnya bagi wanita pengguna transportasi umum dan perbedaan respon atas
ruang segregation & non ? segregation pada ruang khusus wanita yang terdapat
pada KRL. Untuk itu dilakukan observasi situasi pada KRL, wawancara, serta
pengumpulan data melalui kuisioner. Kehadiran ruang jender ini mempengaruhi
pilihan dan respon wanita terhadap situasi berdasarkan interioritas wanita yang
dihadapi setiap harinya.

ABSTRACT
Urban transportation is one of the public areas which become routine Jakarta
citizen. Sexual harassment that frequently happened to transportation renders
women as object of the crime, which create feeling restless and frightened on the
women‟s interiority in travel with public transport. Gender space for some of
public transport provides the difference interiority of women when they are in
women-only space and public space. This thesis discusses presence and impact of
gender space on women response in segregation and non-segregation space.
Methods of this research are observations on the situation of KRL, interviews, and
collecting datas from online questionnaires. This space presence gender influence
the choice and women‟s response to the situation based on womem‟s interiority in
everyday life."
2016
S64297
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andy Aditya Santosa
"Skripsi ini membahas mengenai hubungan penyampaian narasi dalam film dan di dalam ruang pameran. Hal ini dikarenakan film dan arsitektur mempunyai banyak kesamaan. Narasi dan penataan ruang serta waktu yang merupakan karakteristik karya arsitektur tak terhindarkan juga ada di setiap ekspresi sinematik. Jika arsitektur memanifestasikan narasi dalam bentuk program dan ruang dalam wujud fisik, narasi dalam film disampaikan secara sequence melalui struktur montase dalam sebuah konsep ruang yang disebut surrogate space. Dalam ruang pameran, persepsi manusia akan elemen spasial dalam ruang membentuk yang namanya framing. Montase di dalam ruang terjadi ketika framing ini dialami secara sequential oleh pengunjung. Pemilihan dari framing didasarkan sifat visibilitas dan permeabilitas yang terbentuk dari persepsi elemen spasial jika dilihat dalam egocentric space. Secara lebih lanjut dalam skripsi ini mencoba memahami narasi melalui struktur montase dalam suatu ruang pameran.

This thesis discusses the relationship between narrative delivery in films and in exhibition space. This is because film and architecture have a lot in common. Narrative and the arrangement of space and time that are the characteristic of architectural works are unavoidable in every cinematic expression. If architecture manifests narrative in the form of programs and physical form, narrative in film is delivered in sequence through a montage structure. This montage is happening in a space concept called surrogate space. In exhibition space, human perception of spatial elements in the space forms what is called framing. Montage in an exhibition occurs when these framings are experienced sequentially by the visitor. The selection of framings is based on visibility and permeability properties which are formed from the perception of spatial elements when viewed in egocentric space. This thesis then tries to understand narrative in an exhibition space through the said montage structure."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hutahuruk, Gabriella Fanissi
"Skripsi ini mengupas bagaimana pengonstruksian sense of place melalui mengalami ruang dapat membentuk interioritas virtual. Pembahasan terkait kehadiran tubuh, sensori taktil dan non-taktil, stimuli elemen ruang, serta pembentukan persepsi pada pikiran manusia dilakukan untuk memahami mekanisme mengalami ruang sebagai aspek pengonstruksinya. Interaksi antar aspek-aspek ruang dengan tubuh menjadi bagian esensial dalam prosesnya. Interaksi ini bersifat koheren satu dengan yang lain agar pengalaman ruang dapat terbentuk. Studi terhadap tiga pengalaman berbeda pada ruang pameran imersif di Singapura menunjukan keterkaitan yang kuat antara mekanisme pergerakan tubuh dengan hasil pencerapan oleh pikiran yang terbentuk karena adanya stimuli dari ruang. Mekanisme interaksi ini dipahami dengan melihat berbagai pergerakan tubuh dan pemetaan stimuli elemen pada ruang. Hasil studi memperlihatkan bagaimana interaksi aspek ruang dan tubuh ini mampu menciptakan pengalaman ruang yang berbeda, namun menghadirkan sense of place yang serupa serta terdapat perbedaan dominasi dan proses interaksi pada pengalaman tubuh statis dan dinamis.

This thesis explores how the construction of a sense of place through experiencing space can shape virtual interiority. Discussions related to the presence of the body, tactile and non-tactile sensory, space element stimulus, and the formation of perception in the human mind are carried out to understand the mechanism of experiencing space as a construction aspect. The interaction between aspects of space and the body becomes an essential part of the process. These interactions are coherent with each other to enable the experience of space to be formed. The study of three different experiences in an immersive exhibition space in Singapore shows a strong connection between the mechanisms of body movement and the results of perception by the mind formed due to stimuli from the space. This interaction mechanism is understood by looking at the various body movements and stimuli mapping elements in the space. The results of the study show how the interaction of these aspects of space and the body can create different spatial experiences yet convey a similar sense of place and there are differences in the domination and interaction processes in static and dynamic body experience."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amy Karmia Marku
"Gedung Pola tidak hanya berfungsi sebagai ruang pamer yang dibangun khusus untuk memamerkan gagasan perencanaan arsitektur dan kota berdasarkan pemikiran utopia dari Sukarno atas nasionalisme dan modernism tapi juga pameran menjadi sebuah strategi politik dan arsitektur kemudian dimanfaatkan sebagai ruang politik yang representatif bagi propaganda idealis Sukarno untuk publik Jakarta (khususnya) dan masyarakat Indonesia pada umumnya.
Tesis ini mencoba untuk mengungkapkan bagaimana pameran bukan hanya sebagai media representasi visual tapi juga menjadi sebuah strategi politik ruang. Pemikiran Sukarno akan dicoba untuk ditelusuri melalui pembacaan archives sebagai evidence yang akan diinterpretasikan melalui pendekatan hermeunitical approach dari Heidegger.
Selain itu tesis ini juga mencoba memandang artefak arsitektur sebagai suatu fenomena sejarah. Pendekatan ini dipilih oleh karena dalam membaca archives, jejak yang tertinggal akan diinterpretasikan secara fenomenologi sebagai upaya untuk menjawab kehadiran ruang politik dalam Gedung Pola dan juga untuk mengungkap bagaimana sebuah pameran, dapat menjadi strategi dari sebuah politik ruang.

Gedung Pola was not only function as an exhibition room built specifically to exhibit Soekarno’s Utopian vision on achitecture and city planning based on Nasionalism and Modernism, but also become a place to exhibit his political strategy, used as a representative political space for Sukarno’s ideal propaganda for Jakarta citizen in specific and all Indonesian citizen in general.
This thesis try to elaborate on how an exhibition was not only use as a representative medium for visual, but also become a political strategy space. Sukarno’s idealogy will be tried to understood through reciting his archives as the evidence, that will be interpreted through Hermeunitical approach from Heideger.
Moreover, this thesis also try to view architecture artefact as a historical phenomenon because in reciting the archives, traces that was left will be interpreted phenomenologically, as a way to answer the existence of political space in Gedung Pola, and also to reveal how an exhibition can be a strategy for political space.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
T42335
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shanti Amelia
"Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) merupakan sasana yang dikelola oleh pemerintah atau badan swasta terkait sebagai bentuk pelayanan kepada masyarakat berusia lanjut. PSTW sebagai salah satu ruang hidup manusia lanjut usia memiliki pengaruh dalam memunculkan perilaku yang terjadi. Perilaku ini muncul sebagai manifestasi lanjut usia dalam berekspresi dan beraktivitas dalam konteks spasial yang dipengaruhi oleh interioritas tubuh manusia lanjut usia dan desain ruang interior di PSTW. Skripsi ini ditulis secara deskriptif menggunakan kajian literatur dan pembahasan studi kasus. Studi kasus dilakukan pada dua individu lanjut usia yang menetap di PSTW Budi Mulia 1 Cipayung dan dianalisis dengan menggunakan pemetaan perilaku sebagai perwujudan penulisan yang utuh untuk melihat variasi perilaku lanjut usia di dalamnya. Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa intensitas perilaku lanjut usia yang muncul dipengaruhi oleh besarnya intensitas aktivitas yang dilakukan pada suatu ruang, dimana ruang tersebut merupakan ruang favoritnya di dalam PSTW.

Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) is a place that was managed by the government or private institution as a service form for the elderly community. PSTW as one of the elderly living space has an influence to elderly behaviors. This behavior has presented as a manifestation of expression and activities in the spatial context that is affected by the interiority of elderly bodies and implication of interior design in PSTW. This undergraduate thesis is written in descriptive method by using literature study and review of case studies. An analysis of case study was conducted in two eldery people who are living in PSTW Budi Mulia 1 Cipayung and presented by using behavioral mapping to see variations of elderly behaviors. The analysis showed that the intensity of elderly behavior is affected by the intensity of activities that appear on their everyday space, which belongs to their favorite space in PSTW.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S56203
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Awaliyah Istighfarin
"ABSTRAK
Pertambahan penduduk mengakibatkan lahan-lahan pertanian harus digusur untuk perumahan. Bahkan, seiring dengan perkembangan media komunikasi dan informasi yang semakin pesat, gaya hidup masyarakat pun juga semakin meningkat. Lahan-lahan terbuka hijau juga turut tergusur demi memenuhi kebutuhan masyarakat akan kebutuhan-kebutuhan tersier, seperti hiburan dan rekreasi. Salah satu contoh adalah lahan hutan kota di Kabupaten Lumajang yang dalam waktu kurang dari sepuluh tahun terakhir telah beralih fungsi menjadi area komersil. Di area tersebut, warung kopi menjadi tempat yang paling diminati daripada kafe atau restoran. Hal tersebut lantas menarik minat saya untuk meneliti lebih lanjut mengenai warung kopi. Dengan memilih Wagino Angkringan sebagai objek studi, saya mengamati bagaimana interioritas dalam warung terbentuk. Sinergi antara elemen ruang, aktivitas pengunjung, kebutuhan, serta konteks site menjadi sangat penting. Oleh karena itu, saya membahas masing-masing aspek fisik tersebut secara detail dalam pembahasan, sehingga pada akhirnya hasil penelitian ini tak hanya dapat digunakan untuk mendeskripsikan apa dan bagaimana elemen-elemen fisik membentuk interioritas di ruang publik, tetapi juga dapat menjadi acuan dalam pengembangan ruang publik jenis tersebut di kemudian hari.

ABSTRACT
Population growth causes the eviction of farm for housing. In fact, along the development of communication and information media, people’s lifestyle was also increased. Green open space also evicted in order to meet the society needs of tertiary, such as entertainment and recreation. One example is urban forest in Lumajang Regency that was change into a commercial area in less than ten years. In this area, coffee shop becomes the most favored place rather than café or restaurant. It interests me to make a research about coffee shop. By choosing Wagino Angkringan as object of study, I observed how the interiority formed. The synergy between the elements of space, visitor activities, need, and the site context becomes very important. Therefore, I discussed each physical aspect in detail, so that research results not only can use for describe what and how the physical elements shape the interiority, but also can be a reference in the development of kind of public space in the future.
"
2015
S61723
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>